Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata Ajaran : Keperawatan Komunitas Dan Keluarga


Pokok Bahasan : Manajemen Diabetes Melitus
Tempat : Banjar Gulingan, Denpasar Selatan
Sasaran : Keluarga Binaan Kelompok
Hari/Tanggal :
Waktu : 45 menit

A. LATAR BELAKANG
Penyakit tidak menular yaitu penyakit yang dianggap tidak dapat
disebarkan dari seseorang terhadap orang lain sehingga bukan merupakan
sebuah ancaman untuk orang lain seperti diabetes melitus (DM). Diabetes
melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak apat
menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Adapun gejala
sering buang air kecil dimalam hari, sering merasa haus, cepat merasa
lapar, berat badan turun dengan cepat, merasa lemah dan gampang
kelelahan. Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2016 melakukan
pemeriksaan gula darah dimana proporsi diabetes melitus di Indonesia
sebesar 6,9%, TGT sebesar 29,9% dan GDP terganggu sebesar 36,6%.
Peningkatan kasus DM merupakan suatu masalah yang harus diatasi
dengan segera. Hal tersebut disebabkan karena DM merupakan penyakit
kronis yang bersifat silent disease. Penyakit ini sering disadari
penderitanya ketika telah menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi
yang timbul akibat DM seperti gangguan mata (retinopati), gangguan
ginjal (nefropati), gangguan pembuluh darah (vaskulopati), gangguan
pada persarafan (neuropati). Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
kaki diabetik atau Diabetic Foot (DF).
Penyakit diabetes ini biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun, tetapi
prevalensinya kini semakin tinggi pada orang dewasa. Hal ini disebabkan
oleh rutinitas masyarakat khususnya usia produktif seperti kurangnya
berolahraga dan memiliki pola makan yang tidak sehat. Hal ini bisa saja

1
terjadi karena pada masyarakat usia produktif, manusia lebih memilih
memaksimalkan karier dan kurang peduli terhadap kesehatan tubuhnya.
Bila sudah terkena penyakit DM maka diperlukan strategi pengelolaan
DM yang dibagi kedalam tiga bagian. Strategi pertama adalah diagnosis
DM sedini mungkin, strategi kedua dengan kontrol glikemik dengan
mengatur pola makan sehat dan perawatan kaki sebaik-baiknya, serta
strategi ketiga ditujukan pada pengendalian keluhan neuropati/nyeri
neuropati diabetik. Menurut Setyanto (2009), Waspadji (2006), dan
Lin (2011), salah satu perawatan kaki yang baik dilakukan oleh penderita
DM adalah latihan senam kaki diabetes.
Banjar Gulingan merupakan salah satu banjar sasaran yang memiliki
faktor resiko terhadap timbulnya penyakit diabetes militus. Berdasarkan
survey yang kami lakukan, banyak orang dewasa di banjar tersebut
memiliki pekerjaan yang banyak sehingga kegiatan olahraga jarang
dilakukan dan dianggap sebagai kebutuhan non – primer bagi diri mereka
sendiri. Hal ini dapat terjadi karena pandangan warga dewasa di banjar
tersebut yang beranggapan pekerjaan lebih didahulukan.
Berdasarkan tentang pengamatan kondisi sasaran yang memiliki faktor
resiko di Banjar Gulingan terkait adanya potensi menderita penyakit
diabetes militus, maka dari itu kelompok ingin memanfaatkan
manajemen diabetes sebagai terapi dari penyakit diabetes militus pada
orang dewasa di Banjar Gulingan, Denpasar Selatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 45 menit, peserta
mampu mengetahui dan menerapkan dalam kehidupan sehari hari
mengenai manajemen diabetes yaitu diet DM dan senam kaki
diabetes.
2. Tujuan Khusus

2
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 45 menit, peserta
mampu :
a. Menjelaskan pengertian diabetes militus
b. Menyebutkan penyebab diabetes militus
c. Menyebutkan tanda gejala diabetes militus
d. Menyebutkan komplikasi diabetes militus
e. Menyebutkan diet diabetes militus
f. Menredemonstrasikan senam kaki diabetes
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Metode
 Ceramah
 Tanya Jawab
 Demonstrasi
 Re - Demonstrasi
2. Media dan Alat
 Leaflet
 Poster
3. Waktu dan Tempat
 Hari / Tanggal: Januari 2020
 Jam : 09.00 – 09.45 WITA
 Tempat : Banjar Gulingan, Denpasar Selatan

4. Pengorganisasian
 Penyaji : Santya Novita dan Ghora Palguna
 Observer : Ayu Puspadewi
 Instruktor : Surya Adi Pratama
 Fasilitator: Putu Gede Indrayasa
5. Setting Tempat

F Pasien Keluarga F

Penyaji

Observer
6. Jadwal Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta
1. 5 Menit Pembukaan
a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
2. 15 Menit Pelaksanaan

3
a. Menggali persepsi peserta a. Mengemukakan pendapat
tentang pengertian diabetes
militus
b. Memberikan reinforcement b. Memperhatikan
atas jawaban peserta
c. Menggali persepsi peserta c. Mengemukakan pendapat
tentang tanda gejala diabetes
militus
d. Menggali persepsi peserta d. Mendengarkan
tentang penyebab diabetes
militus
e. Menjelaskan tentang diet e. Mengemukakan pendapat
DM dan senam kaki diabetes
f. Menjelaskan tentang f. Mengemukakan pendapat
gerakan dan langkah –
langkah dalam melakukan
senam kaki dibetes
g. Memberikan kesempatan g. Memperhatikan
peserta untuk mengajukan
pertanyaan atas penjelasan
yang tidak jelas
h. Menjawab pertanyaan yang h. Mendengarkan
diajukan
3. 10 Menit Demonstrasi
a. Penyaji mulai mencontohkan a. Memperhatikan
gerakan senam kaki diabetes
4. 10 Menit Re – Demonstrasi
a. Mengawasi pergerakan a. Melakukan pergerakan
peserta dalam melakukan
gerakan senam kaki diabetes

4
b. Membantu peserta dalam b. Melakukan pergerakan
melakukan pergerakan senam
kaki diabetes
5. 5 Menit Penutup
a. Melakukan evaluasi a. Menjawab pertanyaan
b. Menyimpulkan dan menutup b. Memperhatikan
diskusi
c. Mengucapkan salam c. Menjawab salam

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
 Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
 Peserta ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan
 Waktu yang direncanakan sesuai dalam pelaksanaannya
 Suasana yang mendukung
3. Evaluasi Hasil
 Menjelaskan pengertian diabetes militus
 Menyebutkan tanda gejala diabetes militus
 Menguraikan penyebab diabetes militus
 Menyebutkan komplikasi diabetes militus
 Menyebutkan diet diabetes militus
 Menyebutkan gerakan serta langkah – langkah senam kaki diabetes
 Mendemonstrasikan kembali gerakan – gerakan senam kaki
diabetes

5
MATERI PENYULUHAN
1. PENGERTIAN DIABETES MILITUS
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara generatif maupun
klinis memiliki manifestasi berupa hilangnya toleransi tubuh terhadap
karbohidrat. Diabetes militus digolongan menjadi dua jenis yaitu diabetes militus
tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2.
1. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetic Melitus ) adalah diabetes
yang
terjadi karena berkurangnya rasio insulin di dalam darah akibat rusaknya sel
beta penghasil insulin pada pulau pulau langerhans pankreas.
2. Diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetic Melitus (NIDDM), yang
bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan
merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi banyak gen
yang menyebabkan gangguan sekresi hormon insulin dan juga resistensi
hormon insulin
2. PENYEBAB DIABETES MILITUS
Penyakit DM pada umumnya diakibatkan oleh konsumsi makanan yang tidak
terkontrol atau sebagai akibat dari konsumsi obat-obatan tertentu, berikut ini yang
dapat menyebabkan seseorang berisiko terkena diabetes:
1. Faktor keturunan
Gen penyebab DM akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita DM.
Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya
sangat kecil. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa orang yang
memiliki riwayat keluarga menderita DM lebih berisiko daripada orang yang
tidak memiliki riwayat DM. Risiko DM tipe II akan meningkat dua sampai
enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.
Sekitar 50% pasien DM Tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita
DM, dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita
DM, sehingga faktor genetik (keturunan) berperan sangat penting. Berbagai
penelitian hanya menyebutkan faktor keturunan sebagai salah satu penyebab

6
terjadinya DM, namun tanpa disertai garis keturunan mana yang
menyebabkan resiko lebih tinggi terjadinya DM (Santosa, Trijayanto, &
Endiyono, 2017).
2. Merokok dan stress
Merokok berpotensi menjadi faktor risiko sekaligus dapat memperparah
penyakit DM. Studi yang dilakukan oleh Houston dari Birmingham Veteran
Affairs Medical Center, Amerika Serikat menyatakan bahwa perokok aktif
memiliki risiko 22% lebih tinggi untuk terserang DM tipe 2 dibanding orang
yang tidak merokok, sedangkan pada perokok pasif ditemukan memiliki
risiko 17% lebih tinggi untuk terserang diabetes dibanding dengan orang
yang tidak terpajan. Merokok dikenal sebagai faktor resiko untuk penyakit
jantung koroner. Namun, setelah bertahun–tahun, pengumpulan data
penelitian menunjukkan bahwa perokok yang merokok dalam waktu yang
lama/kronik mempunyai resiko yang lebih tinggi juga untuk terjadinya
resistensi insulin. Pada pasien diabetes, diketahui merokok memperburuk
kontrol metabolik. Dapat dibuktikan bahwa dosis insulin yang lebih besar
diperlukan untuk kontrol metabolik yang sama pada pasien diabetes yang
bukan perokok. Paparan rokok memperburuk resistensi insulin, meskipun
dengan paparan pada perokok pasif dapat menjadi resiko terjadinya sindrom
metabolik. Berhenti merokok kemungkinan dapat memperbaiki resistensi
insulin, tergantung dari variasi dari berat badan.
 Kegemukan/obesitas, biasanya terjadi pada usia 40 tahun
 Tekanan darah tinggi
 Level kolestrol yang tinggi
 Gaya hidup modern yang cenderung mengkonsumsi
makanan instant
 Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat
 Kerusakan pada sel pancreas

7
3. Tanda dan Gejala:
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan (Tjokroprawiro, 2007):
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

Gejala klinis DM yang klasik : mula-mula polifagi, poliuri, dan polidipsi. Apabila
keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Dekompensasi Pankreas,
yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan polifagi. Ketiga gejala
klasik tersebut diatas disebut pula“TRIASSINDROM DIABETES AKUT” bahkan
apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan mual-muntah dan ketoasidosis
diabetik. Gejala kronis DM yang sering muncul adalah lemah badan, kesemutan,kaku
otot,penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah, sakit
sendi dan lain-lain (Tjokroprawiro, 2007 ).

4. Komplikasi:

8
Komplikasi dari diabetes sendiri ada bermacam macam. Komplikasi dari DM sendiri
dapat di golongkan menjadi komplikasi akut dan komlikasi kronik. Beberapa contoh
dari komplikasi akut adalah (Tjokroprawiro, 2007):
1. Ketoasidosis diabetik KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontraregulator
(glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan).
2. Koma Hiperosmolar Non Ketotik
Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan gula darah lebih besar dari 600
mg% tanpa ketosis yang berartidan osmolaritas plasma melebihi 350 mosm.
Keadaan ini jarang mengenai anak-anak, usia muda atau diabetes tipe non
insulin dependen karena pada keadaan ini pasien akan jatuh kedalam kondisi
KAD, sedang pada DM tipe 2 dimana kadar insulin darah nya masih cukup
untuk mencegah lipolisis tetapi tidak dapat mencegah keadaan hiperglikemia
sehingga tidak timbul hiperketonemia.
3. Hipoglikemia
Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg% tanpa gejala
klinis atau GDS < 80 mg% dengan gejala klinis. Dimulai dari stadium
parasimpatik: lapar, mual, tekanan darah turun. Stadium gangguan otak ringan
: lemah lesu, sulit bicara gangguan kognitif sementara. Stadium simpatik,
gejala adrenergik yaitu keringat dingin pada muka, bibir dan gemetar dada
berdebar-debar. Stadium gangguan otak berat, gejala neuroglikopenik :
pusing, gelisah, penurunan kesadaran dengan atau tanpa kejang. Komplikasi
kronik dari diabetes melitus sendiri dapat dibagi menjadi 2 : komplikasi
mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler terdiri dari:

1. Retinopati diabetic
Pada retinopati diabetik prolferatif terjadi iskemia retina yang progresif yang
merangsang neovaskularisasi yang menyebabkan kebocoran protein-protein
serum dalam jumlah besar. Neovaskularisasi yang rapuh ini berproliferasi ke
bagian dalam korpus vitreum yang bila tekanan meninggi saat berkontraksi
maka bisa terjadi perdarahan masif yang berakibat penurunan penglihatan
mendadak. Hal tersebut pada penderita DMbisa menyebabkan kebutaan.

9
2. Neuropati diabetic
Neuropati diabetik perifer merupakan penyakit neuropati yang paling sering
terjadi. Gejala dapat berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk
terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa
terbakar dan bergetar sendiri dan lebih terasa sakit di malam hari7.
3)Nefropati diabetik Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam
atau > 200 ig/menit pada minimal 2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan.
Berlanjut menjadi proteinuria akibat hiperfiltrasi patogenik kerusakan ginjal
pada tingkat glomerulus. Akibat glikasi nonenzimatik dan AGE, advanced
glication productyang ireversibledan menyebabkan hipertrofi sel dan
kemoatraktan mononuklear serta inhibisi sintesis nitric oxidesebagai
vasadilator, terjadi peningkatan tekanan intraglomerulus dan bila terjadi terus
menerus dan inflamasi kronik, nefritis yang reversible akan berubah menjadi
nefropati dimana terjadi keruakan menetap dan berkembang menjadi chronic
kidney disease.

5. Penatalaksanaan DM:
Penatalaksanaan pasien diabetes mellitus dikenal 4 pilar penting dalam mengontrol
perjalanan penyakit dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah edukasi, terapi
nutrisi, aktifitas fisik dan farmakologi (Putra & Berawi, 2015).
1. Edukasi
Untuk keberhasilan perubahan perilaku dibutuhkan edukasi yang
komprehensif tentang pemahaman mengenai (Putra & Berawi, 2015):
a. Penyakit DM
b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
c. Penyulit DM
d. Intervensi farmakologis dan non-farmakologis
e. Hipoglikemia
f. Masalah khusus yang dihadapi
g. Mengikuti pola makan sehat
h. Meningkatkan kegiatan jasmani
i. Menggunakan obat diabetes
j. Melakukan pemantauan Glukosa darah mandiri
2. Terapi Nutrisi

10
Tujuan diet:
1. Memberikan makanan sesuai kebutuhan
2. Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal
3. Mempertahankan berat badan menjadi normal
4. Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat
menyebabkan pingsan
5. Mengurangi/ mencegah komplikasi (Kemenkes, 2011).
Syarat diet:
1. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah
kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan
atau lakatasi dan adanya komplikasi.
2. Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total ( <10% dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal). Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.
4. Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.
5. Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah
sudah terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 %
dari kebutuhan energi total.
6. Serat dianjurkan 25 gr / hari (Kemenkes, 2011).
Pengaturan Makanan menurut Kemenkes, 2011:
Bahan Makanan Dianjurkan Dibatasoi Dihindari
SUMBER Semua sumber
KARBOHIDRAT karbohidrat
dibatasi: nasi,
bubur, roti, mie,
kentang, singkong,
ubi, sagu, gandum,
pasta, jagung,
talas, havermout,
sereal, ketan,
makaroni
SUMBER Ayam tanpa kulit, hewani tinggi Keju, abon,
PROTEIN ikan, telur rendah lemak jenuh dendeng, susu
HEWANI kolesterol atauputih (kornet, sosis, full cream,

11
telur, daging tidak sarden, otak,
berlemak jeroan, kuning
telur)
SUMBER tempe, tahu, kacang
PROTEIN hijau, kacang merah,
NABATI kacang tanah, kacang
kedelai
SAYURAN Sayur tinggi serat: bayam, buncis,
kangkung, daundaun melinjo,
kacang, oyong,labu siam, daun
ketimun, tomat, labu singkong, daun k
air, kembang kol, etela, jagung
lobak, sawi, selada, muda, kapri,
seledri, terong kacang panjang,
pare, wortel, daun
katuk
BUAH-BUAHAN jeruk, apel, pepaya, nanas, anggur, Buah-buahan
jambu air, salak, mangga, sirsak, yang manis
belimbing (se suai pisang, alpukat, dan diawetkan:
kebutuhan) sawo, semangka, durian,
nangka masak nangka,
alpukat,
kurma,
manisan buah.
MINUMAN Minuman
yang
mengandung
alkohol, susu
kental manis,
soft drink, es
krim, yoghurt,
susu
LAINNYA makanan yang Gula pasir,
digoreng dan yang gula mer ah,
menggunakan gula batu,
santan kental, madu Makanan/
kecap, saus tir minuman yang
am manis: cake,
kue-kue
manis, dodol,
tarcis, sirup,
selai manis, c
oklat, permen,
tape,
mayonaise.

CONTOH MENU SEHARI

PAGI SIANG MALAM


Roti putih dengan Selai Nasi Nasi
kacang

12
Telur rebus Semur Daging Pepes ikan
Lalap daun Tempe Goreng Cah tahu
slada/Tomat
Pecel Tumis kangkung
Jam 10.00 (selingan) Jeruk Apel
Apel

Jam 16.00 (Selingan) Jam 21.00 (Selingan)

Puding Pepaya Crackers tawar atau buah

3. Aktivitas Fisik
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2 apabila
tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit,dengan total 150 menit perminggu.Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari
berturut-turut. Apabila kadar glukosa darah<100 mg/dL pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahuludan bila>250 mg/dL dianjurkan untuk
menundalatihan jasmani. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung
maksimal). seperti:jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang
(Konsensus, 2015).
1. Senam Kaki Diabetes
a. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat
otot – otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
(deformitas). Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri,
duduk dan tidur.
b. Senam kaki dapat dilakukan dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-
sendi kaki misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat
kaki dan menurunkan kaki.
c. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat
memutar keluar dan kedalam. Selain itu gerakan mencengkram dan
meluruskan jari-jari kaki.

13
d. Latihan senam kaki diabetes dapat dilakukan setiap hari dimana saja
secara teratur. Bisa sambil bersantai bersama keluarga maupun menonton
televisi. Ketika kaki terasa dingin lakukan senam kaki diabetes
(Kemenkes, 2017).
4. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat).Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.Obat hipoglikemik oral, Berdasarkan cara kerjanya, OHO
dibagi menjadi 5 golongan:
1. Pemicu sekresi insulin sulfonylurea dan glinid.
2. Peningkat sensitivitas terhadap insulin metformin dan tiazolidindion.
3. Penghambat glukoneogenesis.
4. Penghambat absorpsi glukosa
5. penghambat glukosidase alfa.DPPIV inhibitor (American Diabetes
Association, 2013).

14
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2013). Diabetes Basics. Alexandria. Retreived from:
http://www.diabetes.org. Diakses pada tanggal 1 Januari 2020.
Ario, M. D. (2014). Effect of Nicotine in Cigarette for Type 2 Diabetes
Mellitus. Jurnal Majority, 3(7).
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Diet Diabetes Melitus. Kemenkes RI: Direktorat
Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Senam Kaki Diabetes. Kemenkes RI: Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia.
(2015). Perkeni
Putra, W. A. & Berawi, K. N. (2015). Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2. Journal of Majority, Vol. 4, No. 9.
Riskesdas. 2016. Diabetes. Retrived from : file:///C:/Users/user/Downloads/infodatin-
diabetes%20(2).pdf diakses pada 30 Desember 2019
Santosa, A., Trijayanto, P. A., & Endiyono, E. (2017). Hubungan Riwayat Garis
Keturunan dengan Usia Terdiagnosis Diabetes Melitus Tipe II. URECOL, 1-6.
Setyanto, Purwo. 2009. Senam Kaki untuk Cegah Diabetic Foot di Persatuan
Diabetes Indonesia (PERSADIA) Unit RS Ciremai Cirebon, (Online),
(http://www.kesad.mil.id/content/senam-kaki, diakses 18 Januari 2012)
Soegondo. 2004. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI.
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Tjokroprawiro,A. (2007). Ilmu Penyakit Dalam.Surabaya. Airlangga: University
Press
Waspadji, Sarwono. 2006. Kaki Diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI.

15

Anda mungkin juga menyukai