Anda di halaman 1dari 59

BAB 2

PENGKAJIAN DAN ANALISIS DATA

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Daerah (RSD) Mangusada


RSD Kabupaten Badung Mangusada adalah salah satu Satuan Kerja Perangkat
Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati Badung melalui Sekretaris Daerah. RSD
Kabupaten Badung Mangusada berdiri di atas tanah seluas 43.235,00 M2. Sarana 1

yang tersedia berupa gedung dengan luas 25.244,81 M2 sudah selesai dibangun dan
berfungsi antara lain bangunan IRD, poliklinik, rawat inap, paviliun Mangusada,
sarana penunjang seperti farmasi, laboratorium, radiologi, PMI, endoscopy,
hemodialisa, laundry, gizi dan ruangan jenazah serta kantor manajemen. Sarana
komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan antar gedung di RSD Kabupaten
Badung yaitu telepon, rig dan HT, website dan PABX yang sangat menunjang bagi
sistem informasi dan komunikasi di lingkungan rumah sakit.
Saat ini, RSD Mangusada dipimpin oleh dr. I Nyoman Gunarta, MPH selaku
direktur RSD Mangusada Kabupaten Badung. Adapun Sumber Daya Manusia (SDM)
yang bertugas di RSD Kabupaten Badung adalah sebanyak 808 orang, yang terdiri
dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 475 orang, Tenaga Harian Lepas (THL)
sebanyak 5 orang, dan pegawai kontrak sebanyak 328. Selain itu berdasarkan jumlah
tenaga kesehatan yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan di RSD
Mangusada yaitu terdiri dari 55 orang dokter spesialis, 5 orang dokter gigi, 15 orang
dokter umum, 272 orang perawat, 20 orang bidan, 3 orang psikolog, dan 5 orang
fisioterapis.
RSD Kab. Badung Mangusada menjadi Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) secara penuh berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2010, tentang
Penetapan RSD Kabupaten Badung Mangusada sebagai Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD), yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2011. Dengan status
tersebut RSD Kab. Badung Mangusada dapat melakukan pengelolaan keuangan
secara lebih fleksibel.
Seiring dengan upaya peningkatan dan pengembangan kualitas SDM, fasilitas
pelayanan dan mutu pelayanan RSD Kab. Badung telah melakukan upaya untuk

7
meningkatkan kelas Rumah Sakit dari kelas C ke kelas B. Terhitung sejak tanggal 21
Juni 2013 telah menjadi RSD kelas B berdasarkan SK Menkes no
HK.02.03/I/1127/2013. Keberhasilan meraih perubahan kelas rumah sakit tersebut
berimplikasi kepada tuntutan peningkatan pelayanan yang lebih profesional dan
pengembangan struktur organisasi. Berdasarkan nSurvei Akreditasi yang
dilaksanakan pada tanggal 06 - 08 Desember 2016, RSD Kabupaten Badung
Mangusada kembali lulus Akreditasi Versi 2012 di tingkat Paripurna. RSD Kab.
Badung Mangusada juga telah melaksanakan Audit Sertifikasi ISO 9001:2008 oleh
Tim Surveior Audit Sertifikasi ISO 9001 : 2008. Selain itu, pada tanggal 12
Desember 2017 diumumkan bahwa RSD Kab. Badung Mangusada berhasil meraih
predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan menjadi satu-satunya rumah sakit
daerah di Bali yang berhasil memperoleh predikat tersebut.

Dalam menerapkan pemberian pelayanan kesehatan, RSD Mangusada telah


bekerja sama dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan masyarakat berupa Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) serta Kartu Badung Sehat (KBS) yang khusus berlaku
bagi masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Badung saja, sehingga
dapat membantu dalam mempermudah proses administrasi dalam hal pembiayaan
ketika ingin mendapatkan pelayanan dan perawatan kesehatan di rumah sakit ini.

2.1.1 Visi, Misi, Keyakinan Dasar, Nilai-Nilai Dasar dan Motto

a. Visi

Menjadi rumah sakit pendidikan dengan pelayanan yang profesional, inovatif


dan berbudaya, menuju standar internasional.

b. Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berfokus pada


keselamatan pasien,
2) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian dan
pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat,
3) Melaksanakan tata kelola administrasi rumah sakit yang baik.

8
c. Motto dan Prinsip Pelayanan

Adapun motto yang dijunjung oleh RSD Mangusada adalah “Kesehatan Anda
adalah Kebahagiaan Kami” dengan prinsip pelayanan yang diterapkan adalah
dengan “4S” (Senyum, Sapa, Servis, Simpati).

2.1.2 Fasilitas Pelayanan

Adapun fasilitas pelayanan kesehatan yang ditawarkan di RSD Mangusada


Kabupaten Badung ini adalah sebagai berikut :

a. Fasilitas Unggulan

Fasilitas unggulan dari RSD Mangusada terdiri dari :


1. Unit hemodialisa yang memiliki 25 unit mesin cuci darah yang digunakan
untuk melayani pasien reguler maupun pasien CITO.
2. Endoskopi yang terdiri atas 1 unit mesin endoscopy yang digunakan untuk
tindakan endoscopy diagnostic baik saluran cerna bagian atas maupun
bagian bawah.
3. Trauma center merupakan rangkaian pelayanan yang melibatkan beberapa
fasilitas di dalam Rumah Sakit. RSD Mangusada Kabupaten Badung kini
telah membentuk Tim Code Blue-Mangusada Emergency Respon Unit,
yang disingkat CB-MERU. CB-MERU merupakan salah satu kode di
RSD Mangusada Kabupaten Badung, yang menandakan adanya korban
atau pasien yang mengalami henti nafas dan henti jantung serta
kegawatdaruratan medis lainnya melalui sistem komunikasi efektif
terstruktur dan penanganan korban atau pasien dengan penerapan Bantuan
Hidup Dasar (B.H.D) oleh tim primer dan Bantuan Hidup Lanjutan
(B.H.L) oleh tim sekunder
4. Tim Disaster RSD Mangusada Kabupaten Badung merupakan salah satu
fasilitas kesehatan yang mempunyai tugas untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik dalam kondisi normal
ataupun bila ada bencana atau disaster.

9
5. Cath Lab adalah suatu pelayanan yang dilakukan di laboratorium
kateterisasi jantung & angiografi untuk menentukan Diagnostik penyakit
jantung dan pembuluh darah dan untuk selanjutnya dilakukan Intervensi
Non Bedah sesuai indikasi secara invasive melalui pembuluh darah
dengan menggunakan kateter atau elektroda.

b. Rawat Jalan
1. Poliklinik reguler
2. Poliklinik eksekutif

3. Layanan praktek sore dokter spesialis

c. Rawat Inap
1. Rawat inap reguler terdiri dari 5 ruang rawat inap yaitu Ruang Oleg,
Ruang Margapati, Ruang Cilinaya, Ruang Janger, dan Ruang Kecak.
Rawat inap terdiri dari Kelas I, Kelas II, dan Kelas III.
2. Rawat intensif terdiri dari :
- NICU (Neonatal Intensive Care Unit), dengan 6 (enam) incubator dan
10 box bayi. Ruang NICU memiliki 13 orang perawat, 12 bidan, dan 1
orang tenaga administrasi.
- HCU (High Care Unit) merupakan ruangan yang difungsikan untuk
perawatan pasien yang memerlukan pengawasan lebih intensif dengan
jumlah tempat tidur sejumlah 7 buah. Ruang HCU memiliki 19 tenaga
kerja yang terdiri dari 18 perawat dan 1 orang administrator.
- ICU (Intensive Care Unit) adalah ruangan yang difungsikan untuk
perawatan pasien bayi – dewasa yang memerlukan perawatan intensif,
dengan jumlah tempat tidur sejumlah 4 buah. Ruang ICU memiliki
tenaga perawat sebanyak 18 orang, tenaga bidang 1 orang dan tenaga
administrasi 1 orang.
- ICCU (Intensive Coronary Care Unit) merupakan ruangan yang
difungsikan untuk perawatan pasien yang memerlukan perawatan
intensif di bagian jantung dengan jumlah tempat tidur sejumlah 4 TT.
Ruang ICCU memiliki tenaga perawat sebanyak 22 orang, dan tenaga

10
administrasi 1 yang orang. Petugas ICCU juga merangkap untuk
pelayanan di cath lab.

3. Rawat Inap Pavilliun terdiri dari 32 kamar V.I.P, 5 kamar V.V.I.P, dan 2
kamar Super V.V.I.P

d. Penunjang Medis
1. Pemeriksaan radiologi yang terdiri dari
- Ultrasonografi (USG 3D/4D), digunakan dalam pemeriksaan organ
abdomen (ginjal, buli-buli, prostat, hepar, lien, gallblader, payudara
dan pembuluh darah pada extremitas atas I bawah) dengan
menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat di
dengar oleh telinga kita dan tidak ada efek radiasi.
- Automated Breast Volume Scanning (ABVS) digunakan dalam
pemeriksaan payudara yang menggunakan gelombang ultrasonik yang
mampu memberikan citra tiga dimensi dari anatomi payudara sebingga
diagnosis panyudara lebih akurat dan komprehensif. Alat ini dapat
digunakan untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker payudara.
- X-Ray Stationer Multi Fusiion yang digunakan dalam pemeriksaan
radiologi konvensional tanpa kontras.
- CT Scan 16 Slice yang digunakan dalam pemeriksaan diagnostik yang
menggunakan sinar-X sebagai sarana untuk menghasilkan gambaran
bagian tubuh yang berupa irisan organ tubuh secara tiga dimensi
(axial, coronal dan sagital).
- X-Ray Flouroscopy yang digunakan dalam pemeriksaan radiologi
konvensional dengan kontras untuk mengevaluasi dan mengobservasi
fungsi fisiologis tubuh yang bergerak, seperti proses menelan, jalannya
barium di dalam traktus digestivus, penyuntikan zat kontras pada
sistem biliari dan lain-lain.
- Panoramic yang digunakan dalam pemeriksaan radiologi dental gigi
secara keseluruhan dengan satu kali pemeriksaan.

11
- Magnetic Resonance Imaging (MRI) 1,5 Tesla digunakan dalam
pemeriksaan diagnostik yang menghasilkan gambaran irisan dengan
menggunakan medan magnet tanpa menggunakan sinar-X.

e. Penunjang Klinik
1. Pelayanan bank darah
2. Rawat intensif
3. Kamar bersalin
4. Ruang operasi
5. Instalasi farmasi
6. Instalasi gizi
7. CSSD (Central Supply Sterile Department)

8. Rekam medis.

f. Penunjang Non Klinik


1. Pelayanan Laundry/Linen
2. Jasa Boga/Dapur

3. Gudang

4. Sistem Informasi Dan Komunikasi

5. Pemulasaraan Jenazah

6. Ambulans 24 Jam

7. Teknik Dan Pemeliharaan Fasilitas (IPSRS)

8. Sistem Penanggulangan Kebakaran

9. Pengelolaan Air Bersih dengan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

10. Pengelolaan Limbah (Incenerator)

11. Pengelolaan Gas Medik

2.2 Gambaran Umum Ruangan High Care Unit (HCU)

12
Ruangan HCU Puspanjali berada di lantai satu Gedung E Rumah Sakit Daerah
Mangusada Kabupaten Badung. Ruangan HCU Puspanjali saat ini hanya bersifat
sementara karena menunggu ruangan tetap yang akan diletakan pada Gedung baru
yang masih sedang dalam tahap pembangunan. Di ruangan ini terdapat tenaga kerja
sebanyak 19 orang yang terdiri dari 18 orang perawat (7 perawat PNS dan 11
perawat kontrak) dan 1 administrator. Adapun kualifikasi dari perawat adalah
sebanyak 4 perawat sudah berkualifikasi S1 Ners dan 14 orang masih D3
Keperawatan. Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, petugas di
Ruang HCU masih menggunakan metode penugasan tim yang terdiri dari 4 anggota
untuk setiap timnya.

Adapun fasilitas dan Alat Kesehatan yang terdapat di Ruang HCU Puspanjali RSD
Mangusada Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:
1. Fasilitas Ruang HCU
a. Telepon sebanyak 1 buah.
b. Komputer dan printer sebanyak 1 buah.
c. Meja nursestation sebanyak 1 buah.
d. Kursi plastik sebanyak 7 buah.
e. Tabung pemadam kebakaran sebanyak 1 buah.
f. Kulkas sebanyak 2 buah
g. Almari loker sebanyak 1 buah.
h. Tong sampah injak sebanyak 4 buah.
i. Instrument cabinet rool door sebanyak 1 buah.
j. Bed pasien sebanyak 7 buah.
k. Bedside cabinet sebanyak 7 buah
l. Bedside monitor sebanyak 7 buah.
m. Infus stand sebanyak 8 buah.
n. AC sebanyak 2 buah.
o. Korden sebanyak 4 buah.
p. Jam dinding sebanyak 1 buah

13
q. Kursi tunggu 3 seat sebanyak 2 buah.
r. Wastafel dan kaca sebanyak 1 buah.
s. Tirai pemisah sebanyak 7 buah.

2. Alat Kesehatan di Ruang HCU


a. Suction portable sebanyak 2 buah.
b. ECG sebanyak 1 buah.
c. Medicine troly sebanyak 2 buah.
d. Troly emergency sebanyak 1 buah.
e. DC shock sebanyak 1 buah.
f. Nebulizer sebanyak 2 buah.
g. Cucing sebanyak 2 buah.
h. Pispot stenless sebanyak 2 buah.
i. Blood warmer sebanyak 2 buah.
j. Blood sugar test sebanyak 1 buah.
k. Laryngoscoop anak sebanyak 1 buah.
l. Tabung oksigen portable sebanyak 7 buah.
m. Syringe pump sebanyak 7 buah.
n. Stetoskop sebanyak 5 buah.
o. Baging bayi, anak dan dewasa sejumlah 3 buah.
p. Sphygmomanometer sebanyak 2 buah.
q. Oximetry portable sebanyak 1 buah.
r. Hecting set sebanyak 2 buah.
s. Infusion pump sebanyak 2 buah.

2.4 Pengkajian dan Analisis Data

2.4.1 Pengkajian Kepala Ruangan

 Pilar 1 : Management Approach

14
Tabel 2.1 Data Pengkajian Management Approach
No. Jenis Kegiatan Dilaksanakan
Ya Tidak
Fungsi Perencanaan
1. Merencanakan jumlah, jenis dan mutu tenaga perawatan, serta √
tenaga lain sesuai kebutuhan ruang rawat yang berada di
wilayah tanggung jawabnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala ruangan dikatakan bahwa


tenaga perawat di RSD Mangusada khususnya di ruang HCU hanya menerima
secara langsung total dan kebutuhan perawat tanpa ikut merencanakan dengan
komite RSD Mangusada.

2. Penyesuaian kebutuhan perawat dengan beban kerja perawat √


dan tingkat ketergantungan pasien dalam ruang perawatan

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh kelompok dengan menggunakan


metode perhitungan kebutuhan perawat dengan metode Gillies didapatkan hasil
bahwa jumlah kebutuhan perawat yang dibutuhkan di ruangan HCU Puspanjali
dengan jumlah pasien yang dirawat sebanyak 5 orang dengan jenis perawatan yang
diperlukan adalah intensive care maka didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Nilai A :
- Perawatan langsung secara intensive care yaitu 5 orang x 8 jam = 40
jam
- Perawatan tak langsung yaitu 5 orang x 1 jam = 5 jam.
- Pendidikan kesehatan yaitu 5 orang x 0,25 jam = 1,25 jam
Maka didapatkan nilai A adalah 40+5+0,25 = 46,25 jam/5 orang klien =
9,25 jam.
b. Nilai B : jumlah klien adalah 5 orang
c. Nilai C : jumlah hari/tahun adalah 365 hari
d. Nilai D : Jumlah hari libur masing-masing perawat adalah 78 hari.
e. Nilai E : Jumlah jam kerja perawat adalah 7 jam

15
Hasil perhitungan yaitu :
AxBxC = 9,25 x 5 x 365 = 16881,25 = 8,402 orang
(C-D) x E (365-78) x 7 2009
Ditambah dengan koreksi 25% menjadi 10,50 atau 10 orang perawat

Sehingga berdasarkan perhitungan tersebut dengan jumlah perawat diruangan HCU


yaitu sebanyak 18 perawat sedangkan berdasarkan perhitungan berdasarkan tingkat
ketergantungan perawat hanya dibutuhkan 10 orang perawat saja untuk merawat
pasien dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kelebihan beban kerja pada perawat.

3. Merencanakan jumlah dan jenis peralatan keperawatan yang √


diperlukan sebagai penunjang tercapainya pelayanan di ruang
rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat di HCU serta dengan
perawat yang bertugas dalam manajemen inventaris di ruang HCU, perencanaan
jumlah dan jenis peralatan keperawatan biasanya akan dilakukan oleh perawat
untuk mempersiapkan pengajuan peralatan yang perlu disediakan maupun yang
rusak atau perlu dikalibrasi. Biasanya perawat di ruangan akan merencanakan dan
mengusulkan pengadaan alat kesehatan tahunan setiap bulan Januari.

4. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan yang akan √


diselenggarakan sesuai kebutuhan klien.

Berdasarkan hasil observasi bahwa tenaga keperawatan di ruang HCU


merencanakan dan menentukan intervensi yang diberikan kepada setiap pasiennya,
misalnya dalam hal pengobatan maupun tindakan keperawatan namun tetap
berkonsultasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Bentuk nyata yang dapat kami
observasi adalah adanya dokumen rencana perawatan (RENPRA) yang telah
disediakan oleh perawat yang dimasukkan ke dalam less pasien.

5. Merencanakan pembinaan dan pengembangan karier ketua √


tim dan perawat pelaksana melalui pendidikan serta latihan

16
berjenjang.

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan HCU, dikatakan bahwa untuk


pembinaan dan pengembangan karir ketua tim dan perawat pelaksana dilakukan
dengan mengirimkan perwakilan dari tim ataupun perawat pelaksana untuk
mengikuti suatu seminar ataupun pelatihan untuk meningkatkan skill dalam
pemberian asuhan keperawatan, seperti pelatihan BHD, ACLS, dll. Pengajuan untuk
mengikuti pelatihan maupun seminar ilmiah biasanya akan dilakukan oleh kepala
ruangan ke bagian diklat RSD Mangusada.

6. Merencanakan penambahan peralatan keperawatan sesuai √


dengan kebutuhan ruangan.

Berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa penambahan peralatan keperawatan


disesuakani dengan kebutuhan ruangan serta juga melihat dari keadaan pasien.
Selain itu, perencanaan jumlah dan jenis peralatan keperawatan biasanya akan
dilakukan oleh perawat yang bertugas untuk manajemen inventaris di ruang HCU
untuk mempersiapkan pengajuan peralatan yang perlu disediakan maupun yang
rusak atau perlu dikalibrasi.

7. Merencanakan pengadaan SAK dan SOP minimal 10 kasus √


besar di ruangan untuk diterapkan oleh seluruh ketua tim dan
perawat pelaksana.

Berdasarkan observasi bahwa pengadaan SAK dan SOP minimal 10 kasus besar di
ruangan sudah tersedia dan diterapkan oleh seluruh ketua tim dan perawat
pelaksana, yang dibuktikan dengan berdasarkan dokumentasi yang ada di ruang
HCU.

8. Merencanakan penilaian kualitas pelayanan keperawatan di √


ruangan dengan menggunakan indikator mutu seperti BOR,
ALOS, NDR, GDR dan TOI.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara serta studi dokumen
didapatkan bahwa penilaian kualitas pelayanan keperawatan di ruangan dengan
menggunakan indikator mutu seperti BOR, ALOS, NDR, GDR dan TOI telah

17
diterapkan terbukti berdasarkan dokumentasi yang ada di ruang HCU. Pendataan
indikator mutu berupa BOR, ALOS, NDR, GDR, dan TOI tersebut telah
terdokumentasi dengan baik di ruangan dengan rentang waktu selama 6 bulan
terakhir. Adapun rata-rata dari masing-masing indikator mutu tersebut mulai dari
bulan Juli – Desember 2018 adalah :
BOR = 87% + 87% + 88% + 79% + 82% + 88% = 511% : 6 = 84,67%= 85%
ALOS = 3,4 +6,12 + 10 + 4,15+ 8,5 + 9 = 41,17 : 6 = 6,86
NDR = 800 +625 + 769 +737 +875+777 =4.583 : 6 = 763,83
GDR = 900 + 812,5 + 769 + 895 + 1000 + 888 = 5264,5 : 6 = 877,41
TOI = 1,4 +1,5 + 2 + 2,3 + 5 + 3 = 15,2 : 6 = 2,53

9. Merencanakan pertemuan rutin dengan ketua tim dan perawat √


pelaksana secara terjadwal.

Berdasarkan observasi dan wawancara bahwa pertemuan rutin dengan ketua tim dan
perawat pelaksana secara terjadwal.misal dalam kegiatan timbang terima

10. Merencanakan supervise keperawatan kepada ketua tim dan √


perawat pelaksana secara terjadwal.

Berdasarkan observasi dan wawancara bahwa supervise keperawatan kepada ketua


tim dan perawat pelaksana secara terjadwal memang dilakukan namun supervise
yang dilakukan dalam pengadaan alat dan APD. Selain itu, supervise mengenai
prosedur tindakan biasanya dilakukan secara tidak terjadwal oleh tim supervise
rumah sakit, sedangkan untuk supervise yang sering dilakukan secara mandiri oleh
ruangan HCU Puspanjali mayoritas lebih sering mengenai kebiasaan perawat dalam
melakukan cuci tangan serta pemanfaatan APD yang tepat sesuai dengan perawatan
yang akan dilakukan pada pasien. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
oleh kelompok selama praktik di ruang HCU Puspanjali, setiap perawat yang
bertugas sudah menerapkan five moment cuci tangan dengan teknik cuci tangan yang
telah tepat yaitu dengan 6 langkah cuci tangan.

11. Menyusun permintaan kebutuhan rutin, alat, obat dan bahan √

18
yang diperlukan di unit rawat inap.

Berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa penyusunan permintaan kebutuhan


obat dan bahan rutin yang diperlukan di HCU sulit dilakukan karena kondisi pasien
yang dirawat di HCU adalah berbeda-beda sehingga biasanya apabila
membutuhkan obat maupun kebutuhan bahan seperti ketika memerlukan transfuse
darah akan direncanakan terlebih dahulu oleh perawat dalam bentuk dokumentasi
tertulis setelah itu perawat akan meminta perwakilan keluarga agar mengambil obat
di poli farmasi ataupun meminta keluarga untuk memproses permintaan darah di
bank darah setelah mendapatkan arahan dari perawat. Sedangkan untuk penyusunan
permintaan kebutuhan alat biasanya akan dilakukan oleh perawat yang bertugas
untuk manajemen inventaris di ruang HCU untuk mempersiapkan pengajuan
peralatan yang perlu disediakan maupun yang rusak atau perlu dikalibrasi. Terkait
dengan penyusunan permintaan alat dan bahan untuk kebutuhan rutin biasanya
perawat akan mengamprah BHP (Bahan Habis Pakai) setiap minggu pada hari
Jumat ke gudang farmasi dan ke IPSRS.

Fungsi Pengorganisasian

1. Membuat struktur organisasi ruangan yang dapat menunjang √


pelaksanaan pelayanan keperawatan (Misal: Metode Primer)

Berdasarkan wawancara bahwa struktur organisasi ruangan yang dapat menunjang


pelaksanaan pelayanan keperawatan (Misal: Metode TIM) dibuat namun tidak
ditempel di dalam ruangan sehingga sulit diketahui bila tidak ditanya atau
diperhatikan dengan jelas cara kerja perawat di HCU.

2. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan √


tenaga lainnya di ruang rawat yang berada dalam wilayah
tanggung jawabnya sesuai kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku.

Berdasarkan observasi dan wawancara bahwa adanya kegiatan menyusun dan


mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lainnya di ruang rawat yang
berada dalam wilayah tanggung jawabnya sesuai kebutuhan dan ketentuan yang

19
berlaku terbukti dari jadwal dokter yang berjaga tiap hari nya di rekam medis setiap
pasien

3. Mengembangkan struktur organisasi dengan menggunakan √


model pendekatan lini dan staf.

Berdasarkan wawancara dan observasi bahwa struktur organisasi dengan


menggunakan model pendekatan lini dan staf. dilakukan di RSD Mangusada secara
umum dan dilakukan di setiap ruangan yang ada sehingga proses manajemen rumah
sakit secara berkesinambungan dapat diketahui oleh seluruh perawat RSD
Mangusada

4. Menyampaikan aspirasi perawat di ruangan yang menjadi √


tanggung jawabnya melalui bidang keperawatan atau komite
keperawatan.

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan bahwa setiap perawat dapat


menyampaikan aspirasi di ruangan yang menjadi tanggung jawabnya melalui bidang
keperawatan secara pribadi lalu kepala ruangan akan melaporkan ke komite
keperawatan. Biasanya aspirasi dari perawat yang bertugas diruangan HCU akan
dikumpulkan setiap rapat 3 bulanan. Berdasarkan hasil data tersebut, kelompok
menyimpulkan bahwa kepala ruangan HCU Puspanjali termasuk menganut gaya
kepemimpinan demokratis.

5. Melakukan penghitungan kebutuhan tenaga perawat di √


ruangan yang menjadi tanggung jawabnya.

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan HCU, menyatakan bahwa


perencanaan kebutuhan tenaga perawat di ruangan tidak dilakukan oleh ruangan itu
sendiri karena penghitungan kebutuhan tenaga perawat di ruangan biasanya sudah
diatur oleh komite RSD.

6. Sistem perhitungan tenaga perawat yang digunakan adalah √


standar Depkes, Gillies atau Douglas.

Berdasarkan wawancara bahwa sistem perhitungan tenaga perawat tidak

20
menggunakan standar Depkes, Gillies atau Dougla namun tergantung dari
kebutuhan RSD Mangusada atau SK yang telah ada.

Fungsi Kepersonaliaan

1. Berperan dalam pelaksanaan seleksi penerimaan tenaga √


keperawatan sesuai jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan
rumah sakit.

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, beliau menyatakan bahwa beliau


tidak ikut terlibat dalam proses seleksi dalam penerimaan tenaga keperawatan.
Biasanya proses seleksi dan penentuan kepegawaian adalah kewenangan dari
subbagian umum dan kepegawaian.

2. Memberikan program orientasi kepada tenaga perawatan baru √


atau tenaga lainnya yang akan bekerja di ruang rawat yang
menjadi tanggung jawabnya.

Berdasarakan hasil wawancara dengan kepala ruangan serta beberapa perawat di


HCU, setiap ada perawat baru, petugas baru maupun mahasiswa praktik di ruang
HCU akan dilakukan orientasi mengenail sistem kerja, alat-alat, fasisilitas, form-
form yang ada di ruang HCU.

Fungsi Pengarahan

1. Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga √


keperawatan untuk melaksanakan pelayanan keperawatan
sesuai ketentuan standar.

Kepala ruangan selalu memberikan pengarahan kepada perawat-perawat yang


bertugas di ruang HCU mengenai tindakan yang akan dilakukan kepasien,
kebersihan dan perlindungan diri perawat, serta selalu memberikan motivasi untuk
memberikan pelayanan yang baik kepada pasien.

2. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara √


bekerjasama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan keperawatan di ruang rawat tersebut.

21
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, pelayanan keperawatan di ruang HCU
selalu bekerjasama dengan dokter-dokter spesialis yang menangani pasien, bagian
psikioterapi, farmasi dan juga perawat-perawat yang ada di ruang lain.

3. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan √


agar selalu dalam keadaan siap pakai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat di ruang HCU,
pemeliharaan alat-alat yang ada diruangan selalu di atur dengan baik dan diperiksa
setiap operan jaga, biasanya 1 tempat tidur tersedia 1 fasilitas untuk keperluan
pasien. Jika ada alat yang rusak, jatuh dan habis, akan dikoordinasikan dengan
teknisi rumah sakit (IPSRS) dan dilaporkan dalam bentuk bukti nyata maupun
tertulis.

4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris dalam unit √


kerjanya.

Kepala ruangan mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris dengan


membuatnya dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk file yang disimpan dalam
komputer. Seperti saat menginventaris aset di ruangan, kepala ruangan membuat
berita acara untuk mempertanggungjawabkannya. Selain itu, di ruangan HCU
Puspanjali telah ditunjuk salah satu perawat yang bertugas untuk mengurus segala
hal yang berhubungan dengan inventaris yaitu Ibu Luh De Eka.

5. Mempertahankan dan meningkatkan sistem pencatatan dan √


pelaporan tenatng perkembangan klien dan kegiatan lain yang
dilakukan secara tepat dan benar.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan setiap adanya perkembangan


kondisi dari pasien maupun tindakan – tindakan yang telah dilakukan kepada pasien
akan selalu dilakukan pencatatan di flip chart pasien dan less pasien. Selain itu,
berdasarkan hasil observasi, hal tersebut telah terbukti dilakukan oleh setiap
perawat yang melakukan tindakan atau bertugas pada saat itu yang terlihat selalu
menuliskan tindakan yang telah dilakukan di flip chart pasien. Selain perawat,
tenaga kesehatan lainnya seperti dokter yang melakukan visite pada pasien juga

22
selalu mendokumentasikan.

6. Melakukan pendelegasian secara tertulis sesuai standar jika √


sedang bertugas keluar atas kepentingan kedinasan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, setiap pendelegasian akan dilakukan


secara tertulis oleh pihak yang menyerahkan maupun yang menerima dengan
diakhiri tanda tangan dari kedua belah pihak

7. Memotivasi perawat dengan dukungan positif untuk √


meningkatkan semangat kerja

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan beberapa perawat di


ruang HCU, kepala ruangan selalu memotivasi bawahannya seperti menyarankan
perawat yang masih berkualifikasi D3 Keperawatan untuk melanjutkan jenjang
pendidikannya ke Ners, memotivasi dalam hal memberikan semangat jika perawat
sedang lelah dalam bekerja dengan cara mengajak perawat mengobrol santai saat
istirahat.

8. Melakukan penyelesaiaan konflik antar staf perawatan secara √


persuasif.

Berdasarkan hasil wawancara, jika ada konflik antar staf perawat, kepala ruangan
akan mengumpulkan bawahanya dan melakukan diskusi untuk menanyakan masalah
yang terjadi. Kemudian kepala ruangan akan mengambil keputusan dan tindakan
yang tepat agar tidka terjadi lagi konflik antar perawat. Biasanya bentuk konflik
yang terjadi antar petugas kesehatan misalnya miskomunikasi mengenai kondisi
pasien, biasanya strategi penyelesaian konflik yang dilakukan adalah berupa strategi
kolaborasi maupun kompromi sehingga kedua belah pihak dapat terpuaskan.

9. Melakukan supervise secara berkala sesuai jadwal dan atau √


sewaktu-waktu kepada ketua tim dan perawat pelaksana

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan HCU, supervise tindakan


keperawatan kepada pasien di lakukan sewaktu-waktu. Supervisi yang dilakukan
setiap hari biasanya dalam pelaksaan five moment dan ketaatan perawat dalam

23
mengklasifikasi membuang sampah.

Fungsi Pengendalian

1. Melaksanakan penilaian kinerja perawat secara berkala √

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, penilaian kinerja perawat


dilakukan setiap bulan September menggunakan indikator penilaian yang dilihat dari
daftar nilai tahunan masing-masing individu yang disetor ke bagian kepegawaian

2. Mengendalikan pelaksanaan peraturan/tata tertib pelayanan √


keperawatan yang berlaku di ruangan.

Berdasarkan hasil observasi, kepala ruangan di ruang HCU selalu memantau tata
tertib yang ada di ruangan. Seperti jam datang perawat, suasana diruangan, dan
membuat jadwal jam masuk keluarga untuk bertemu dengan pasien.

3. Mengendalikan pendayagunaan peralatan keperawatan secara √


efektif dan efisien.

Berrdasarkan hasil observasi di ruangan, peralatan digunakan secara efektif dan


efisien oleh perawat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien.

4. Menilai mutu pelayanan keperawatan dengan melakukan √


audit dokumentasi keperawatan di ruangan.

Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi keperawatan di ruang HCU dilakukan


penilaian menggunakan indikator penilaian indikator mutu pelayanan intensif.
Kepala ruangan melakuakan pemantuan kelengkapan dokumentasi secara berkala.

5. Melakukan penilaian kualitas pelayanan rumah sakit di √


ruangan yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menggunakan indikator mutu seperti BOR, ALOS, NDR,
GDR, dan TOI.

Berdasarkan hasil wawancara, penilaian kualitas pelayanan rumah sakit di ruang


HCU sudah menggunakan indikator mutu seperti BOR,LOS, TOI, NDR, GDR.
Adapun hasil dari masing-masing indikator mutu tersebut apabila di rata-ratakan
dalam 6 bulan terakhir adalah BOR sebesar 85% yang berarti masih dalam kategori

24
baik karena masih berada pada rentang 60-85%, ALOS yaitu sebesar 7 hari, NDR
yaitu sebesar 763,83%, GDR yaitu sebesar 877,41% dan TOI yaitu sebesar 2 hari
yang masih dalam kategori baik karena idealnya berada pada rentang 1-3 hari.

6. Menampung dan menanggulangi usul dan keluhan tentang √


masalah-masalah tenaga perawatan dan pelayanan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, keluhan-keluhan ataupun usul yang


diberikan oleh pasien maupun keluarga pasien selalu ditampung kemudian
dirundingkan bersama.

7. Mengklarifikasi / mengelompokkan klien di ruang rawat √


menurut tingkat kegawatan, infeksi dan noninfeksi untuk
memudahkan perawatan.

Berdasarkan hasil wawancara, tida ada sistem pengelompokan pasien di ruang


HCU. Setiap pasien yang datang akan ditempatkan di bed yang kosong. Hal tersebut
disebabkan karena kapasitas ruangan HCU yang masih bersifat sementara dan
terbatas.

8. Mengevaluasi angka kejadian flebitis ataupun dekubitus di √


ruangan perawatan selama pasien di rawat

Catatan mengenai dekubitus maupun flebitis sudah ada disetiap ruangan termasuk
di ruang HCU Puspanjali. Bila kejadian memang terjadi sebelum pasien dirawat di
HCU maka data tersebut akan masuk ke kejadian ruang sebelumnya dan bukan
termasuk data kejadian di HCU. Angka kejadian dekubitus maupun flebitis masuk
pada standar pelayanan minimal (SPM) yang nantinya akan masuk ke dalam
surveylan program PPL oleh PIC. Masing-masing ruang memiliki PIC mengenai
kejadian ini dan khusus diruang HCU Puspanjali PIC mengenai kejadian ditanggung
jawabi oleh Ibu Luh De Eka selaku perawat di ruang HCU. Selain itu bukti nyata
yang dapat diobservasi kelompok adalah sudah adanya dokumentasi pelaporan
kejadian dekubitus dan flebitis di ruangan HCU Puspanjali dengan data kejadian
flebitis terbaru adalah pada bulan Februari.

25
9. Mengendalikan fungsi alat agar tetap sesuai dengan √
melakukan kalibrasi alat secara rutin.

Pengecekan kalibrasi alat merupakan program dari bagian sarana dan prasarana
rumah sakit kegiatan rutin dilakukan setiap tahunnya. Di ruangan HCU sudah
terdapat perawat yang bertugas dalam manajemen inventaris, sehingga perencanaan
jumlah dan jenis peralatan keperawatan biasanya akan dilakukan oleh perawat
untuk mempersiapkan pengajuan peralatan yang perlu disediakan maupun yang
rusak atau perlu dikalibrasi. Adapun alurnya adalah pertama perawat akan
berkoordinasi dengan petugas IPSRS, selanjutnya perawat akan mendampingi
petugas kalibrasi dan mendokumentasikan hasol kalibrasi yang telah dilakukan.

10. Melakukan survey kepuasan mutu pelayanan yang diberikan √


seperti kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan serta kepuasan kerja perawat di
ruangan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan untuk mengetahui kepuasan


pasien maupun kepuasan kerja perawat biasanya dilakukan oleh bagian humas RSD
Mangusada atau ketika terdapat mahasiswa yang melakukan penelitian di ruangan
tersebut. Selain dari itu, kepala ruangan serta beberapa perawat menyatakan tidak
ada penyebaran kuesioner yang dilakukan secara mandiri oleh ruangan HCU
Puspanjali. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner mengenai kepuasan pasien dan
keluarga terhadap pelayanan yang diberikan selama pasien di rawat inap di HCU
Puspanjali, didapatkan hasil bahwa dari 7 keluarga yang diberikan kuesioner,
sebanyak 40% perwakilan keluarga pasien menyatakan merasa puas selama
mendapatkan perawatan di HCU Puspanjali, sedangkan sebanyak 60% menyatakan
cukup puas dengan perawatan yang diberikan tetapi mengeluhkan waktu berkunjung
serta fasilitas yang didapatkan oleh penunggu pasien dirasa kurang memadai.
Sedangkan berdasarkan hasil kuesioner mengenai kepuasan kerja perawat di
ruangan HCU Puspanjali didapatkan hasil bahwa semua perawat menyatakan
kepuasan mereka selama bekerja dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

26
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat yang bekerja di
ruangan tersebut, kepuasan kerja tersebut juga diakibatkan karena adanya gaji yang
dirasa sepadan dengan beban kerja mereka yaitu gaji perawat PNS adalah Rp
3.500.000 sedangkan untuk perawat kontrak adalah Rp 2.700.000.

 Pilar 2 : Compensatory Reward

Tabel 2.2 Data Pengkajian Compensatory Reward


No. Jenis Kegiatan Dilaksanakan
Ya Tidak
1. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan karier tenaga √
perawatan melalui pendidikan dan latihan berjenjang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat, pembinaan atau
pengembangan tenaga perawat di ruang HCU merupakan salah satu program kerja
yang dilaksanakan setiap bulan jika ada pelatihan/work shop mengenai keperawatan
di ruang HCU. Semua perawat di ruangan ini minimal mengikuti 4 kali
seminar/work shop/pelatihan atau minimal mendapatkan 4 SKP dalam setahun.
Sehingga, perawat di ruangan ini harus mengikuti seminar/work shop/pelatihan
terkait perawatan di ruang HCU.
2. Mengupayakan dan memperhatikan kesejahteraan tenaga √
perawatan dan tenaga lain yang berada di bawah tanggung
jawabnya untuk meningkatkan semangat kerja.
Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan semangat kerja perawat adalah
adanya penilaian kinerja perawat yang dilaksanakan stiap bulan September. Perawat
yang memiliki kinerja baik akan diberikan reward sebagai salah satu penghargaan
bagi perawat tersebut karena sudah bekerja dengan baik. Reward yang didapatkan
yaitu berupa remunasi.
3. Memberikan reward bagi perawat dengan kinerja √
baik/berprestasi.
Perawat yang memiliki kinerja baik akan didata di ruangan HCU kemudian data
dikumpulkan ke bagian kepegawaian untuk diberikan reward atau sebuah
penghargaan berupa uang yng diberikan lebih diluar gaji yang diterima.
4. Memberikan punishment bagi perawat dengan kinerja kurang √

27
baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, dalam melakukan tindakan
keperawatan ke pasien perawat di ruang HCU sangat ditekankan untuk selalu
melakukan five moment cuci tangan. Jika perawat tidak melakukannya akan
diberikan teguran oleh perawat senior yang berada di ruangan HCU yang bertugas
sebagai pemantau five moment cuci tangan. Jika perawat tidak melaksanakan five
moment berkali-kali atau membantah teguran yang sudah diberikan maka perawat
tersebut akan dilaporkan ke kepala ruangan. Jika masalah tidak bisa diatasi oleh
kepala ruangan maka akan dilaporkan juga ke atasan. Penilaian kinerja perawat
dalam ruangan HCU dilaksanakan pada bulan September.

 Pilar 3 : Professional Relationship

Tabel 2.3 Data Pengkajian Professional Relationship


No. Jenis Kegiatan Dilaksanakan
Ya Tidak
1. Menggunakan komunikasi terbuka antar kepala ruangan √
dengan ketua tim atau staf perawat pelaksana
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, komunikasi yang digunakan dalam
ruangan ini sangat baik. Kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dokter, perawat,
pasien maupun tenaga medis lainnya yang berada di ruangan ini terlihat sangat
dekat dengan menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia dalam
penyampaian informasi.
2. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana √
keperawatan dan tenaga perawatan lainnya yang berada di
wilayah tanggung jawabnya.
Pertemuan perawat dilaksanakan srtiap 3 bulan sekali yang dinamakan rapat rutin.
Kegiatan ini termasuk dalam program kerja dari staff di ruang HCU yang
dilaksanakan dengan tujuan merencanakan dan menyepakati hal-hal penting di
ruangan.
3. Mengadakan kerjasama dan memelihara hubungan baik √
dengan kepala ruang rawat lainnya, kepala bidang, kepala
bagian, kepala instalasi dan jajaran direksi rumah sakit.

28
Berdasarkan hasil observasi, perawat di ruangan sudah menjalin hubungan baik
dengan semua staff dan pegawai di lingkungan rumah sakit dibuktikan dengan hasil
pengamatan bahwa perawat di ruangan HCU menerima dengan baik ketika salah
satu kepala ruangan menanyakan sesuatu hal seperti apakah ada bed kosong melalui
telepon maupun datang langsung ke ruangan.
4. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara √
petugas, klien, keluarga sehingga memberi ketenangan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan perawat, karu, wakaru, dokter dan staff
pegawai di ruangan terlihat saling menghormati satu sama lain. Mereka terlihat
sangat dekat dan tidak ada rasa canggung dalam berkomunikasi satu sama lain.
Komunikasi yang digunakan sangat terbuka.
5. Mengadakan pendekatan kepada tiap klien yang dirawat √
untuk mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, perawat yang bertugas di HCU tidak
hanya mengetahui pasien kelolaannya saja tetapi hampir semua perawat di ruangan
ini mengetahui semua kondisi pasien. Perawat akan sering menanyakan keluhan
pasien terutama pada pasien yang kesadarannya CM, jika pasien mengalami
penurunan kesadaran maka perawat akan sering memonitor pasien melalui alat
monitor. Komunikasi yang digunakan oleh perawat sangat baik dan tidak ada yang
bernada tinggi sehingga pasien tidak segan untuk mengatakan keluhan yang
dirasakan pasien.
6. Menjaga perasaan klien agar merasa aman dan terlindungi √
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
Perawat dalam ruangan ini menggunakan bahasa yang sangat halus kepada semua
pasien, sehingga pasien merasa terlindungi. Ketika melakukan tindakan apapun
pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran perawat tetap
mengkomunikasikan apa yang akan dilakukan ke pasien sehingga hal tersebut akan
berdampak positif bagi pasien maupun keluarga yang mendengar.
7. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi √
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi, perawat akan menyambut hangat siapapun petugas

29
medis lain yang datang ke ruangan seperti dokter, fisioterapi, analis, dan tenaga
medis lainnya yang akan melakukan pemeriksaan pada pasien-pasien tertentu yang
tidak bisa dilakukan mobilisasi dengan cepat. Sehingga para medis yang datang ke
ruangan HCU dapat melakukan tugasnya masing-masing dengan baik. Bahkan
perawat membantu para medis dalam melakukan beberapa tindakan ke pasien.
8. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan √
di ruang rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Berdasarkan hasil observasi, perawat di ruangan ini sudah bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan pelayanan yang ada di ruangan. Perawat di ruangan ini
bertanggung jawab terhadap 1-2 pasien. Pada saat melakukan timbang terima,
perawat akan menjelaskan secara jelas tentang kondisi pasien dan tindakan apa
yang harus dilakukan oleh perawat yang bertugas selanjutnya. Selain itu, perawat
dalam ruangan ini juga turut serta menjaga kebersihan lingkungan kerja dan sudah
membuang sampah medis maupun non medis di tempat sampah yang sudah
disediakan di ruangan.

 Pilar 4 : Patient Care Delivery

Tabel 2.4 Data Pengkajian Patient Care Delivery


No. Jenis Kegiatan Dilaksanakan
Ya Tidak
1. Menerapkan pemberian asuhan keperawatan sesuai standar √
(SAK, dan SOP) yang ada di ruangan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pemberian asuhan keperawatan di
ruangan HCU dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh rumah sakit
dan SOP yang digunakan juga standar yang ditetapkan oleh rumah sakit. SOP
tersebut ada di setiap ruangan tergantung kebutuhan ruangan masing-masing.
2. Mengembangkan model praktik keperawatan professional √
(MPKP) sesuai dengan SDM yang ada (Misalnya: Metode
Primer)
Model praktik keperawatan professional yang digunakan dalam ruangan ini adalah
metode tim jadi tidak ada PP maupun PA. Sistem yang digunakan adalah tim

30
sehingga perawat akan saling bekerjasama dalam merawat pasien walaupun 1
perawat bertanggung jawab terhadap 1-2 pasien dalam setiap shift perawat.
3. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap klien dalam √
batas wewenangnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, perawat akan memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga pasien tentang masalah kesehatan pasien, serta hal-hal
yang bisa dilakukan keluarga. Perawat juga akan memberikan kesempatan keluarga
bertemu dengan dokter ketika dokter melakukan visite untuk memperjelas hal-hal
yang perlu diketahui keluarga terkait kondisi pasien.
4. Mendampingi visite dokter untuk memeriksa klien dan √
mencatat program pengobatan serta menyampaikan kepada
staf untuk melaksanakannya.
Berdasarkan hasil observasi, perawat di ruangan ini selalu mendampingi dokter
melakukan visite ke pasien. Sebelum ke pasien, perawat menjelaskan terkait kondisi
pasien pada saat itu kemudian perawat akan mengantarkan dokter ke pasien sambil
mendampingi dokter melakukan visite. Setelah itu, perawat akan mengklarifikasi
kembali tindakan ataupun terapi medis yang diberikan kepada pasien. Sehingga
proses perawatan berjalan dengan baik.
4. Mendampingi visite dokter untuk memeriksa klien dan √
mencatat program pengobatan serta menyampaikan kepada
staf untuk melaksanakannya.
Berdasarkan hasil observasi, perawat di ruangan ini selalu mendampingi dokter
melakukan visite ke pasien. Sebelum ke pasien, perawat menjelaskan terkait kondisi
pasien pada saat itu kemudian perawat akan mengantarkan dokter ke pasien sambil
mendampingi dokter melakukan visite. Setelah itu, perawat akan mengklarifikasi
kembali tindakan ataupun terapi medis yang diberikan kepada pasien. Sehingga
proses perawatan berjalan dengan baik.
6. Menerapkan protokol risiko jatuh pada pasien sesuai dengan √
SOP
Ruang HCU rutin melakukan pengkajian mengenai risiko jatuh pada pasien yang
biasanya didokumentasikan di flipchart pasien. Rata-rata pasien yang dirawat di
HCU merupakan pasien yang berada pada kategori penurunan kesadaran ataupun

31
perubahan kesadaran sehingga sering gaduh gelisah atau secara tidak sadar
berusaha untuk melepaskan alat-alat yang dipasang di tubuhnya sehingga biasanya
untuk mengantisipasi hal tersebut pasien akan dilakukan tindakan restrain. Selain
itu, untuk mencegah pasien jatuh, bedrail pasien biasanya akan selalu dipastikan
dalam kondisi terpasang. Selain itu, untuk SOP yang mengatur tentang pencegahan
risiko jatuh pada pasien juga telah tersedia di ruangan HCU.

2.4.2 Pengkajian Perawat Pelaksana

Tabel 2.5 Data Pengkajian Perawat Pelaksana


No. Jenis Kegiatan Dilaksanakan
Ya Tidak
1. Mempersiapkan dan memelihara kebersihan ruang rawat dan √
lingkungannya.
Perawat yang bertugas di ruang HCU sudah menyiapkan serta memelihara
kebersihan ruang rawat dan lingkungannya dengan baik. Perawat menempatkan alat
dan bahan sesuai dengan tempatnya dengan rapi, dan ruang HCU memiliki tempat
khusus penyimpanan linen kotor. Di ruang HCU juga ada petugas kebersihan khusus
yang setiap hari membersihkan bagian lantai HCU.
2. Menerima klien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan √
yang berlaku
Pasien yang akan dirawat di ruang HCU sudah diterima sesuai dengan prosedur.
Awalnya pasien yang dikirim ke ruang HCU dibawa oleh perawat yang paling sering
adalah dari ruang OK kemudian sebelumnya perawat yang akan membawa pasien ke
HCU menghubungi ruang HCU untuk menanyakan bed kosong dan memberitahu
bahwa akan ada pasien dikirim ke HCU. Perawat di ruang HCU kemudian
menyiapkan bed pasien yang sudah dengan linen baru. Saat pasien sudah datang
maka perawat memindahkan pasien ke bed diruang HCU dan setelah itu dilakukan
timbang terima dari perawat OK ke perawat HCU beserta penyerahan berkas-berkas
terkait pasien.
3. Memelihara peralatan perawatan medis agar selalu dalam √
keadaan siap pakai.

32
Alat yang ada diruang HCU dijaga dengan baik. Ruang HCU memiliki lemari khusus
penyimpanan alat, dokumen,bahan, obat, sehingga semuanya terjaga dengan baik
dan sangat rapi. Selain itu setelah menggunakan alat, perawat nampak
membersihkannya dahulu sebelum di letakkan sesuai dengan tempatnya.
4. Melaksanakan program orientasi kepada klien tentang ruang √
rawat inap dan lingkungannya, peraturan/tata tertib yang
berlaku, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta
kegiatan rutin sehari-hari.
Perawat melakukan orientasi pada keluarga, karena pasien diruang HCU banyak
yang dalam kondisi penurunan kesadaran. Keluarga diorientasi mengenai tempat
penyimpanan barang agar aman, kamar mandi yang dapat digunakan, waktu jenguk
kedalam ruang rawat, jam-jam penting seperti pemberian makan, memandikan
pasien yang biasanya ada jam khusus bagi keluarga untuk memandikan pasien,
namun sebelumnya perawat yang menyiapkan baskom yang sudah berisi air hangat
terlebih dahulu.
5. Menciptakan hubungan kerja sama yang baik (therapeutic √
relationship) dengan klien dan keluarganya.
Hubungan perawat dengan keluarga pasien sudah nampak baik. Dalam menunjang
kesembuhan pasien, perawat bekerjasama dengan keluarga terutama dalam menjaga
kebersihan tubuh pasien yang melibatkan keluarga untuk membantu tindakan.
6. Mengkaji kebutuhan dan masalah klien sesuai standar. √
Kondisi atau masalah pada pasien selalu dikaji oleh perawat. Ada perawat yang
mengunjungi bed pasien setiap 30 menit untuk melihat kondisinya. Selain itu perawat
juga rutin mengkaji kebutuhan dan masalah pasien saat pemberian obat maupun
ketika ada alat pasien yang berbunyi.
7. Menyusun rencana keperawatan sesuai standar √
Rencana keperawatan selalu lebih dahulu ditulis oleh perawat untuk mengingatkan
sekaligus sebagai dokumentasi keperawatan. Pada ruang HCU selain ada rekam
medis seperti diruang lain, namun diruang HCU memiliki kertas dokumentasi besar
yang diletakkan dimeja depan bed pasien. Kertas tersebut bernama flipchart yang
berisikan seluruh informasi mengenai tindakan, kondisi, perubahan, rencana tentang
pasien.
8. Memberikan intervensi keperawatan kepada klien sesuai √

33
kebutuhan dengan cara:
a. Memberikan rasa aman kepada klien yang meliputi
mencegah terjadinya bahaya kecelakaan, luka,
komplikasi khususnya kepada klien yang mengalami
gangguan kesadaran.
b. Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai dengan
program pengobatan.
c. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien dan
keluarga mengenai penyakitnya.
a. Perawat memberi rasa aman pada klien, hal ini nampak ketika perawat selalu
melakukan tindakan pengkajian risiko jatuh agar pasien terhindar dari
bahaya sehingga perawat menaikkan bed rell pada bed pasien. Selain itu
pasien yang nampak gelisah akan dilakukan restrain untuk mencegah
timbulnya gerak berlebih pada pasien seperti mencabut alat yang dapat
membahayakan kondisi pasien maupun menjatuhkan alat. Sebelumnya di
ruang HCU pernah terjadi kejadian tersebut hingga menimbulkan kerusakan
alat.
b. Tindakan pengobatan di ruang HCU dilakukan sesuai dengan rencana yang
memang sudah ditulis. Selain itu perawat sudah memiliki lembar flipchart
yang dapat mengingatkan tindakan perawat serta waktu agar terhindar
kesalahan tindakan pada pasien.
c. Khusus pasien baru keluarga akan diorientasi tentang ruangan, jam
kunjungan, dll selain itu perawat juga memberikan penjelasan mengenai
penyakit pasien. Biasanya saat dokter visite perawat juga akan memanggil
keluarga agar mengetahui lebih dalam lagi mengenai penyakit pasien.
9. Melaksanakan tindakan rehabilitasi klien agar dapat segera √
mandiri
Tindakan ini tidak dilakukan pada semua pasien yang di rawat, namun pasien yang
kondisinya sudah pulih mulai dimandirikan oleh perawat seperti melepas alat bantu
makan dan mulai dilatih makan lewat mulut agar bisa kembali lebih mandiri tanpa
alat bantu. Untuk tindakan memandirikan terkadang sulit dilakukan karena pasien
diruang HCU dipasang banyak alat.

34
10. Membantu merujuk klien kepada petugas kesehatan atau √
institusi pelayanan kesehatan lain yang lebih mampu untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan atau menyelesaikan masalah
kesehatan yang tidak dapat ditanggulanginya.
Pasien yang masalahnya belum teratasi biasanya akan dikonsultasikan pada dokter
spesialis atau dokter penanggungjawab pasien. Ruang HCU juga memiliki lembar
konsultasi yang ditulis bila sudah ada hasil konsultasi antara perawat dengan dokter.
11. Melakukan pertolongan pertama kepada klien dalam keadaan √
darurat secara tepat dan benar. Selanjutnya segera melaporkan
tindakan yang telah dilakukan kepada dokter penanggung
jawab ruangan.
Saat observasi nampak ada pasien yang mengalami kejang dan dengan spontan
perawat yang bertanggung jawab segera memberikan pertolongan pada pasien
dengan memberikan injeksi. Selain itu tindakan dan kejadian tersebut nampak
dilaporkan pada dokter yang melakukan visite pada pasien tersebut.
12. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai dengan √
standar
Evaluasi tindakan keperawatan biasanya dilakukan ketika timbang terima. Perawat
akan menyampaikan pada perawat yang berjaga selanjutnya untuk tindakan apa saja
yang sudah dilakukan, bagaimana kondisi pasien dan apa yang harus dilakukan oleh
perawat yang bertugas selanjutnya.
13. Memantau dan menilai kondisi pasien. Selanjutnya √
melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil pemantauan
tersebut.
Perawat rutin memantau kondisi pasien setiap pemberian obat bahkan ada perawat
yang rutin ke bed pasien setiap 30 menit untuk menilai kondisi pasien yang
dirawatnya.
14. Membantu petugas yang lain dalam memelihara lingkungan √
yang sehat.
Selain ada perawat yang bertugas, di ruang HCU juga terdapat petugas khusus
kebersihan. Namun perawat tidak hanya menghandalkan petugas tersebut saja,
contohnya saat ada cairan yang jatuh kelantai perawat tidak menunggu petugas
kebersihan untuk mengelapnya. Selain itu pemilahan sampah juga disiplin dilakukan

35
saat perawat membuang sampah medis maupun non medis agar tidak tercampur.
15. Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan anggota √
tim kesehatan (dokter, ahli gizi, analis, pekarya kesehatan,
dll) di unit kerjanya.
Perawat diruang HCU tidak hanya bekerjasama antar perawat saja, namun
komunikasi yang baik juga dilakukan dengan anggota tim kesehatan maupun petugas
lain yang terlibat di rumah sakit tersebut. Hubungan kerjasama antara perawat
dengan dokter sangat tampak ketika kedatangan dokter untuk visite dan perawat
akan bercerita kondisi pasien selama dirawat. Hubungan perawat juga kami lihat
dengan petugas gizi yang membawa makanan pasien dan mereka selalu saling
bertegur sapa. Selain itu kerjasama juga dilakukan dengan baik bersama petugas
kebersihan yang nampak sesekali bercanda atau mengingatkan perawat ketika urine
bag pasien sudah penuh.
16. Membantu tim kesehatan dalam membahas kasus pelayanan √
keperawatan dan upaya peningkatan mutu di unit kerjanya.
Perawat ruang HCU tidak hanya peduli pada pasien yang menjadi tanggung jawab
pribadinya. Untuk meingkatkan mutu kerjanya perawat juga sesekali mengingatkan
pada perawat lainnya saat timbang terima saat ada beberapa yang lupa disampaikan
pada perawat yang akan berjaga selanjutnya. Selain itu untuk membahas kasus
pelayanan keperawatan seperti halnya ada pasien yang sulit dipasang infus, namun
setelah dokter dpjp datang maka perawat menyampaikan keluhan dan ikut bersama-
sama mencari solusi untuk pasien.
17. Melaksanakan tugas, pagi, sore, malam dan libur secara √
bergilir sesuai jadwal dinas.
Perawat diruang HCU memiliki jadwal dinas sesuai yang sudah disepakati ruangan.
Jadwal dinas mereka yaitu pagi, sore, malam, lepas. Dimana shift pagi dilakukan
dari ja m 07:30-13:30 wita. Shift siang dari jam 13:30-19:30 wita serta shift malam
dilakukan dari jam 19:30-07:30 wita. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa perawat yang bertugas di ruangan HCU Puspanjali, pembagian jadwal
dinas dirasa telah adil. Selain itu, apabila terdapat salah satu perawat yang memiliki
kesibukan lain di jadwal jaganya dan ingin menukar dengan perawat yang lain telah
diperbolehkan oleh kepala ruangan, yang penting tetap berkoordinasi dengan kepala

36
ruangan apabila terdapat perubahan jadwal dinas perawat. f
18. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antar √
petugas, klien, dan keluarganya sehingga tercipta ketenangan.
Setiap perawat pelaksana mampu menciptakan serta memelihara suasana kerja yang
optimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya hasil observasi yang telah
dilakukan kelompok ketika melihat proses komunikasi perawat dengan tenaga
kesehatan lain. Untuk mencegah kesalahpamahan akan kondisi klien yang dirawat,
perawat selalu mendampingi dokter yang melakukan visite untuk mengkaji kemajuan
kondisi pasien, serta perawat dengan detail menjelaskan mengenai tindakan –
tindakan yang telah dilakukan serta selalu melakukan komunikasi yang bersifat dua
arah. Selain itu, komunikasi perawat dengan pasien dan keluarga sudah sangat baik
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan. Setiap perawat melakukan
tindakan keperawatan seperti prosedur invasive maupun pemberian obat, perawat
tetap melakukan komunikasi dengan pasien walaupun pasien dalam kondisi
penurunan kesadaran. Selain itu, ketika pasien yang memiliki kesadaran
komposmentis mengalami nyeri saat prosedur invasive, perawat memberikan
instruksi untuk melakukan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri atau
sebagai distraksi dari rasa sakit yang dirasakan. Perawat juga telah selalu
menyampaikan kondisi pasien yang terkini serta apabila melakukan suatu prosedur
tindakan, akan selalu dikomunikasikan dengan keluarga untuk mendapatkan
persetujuan untuk dilakukannya tindakan tersebut.
19. Mengikuti pertemuan berkala yang dilaksanakan oleh kepala √
ruangan.
Pertemuan berkala yang dilaksanakan oleh kepala ruangan biasanya berupa bentuk
timbang terima keperawatan untuk memastikan semua perawat mengetahui kondisi
pasien yang dirawat. Selain itu pertemuan berkala juga sering dilakukan oleh kepala
ruangan biasanya rutin setiap 3 bulan sekali yaitu pada bulan Januari, April, Juli
dan Oktober sebagai wadah pengumpulan aspirasi dari perawat, membahas dan
mengevaluasi standar perawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta
merencanakan fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh ruangan, serta sebagai
tempat untuk saling memotivasi perawat untuk meningkatkan jenjang pendidikannya.

37
20. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang √
keperawatan, misalnya melalui pertemuan ilmiah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan HCU Puspanjali serta
beberapa staf perawat di ruangan, dikatakan bahwa setiap staf perawat secara rutin
akan mendapatkan pelatihan-pelatihan guna meningkatkan skill keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pelatihan-pelatihan yang didapatkan seperti
pelatihan BHD, pelatihan BTCLS 118, serta yang terbaru adalah 2 orang perawat di
ruangan tersebut mendapatkan pelatihan ACLS di Bandung pada September 2018.
Biasanya pembagian pelatihan pada masing-masing perawat akan dilakukan
berdasarkan kesadaran dari diri perawat itu sendiri akan kekurangan keterampilan
yang dimilikinya atau untuk mengumpulkan SKP serta apabila dirasa tidak ada yang
mengajukan diri biasanya akan didasarkan atas saran dari kepala ruangan dengan
mempertimbangkan kinerja dari perawat tersebut mengenai perawatan yang
diberikan pada pasien.
21. Melaksanakan dan memelihara sistem pencatatan dan √
pelaporan pelayanan keperawatan yang tepat dan benar,
sehingga tercipta suatu sistem informasi yang dapat
dipercaya/akurat.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan setiap adanya perkembangan
kondisi dari pasien maupun tindakan – tindakan yang telah dilakukan kepada pasien
akan selalu dilakukan pencatatan di flip chart pasien. Selain itu, berdasarkan hasil
observasi, hal tersebut telah terbukti dilakukan oleh setiap perawat yang melakukan
tindakan atau bertugas pada saat itu yang terlihat selalu menuliskan tindakan yang
telah dilakukan di flip chart pasien. Selain perawat, tenaga kesehatan lainnya seperti
dokter yang melakukan visite pada pasien juga selalu mendokumentasikan kegiatan
yang dilakukan serta hasil pengkajian dan kegiatan yang dilakukan sehingga
informasi mengenai perkembangan kondisi dan perawatan pasien dapat kontinyu.
22. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti √
secara lisan mupun tertulis saat pergantian dinas.
Serah terima tugas kepada petugas pengganti sering dilakukan secara lisan maupun
tulisan melalui proses timbang terima. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil

38
observasi yang telah dilakukan oleh kelompok yang mengobservasi proses timbang
terima keperawatan yang dilakukan ketika pergantian shift. Perawat yang bertugas
akan menjelaskan secara lisan data-data mengenai kondisi pasien dengan bantuan
flipchart pasien yang dibuat dalam bentuk tertulis kepada perawat pengganti yang
bertugas di jam dinas selanjutnya, sehingga akan membantu dalam mengurangi
miskomunikasi mengenai kondisi pasien yang menjadi tanggung jawabnya karena
proses serah terima tugas dilakukan secara lisan sekaligus juga dalam bentuk
tertulis.
23. Melaksanakan perawatan klien yang dalam keadaan sakaratul √
maut dan merawat jenazah sesuai prosedur dan peraturan
yang berlaku.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa staf perawat terkait dengan
pelaksanaan perawatam pasien dengan kondisi sakaratul maut ataupun perawatan
jenasah belumlah didasarkan atas SOP yang digunakan rumah sakit. Hal tersebut
disebabkan karena belum adanya SOP mengenai perawatan klien dalam keadaan
sakaratul maut maupun manajemen perawatan paliatif pada klien. Biasanya perawat
yang merawat jenasah akan melakukan prosedur perawatan seperti menutup kelopak
mata pasien, mengikat bagian kepala pasien, kedua ibu jari tangan pasien, kedua
lutut pasien serta kedua jempol kaki pasien, serta menaruh kapas seperlunya pada
lubang hidung dan telinga pasien. Selanjutnya pasien akan dikafani dengan kain
yang telah dibawakan oleh pihak keluarga.
24. Menyiapkan klien yang pulang, meliputi: √
a. Menyediakan formulir untuk penyelesaian
administratif, seperti:
 Surat izin pulang
 Surat keterangan istirahat rumah sakit
 Petunjuk diet
 Resep obat untuk dirumah jika diperlukan
 Surat rujukan atau pemeriksaan ulang
 Surat keterangan lunas pembayaran dan lain-
lain
b. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada kilien dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan

39
jlien mengenai :
 Diet
 Pengobatan yange perlu dilanjutkan dan cara
penggunaannya
 Pentingnya pemeriksaan ulang di rujmah sakit,
Puskesmas, atau istitusi pelayanan kesehatan
lainnya.
 Cara hidup sehat seperti pengaturan istirahat,
makanan yang bergizi, atau bahan pengganti
sesuai dengan keadaan social ekonomi.
c. Melatih klien menggunakan alat bantu yang
dibutuhkannya, seperti:
 Rolstoel
 Tonggal penyangga
 Protesa
d. Melatih klien melaksanakan tindakan keperawatan di
rumah, misalnya:
 Merawat luka
 Melatih anggota gerak
 Pengaturan diet
e. Mengantar klien yang akan pulang sampai di pintu
keluar ruang perawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat di ruangan, dikatakan
bahwa pasien-pasien yang dirawat di ruangan HCU Puspanjali, biasanya jarang
untuk segera dipulangkan, karena biasanya pasien akan selanjutnya dirawat di
ruang rawat inap biasa atau apabila terdapat perburukan kondisi maka pasien akan
dipindahkan untuk dirawat di ruang ICCU, sehingga persiapan klien untuk pulang
jarang dilakukan. Akan tetapi berdasarkan hasil observasi, terdapat beberapa pasien
yang mendapatkan persiapan berupa pemberian ROM pasif ketika akan dipindahkan
ke ruang rawat inap pasca operasi fraktur. Bentuk pelatihan ROM pasif tersebut
dilakukan oleh tenaga fisioterapi yang dalam pelaksanaannya akan didampingi oleh
perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut. Selain itu, pasien yang
dipindahruangkan ke ruangan lain, biasanya akan diantar oleh perawat menuju ke
ruangan yang dirujuk baik menggunakan bedrail bagi pasien yang mengalami

40
penurunan kesadaran ataupun yang mengalami hambatan mobilitas fisik. Tujuannya
selain untuk memastikan kondisi pasien selamat sampai di ruangan yang dirujuk
juga sekaligus melakukan serah terima tugas perawatan pasien dengan menjelaskan
kondisi pasien selama dirawat di ruang HCU Puspanjali
25. Memegang teguh rahasia jabatan. √
Perawat ataupun tenaga kesehatan lainnya selalu menjamin kerahasiaan kondisi
pasien guna memaksimalkan privasi klien. Biasanya yang dapat mengakses kondisi
atau perkembangan perawatan pasien hanyalah keluarga ataupun kerabat terdekat
pasien saja.
26. Menerapkan komunikasi dengan Metode SBAR antar perawat √
maupun dengan petugas kesehatan lainnya.
Komunikasi SBAR diterapkan diruang HCU untuk membuat komunikasi yang efektif
antar perawat maupun antara perawat dengan petugas lainnya yang terlibat di RSD
Mangusada. Selain itu SOP mengenai komunikasi SBAR juga terdapat di ruang HCU
Puspanjali.
27. Adanya evaluasi dari Tim KKPRS √
di rumah sakit Mangusada ada tim PKRS yang berada dibawah naungan Humas.
Masing-masing ruangan memiliki pelaksana PKRS biasanya kegiatannya diadakan
setiap bulan dengan tema-tema tertentu dan lebih sering kegiatan yang dilakukan
yaitu penyuluhan. Adapun alur dari evaluasi tim KKPRS ini adalah pertama
menentukan tema penyuluhan, kemudian mempersiapkan peserta penyuluhan, sarana
dan prasarana, selanjutnya berkoordinasi dengan Humas RSD Mangusada setelah
itu baru akan dilakukan penyuluhan.

28. Pembagian job description masing-masing perawat yang √


bertugas di ruangan
Pendokumentasian deskripsi tugas dari masing-masing perawat sudah terdapat di
ruangan. Di ruangan HCU metode penugasan yang diterapkan adalah metode tim
sehingga penugasan yang dilakukan oleh semua perawat adalah sama karena tidak
terdapat PP maupun PA.

29. Melaporkan apabila terdapat insiden atau kejadian yang √


membahayakan keselamatan kerja petugas kesehatan.
Kejadian yang terakhir terjadi di ruang HCU adalah tertusuk jarum. Alur yang

41
dilakukan bila ada perawat yang tertusuk jarum maka kejadian dilaporkan dulu pada
kepala ruangan dan kemudian perawat bersangkutan mengisi blangko yang
kemudian di bawa ke bagian VCT untuk cross cek HIV dan perawat tersebut akan
diberikan pengobatan selama 1 bulan serta segera disarankan untuk vaksin hepatitis
setelah itu perawat akan kembali dicek mengenai kondisinya. Akan tetapi untuk
memperjelas alur pelaporan insiden yang dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis
belumlah tersedia di ruangan.

2.5 Analisis SWOT


2.5.1 Pilar 1 : Management Approach

Tabel 2.6 Analisis SWOT Pilar 1: Management Approach


Kategori Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x
Faktor Rating

Strength (Kekuatan)

42
Internal 1. Pengadaan jumlah tenaga kerja perawat 0,2 3 0,6
Factors yang bertugas di ruangan HCU
Puspanjali RSD Mangusada telah
disesuaikan dengan tingkat perawatan
yang perlu diberikan kepada pasien
berdasarkan pada tingkat
ketergantungan pasien yaitu intensive
care sehingga tidak melebihi kapasitas
kemampuan perawat serta mencegah
terjadinya kelelahan kerja pada perawat
akibat beban kerja yang berlebih.
Berdasarkan perhitungan dengan
metode Gillies yang telah dilakukan
oleh kelompok, kebutuhan minimal
perawat yang bertugas di ruangan HCU
berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien intensive care dengan jumlah
pasien sebanyak 5 orang adalah
sebanyak 10 orang perawat, sedangkan
di ruangan HCU telah disediakan
jumlah perawat sebanyak 18 orang
perawat.

43
2. Kepala ruangan serta petugas kesehatan 0,1 3 0,3
yang bertugas di ruangan HCU
Puspanjali telah mampu merencanakan
jumlah dan jenis peralatan keperawatan
yang diperlukan sebagai penunjang
dalam pemberian pelayanan kesehatan
kepada pasien dibuktikan dengan telah
ditunjuknya salah satu perawat yang
bertugas dalam memanajemen
pengajuan peralatan penunjang atau
inventaris ruangan apabila dirasa kurang
tersedia di ruangan maupun bila alat
telah rusak atau perlu dikalibrasi dengan
berkoordinasi dengan petugas IPSRS.
Selain itu, perawat juga telah mampu
melakukan penyusunan permintaan
kebutuhan alat dan bahan untuk
kebutuhan rutin berupa mengamprah
BHP (Bahan Habis Pakai) setiap minggu
pada hari Jumat ke gudang farmasi dan
ke IPSRS. Alur pengajuan mengenai
pemenuhan kebutuhan alat penunjang
pelayanan kesehatan serta pemenuhan
kebutuhan alat dan bahan habis pakai
yang jelas akan dapat membantu kerja
perawat serta mempermudah koordinasi
perawat di ruangan dengan tenaga kerja
lainnya.

3. Kepala ruangan serta perawat yang 0,1 3 0,3


bertugas di ruangan telah melakukan

44
penilaian kualitas pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh pasien yang dirawat
inap di ruang HCU Puspanjali dengan
menggunakan indikator mutu seperti
BOR, ALOS, NDR, GDR, dan TOI yang
dari hasil perhitungan rata-rata data
indikator mutu tersebut dalam 6 bulan
terakhir masih dalam rentang yang baik.
Pendokumentasian dari penilaian
indikator mutu tersebut setiap 6 bulan
terakhir juga telah terdokumentasi
secara tertulis dan secara kontinyu
dilakukan. Selain itu, data mengenai
mutu pelayanan kesehatan seperti angka
kejadian flebitis/dekubitus yang masuk
ke dalam Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang nantinya akan masuk ke
dalam surveylan program PPL oleh PIC
juga telah terdokumentasi dengan baik
dengan data terbaru yang tersedia dalam
bentuk dokumen tertulis adalah data
pada bulan Februari.

4. Di dalam ruangan HCU Puspanjali telah 0,1 2 0,2


tersedia SOP maupun Renpra kegiatan
tindakan keperawatan yang paling sering
dilakukan di ruangan, sehingga
memudahkan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang
terarah dan optimal pada pasien.

45
5. Kepala ruangan maupun perawat senior 0,1 2 0,2
di ruangan HCU Puspanjali telah
melakukan supervise atau bentuk
tindakan pengendalian pada perawat
pelaksana di ruangan agar menerapkan
five moment cuci tangan dengan 6
langkah cuci tangan yang tepat
sehingga mampu membantu dalam
mengurangi terjadinya infeksi
nosokomial atau infeksi silang pada
pasien maupun perawat pelaksana itu
sendiri. Selain itu, bentuk supervise
lainnya yang juga sering dilakukan
adalah berupa kebiasaan pemilahan
sampah medis dan non medis serta
penggunaan APD pada perawat ketika
melakukan perawatan pada pasien.
adanya pelaksanaan kegiatan supervise
tersebut akan membantu dalam
menjaga mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh perawat maupun
petugas kesehatan lainnya tetap
berkualitas.

6. Di ruangan HCU Puspanjali telah rutin 0,1 2 0,2


dilakukan rapat bulanan yang dapat
dijadikan sebagai wadah pengumpulan
aspirasi dari perawat, membahas dan
mengevaluasi standar perawatan yang
diberikan oleh petugas kesehatan,
merencanakan fasilitas kesehatan yang

46
diperlukan oleh ruangan serta sebagai
tempat untuk saling memotivasi
perawat untuk meningkatkan jenjang
pendidikannya. Rapat bulanan di
ruangan HCU Puspanjali telah
terjadwal setiap tahunnya yaitu pada
bulan bulan Januari, April, Juli dan
Oktober.

7. Sistem pendokumentasian serta 0,1 1 0,1


pelaporan perkembangan kondisi
pasien telah dituangkan dalam bentuk
dokumen tertulis yang bersifat kontinyu
serta terstruktur sehingga memudahkan
perawat dalam berkoordinasi dan
bekerjasama dengan tenaga kesehatan
lain seperti dokter dalam menentukan
kebutuhan perawatan yang diperlukan
oleh pasien sesuai dengan kondisinya.

8. Kepala ruangan HCU Puspanjali telah 0,1 2 0,2


melakukan penilaian kinerja perawat
secara berkala yang dilakukan setiap
bulan September yang dilihat dari
indikator penilaian dari daftar nilai
tahunan masing-masing individu yang
disetor ke bagian kepegawaian, seperti
penilaian ketepatan jam data ketika
melakukan dinas, keakuratan dalam
penulisan pendokumentasian
perkembangan kondisi pasien,

47
komunikasi dengan pasien,keluarga
serta tenaga kesehatan lainnya.

9. Berdasarkan hasil kuesioner mengenai 0,1 2 0,2


kepuasan kerja perawat di ruangan
HCU Puspanjali didapatkan hasil
bahwa semua perawat menyatakan
kepuasan mereka selama bekerja dan
memberikan asuhan keperawatan pada
pasien. Selain itu, berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa perawat
yang bekerja di ruangan tersebut,
kepuasan kerja tersebut juga
diakibatkan karena adanya gaji yang
dirasa sepadan dengan beban kerja
mereka yaitu gaji perawat PNS adalah
Rp 3.500.000 sedangkan untuk perawat
kontrak adalah Rp 2.700.000.

Total 1 20 2,3

Weakness (Kelemahan)

1. Kepala ruangan maupun petugas 0,3 2 0,6


tenaga kesehatan yang berada di
ruangan HCU Puspanjali tidak turut
serta dalam merencanakan kebutuhan
tenaga perawat serta tidak mengetahui
teknik perhitungan yang dapat
dilakukan secara mandiri guna
mengetahui jumlah tenaga kesehatan
yang diperlukan dalam ruangan. Selain
itu, kepala ruangan juga tidak turut

48
serta dalam melakukan seleksi dalam
penerimaan petugas kesehatan baru
karena telah menyerahkan wewenang
tersebut ke pihak manajemen RSD
Mangusada.

2. Tidak adanya pengelompokan dalam 0,2 2 0,4


penempatan pasien yang dirawat yang
memiliki penyakit infeksius maupun
non infeksius di ruangan HCU
Puspanjali sehingga dapat berisiko
meningkatkan kemungkinan adanya
infeksi silang antar pasien.

3. Kepala ruangan tidak memiliki 0,2 3 0,6


program kerja seperti melakukan
survey mengenai kepuasan pasien
yang mendapatkan pelayanan rawat
inap di HCU Puspanjali maupun
survey mengenai kepuasan kerja pada
perawat. Biasanya survey mengenai
kepuasan tersebut hanya dilakukan
oleh bagian Humas RSD Mangusada
maupun ketika ada mahasiswa yang
mengadakan penelitian mengenai
variabel-variabel tersebut.

4. Berdasarkan hasil survey melalui 0,3 3 0,9


penyebaran kuesioner mengenai
kepuasan pasien dan keluarga selama
mendapatkan perawatan di ruangan
HCU Puspanjali didapatkan hasil yaitu

49
sebanyak 40% perwakilan keluarga
pasien menyatakan merasa puas
selama mendapatkan perawatan di
HCU Puspanjali, sedangkan sebanyak
60% menyatakan cukup puas dengan
perawatan yang diberikan tetapi
mengeluhkan mengenai waktu
berkunjung serta fasilitas yang
didapatkan oleh penunggu pasien
dirasa kurang memadai.

Total 1 10 2,5

Nilai X = S – W 2,3 – 2,5 = -0,2

External Opportunity (Peluang)


Factors

1. Adanya penyediaan bagian Diklat 0,5 3 1,5


ataupun IPSRS di RSD Mangusada
dapat membantu kepala ruangan
maupun perawat yang bertugas
diruangan dalam memberikan
pelayanan yang terbaik pada pasien
karena bagian Diklat dapat membantu
kepala ruang dalam menjembatani
proses peningkatan keterampilan dari
perawat yang bertugas di ruangannya
agar mampu memberikan pelayanan
keperawatan yang terbaik pada pasien,
sedangkan bagian IPSRS membantu
dalam memfasilitasi penyediaan
fasilitas maupun sarana prasarana

50
ruangan yang dirasakan belum tersedia
atau memerlukan perbaikan maupun
proses kalibrasi alat.

2. Adanya data mengenai hasil kuesioner 0,5 3 1,5


tentang kepuasan pasien dan keluarga
selama mendapatkan perawatan di
ruang HCU Puspanjali yang berada
dalam kategori cukup puas sekaligus
adanya beberapa keluhan yang
diutarakan oleh keluarga pasien dapat
menjadi motivasi serta bahan evaluasi
kepala ruangan maupun perawat
pelaksana di ruangan HCU dalam
memperbaiki sekaligus meningkatkan
manajemen pemberian perawatan pada
pasien dan keluarganya serta dapat
dijadikan sebagai bahan atau data yang
dapat diajukan ke bagian manajemen
sarana prasarana ataupun bagian mutu
untuk membantu dalam memfasilitas
perbaikan – perbaikan yang diperlukan
di ruangan HCU Puspanjali, sehingga
dapat membantu dalam menjaga
bahkan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang berkualitas pada
pasien dan keluarga.

Total 1 6 3,0

Threat (Ancaman)

1. Adanya kebutuhan akan 0,6 3 1,8

51
pengelompokkan dalam penempatan
pasien yang memiliki penyakit infeksi
maupun non infeksius yang
memerlukan pendanaan yang cukup
dari pihak RSD Mangusada sehingga
mempersulit terealisasinya
pengelompokkan penempatan pasien
tersebut.

2. Adanya rumah sakit lainnya yang 0,4 2 0,8


memiliki kualifikasi perawat dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi
sehingga dapat mempengaruhi
persepsi pasien dan keluarga mengenai
kualitas dalam pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh
perawat yang bertugas di ruangan
HCU Puspanjali RSD Mangusada.

Total 1 5 2,6

Nilai Y = O – T 3,0 – 2,6 = 0,4

2.5.2 Pilar 2 : Compensatory Reward

Tabel 2.7 Analisis SWOT Pilar 2: Compensatory Reward


Kategori Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x
Faktor Rating

Strength (Kekuatan)

52
Internal 1. Kepala ruangan telah menyediakan 0,5 3 1,5
Factors fasilitas berupa kesempatan bagi tenaga
kesehatan salah satunya perawat untuk
mendapatkan pelatihan maupun
seminar ilmiah yang rutin diadakan
baik oleh pihak RSD Mangusada
maupun pihak lainnya sehingga dapat
membantu perawat dalam
meningkatkan skill keterampilannya
dalam memberikan asuhan keperawatan
yang optimal pada pasien. Selain itu,
pemberian kesempatan mengikuti
pelatihan dan seminar tersebut juga
akan membantu perawat dalam
memenuhi kewajiban pemenuhan SKP
minimal 4 SKP setiap tahunnya.
Pembiayaan dari mengikutsertakan
perawat dalam pelatihan maupun
seminar ini juga telah ditanggung oleh
RSD bagian diklat sehingga semakin
memudahkan serta meningkatkan
motivasi perawat untuk ikut serta dalam
kegiatan tersebut.

53
2. Telah diberikannya reward berupa 0,25 2 0,5
remunasi pada perawat yang
mendapatkan kinerja terbaik di
ruangan, sehingga dapat
membangkitkan motivasi dan semangat
perawat dalam menampilkan kinerja
terbaiknya dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dan
keluarga.

3. Adanya bentuk pemberian punishment 0,25 2 0,5


pada perawat yang melanggar aturan
atau pun pemberian asuhan
keperawatan yang tidak sesuai dengan
standar operasional yang telah
ditentukan sehingga dapat membantu
dalam menjamin mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada
pasien tetap berkualitas

Total 1 7 2,5

Weakness (Kekurangan)

1. Bentuk pemberian punishment yang 1 2 2


diberikan kepada perawat yang
melanggar aturan hanya diberikan dalam
bentuk kata-kata teguran bukan dalam
bentuk sanksi yang tegas, sehingga hal
tersebut dapat mengurangi munculnya
rasa jera pada perawat bila melakukan
kesalahan yang sama.

54
Total 1 2 2,0

Nilai X = S – W 2,5 – 2,0 = 0,5

External Opportunity (Peluang)


Factors

1. Adanya kebijakan mengenai pemenuhan 1 3 3


SKP wajib sebanyak 4 SKP bagi setiap
perawat sehingga dapat meningkatkan
antusiasme perawat dalam mengikuti
pelatihan maupun seminar ilmiah yang
diadakan oleh pihak RSD Mangusada
maupun pihak lainnya.

Total 1 3 3,0

Threat (Ancaman)

1. Adanya bentuk reward selain uang yang 1 2 2


diberikan oleh kepala ruangan lainnya
yang dapat menimbulkan kecemburuan
ataupun ketidakpuasan pada perawat
yang mendapatkan predikat kinerja yang
terbaik diruangan, sehingga dapat
menimbulkan kurang termotivasinya
perawat dalam menampilkan kinerja
yang terbaik dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien.

Total 1 2 2,0

Nilai Y = O – T 3,0 – 2,0 = 1,0

2.5.3 Pilar 3 : Professional Relationship

Tabel 2.8 Analisis SWOT Pilar 3: Professional Relationship

55
Kategori Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x
Faktor Rating

Internal Strength (Kekuatan)


Factors 1. Kepala ruangan telah mengadakan 0,25 2 0,5
pertemuan secara rutin dengan petugas
kesehatan maupun dengan tenaga
administrator di ruangan HCU
Puspanjali setiap 3 bulan sekali yaitu
pada bulan Januari, April, Juli dan
Oktober, sehingga kepala ruangan dapat
sekaligus melakukan komunikasi
terbuka dengan staf yang bertugas di
ruangan yang menjadi tanggung
jawabnya untuk mengkaji serta
mengetahui aspirasi yang ingin
disampaikan dari perawat, membahas
dan mengevaluasi standar perawatan
yang diberikan oleh petugas kesehatan,
merencanakan fasilitas kesehatan yang
diperlukan oleh ruangan serta sebagai
tempat untuk saling memotivasi perawat
untuk meningkatkan jenjang
pendidikannya.

56
2. Perawat yang bertugas di ruangan telah 0,5 3 1,5
mampu melakukan komunikasi dengan
metode SBAR yang ditunjukkan dengan
adanya SOP tertulis mengenai teknik
penggunaan komunikasi metode SBAR.
Selain itu, hasil tersebut juga telah
dibuktikan dari hasil observasi
kelompok yang melihat bahwa perawat
dalam berkomunikasi dengan perawat
maupun dengan tenaga kesehatan
lainnya telah menerapkan metode SBAR
tersebut.

3. Perawat pelaksana yang paling sering 0,25 2 0,5


berhubungan dengan pasien dan
keluarga telah mampu mengkaji keluhan
pasien yang masih dalam kondisi
komposmentis dengan bahasa yang
santun dan sopan sehingga pasien dapat
berterus terang mengenai kondisi yang
dialaminya. Selain itu, ketika pihak
keluarga mengalami kebingungan
mengenai alur administrasi perawatan
pasien, perawat dapat menjelaskan
proses alur tersebut dengan bahasa yang
mudah untuk dimengerti.

Total 1 7 2,5

Weakness (Kekurangan)

1. Rata-rata pasien yang dirawat di ruangan 0,4 2 0,8


HCU Puspanjali adalah pasien-pasien

57
dengan perubahan tingkat kesadaran
sehingga perawat akan mengalami
kesulitan dalam mengkaji perkembangan
kondisi pasien secara subjektif dari
pasien tersebut.

2. Belum tersedianya SOP mengenai 0,6 2 1,2


manajemen pemberian perawatan
paliatif pada pasien yang mengalami
penyakit terminal atau sulit
disembuhkan sehingga perawatan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga
belum komprehensif.

Total 1 4 2,0

Nilai X = S – W 2,5 – 2,0 = 0,5

External Opportunity (Peluang)


Factors

1. Adanya program kerjasama RSD 1 3 3


Mangusada dengan asuransi kesehatan
masyarakat seperti Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) maupun Kartu Badung
Sehat (KBS) sehingga memudahkan
perawat dalam menjalin kerjasama
dalam pemberian pelayanan
keperawatan dengan pasien dan keluarga
serta mempermudah pasien dan keluarga
dalam memenuhi prosedur administrasi
dalam mendapatkan pelayanan maupun
perawatan bagi pasien.

58
Total 1 3 3,0

Threat (Ancaman)

1. Rata-rata pasien yang dirawat di ruangan 1 2 2


HCU Puspanjali adalah pasien dengan
perubahan tingkat kesadaran salah
satunya adalah pasien dengan kondisi
apatis atau terkadang gaduh gelisah
sehingga sering secara tidak sadar
melepaskan alat-alat yang terpasang
ditubuhnya seperti infus, monitor
tekanan darah, kateter urin dsb sehingga
biasanya perawat akan melakukan
tindakan restrain untuk mencegah
kondisi tersebut. Apabila keluarga atau
kerabat terdekat pasien tidak mengetahui
tujuan dan alasan dilakukannya tindakan
restrain tersebut pada pasien maka akan
dapat menimbulkan kecurigaan pada
kinerja perawat serta dapat menghambat
hubungan professional perawat dengan
keluarga pasien apabila komunikasi
yang dilakukan tidak tepat.

Total 1 2 2,0

Nilai Y = O – T 3,0 – 2,0 = 1,0

2.5.4 Pilar 4 : Patient Care Delivery

Tabel 2.9 Analisis SWOT Pilar 4: Patient Care Delivery

59
Kategori Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x
Faktor Rating

Internal Strength (Kekuatan)


Factors 1. Pengkajian mengenai kemungkinan 0,3 2 0,6
risiko jatuh pada pasien telah dilakukan
oleh perawat pelaksana setiap hari yang
telah didokumentasikan dalam flip chart
pasien sehingga pengkajian yang
dilakukan telah terstruktur serta
kontinyu. Selain itu perawat yang
bertugas selalu memastikan bahwa
bedrail pasien tetap terpasang sehingga
dapat meminimalkan risiko jatuh pada
pasien – pasien yang rata-rata
mengalami perubahan tingkat kesadaran
di ruangan HCU. Selain itu, berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan oleh
kelompok, di ruangan sudah terdapat
SOP tentang manajemen pencegahan
risiko jatuh pada pasien yang telah
tersedia di ruangan dalam bentuk
dokumen tertulis sehingga memudahkan
setiap perawat dalam menggunakan
panduan SOP tersebut dalam
memberikan pelayanan keperawatan.

60
2. Perawat yang bertugas selalu 0,2 1 0,2
mendampingi visite dari dokter
penanggung jawab pasien sehingga
mempermudah dalam berkoordinasi
serta berkomunikasi mengenai
perkembangan kondisi pasien serta
perkembangan perawatan yang
diperlukan oleh pasien.

3. Sudah tersedianya SOP mengenai 0,3 2 0,6


prosedur-prosedur tindakan yang paling
sering dilakukan di ruangan HCU
Puspanjali sehingga memudahkan
perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan yang terarah dan
berkualitas pada pasien.

4. Metode penugasan yang diterapkan di 0,2 1 0,2


ruangan HCU Puspanjali adalah metode
Tim sehingga setiap anggota tim
perawat memiliki kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan yang optimal pada pasien
sehingga menimbulkan tingginya
motivasi dan tanggung jawab perawat
dalam meberikan perawatan pada
pasien, serta pekerjaan yang dilakukan
oleh tim lebih efisien, efektif dan
komprehensif karena tugas perawatan
pada pasien sudah terbagi ke dalam
beberapa tim.

61
Total 1 6 1,6

Weakness (Kekurangan)

1. Metode tim biasanya digunakan pada 1 2 2


suatu ruangan yang memiliki perawat
yang masih mayoritas memiliki
kualifikasi pendidikan D3 Keperawatan
sehingga perawat dengan D3
Keperawatan harus mampu
mengimbangi pendidikan dan
keterampilan yang dimiliki oleh perawat
yang memiliki kualifikasi pendidikan
Ners seperti lebih aktif dalam meminta
arahan ataupun contoh dalam pemberian
asuhan keperawatan yang komprehensif
dan berkualitas pada pasien.

Total 1 2 2,0

Nilai X = S – W 1,6 – 2,0 = -0,4

External Opportunity (Peluang)


Factors

1. Adanya program kerjasama RSD 0,6 3 1,8


Mangusada dengan asuransi kesehatan
masyarakat seperti Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) maupun Kartu Badung
Sehat (KBS) sehingga memudahkan
perawat dalam menjalin kerjasama
dalam pemberian pelayanan
keperawatan dengan pasien dan keluarga
serta mempermudah pasien dan keluarga
dalam memenuhi prosedur administrasi

62
dalam mendapatkan pelayanan maupun
perawatan bagi pasien, sehingga dapat
membantu dalam meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan oleh perawat
dan rumah sakit.

2. Adanya pemasaran mengenai fasilitas 0,4 3 1,2


dalam pemberian pelayanan kesehatan
di web RSD Mangusada akan membantu
pasien dan keluarga dalam
mempertimbangkan jasa pelayanan dan
perawatan kesehatan yang diperlukan
sesuai dengan kondisinya.

Total 1 6 3,0

Threat (Ancaman)

1. Belum adanya kebijakan dari pihak RSD 1 3 3


Mangusada maupun kepala ruangan
yang mewajibkan setiap perawat di
ruangan HCU meningkatkan kualifikasi
pendidikannya sehingga dapat
menurunkan motivasi dan kesadaran
perawat untuk meneruskan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.

Total 1 3 3,0

Nilai Y = O – T 3,0 – 3,0 = 0,0

2.6 Diagram Cartesius


Pembuatan diagram Cartesius akan membantu dalam menentukan letak kuadran serta
strategi yang tepat untuk dilakukan dalam menangani masalah yang ada dalam suatu
organisasi yang didasarkan atas hasil perhitungan analisis SWOT. Berdasarkan hasil

63
analisis SWOT yang telah ditentukan oleh kelompok didapatkan hasil nilai X dan Y
yaitu :
Nilai X = Jumlah total antara hasil pengurangan strength (kekuatan) dengan
weakness (kelemahan) pada setiap pilar MPKP.
= (-0,2) + 0,5 + 0,5 + (-0,4)
= -0,5
Nilai Y = Jumlah total hasil opportunity (peluang) – jumlah total threat (ancaman)
setiap pilar MPKP.
= 12,0 – 9,6
= 2,4

Gambar 2.1 Diagram Cartesius Hasil Analisis SWOT di Ruangan HCU Puspanjali

2,4
(x,y) = ( -0,5 ; 2,4 )

x
-0,5

Berdasarkan hasil penggambaran diagram Cartesius didapatkan hasil bahwa


sistem manajemen di ruangan HCU Puspanjali berada pada kuadran 3 yang artinya
memerlukan suatu inovasi yang ditujukan untuk meminimalkan masalah internal
yang terjadi salah satunya dengan melakukan strategi berupa peninjauan kembali
masalah-masalah internal yang ada dalam sistem manajemen MPKP di ruangan HCU
Puspanjali, salah satunya dengan melakukan inovasi berupa pengajaran melalui
workshop mengenai cara perhitungan kebutuhan jumlah perawat dengan berbagai
metode, perencanaan pembuatan kuesioner kepuasan pasien, serta perencanaan
pembuatan SOP perawatan paliatif.

64
Sehingga adanya bentuk-bentuk inovasi yang dilakukan akan membantu
dalam memperkecil kelemahan-kelemahan internal yang ada serta dapat
memanfaatkan peluang-peluang yang ada secara efektif dan efisien.

65

Anda mungkin juga menyukai