PENDAHULUAN
Penyakit ini sering kali dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (seborrhea)
dari kulit kepala dan daerah muka serta batang tubuh yang kaya akan folikel
sebaceous. Lesi umumnya berwarna merah, berbentuk tidak beraturan, berbatas tegas
dan ditutupi dengan semacam sisik yang berminyak. Dermatitis seboroik sering
diasosiasikan dengan rasa gatal pada permukaan kulit yang terkena yang remisi dan
eksaserbasi.
Penyakit ini dapat mengenai semua golongan umur, tetapi lebih dominan pada
orang dewasa. Pada orang dewasa penyakit ini cenderung berulang, tetapi biasanya
dengan mudah dikendalikan. Kelainan ini pada kulit kepala umumnya dikenal sebagai
ketombe pada orang dewasa dan keluar saraf (cradle cap) pada bayi.
Tidak ada data pasti yang tersedia pada insiden dan prevalensi, tetapi penyakit
ini diyakini lebih banyak ditemukan dari pada psoriasis, misalnya, mempengaruhi
minimal 2-5 % dari populasi. Dermatitis seboroik sedikit lebih sering terjadi pada
laki-laki dan berusia kepala dua, satu di bayi dalam 3 bulan pertama kehidupan dan
yang kedua sekitar dekade keempat sampai ketujuh kehidupan. Prevalensinya 40-80
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
dan sering lebih parah pada musim dingin yang lembab dibandingkan pada musim
panas.
2.3 Etiopatogenesis
Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor presdiposisinya ialah kelainan
konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan,
bagaimana caranya belum dipastikan. Penderita pada hakekatnya mempunyai kulit
yang berminyak (seborrhoea), tetapi mengenai hubungan antara kelenjar minyak dan
penyakit ini belum jelas sama sekali. Ada yang mengatakan kambuhnya penyakit ini
(yang sering menjadi chronis-recidivans) disebabkan oleh makanan yang berlemak,
tinggi kalori, akibat minum alkohol dan gangguan emosi.
Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang berminyak (seborrhea), meskipun
peningkatan produksi sebum tidak selalu dapat di deteksi pada pasien ini. Seborrhea
merupakan faktor predisposisi terjadinya dermatitis seboroik, namun dermatitis
seboroik bukanlah penyakit yang terjadi pada kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea
tersebut aktif pada bayi baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun
akibat stimulasi hormone androgen dari ibu berhenti. Dermatitis seboroik pada bayi
terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik
dan insidensinya mencapai puncaknya pada umur 18 40 tahun, dan kadang-kadang
pada umur tua. Tingginya insiden dermatitis seboroik pada bayi baru lahir setara
dengan ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea pada usia tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa bayi yang baru lahir memiliki kelenjar sebasea dengan tingkat sekresi sebum
yang tinggi. Pada masa kecil, terdapat hubungan yang erat antara dermatitis seboroik
dengan peningkatan produksi sebum. Kondisi ini dikenal sebagai dermatitis seboroik
pada bayi, hal tersebut normal ditemukan pada bulan pertama kehidupan, berbeda
dengan kondisi dermatitis seboroik yang terjadi pada masa remaja dan dewasa. Pada
dewasa sebaliknya, tidak ada hubungan yang erat antara peningkatan produksi sebum
dengan dermatitis seboroik, jika terjadi puncak aktivitas kelenjar sebasea pada masa
awal pubertas, dermatitis seboroik mungkin terjadi pada waktu kemudian. Meskipun
kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor predisposisi timbulnya
Dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif antara
keaktifan kelenjar tersebut dengan sukseptibilitas untuk memperoleh Dermatitis
seboroik.
Tempat terjadinya dermatitis seboroik memiliki kecenderungan pada daerah
wajah, telinga, kulit kepala dan batang tubuh bagian atas yang sangat kaya akan
kelenjar sebasea. Dua penyakit yang memiliki tempat predileksi yang sama di daerah
ini yaitu dermatitis seboroik dan Acne.
Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan
infeksi oleh bakteri atau Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal kulit
manusia. Pertumbuhan P.ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi
inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis maupun
karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans.
Penelitian di Rosenberg telah menunjukkan bahwa 2% ketokonazole kream dapat
mengurangi jumlah dari organism yang terdapat pada lesi di kulit kepala atau kulit
yang berminyak, pada saat yang bersamaan juga dapat menghilangkan gejala
dermatitis seboroik. Penjelasan ini dimana jamur yang menjadi penyebabnya dapat
dilkakukan pencegahannya. Akan tetapi, penelitian lain menunjukkan bahwa P. ovale
dapat terjadi pada kulit kepala yang tidak menunjukkan gejala klinis dari penyakit ini.
Status seboroik sering berasosiasi dengan meningginya sukseptibilitas terhadap
infeksi piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa mikroorganisme inilah yang
menyebabkan dermatitis seboroik.
Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang
meningkat seperti psoariasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan
sitostatik dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai factor
predisposisi, timbulnya D.S. dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stress,
emosional, infeksi, atau defisiensi imun.
Kondisi ini dapat diperburuk dengan meningkatnya keringat. Stress emosional
dapat mempengaruhi penyakit ini juga. Dermatitis seboroik dapat juga menjadi
komplikasi dari Parkinsonisme, yang berhubungan dengan seborrhoea. Pengobatan
dari parkinson dengan levodopa mengurangi ekskresi sebum sejak seborrhea pertama
kali ditemukan, tetapi tidak ada efeknya pada kecepatan ekskresi sebum yang normal.
Obat neuroleptik yang digunakan untuk menginduksi parkinsonsnisme, salah satunya
haloperidol, dapat juga menginduksi terjadinya dermatitis seboroik.
2.4 Predileksi
Pada daerah berambut karena banyak kelenjar sebasea, antara lain pada bayi
ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan generalisata
(penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial. Sedangkan pada
orang dewasa berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit kepala (pitiriasis sika
dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal, konjungtivitis, pada daerah lipatan/ sulcus
nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura (aksilla, infra mamma, umbilicus,
intergluteal, paha), badan (petaloid, pitiriasiform) dan generalisata (eritroderma,
eritroderma eksoliatif), retroaurikula, telinga, dan dibawah buah dada.
2.5 Distribusi
Distribusinya biasanya bilateral dan simetris berupa bercak ataupun plakat
dengan batas yang tidak tegas, eritem ringan dan sedang, skuama berminyak dan
kekuningan. Ruamnya berbeda-beda, sering ditemukan pada kulit yang berminyak.
Ruamnya berupa skuama yang berminyak,berwarna kekuningan, dengan batas yang
tak jelas dan dasar berwarna merah (eritema).
berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta
yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di
bagian vertex dan frontal.
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan
berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga
postaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung.
Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta
yang kotor, dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama-skuama yang kekuningan dan
kumpulan debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala disebut cradle cap.
skuama halus. Pada tepi bibir bias kemerahan dan berbintik-bintik (marginal
blefaritis). Daerah konjungtiva pada saat bersamaan juga dapat terkena. Lipatannya
dapat berwarna kekuningan, dengan kerak, dengan batas yang tidak jelas. Pruritus
juga bias terlihat. Jika area glabela juga terkena, disana juga mungkin terdapat kerak
pada kerutan mata yang berwarna kemerahan. Pada lipatan bibir mungkin terdapat
perubahan warna berupa kerak yang kekuningan atau kemerahan, kadang-kadang
dengan lubang-lubang. Pada pria, radang folikel rambut pada kumis juga bisa terjadi.
Gambar 3. Dermatitis seboroik pada lipatan nasolabial pipi, alis mata, dan hidung.
Pada telinga, dermatitis seboroik sering disalahartikan dengan radang daun
telinga ayng disebabkan oleh jamur (otomikosis). Disana terdapat kulit terkelupas
pada lubang telinga, dan disekitar meatus auditivus, dan depan daun telinga. Pada
daerah ini kulit biasanya berubah menjadi kemerahan, dengan lubang-lubang dan
bengkak. Eksudasi serosa, pembengkakan pada telinga dan daerah sekitarnya.
Pemberian tetes cortipsorin otic, berisi polymyxin B-hydrocortisone, 4 tetes pada
saluran telinga, biasanya untuk membersihkan. Tridesilon Otic lotion, 0,5 persen
desonide dan 2 persen asam asetat, juga efektif.
10
11
Dermatitis seboroik dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas
dapat menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner.
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit dari dermatitis seboroik berbeda
pada bayi dan orang dewasa.
A. Dermatitis seboroik pada bayi (usia 2 minggu 10 minggu)
Penyakit ini terjadi pada bayi didominasi pada bulan-bulan pertama kehidupan
sebagai penyakit inflamasi yang terutama mempengaruhi rambut dan kulit
kepala dengan lipatan intertriginosa berminyak yang disertai sisik dan kerak.
Daerah lainnya seperti wajah, dada, dan leher juga dapat terpengaruh.
1. Pada kepala (kulit kepala daerah frontal dan parietal) khas disebut cradle
crap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar
kemerahan dan kurang / tidak gatal
2. Pada lokasi lain seperti lipatan belakang telinga, pinna telinga, dan leher,
lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan yang tertutup dengan
skuama yang berminyak, kurang / tidak gatal.
Perjalanan penyakit ini pada bayi biasanya berlanjut mingguan sampai
bulanan. Kekambuhan jarang terjadi. Dan prognosis penyakit ini pada bayi
adalah baik.
Differensial diagnosis dari dermatitis seboroik pada bayi termasuk
didalamnya dermatitis atopik (yang biasanya dimulai setelah bulan ketiga
12
kehidupan), psoriasis pada bayi baru lahir, penyakit yang jarang seperti
skabies dan histiositosis X. Yang paling baik untuk membedakan ciri antara
dermatitis
atopik
dengan
dermatitis
seboroik
adalah
Erythroderma
13
14
Gambaran klinis dan perjalanan dari penyakit ini berbeda antara remaja dan
bayi.
1. Umumnya gatal
2. Pada area seboroik berupa makula atau plakat, folikular, perifolikular, atau
papulae, kemerahan atau kekuningan, dengan derajat ringan sampai berat, inflamasi,
skuama dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah atau berminyak
3. Bersifat kronis dan mudah kambuh, sering berkaitan dengan kelelahanm stress,
atau paparan sinar matahari. Perjalanan penyakit biasanya berlangsung dalam waktu
yang lama. Periode perbaikan pada musim panas dan kambuh kembali pada musim
dingin. Pembesaran lesi dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan musim terutama
efek dari paparan sinar matahari.
2.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah
pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada
penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran histopatologi
tergantung dari stadium penyakit. Pada bagian epidermis dijumpai parakeratosis dan
akantosis. Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler.
Pada DS akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik, terdapat infiltrat limfosit dan
histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler superfisial, spongiosis ringan hingga
sedang, hiperplasia psoriasiform ringan, ortokeratosis dan parakeratosis yang
15
menyumbat folikuler, serta adanya skuama dan krusta yang mengandung netrofil
pada ostium folikuler. Gambaran ini merupakan gambaran yang khas.
Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan ringan limfohistiosit perivaskular.
Pada DS kronik, terjadi dilatasi kapiler dan vena pada pleksus superfisial selain dari
gambaran yang telah disebutkan di atas yang hampir sama dengan gambaran
psoriasis. Pemeriksaan KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau blastokonidia.
pemeriksaan lampu wood: fluoresen negatif (warna violet).
2.8 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis seboroik
juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis, sehingga diagnosis sangat
sulit untuk ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun gambaran histologi
dapat serupa. Psoriasis misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala, kadang
disamakan dengan DS, yang membedakan ialah adanya plak yang mengalami
penebalan pada liken simpleks.
2.9 Diagnosis banding
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang
berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat seboroik.
Psoariasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuamaskuama yang berlapis-lapis, disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Tempat
predileksinya juga berbeda. Jika psoariasis mengenai scalp dibedakan dengan
dermatitis seboroik Perbedaannya ialah skuamanya lebih tebal dan putih seperti mika,
16
kelaianan kulit juga pada perbatasan wajah dan scalp dan tempat-tempat lain sesuai
dengan tempat predileksinya. Psoariasis inversa yang mengenai daerah fleksor juga
dapat menyerupai dermatitis seboroik.
dengan larutan KOH 10 %, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.
Liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis yang gatal,
sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol
(likenfikasi). Tidak biasa terjadi pada anak tetapi pada usia ke atas, berbeda
dengan DS yang sering juga terjadi pada bayi dan anak-anak. Timbul sebagai
lesi tunggal pada daerah kulit kepala bagian posterior atau sekitar telinga.
Tempat predileksi di kulit kepala dan tengkuk, sehingga kadang sukar
dibedakan dengan DS Yang membedakannya ialah adanya likensifikasi pada
penyakit ini.
17
2.10 Penanganan
Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi sukar disembuhkan,
meskipun penyakitnya dapat dikontrol. Secara umum, terapi bertujuan untuk
menghilangkan sisik dengan keratolitik dan sampo, menghambat pertumbuhan jamur
dengan pengobatan anti jamur, mengendalikan infeksi sekunder dan mengurangi
eritema dan gatal dengan steroid topikal. Faktor predisposisi hendaknya diperhatikan,
misalnya stres emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak.
a.Tindakan Umum
Penderita harus diberi tahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering
kambuh. Harus hindari faktor pencetus seperti stres emosional, makanan berlemak
dan sebagainya. Terapi pada dermatitis seboroik yaitu:
Penerangan tentang:
b.Terapi khusus
18
b) Sampo yang mengandung anti dandruff (selenium sulfide 2,5% atau Pyrithion
zinc 1-2% atau Ketoconazole 2% yang diberikan setiap hari atau selang sehari
c) Skuama tebal dan difus: minyak mineral hangat atau olium ovarium dilanjutkan
dengan sampo tar, kombinasi coal tar dan keratolitik, losio kortikosteroid sehari
1-3 kali salep salicylicum 5%
a) Zinc atau coal tar dalam sampo atau mandi dengan sabun zinc
b) Krim ketoconazole 2% dan atau krim, losio, atau solusio kortikosteroid 1-2 hari
sekali
c) Benzoil peroksida ditambah pelembab setelah penggunaan
sehari. Jika telah ada perbaiakn, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai
infeksi sekunder diberi antibiotic.
Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya
mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi
sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosinya 0,1-0,3 mg per
kg berat badan per hari, perbaikan tapmak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan
19
dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang ternayta efektif
untuk mengontrol penyakitnya.
Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB (TL-01)
yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8
minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.
Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan
ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.
a) Kortikosteroid 2 sebanyak tablet 2-3 kali sehari, tappering off
b) Ketoconazole tablet 200 mg dosis 1 tablet dalam sehari selama 3 minggu
Pengobatan topical
Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 3 kali scalp dikeramasi selama 5
15 menit, misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan
krusta diberi emolien, misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk
D.S. ialah :
-
sampingnya.
Krim ketokonasol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung
terdapat banyak P. ovale.
20
2.11 Prognosis
Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai factor
konstitusi penyakit ini agak sukar disembuhkan, meskipun terkontrol.
Sedapat mungkin penderita Dermatitis Seboroik mengamati pemicu timbulnya
kekambuhan. Jika sudah mengenali pemicunya, diupayakan untuk mencegah
paparan faktor pemicu.
Penyakit ini berlangsung selama bertahun-tahun untuk puluhan tahun dengan
periode perbaikan di musim yang lebih hangat dan periode eksaserbasi pada bulanbulan dingin. lesi luas mungkin terjadi sebagai akibat dari pengobatan topikal yang
tidak benar atau paparan sinar matahari. varian ekstrim dari penyakit ini umum
eritroderma
eksfoliatif.
onychodytrophy,
ketidakseimbangan
elektrolit,
dan
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23
9. Clark AF, Hopkins TT. Dermatitis seboroik. In Moscella SL, Hurley HJ,
Dermatology, third edition. Fourth edition. United states of america : WB
Saunders Company ; 1992 : 465-72
24