Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata
melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan eliminasi air mata.
Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh
permukaan mata dan memompa air mata melalui punktum lakrimalis.(1)

Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari


yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah
struktur seperti hordeolum, ektropion, entropion dan blepharoptosis.
Kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun
mengancam penglihatan.(1,2)

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di
tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri.
Hordeolum dapat timbul pada satu kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar
kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll. Bila
kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila
kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. (2,4)

Hordeolum biasanya terjadi akibat infeksi dari Staphylococcus aureus


dan dapat dikaitkan dengan Staphylococcal blepharitis. Lesi ini dapat terjadi
karena kelelahan, kurang asupan nutrisi, stres, dan dapat timbul
kembali.(3)Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri
Streptococcus dan Staphylococcus, terutama Staphylococcus aureus yang akan
menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Hordeolum externum
timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum
internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam
tarsus.(3)

1
Nyeri, merah, dan bengkak adalah gejala-gejala utamanya. Intensitas
nyerinya mencerminkan hebatnya pembengkakan palpebra. Hordeulum interna
dapat menonjol ke kulit atau ke permukaan komgjungtiva. Hordeoulum
eksterna selalu menonjol ke arah kulit. (7)

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan klinis yang


mucul pada pasien dan pemeriksaan mata yang sederhana. Pemeriksaan
penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum. Diagnosis banding

dari hordeolum, yaitu: kalazion, tumor palpebral dan selulitis preseptal. (5)

Penatalaksanaan yang dilakukan pada hordeolum yaitu: pada stadium


infiltrat dilakukan kompres hangat, diberikan salep mata antibiotika (seperti:
polimiksin, kloramfenikol, dan gentamisisn), diberikan oral antibiotika (seperti:
amoksisilin, cephalosporin, dan eritromisin), dan analgetika (seperti asam
mefenamat, paracetamol). Stadium supuratif dilakukan insisi jika sudah ada

fluktuasi atau sudah 2 minggu tidak membaik. (6)

Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau ditusuk karena


infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar.(5)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI PALPEBRA

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang


dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. (8)Palpebra terdiri atas lima
bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot
rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis
membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). Kulit pada palpebra berbeda dari
kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel
rambut, tanpa lemak subkutan. Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk
munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara
konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke
pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen
luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis.(8)

Jaringan Areolar terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,


berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus merupakan
struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat
yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas

dan 20 buah di kelopak bawah). (8)

Konjungtiva Palpebra, bagian posterior palpebrae dilapisi selapis


membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian

3
palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian
posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-
muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom
atau tarsal). (8)

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior


palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. (8)

Fisura palpebra adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang


dibuka. Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum
orbital adalah fasia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di
antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra
orbita. Septum orbitale superiu menyatu dengan tendo dari levator palpebra
superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus

inferior. (8)

Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,


bagian otot rangka adalah levator palpebra superiori, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah
muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah
tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi
oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris. (8)

4
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,

sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. (8)

Gambar 1. Struktur dari kelopak mata atas (9)

I. DEFINISI

Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi


kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri.
Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar
kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll.
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: hordeolum
interna terjadi peradangan pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini
benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).
Hordeolum eksterna terjadi peradangan pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll.
Benjolan ini nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra). (1,5,9)

5
Gambar 2. Hordeolum Interna(9) Gambar 3. Hordeolum Eksterna(9)

II. EPIDEMIOLOGI

Tidak ada data yang tersedia mengenai data epidemilogi baik insidensi
maupun prevalensi. Meskipun hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi
kelopak mata yang paling sering ditemukan. Insidensi tidak bergantungan
dengan ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering
menyerang pada dewasa muda.(5)

(9)
III. ETIOLOGI

Pada hordeolum eksterna etiologi disebabkan oleh

A. Faktor predisposisi : hal ini biasa terjadi pada anak-anak atau dewasa muda,
kebiasaan menggosok mata blepharitis dan diabetes mellitus kronis biasanya
berhubungan dengan hordeolum berulang

B. Organisme penyebab yaitu Staphylococcus aures

Pada hordeolum interna etiologi disebabkan oleh infeksi primer dari


Staphylococcus pada kelenjar meibom dan infeksi sekunder dari kalazion

IV. PATOFISIOLOGI

Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Staphylococcus


aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata.
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau
Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi

6
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari
komplikasi blefaritis. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi
sekunder dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.

V. GAMBARAN KLINIS

Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah.


Intensitas nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebra. Gejala dan
tanda yang lain pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman,
sakit bila ditekan serta ada rasa yang mengganjal. Tanda hordeolum eksterna
termasuk diantaranya nyeri akut yang berhubungan dengan pembengkakan
pada kelopak mata, kadang disertai fotofobia. Gejala pada hordeolum externa
terbagi atas 2 tahap

 Stadium sellulitis ditandai dengan kemerahan, rasa terbakar pada tepi


kelopak mata yang berhubungan dengan edema

 Stadium abses ditandai dengan adanya pus pada tepi kelopak mata

Gejala hordeolum interna menyerupai gejala hordeoulum externa,


kecuali nyeri yang dirasakan akan semakin intens, akibat pembengkakan yang
terjadi pada jaringan fibrosa yang padat.(9)

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis


yang muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan mata yang
sederhana. Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit ini pemeriksaan

penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.(3)

VII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari hordeolum yaitu: kalazion, tumor palpebra, dan


selulitis preseptal. Kalazion merupakan suatu peradangan granulomatosa
kelenjar Meibom yang tersumbat. Kalazion memberikan gejala benjolan pada
kelopak mata, tidak hiperemi, dan tidak ada nyeri tekan, serta adanya

7
pseudoptosis. Hal yang membedakan antara kalazion dan hordeolum adalah
pada hordeolum terdapat hiperemi palpebra dan nyeri tekan. (1,6)

Gambar4. Kalazion(9)

Selulitis preseptal merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan


jaringan lunak periorbital yang dikarakteristikkan denan adanya eritema pada
kelopak mata yang akut dan edema. Yang membedakan selulitis preseptal
dengan hodeolum adalah perjalanan penyakitnya, yang ditandai dengan adanya
demam yang diikuti oleh pembengkakan.(5)

Gambar5. Selulitis preseptal(9)

Karsinoma sel basal dan sel skuamosa palpebra adalah tumor ganas
mata paling umum. Tumor- tumor ini paling sering terdapat pada orang berkulit
terang yang terpajan sinar matahari yang kronik. 95% karsinoma palpebra

berjenis sel basal. Sisa 5% terdiri atas karsinoma sel skuamosa dll.(8)

Karsinoma sel basal umumnya tumbuh lambat dan tanpa nyeri, berupa
nodul yang bisa berulkus, lebih sering muncul pada kelopak mata bawah.
Karsinoma ini menyusup ke jaringan sekitar secara perlahan-lahan, tetapi tidak
bermetastasis. Gambaran klinik karsinoma sel basal bervariasi. Terdapat 5 tipe

8
dan 3 sindroma klinik yaitu Tipe Nodula-ulseratif (Ulkus Rodens), Tipe
pigmented, Tipe morphea-like atau fibrosing, Tipe superficial, Tipe

fibroepitelial (8,10)

Karsinoma sel skuamosa dapat muncul dengan 2 bentuk yaitu


pertumbuhan ulkus dengan elevasi dan batas yang tegas. Sedikit agresif
dibandingkan karsinoma sel basal. Kemerahan, terangkat, bersisik, ulkus
berada di sentral, biasanya lesi terdapat di kelopak mata atas, dan tanpa rasa
sakit, sering kali berawal sebagai suatu nodul hiperkerantotik, yang mungkin
berulkus.(8) Bentuk yang kedua tumbuh veruka polipoid tanpa disertai ulkus.
Bentuk ini jarang terjadi.

Tumor palpebra merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal pada


kelopak mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor palpebra dengan
hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan seperti hiperemi dan
hangat. Tumor palpebra harus ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan
biopsi (5)

Gambar 6. Karsinoma sel basal Gambar 7. Karsinoma sel squamous(9)

VIII. PENATALAKSANAAN(1,5,6)

Pada umumnya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu


5-7 hari. Penatalaksaan pada hordeolum dapat kita bagi menjadi 3 yaitu
tindakan konservatif, medikamentosa dan pembedahan.

9
Konservatif

1. Kompres air hangat 3-4 kali sehari selama 5-10 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase pada stadium selulitis.

2. Epilasi dilakukan jika bulu mata terlihat untuk memperpanjang lesi terlibat.

Medikamentosa

Terapi dengan menggunakan antibiotika topikal diindikasikan bila


dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses
peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum. Basitrasin atau eritromisin
salep mata diberikan setiap 4 kali sehari selama fase akut and dilanjutkan 2 kali
sehari pada 7 hari setelahnya untuk mencegah terjadinya penyebaran pada
sekeliling folikel bulu mata. Antibiotik sistemik seperti eritomisin atau
dikloxasilin oral dapat diberikan jika ada selulitis praseptal hebat dan sebagai
kontrol awal untuk infeksi.

Pembedahan dapat dilakukan apabila dengan terapi medikamentosa tidak


berespon dengan baik dan hordeolum tersebut sudah masuk dalam stadium
supuratif, maka prosedur pembedahan diperlukan untuk membuat drainase
pada hordeolum. Pembedahan dilakukan apabila ada abses yang besar. Pada
insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain
tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak
lurus (vertikal) pada margo palpebral dan pada hordeolum eksternum dibuat
insisi sejajar (horizontal) dengan margo palpebra.

IX. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hordeolum adalah selulitis


palpebral yang merupakan radang jaringan ikat longgar palpebral di depan

septum orbita, serta abses palpebral. (2)

10
X. PROGNOSIS

Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat jarang,


tetapi hordeolum sangat mudah kambuh. Kekambuhan bisa terjadi jika terdapat
kongjungtivitis atau blepharitis dengan terapi yang tidak adekuat. Hordeolum
biasanya sembuh sendiri atau pecah dalam beberapa hari sampai minggu.
Dengan pengobatan yang baik hordeolum cenderung sembuh dengan cepat dan
tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau ditusuk

karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar. (3,4)

11
BAB III
LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Nn S/Perempuan/10 tahun
b. Pekerjaan : Pelajar
c. Alamat : Lubuk Begalung

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga


a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah Saudara : 4 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : cukup mampu, penghasilan
Rp.2.000.000/bulan
d. Kondisi Rumah :
 Rumah permanen dengan 3 kamar tidur, luas bangunan 10 x 6,5
m2
 Perkarangan tidak ada
 Ventilasi dan sirkulasi udara cukup baik
 Listrik ada
 Sumber air : PDAM
 Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
 Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara
Kesan : higiene dan sanitasi kurang baik
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
 Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan empat orang
saudaranya.
 Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.

12
3. Aspek Psikologis di Keluarga
 Hubungan di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.

4. Keluhan Utama
 Bengkak pada kelopak mata kanan atas sejak 4 hari yang lalu.

5. Riwayat Penyakit Sekarang


 Bengkak pada kelopak mata kanan atas sejak 4 hari yang lalu,
semakin lama dirasakan semakin membesar.
 Rasa mengganjal pada kelopak mata kanan atas ada.
 Kemerahan pada kelopak mata kanan atas ada.
 Nyeri tekan pada kelopak mata kanan atas ada.
 Riwayat demam tidak ada.
 Mata merah tidak ada.
 Mata berair tidak ada.
 Silau saat melihat cahaya tidak ada.
 Awalnya pasien diboncengi oleh saudara menggunakan motor tapi
tidak memakai helm sekitar 7 hari yang lalu, kemudian pasien
merasa ada debu yang masuk ke mata pasien, keesokan harinya
pasien merasa ada yang mengganjal pada mata kanan dan beberapa
hari setelahnya timbul bengkak pada kelopak mata kanan atas.

6. Riwayat Penyakit Dahulu/Penyakit Keluarga


 Pasien tidak pernah menderita penyakit dengan keluhan seperti ini
sebelumnya.
 Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita keluhan yang
sama dengan pasien.
7. Riwayat Imunisasi
 Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap

8. Riwayat Pengobatan
 Pasien belum ada mengobati keluhan tersebut.

13
9. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum :Sakit sedang
Kesadaran :CMC
Nadi :86x/menit
Nafas :18x/menit
Suhu :36,6 0C
BB :25 kg
TB :130 cm
Kepala : Bentuk bulat, simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : status lokalis oftalmologi
Kulit : Turgor kulit kembali cepat
Telinga : nyeri tarik dan nyeri tekan tragus tidak ada.
Hidung : deviasi septum tidak ada, konka hipertrofi dan
hiperemis tidak ada.
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, uvula ditengah, tonsil
T1-T1
Thorax
Paru
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan
Palpasi :Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi :Sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi :Iktus tidak terlihat
Palpasi :Iktus teraba 1 jari medial LMCS-RIC V
Perkusi :Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi :Irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi :Tidak tampak membuncit

14
Palpasi :Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi :Timpani
Auskultasi :Bising usus (+) Normal

Status Lokalis Oftalmologi


Status Lokalis Okulus Dextra Okulus Sinistra

Pemeriksaan Objektif
Visus 6/6 6/6
Tekanan Intra Okuli Tidak bisa dinilai
Inspeksi

Suprasilia Rontok (-) Rontok(-)


Palpebra Hiperemis (+), sekret (-) Hiperemi (-), sekret (-),
massa (+) berupa massa (-)
benjolan pada palpebra
superior di daerah
konjungtiva tarsal dengan
diameter ± 8 mm, nyeri
tekan (+) VAS 2-3
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Sklera Normal Normal
Kornea Jernih Jernih
COA Tidak bisa dinilai
Pupil Bentuk bulat, refleks Bentuk bulat, refleks cahaya
cahaya (+), diameter (+), diameter pupil ± 3
pupil ± 3 mm
Iris Normal Normal
Lensa Jernih Jernih

15
Palpasi
Palpebra superior Benjolan (+) ke arah Dalam batas normal
konjungtiva tarsal, tidak
mobile, nyeri tekan (+),
hiperemis (+)
Palpebra inferior Dalam batas normal Dalam batas normal

Segmen Posterior
Refeks Fundus Tidak dapat dilakukan
Retina Tidak dapat dilakukan
Papil Tidak dapat dilakukan
Makula Tidak dapat dilakukan

10. Laboratorium

16
 Tidak Dilakukan
11. Diagnosis Kerja
 Hordeolum internum palpebra superior okuli dextra
12. Diagnosis Banding :
 Hordeolum eksternum
 Kalazion
13. Manajemen
a. Preventif
 Menjelaskan bahwa hordeolum dapat berulang sehingga perlu
untuk menjaga hygiene dan kebersihan lingkungan seperti :
1. Menggunakan pelindung saat berpergian agar mata tidak terkena
debu.
2. Tidak mengucek-ngucek mata.
3. Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan.
4. Hindari pemakaian make-up pada mata karena dapat menjadi
penyebab infeksi.

b. Promotif
 Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap
kalinya untuk membantu drainase. Tindakan dilakukan dengan
mata tertutup.
 Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun
atau sampo yang tidak enimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal
ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Tindakan dilakukan
dengan mata tertutup.
 Jangan menekan atau menusuk hordeolum karena dapat
menimnulkan infeksi yang lebih serius.
 Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi
ke kornea.

c. Kuratif

17
 Antibiotik topikal berupa kloramfenikol salep mata setiap 8 jam
dan sistemik berupa amoksisilin tablet dengan dosis 250 mg setiap
8 jam.
 Analgetik yang diberikan berupa paracetamol tablet dengan dosis
500 mg bila nyeri, maksimal 3 kali sehari (per 8 jam).

Dinas Kesehatan Kodya Padang


Puskesmas Lubug Begalung

Dokter : Muda
Tanggal : 16 Januari 2019

R/ Kloramfenikol salep mata tube No. I


Sue

R/ Amoksisilin tablet 500 mg No. X


S3dd tab 1/2

R/ Paracetamol tablet 500 mg No. X


Sprn tab I max tdd

Pro : Nn. S
Umur : 10 tahun
Alamat : Lubuk Begalung

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


oftalmologi. Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan data berupa adanya
benjolan pada kelopak mata kanan atas . Benjolan muncul saat pasien bangun
tidur dan dirasakan nyeri saat ditekan. Benjolan ini menjadi besar dan mengalami
reaksi radang akibat infeksi kuman Staphylococcus atau Streptococcus.10-12
Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa hordeolum
awalnya hanya berupa benjolan kecil yang berwarna kemerahan yang makin lama
makin membesar disertai nyeri bila tertekan.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya benjolan pada palpebra
superior okulus dekstra menonjol ke arah konjungtiva tarsal (posterior) dan ke
arah kulit (anterior). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
hordeolum internum merupakan infeksi pada kelenjar Meibom sehingga ia
bertumbuh ke arah konjungtiva tarsal dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan
kulit.11
Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat 4-6 kali sehari
selama 15 menit setiap kalinya untuk membantu drainase yang dilanjutkan dengan
pemberian antibiotik topikal berupa kloramfenikol salep mata setiap 8 jam, dan
sistemik berupa amoksisilin tablet dengan dosis 250 mg setiap 8 jam. Maksud
pemberian kompres hangat yaitu untuk mempercepat peradangan kelenjar sampai
nanah keluar. Sedangkan pemberian antibiotika adalah untuk mengobati infeksi
akibat kuman stafilokokus dan sterptokokus. Apabila dengan terapi konservatif
tidak ada perbaikan atau nanah tidak dapat keluar maka dapat dilakukan tindakan
operatif berupa insisi untuk mengeluarkan nanah pada benjolan, diteruskan
kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya.
Prognosis pada penderita ini adalah baik, asalkan kebersihan daerah mata
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai. Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak
menyentuh daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk
mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder.

19
Penderita dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau
perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi.14-17

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Carter, Susan R. Eyelid disorders: Diagnosis and Management.


American Family Physician. 1998. p. 1-9.

2. Patel, Bhupendra. Eyelid Antomy. Medscape Reference. 2013. p.


1-7. http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview
cited on august 20th 2015

3. Skorin Jr, Leonid. Hordeolum and Chalazion Treatment.


Optometri. June 28, 2002. P 25-28.

4. Carr, Joanne. Fairman, Frances. Hordeola & Chalazion. 250


Clinical Ophtalmology Refferal Guidelines. November 2010. p.
19-23.

5. Egrenhaus, Michael P. Hordeolum. Medscape Reference.


February 10, 2014. p. 1-10.
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview cited on
august 20th 2015

6. Ilyas, Sidarta. Yulianti, Sri Rahayu. Hordeolum. Ilmu Penyakit


Mata Edisi Kelima. 2014. p. 94-96.

7. Riordan, P., Palpebra Apparatus Lakrimalis & Air Mata, in


Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, P. Riordan and J.P.
Whitcher, Editors. 2007, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
p-78

8. Riordan, P., Anatomi dan Embriologi Mata, in Vaughan & Asbury


Oftalmologi Umum, P. Riordan and J.P. Whitcher, Editors. 2007,
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. p14-18

21
9. Khurana, A.K., Comprehensive Ophthalmology. 4 ed. 2007, New
Delhi: New Age International (P) Limited.

10. Putra Imam, Karsinoma Sel Basal. Universitas Sumatera Utara.


2008. p8-10

22
Case Report Season

Hordeolum

Oleh:
Raihandi Putra 1740312019
Rinsanny Esvi Falensia 1740312118
Suci Syukrina Fahmi 1740312032

Preseptor:
dr. Puspita Indah Sari
Dr. Wira Ditya

FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME)

PUSKESMAS LUBUK BEGALUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019

23
24

Anda mungkin juga menyukai