pada tanggal 26 maret 2018 dengan keluhan sesak nafas meningkat sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sesak yang dirasakan tidak menciut, tidak
dipengaruhi cuaca dan makanan. Keluhan sesak nafas dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu, dirasakan pasien ketika beraktivitas dan ada keluhan terbangun malam
hari akibat sesak yang dirasakan. Pasien juga mengeluhkan adanya sembab pada
kakinya. Sesak yang dialami pasien harus dibedakan penyebabnya, antara kardiak
atau non kardiak. Sesak yang disebabkan karena penyakit jantung khas yaitu
meningkat dengan aktivitas, serta ada riwayat terbangun malam hari akibat sesak.1
Gejala DOE pada pasien ini terjadi akibat congestive heart failure,
ataupun terjadi karena peyakit paru kronis. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea adalah
rasa sesak ketika tidue dan hilang ketika pasien dalam posisi berdiri atau duduk,
biasanya terjadi setelah 1-2 jam setelah tidur. Sensitivitas dan spesifisitas PND
dalam kasus gagal jantung berkisar antara 39-41% dan 80-84%. Keluhan sesak
terlihat, iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC VI, batas jantung atas RIC II, batas
jantung kanan LSD, batas jantung kiri 1 jari lateral LMCS RIC VI dan pada
Pada pemeriksaan EKG didapatkan sinus aritmi, heart rate 130x/menit, axis
normal, P wave normal, PR interval 0,16s, QRS durasi 0,10s, ST-T change (-),
RVH (-), dan LVH (-). Pada pemeriksaan rontgen thorax didapatkan CTR 70%,
segmen aorta normal, segmel pulmonal menonjol, pinggang jantung (-), apeks
reentran di atrium, biasanya pada beberapa pasien terjadi perubahan antara atrial
mellitus, ASD dan lain-lain. Pada pasien ini didapatkan penyakit katup jantung
Pada mitral stenosis, terjadi obstruksi aliran darah dari atrium kiri ke
sekuncup serta hipertensi atrium kiri. Pada umumnya, atrium kiri akan membesar
dan mengalami hipertrofi. Tekanan vena pulmonalis meningkat dan secara pasif
berhubungan dengan peningkatan tekanan arteri pulmonaris. Pada akhirnya akan
terjadi hipertrofi atrium kanan dan pembesaran ventrikel kanan. Hal ini dapat
luasnya katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu antara penutupan
katup aorta dan kejadian opening snap. Gradien transmitral merupakan ‘hall mark’
mitral stenosis selain luanya katup mitral. Gradien dapat terjadi akibat aliran besar
darah melalui katup normal, atau aliran normal melalui katup sempit. Sebagai
akibatnya kenaikan tekanan atrium kiri akan diteruskan ke vena pulmonalis dan
dyspneu).6
Keluhan mitral stenosis (MS) dapat berupa takikardi, dispneu, takipnea
dan ortopnea, dan denyut jantung tidak teratur. Tak jarang terjadi gagal jantung,
tromboemboli serebral atau perifer dan batuk darah (hemoptisis) akibat pecahnya
vena bronkialis. Jika kontraktilitas ventrikel kanan masih baik, sehingga tekanan
arteri pulmonalis belum tinggi sekali, keluhan lebih mengarah pada akibat
bendungan atrium kiri, vena pulmonal dan interstitial paru. Jika ventrikel kanan
sudah tak mampu mengatasi tekanan tinggi pada arteri pulmonalis, keluhan
beralih ke arah bendungan vena sistemik, terutama jika sudah terjadi insufisiensi
trikuspid dengan atau tanpa fibrilasi atrium. Keluhan berkaitan dengan tingkat
aktifitas fisik, Gejala dini dapat berupa sesak nafas waktu bekerja.7
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan
darah di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana
dengan stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal jantung akan berkembang
dengan cepat. Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan
lelah dan sesak nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan
aktivitas (exertional dyspnea), tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam
keadaan istirahat. Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring
dengan disangga oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Warna semu
Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah
dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran atrium
kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat dan
tidak teratur.8,9,10
Pada pemeriksaan fisik untuk diagnosis stenosis katup mitral, temuan
klasiknya adalah ‘opening snap’ dan bising diastole kasar (‘diastolic rumble’)
pada daerah mitral. Tetapi sering pada pemeriksaan rutin sulit bahkan tidak
ditemukan rumble diastole dengan nada rendah, apalagi bila tidak dilakukan
dengan hati-hati. Di luar negeri kasus stenosis mitral ini jarang yang berat,
stenosis mitral ini bila teraba dan terdengar S1 yang keras. S1 mengeras oleh
karena pengisian yang lama membuat tekanan ventrikel kiri meningkat dan
menutup katup sebelum katup itu kembali ke posisinya. Di apeks rumble diastolik
ini dapat diraba sebagai thrill. Dengan lain perkataan katup mitral ditutup dengan
tekanan yang keras secara mendadak, pada keadaan di mana katup mengalami
kalsifikasi dan kaku maka penutupan katup mitral tidak menimbulkan bunyi S1
yang keras. Demikian pula bila terdengar bunyi P2 yang mengeras sebagai
petunjuk hipertensi pulmonal, harus dicurigai adanya bising diastol pada mitral.11
lain posisi lateral dekubitus, gerakan atau latihan ringan, menahan napas dan
menggunakan bell dengan meletakkan pada dinding dada tanpa tekanan keras.
menggambarkan derajat stenosis. Pada stenosis ringan bising halus dan pendek,
sedangkan pada yang berat holodiastol dan aksentuasi presistolik. Waktu dari A2-
lebih berat.9
diagnosis atrial fibrillasi. Gambaran EKG yang umumya ditemukan pada atrial
fibrilasi adalah heart rate yang tinggi, irama yang ireguler, tidak ditemukan
Pada pasien ini ditemukan gambaran EKG dengan kompleks QRS yang
sempit dan irama yang irregularly irregular, sehingga dapat disimpulkan kesan
hipertensi pulmonal terjadi secara pasif akibat kenaikan tekanan atrium kiri.
tekanan dan volume akhir diastole, regurgitasi trikiuspid dan pulmonal sekunder,
dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan dan kongesti sistemik. Dapat pula
dibanding pada kelompok irama sinus, sebab komplikasi dari atrial fibrilasi yang
atrial atau simptom karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagi