PLASENTA PREVIA
Oleh
Zacky Aulia Mursi 1740312243
Raihandi Putra 1740312019
Deril Ridwan 1310312009
Preseptor:
dr. Muslim Nur, Sp.OG(K)
dr. M. Alam Patria, Sp.OG
dr. Susanti Apriliana, Sp.OG
1
BAB I
PENDAHULUAN
Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik sepenuhnya
atau sebagian atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim yang menyebabkan
pendarahan saat serviks berdilatasi (Hull et al., 2014). Plasenta previa merupakan salah satu
terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu (Manuaba, 2014). Perdarahan antepartum merupakan
salah satu dari kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3-5% dari seluruh persalinan.
Penyebab perdarahan antepartum yang paling umum adalah plasenta previa (31%), solusio
plasenta (22%), dan penyebab lainnya (perdarahan sinus marginal, vasa previa, servisitis,
trauma genital dan infeksi) (Athanasias et al., 2011). Komplikasi yang diakibatkan oleh
perdarahan antepartum adalah maternal shock, fetal hypoxia, peningkatan risiko kelahiran
prematur, dan kematian janin mendadak. Hal ini menyebabkan perdarahan antepartum
memiliki risiko yang tinggi, bahkan juga untuk janin (Calleja et al, 2006). Selain itu, plasenta
previa juga berhubungan dengan kematian neonatal yang meningkat tiga kali lipat akibat
prematuritas (Sekiguchi et al., 2013) Prevalensi kejadian plasenta previa di dunia diperkirakan
sekitar 0.52%. Prevalensi plasenta previa tertinggi terdapat wilayah Asia yaitu sekitar 1,22%
sedangkan untuk wilayah Eropa lebih rendah yaitu 0,36%. Amerika Utara 0,29% dan Sub-
ibu, meningkatnya usia ibu, perbesaran ukuran plasenta akibat kehamilan ganda, kerusakan
pada endometrium seperti dilatasi sebelumnya dan tindakan kuretase, riwayat operasi seksio
2
sesarea sebelumnya, adanya bekas luka pada rahim dan miomektomi atau endometritis,
riwayat plasenta previa, dan kebiasaan merokok (Giordano et al., 2010). Pengendalian faktor
risiko dan penatalaksanaan yang adekuat diharapkan dapat menurunkan insiden, morbiditas,
dan mortalitas akibat plasenta previa. Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik menulis
mengenai kasus plasenta previa agar dapat dijadikan bahan bacaan bagi tenaga kesehatan
nantinya.
Plasenta Previa.
Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang dirujuk
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
PLASENTA PREVIA
2.1 DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di atas atau sangat berdekatan
dengan ostium uteri internum (Cunningham FG, 2014). Plasenta previa merupakan komplikasi
obstetri yang terjadi pada trimester ke-dua dan ke-tiga kehamilan. Keadaan ini akan
menimbulkan morbiditas serta mortalitas yang serius baik bagi ibu maupun janin (Yoon Y,
2005 )
4
Gambar 2. Plasenta previa (Gaudier FL, 2003)
2.2 KLASIFIKASI
d. Plasenta letak rendah-plasenta berimplantas i pada se gmen bawah uterus sedemikian rupa
sehingga tepi plasenta ridak mencapai ostium internum, tetapi terletak berdekatan dengan
2.3 ETIOLOGI
Etiologi plasenta previa tidak diketahui. Diduga multifaktorial dan dipostulasi antara
Ovum yang telah dibuahi jatuh kebawah (drops down) dan berimplantasi di SBR.
Reaksi desidua yang jelek pada bagian atas rahim diduga sebagai penyebabnya.
5
Kegagalan zona pelusida untuk menghilang tepat pada waktunya dapat merupakan
hipotesi yang mungkin. Hal ini menjelaskan terbentuknya plasenta previa sentralis.
selanjutnya menjadi plasenta kapsuler sehingga berkontak dengan desidua vera dari
3. Defek pada desidua, mengakibatkan penyebaran villi khorionik pada daerah yang
luas di dinding uterus untuk mencari makan. Selama proses ini tidak hanya plasenta
4. Permukaan plasenta yang luas seperti pada kehamilan kembar dapat meluas ke SBR.
1.Usia Ibu
Usia ibu yang semakin lanjut meningkatkan risiko plasenta previa. Insiden ini sebesar 1
dalam 1500 pada perempuan berusia <19 tahun dan sebesar 1 diantara 100 pada perempuan
2. Multiparitas
Multiparitas yang semakin lanjut meningkatkan risiko plasenta previa. Pada paritas
yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena endometrium belum sempat
tumbuh. Ananth dkk., (2003) rnelaporkan angka kejadian plasenta previa 40 persen
lebih tinggi pada kehamilan dengan janin multipel dibandingkan dengan kehamitan
3. Kerusakan Endometrium
6
c. Perubahan endometrium pada mioma atau polip (Cunningham FG, 2014).
Gejala Klinis
Temuan yang khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri, yang pada
umumnya tidak terjadi hingga mendekati akhir trimester kedua atau setelahnya. Akan tetapi
perdarahan dapat terjadi sebelumnya, dan terkadang aborsi dapat terjadi dikarenakan lokasi
sebelumya tampak sehat. Terkadang, perdarahan terjadi pada saat ibu tersebut sedang tidur dan
saat bangun ia terkejut mendapati dirinya tidur diatas genangan darah. Namun untungnya
perdarahan awal biasanya jarang yang fatal dan biasanya berhenti spontan, akan tetapi dapat
kambuh lagi. Pada plasenta yang terletak di dekat ostium uteri internum namun tidak menutupi
ostium, perdarahan tidak terjadi sampai awal mulainya partus dan dapat bervariasi dari ringan
plasenta terletak di segmen bawah rahim sehingga bagian terendah janin tidak dapat
mendekati pintu atas panggul. Malpresentasi atau malposisi sering timbul dikarenakan janin
simfisis dan letak janin tidak dalam letak memanjang dikarenakan plasenta terletak pada
bagian bawah. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang
(Gant, 2011).
2.1.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis plasenta previa perlu diperhaikan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Anamnesis
Perdarahan pada jalan lahir pada kehamilan ≥28 minggu, atau pada kehamilan lanjut
(trimester III). Sifat perdarahannya yaitu tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless) secara
tiba-tiba, dan berulang (recurrent). Perdarahan cenderung berulang dan volume lebih banyak
7
dari sebelumnya. Biasanya ibu hamil mengatakan banyaknya perdarahan dalam ukuran berapa
kain sarung, berapa gelas, dan adanya darah-darah beku (stolsel) (Manuaba, 2014)
2. Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam yaitu banyak, sedikit, darah beku.
Sifat pedarahannya dapar berupa encer sampai menggumpal. Jika ibu mengalami perdarahan
dijumpai kelainan letak janin. Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih floating atau di atas pintu atas panggul. Bila cukup berpengalaman
dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus
(Sofian, 2011)
4. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan vagina dengan jari atau pemeriksaan dalam sebaiknya dihindari karena
dapat mencetuskan perdarahan. Jika pemeriksaan dalam dibutuhkan oleh karna perdarahan
yang banyak, maka dapat dilakukan jika berada dalam ruang operasi dengan persiapan penuh
memeriksa keadaan serviks dan vagina. Dilihat bagaimana dilatasi dan derajat effacement
serviks, sumber perdarahan, banyaknya perdarahan, apakah ada membran yang untuh atau
disebabkan oleh distensi dari kandung kemih, oleh karena itu pemeriksaan pada kasus yang
awalnya positif harus diulangi lagi setelah kandung kemih dikosongkan, begitu juga pada
keadaan plasenta terletak di posterior, kepala janin mengaburkan batas plasenta, dan operator
yang tidak memindai dinding uterus lateral (Navti dan Konje, 2011).
8
Transvaginal ultrasonography (TVUS) digunakan untuk mendeteksi keadaan ostium
uteri internum. Akan tetapi teknik ini jarang digunakan, dikarenakan jika digunakan pada
tangan yang tidak ahli pemakaian tranvaginal ultrasonografi dapat memprovokasi perdarahan
yang lebih banyak (Hayashi, 2004). TVUS meletakkan transuder dekat dengan tempat yang
ingin diperiksa dan oleh karena frekuensi yang tinggi yang dihasilkan oleh TVUS
ultrasonografi. Hampir pada semua kasus, keadaan ostium uteri internum dan plasenta dapat
diketahui dengan menggunakan teknik ini. Beberapa studi secara konsisten menunjukkan
bahwa TVUS lebih akurat dalam mendiagnosis plasenta previa dibandingkan dengan
akurat untuk mengevaluasi pasien plasenta previa dan plasenta previa akreta dengan sedikit
2.1.7 Penatalaksanaan
Penanganan dari plasenta previa dapat bergantung pada usia kehamilan dan tingkat
cara pervaginam.
c. Insisi vertikal pada segmen bawah rahim lebih aman pada pasien plasenta previa anterior,
9
b. Jika ada risiko yang signifikan dari janin yang prematur.
c. Pasien sedang dirawat di rumah sakit atau tinggal di lokasi yang akses ke rumah sakit
cukup cepat.
d. Aktifitas fisik yang berat dibatasi.
e. Tidak diizinkan dulu untuk berhubungan suami istri.
f. Hemoglobin dipertahankan pada 10 mg per dl atau lebih.
g. Kebutuhan transfusi darah tersedia.
h. Tokolitik dapat digunakan dengan hati-hati pada pasien tertentu.
Ibu hamil dengan plasenta previa penatalaksanaannya bergantung dari keaadan klinis
individu masing-masing. Beberapa faktor yang biasanya dipertimbangkan adalah matur janin,
persalinan, dan beratnya perdarahan. Pada perempuan yang dekat dengan waktu persalinan
dan tidak mengalami perdarahan dapat dilakukan perencanaan persalinan dengan cara seksio
sesarea. Waktu sangat penting untuk memaksimalkan pertumbuhan janin. National Institute of
Health Workshop menyimpulkan bahwa pada perempuan dengan plasenta previa paling baik
hebat yang mengancam tanpa memperhatikan usia kehamilan. Perdarahan yang sedang dan
berat yang terjadi setelah usia kehamilan lebih 34 minggu, pelahiran dilakukan setelah kondisi
maternal stabil. Ekspektatif dilakukan bila perdarahan yang sedikit dan dapat berhenti sendiri.
Ini dilakukan untuk mempersiapkan matangnya janin, sehingga dapat mengurangi morbiditas
dan mortalitas. Keuntungan lain dari ekspektatif pada beberapa kasus seiring dengan kemajuan
kehamilan plasenta akan ‘migrasi’ dan pelahiran pervaginam dapat dilakukan (Cunningham et
al., 2014).
Jika terapi konservatif gagal dan adanya perdarahan cepat maka tindakan histerektomi
dibutuhkan. Plasenta previa terutama dengan perlengketan abnormal plasenta saat ini
previa yang berimplantasi di anterior tempat insisi uterus sebelumnya, kemungkinan terdapat
10
peningkatan adanya plasenta accreta dan perlu dilakukan histerektomi (Cunningham et al.,
2014).
Ibu hamil dengan janin prematur dipertimbangkan untuk diberikan tokolitik untuk
menekan kontraksi uterus sementara waktu sambil memberikan steroid untuk mepercepat
pematangan paru janin. Tokolitik yang digunakan adalah sulfas magnesikus, sedangkan
tokolitik seperti beta mimetics, calcium channel blocker tidak digunakan karena memiliki efek
samping seperti bradikardia dan hipotensi pada ibu. Indometasin juga tidak diberikan karena
atau sentralis dengan janin hidup ataupun meninggal, plasenta previa lateralis posterior, dan
semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan.
Seksio sesaria bertujuan untuk mempersingkat lama perdarahan dan mencegah dari robekan
segmen bawah rahim bagian anterior terutama apabila plasenta terletak di belakang dan
segmen bawah rahim telah terbentuk sempurna. Pada pasien dengan riwayat seksio sesarea
perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi, color doppler, dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) untuk melihat adanya kemungkinan adanya plasenta aktreta, inkreta, dan perkreta
(Chalik, 2010)
Penatalaksanaan perdarahan antepartum dapat dilakukan sebagai berikut (Cunningham
et al., 2014).).
1. Akses jalur intravena dengan satu atau dua kanul besar (biasanya ukuran 14-16 G).
2. Darah diperoleh dengan hitung darah lengkap, urea, dan elektrolit. Jika terjadi
terganggu. Kristaloid lebih disukai penggunaannya daripada koloid, tapi pada keadaan
11
4. Penilaian USG untuk memastikan letak plasenta setelah status feto-maternal dilakukan,
bekas luka uterus dapat meningkatkan risiko. Komplikasi ini dapat menyebabkan
kehilangan darah yang banyak dan dalam beberapa kasus mengharuskan dilakukan
karena masa sekarang diagnosis dapat ditegakkan lebih dini dan tidak invasif dengan
menggunakan USG ditambah ketersediaan transfusi darah dan peralatan cairan infus telah
menurunkan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi, sehingga insiden plasenta previa dan
banyak komplikasi maternal yang dapat menurun. Akan tetapi janin masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun intervensi seksio sesarea
(Morgan, 2009).
Dengan penatalaksanaan yang tepat prognosis ibu pada plasenta previa adalah memuaskan.
Dengan ultrasonografi dan terapi konservatif kematian ibu di Amerika Serikat turun dari >1%
menjadi <0,2%. Angka kematian perinatal dengan plasenta previa di beberapa rumah sakit di
12
Amerika sebelum adanya terapi konservatif sekitar 15% atau lebih dari 10 kali kematian pada
kehamilan cukup bulan yang normal. Angka ini sudah turun dan dapat dikurangi hingga <10%
BAB II
LAPORAN KASUS
Status Pasien
Seorang pasien wanita umur 32 tahun masuk dari poli kebidanan Rumah Sakit DR. M. Zein
Painan tanggal 25 Mei 2018 jam 13.00 WIB dengan diagnosis G5P2A2H2 gravid 36-37
minggu +plasenta previa totalis
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)
Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada
Keluar darah dari kemaluan (-)
13
Tidak haid sejak 8 bulan yang lalu.
HPHT :23-08-2017 Taksiran Partus : 30-05-2018
Gerak anak dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat hamil muda : mual (+), muntah (-), perdarahan (-)
Prenatal care : kontrol ke bidan
Riwayat Menstruasi: menarche: 13 tahun, siklus teratur 1 x 28 hari, lamanya 5-7 hari,
banyaknya 2-3 x ganti duk/hari, nyeri haid (-).
14
Abdomen : Status Obstetri
Genitalia : Status Obstetri
Ekstreinitas : edema -/- , reflek fisiologis +/+ , reflek patologis -/-
Status obstetri
Muka : cloasma gravidarum (+)
Mammae : membesar, areola dan papila hiperpigmentasi, kolustrum (+)
Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan, linea mediana
hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatrik (-)
Palpasi :
L I : FUT teraba ½ pusat proxesus xyphoideus, teraba masa besar, lunak,
noduler
L II : Bagian terbesar janin teraba sebelah kiri, bagian kecil janin teraba
teraba disebelah kanan.
L III : Teraba masa bulat, keras, floating
L IV : Tidak dilakukan
TFU : 30 cm TBA : 2635 gr His : (+) jarang
Perkusi: timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
DJJ: 140-145 bpm
15
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala
Sikap
Rawat Kb (tirah baring)
Kontrol KU, vital sign, BJA, perdarahan pervaginam
Cross match PRC 2 unit
Terapi
IUVD RL 20 tpm
Inj Deksametason 2 x amp (2 hari)
Asam mefenamat 3 x 500 mg PO
Nifedipin 3 x 10 mg PO
Rencana
Ekspetatif
Laboratorium :
HB : 10,1 gr% Trombosit : 248.000 /mm3
Leukosit : 8.800 /mm3 PT/APTT : 12,1”/33,5’’
Hematokrit: 36 %
Hasil USG
16
17
Janin hidup, tunggal, intrauterin, letak kepala, floating
Aktifitas gerak janin baik
Biometri janin: BPD: 8,89cm, FL: 7,13cm, AC: 31,90cm TBA: 2889 gr
Plasenta tertanam di korpus depan, meluas ke OUI
Kesan: gravida 36-37 mg , janin hidup, Plasenta previa totalis
FOLLOW UP
Diagnosis
18
G5P2A2H2 gravida preterm 36-37 mg + plasenta previa total + kontraksi
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala
Sikap
Tirah baring
Kontrol KU, Vital sign, BJA, perdarahan pervaginam
Terapi
IUFD RL 20 tpm
Inj Deksametason 2 x amp (2 hari)
As. Mefenamat 3 x 500 mg PO
Nifedipin 3 x 10 mg PO
Rencana
Ekspetatif
Tanggal 27 Mei 2018
A/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-), gerak anak (+), perdarahan
pervaginam (-)
Pemeriksaan fisik
KU TD Nadi Nafas Suhu BJA His
sedang 120/80 mmhg 86x/mnt 18x/mnt af 120- 2-3X/10
130/mnt menit
Abdomen :fut 30 cm, HIS: -, DJJ: 130-145
Genitalia : v/u tenang, PPV (-)
Diagnosis
G5P2A2H2 gravida preterm 36-37 mg + plasenta previa totalis.
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala
Sikap
Tirah baring
Kontrol KU, Vital sign, BJA, perdarahan pervaginam
Terapi
IUFD RL 20 tpm
Inj Deksametason 2 x amp (2hari)
19
As. Mefenamat 3 x 500 mg PO
Nifedipin 3 x 10 mg PO
Rencana
Ekspetatif
Diagnosis
G5P2A2H2 gravida preterm 36-37 mg + plasenta previa totalis .
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala
Sikap
Tirah baring
Kontrol KU, Vital sign, BJA, perdarahan pervaginam
Terapi
IUFD RL 20 tpm
As. Mefenamat 3 x 500 mg PO
Nifedipin 3 x 10 mg PO
Rencana
Ekspetatif
20
BAB III
DISKUSI
Dibahas suatu kasus multigravida, 32 tahun, kehamilan 36-37 minggu dengan plasenta
previa. Pasien masuk dengan keluhan nyeri menjalar ke ari-ari. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum ibu masih dalam keadaan baik, janin hidup letak kepala, floating.
Dinding abdomen ibu lemas dan tidak ada kontraksi pada uterus. Pada pemeriksaan inspekulo
tidak ditemukan kelainan pada vagina atau laserasi pada potio. Tidak tampak darah merembes
dari kanalis servikalis
Diagnosis plasenta previa dengan ultrasonografi merupakan cara terpilih. Cara ini
mudah, tepat dan aman buat ibu dan janin. Ketepatan mencapai 98% ditangan ahlinya.
Kemudian dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan hasil :
Janin hidup, tunggal, intrauterin, letak kepala, floating
21
Aktifitas gerak janin baik
Biometri janin: BPD: 8,89cm, FL: 7,13cm, AC: 31,90cm TBA: 2889 gr
Plasenta tertanam di korpus depan, meluas ke OUI
Kesan: gravida 36-37 mg , janin hidup, Plasenta previa totalis
Dengan demikian diagnosa definitif pada pasien ini adalah plasenta previa pada kehamilan
36-37 minggu.
Adanya kontraksi sangat berbahaya pada plasenta previa karena kontraksi akan
menyebabkan bertambah luasnya plasenta lepas dari uterus dan perdarahan akan bertambah
banyak. Untuk itu pemakaian tokolitik sudah pada tempatnya untuk menghentikan kontraksi
Pasien dilakukan perawatan secara ekspetatif. Pasien dirawat di kamar rawat dengan
tirah baring, diberikan deksamethasone 2 x 2 ampul untuk pematangan paru.
Perawatan secara ekspetatif pada pasien ini dilakukan karena:
1. Keadaan ibu yang masih stabil (vital sign dalam batas normal) dan perdarahan yang
terjadi tidak banyak. (Hb. 10,1 gr%)
2. Janin hidup, BJA teratur dengan usia kehamilan yang preterm (dengan taksiran berat
janin 2600 gram)..
Perawatan ekspektatif pada pasien ini dapat dihentikan dan dilakukan terminasi
persalinan jika ditemukan indikasi janin dan indikasi ibu.
Indikasi janin: gawat janin, kematian janin intrauterin, janin sudah viable dan keadaan paru
yang sudah matang. Indikasi ibu: inpartu yang gagal dengan tokolitik, perdarahan banyak atau
ada indikasi obstetrik yang lain.
Jika dilakukan terminasi, cara terminasi kehamilan perlu mempertimbangkan :
Jenis plasenta previa
Banyak sedikitnya perdarahan
Keadaan umum ibu
Keadaan janin : hidup, gawat janin, meninggal
Pembukaan serviks
Paritas atau jumlah anak hidup
Fasilitas penolong dan rumah sakit.
22
DAFTAR PUSTAKA
2. Calleja-Agius J, Custo R, Brincat MP, Calleja N (2006). Placenta abrution and placenta
world region: a systemic review and meta-analysis. Tropical Medicine and International
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM
23
8. Hull AD, Resnik R (2014). Placenta previa, placenta accreta, abrutio placenta, and vasa
previa. Dalam: Creasy RK, Resnik R, Iamn JD, Lockwood CJ, Moore TR, Greene TR
9. Manuaba IAC, Manuaba IBG, Manuaba IBGF, Manuaba IBG (2014). Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan, dan kb untuk pendidikan bidan. Edisi ke 2. Jakarta: EGC, pp: 247-
254
10. Morgan G, Hamilton C (2009). Obstetri & ginekologi: Panduan praktik. Jakarta: EGC, pp:
378-380.
11. Navti OB, Konje JC (2011). Bleeding in late pregnancy. Dalam: James D, Steer PJ,
Weiner CP, Gonik B (eds). High-risk pregnancy. Edisi ke 4. China: Elsevier, pp: 1037-
1051
12. Sekiguchi A, Nakai A, Kawabata I, Hayashi M, Takeshita T (2013). Type and location of
13. Sofian A (2013). Rustam mochtar sinopsis obstetri: Obstetri fisiologi, obtetri patologi.
24