Anda di halaman 1dari 19

Case Report Session

ISCHIALGIA

Oleh :
Rido Wandrivel (0910312024)
Kelompok 2
Preseptor :
Prof. Dr. H. Basjiruddin A, Sp.S (K)
Dr. Hj. Yuliarni Syafrita, Sp.S

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
2014

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.

Definisi Ischialgia
Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang tungkai. Ditinjau dari arti

katanya,maka ischialgia adalah nyeri yang terasa sepanjang N.ischiadicus. Iskialgia


menggambarkan nyeri tungkai pada distribusi satu atau lebih akar saraf lumbosacral,
dengan atau tanpa deficit neurologis. Berkas saraf yang menyandang nama itu adalah
seberkas saraf sensorik dan motoric yang meninggalkan plexus lumbosakralis dan
menuju ke foramen infrapiriforme dan keluar pada permukaan belakang tungkai
dipertengahan lipatan pantat.pada apeks spasium popliteal ia bercabang dua dan lebih
jauh ke distal tidak ada berkas saraf yang menyandang nama n. iskiadikus. Nama
kedua cabang itu, yang merupakan kelajutan dari n. iskiadikus adalah n. peroneus
komunis dan n. tibialis. Jadi ischialgia

didefinisakan sebagai nyeri yang terasa

sepanjang nervus ischiadivus dan lanjutannya sepanjang tungkai. 1,2


Penderita dengan nyeri radikuler memperlihatkan low back pain serta nyeri
radikuler sepanjang nervus ischiadicus (Marjono). Nyeri radikuler (nyeri radiks saraf)
biasanya saling tumpang tindih dengan nyeri punggung bawah. Nyeri iskiadika
bersifat tajam dan menjalar kebawah ke salah satu atau kedua tungkai, biasanya
sampai di bawah lutut dengan distribusi dermatomal dan sering kali disertai keluhan
mati rasa serta kesemutan dan mungkin pula kelemahan local. Biasanya rasa nyeri
semakin bertambah dengan gerakan vertebre seperti membungkuk dan dengan bersin,
batuk, atau mengejan.3

1.2.

Epidemiologi dan fakto risiko


Dengan estimasi 4.1 juta penduduk Amerika mempunyai gejala gangguan

diskus intervertebre antara tahun 1985 dan 1988, dengan prevalensi tahunan 2% pada
laki-laki dan 1,5% pada perempuan. Sebuah penelitian pada 295 pekerja usia 15-64
tahun dengan 42% laki-laki dan 60% laki-laki berumur 45 tahun atau lebih,
dilaporkan menderita iskialgia.2
Data epidemiologi menunjukkan bahwa pekerjaan, merokok dan obesitas
merupakan factor predisposisi untuk nyeri punggung. 2 Risiko iskialgia meningkat
lebih pada laki-laki perokok, perempuan berat badan berlebih atau obesitas, dan
aktifitas fisik yang berat ketika remaja yang akan menimbulkan gejala ketika dewasa.
Hal-hal tersebut merupakan factor-faktor yang dapat diubah.4
Ada beberapa factor predictor yang dapat digunakan untuk memperkirakan
kejadia iskialgia dalam suatu populasi. Kombinasi individu (jenis kelamin, indeks
massa tubuh), biomedis (ukuran prolapse diskus, deficit neurologis) dan social
(kepuasan kerja, status social, dan lain-lain). Hal ini menunukkan bahwa factor klinis,
pekerjaan, dan factor individu lebih berperan dari pada factor psikologis (distress dan
kesehatan mental).5

1.3.

Etiologi dan Patogenesis1


Ischialgia timbul karena terangsangnya serabut-serabut sensorik dimana

nervus ischiadicus berasal yaitu radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3. Iskialgia timbul
akibat perangsangan serabut sensorik yang berasal radiks Posterior L4 sampai dengan

S3. Ini dapat terjadi pada setiap bagian n. Iskiadikus sebelum ia muncul pada
permukaan belakang tungkai.
Pada tingkat diskus intervertebralis antara L4-S1 dapat terjadi herniasi
nukleus pulposus. Radiks posterior L5, S1, dan S2 dapat terangsang. Iskialgia yang
timbul akibat lesi iritatif itu bertolak dari tulang belakang di sekitar L5, S1, dan S2.
Pada perjalanan melalui permukaan dalam dari pelvis, n. Iskiadikus dapat terlibat
dalam artritis sakroiliaka atau bursitis m. Piriformis. Karena entrapment neuritis itu,
suatu jenis iskialgia dapat bangkit yang bertolak dari daerah sekitar garis artikulasio
sakro iliaka atau m. Piriformis. Disekitar sendi panggul n. Iskiadika dapat terlibat
dalam peradangan sehingga entrapment neuritis dapat terjadi. Iskialgia yang bangkit
karna itu bertolak dari daerah sekitar panggul.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan tempat iskialgia
bertolak merupakan tindakan diagnostik diferensial yang mengarah ke tempat lokasi
lesi iritatif.
a. Iskialgia sebagai perwujudan lesi iritatif terhadap serabut radiks.
Lesi iritatif itu dapat berupa nukleus pulposus yang menjebol ke dalam kanalis
vertebralis (HNP) atau serpihannya, osteosit pada spondilosis servikal atau spondilitis
angkilopoetika, herpes zoster ganglion spinale L4 atau L5 ataupun S1, tumor di
dalam kanalis vertebralis dan sebagainya.
Pola umum iskialgia itu adalah sebagai berikut. Nyeri sperti sakit gigi atau
nyeri seperti bisul mau pecah atau linu nyeri hebat dirasakan bertolak dari tulang
belakang sekitar daerah lumbosakral dan menjalar menurut perjalanan n. Iskiadiaka
dan lanjutannya pada n. Peroneus komunis dan n. Tibialis. Makin distal nyeri makin
4

tidak begitu hebat, namun parastesia atau hipestesia dirasakan. Oleh karena radikslah
yang terangsang, maka nyeri dan parastesia atau hipestesia sewajarnya dirasakan di
kawasan radiks bersangkutan. Segmentasi dermatoma pada permukaan belakang
tungkai tidak mudah dikenal, akan tetapi di bagian ventral tungkai dan kaki dermatom
murni radikular L3, L4, L5, dan S1 masih dapat dikenali. Daerah dermatomal ini
disebut autonomous sensory zone. Adanya parastesia atau hipestesia pada kawasan ini
merupakan ciri pola khusus iskialgia akibat iritasi di sekitar radiks posterior. Secara
kasar iskialgia seperti itu dikenal juga sebagai iskialgia diskogenik, walaupun tidak
semuanya disebabkan oleh slipped disk , tetapi oleh sebab-sebab yang berada
disekitar intervertebral disk. Pada anamnesis selanjutnya dan pemeriksaan fisik dapat
diperoleh data yang berlaku untuk semua jenis radikulopati radikulitis dan juga yang
bersifat khusus.
b. Iskialgia sebagai perwujudan entrapment neurtis.
Dalam perjalanan ke tepi n.iskiadiaka dapat terperangkap (terlibat) dalam
proses patologis diberbagai jaringan dan bangunan yang dilewatinya. Pleksus
lumbosakralis dapat diinfiltrasi oleh sel-sel sarkoma retroperitoneal, karsinoma ovarii
atau karsinoma uteri. Di garis persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus
lumbosakralis yang sedang membentuk n. Iskiadika dapat terlibat proses radang
(sakroilitis). Di foramen infrapiriforme n. Iskiadikus dapat terjebak oleh bursitis m.
Piriformis. Dalam trayek selanjutnya n. Iskiadikus dapat terlibat dalam bursitis di
sekitar trokhanter mayor femoris. Pada trayek itu juga, n.iskiadikus dapat terganggu
oleh adanya metastasis karsinoma prostat di tuber iskii.

Oleh karena prose patologis tersebut itu dapat bertindak sebagai lesi iritatif,
maka iskialgia dapat dirasakan. Sebelum iskialgia bangkit nyeri primer seharusnya
sudah terasa. Kemudian, dari lokasi nyeri primer itu bertolaklah iskialgia akibat
entrapment neuritis. Diagnostiknya sebagian besar ditentukan oleh pengenalan proses
patologis primer yang menjebak n. Iskiadikus. Tempat proses patologis primer dapat
ditemukan melalui penelitian tentang adanya dan lokasinya nyeri tekan dan nyeri
gerak. Nyeri tekan dapat dibangkitkan dengan penekanan langsung pada sendi
panggul, trokhanter mayor, tuber iskii, dan spina iskiadiaka. Sedangkan nyeri gerak
dapat diprovokasi dengan tindakan dari Patrick dan Gaenslen.
c. Iskialgia dapat sebagai perwujudan neuritis primer.
Primary sciatic neuritis dianggap sebagai penyakit langka. Tetapi dengan
adanya NSAID yang dapat menyembukan iskialgia, anggapan yang sudah baku
tersebut berubah. Iskialgia yang mudah disembuhkan dengan NSAID dapat
dinamakan iskialgia beninge. Tetapi tanpa pengobatanpun iskialgia itu dapt dijuluki
sciatica a frigore atau iskialgia rematoid.
Di Indonesia, sebelum iskialgia melanda, penderita kebanyakan sudah pernah
menderita tendovaginitis, periartritis humeroskapularis, fasitis plantaris, tennis elbow
atau golfers elbow dan lain-lain jenis manifestasi rematisme. Adalah tidak jauh dari
kebenaran untuk menyimpulkan bahwa iskialgia yang bangkit di antara jenis-jenis
manifestasi rematisme itu seetiologi juga.
Gejala utama neuritis iskiadikus primer adalah nyeri yang dirasakan bertolak
dari daerah antara sakrum dan sendi panggul, tepatnya di foramen infrapiriforme atau
insisura iskiadika dan menjalar sepanjang perjalanan n. Iskiadikus dan lanjutannya.
6

Berbeda dengan iskialgia diskogenik, neuritis iskiadikus primer tidak mempunyai


kaitan dengan sakit pinggang bawah kronik. Mula timbulnya akut atau subakut,
sering berkenaan dengan diabetes melitus, masuk angin, flu, sakit tenggorokan, nyeri
dan pegal pada persendian. Nyeri tekan positif pada penekanan terhadap n.iskiadikus
dan m. Tibialis anterior serta m. Peroneus longus.

Gambaran klinis 1

1.4.

Yang harus di perhatikan dalam anamnesa antara lain :


1. Nyeri pinggang. Lokasi nyeri, sudah berapa lama, mula nyeri, jenis nyeri
(menyayat, menekan, dll), penjalaran nyeri, intensitas nyeri, pinggang
terfiksir, faktor pencetus, dan faktor yang memperberat rasa nyeri.
2. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan didalam subarachnoid
seperti batuk, bersin dan mengedan memprivakasi terasanya ischialgia
diskogenik
3. Faktor trauma hampir selalu ditemukan kecuali pada proses neoplasma atau
infeksi

1.5.

Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Perhatikan keadan tulang belakang, misalnya skoliosis, hiperlordosis atau

lordosis lumbal yang mendatar. Tulang belakang lumbosakral memperlihatkan


pembatasan lingkup gerak.3

b. Palpasi
Lakukan palpasi pada otot-otot paravertebralis untuk menemukan adanya
nyeri tekan dan spasme. Dengan sendi pangkal paha yang berada dalam keadaan
fleksi dan pasien berbaring miring pada sisi tubuh yang lain, lakukan palpasi nervus
iskiadikus. Serabut saraf tersebut berada pada pertengahan jarak antara trokhanter
mayor dan tuber iskiadikum ketika meninggalkan rongga pelvis melalui insisura
iskiadiaka. Nyeri tekan pada nervus iskiadika menandakan hernia pada diskus atau
lesi berupa massa yang mengenai radiks saraf dan menimbulkan nyeri
tersebut.herniasi diskus intervertebralis (herniasi nukleus pulposus; HNP) yang paling
sering terjadi di antara vertebra L5 dan S1 atau di antara L4 dan L5 dapat
menimbulkan nyeri tekan pada prosesus spinosus, persendian intervertebralis, otot
paravertebra, insisura sakroiskiadika dan nervus iskiadika. 3 Namun pemeriksaan fisik
ini belum dapat untuk mengidentifikasi level herniasi diskus yang sesuai dengan hasil
MRI.4
c. Reflek
-

KPR dan atau APR


d. Pemeriksaan lain

test Laseque,
Iskialgia diskogenik dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai dalam
posisi lurus. Tes positif (=konfirmasi iskialgia akibat HNP) kalua iskialgia
bangkit sebelum tungkai mencapai kecuraman 70 derajat.1,7

test Lasegue silang

Bangkitnya iskialgia diskogenik pada tungkai yang terkena dapat diprovokasi


dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi lurus.1
-

Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk membangkitkan nyeri di sendi panggul yang terkena
penyakit. Dengan menempatkan tumit atau maleolus lateralis tungkai yang
terkena pada lutut tungkai yang sehat dapat dibangkitkan nyeri di sendi panggul
kalau diadakan penekanan pada lutut yang difleksikan itu.1,7

Test contra Patrick


Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan lokasi patologi di sendi
sakro iliaka jika terasa nyeri di daerah bokong, baik yang menjalar sepanjang
tungkai maupun yang terbatas pada daerah gluteal dan sakral saja. Lipatkan
tungkai yang sakit dan endorotasikan serta aduksikan. Kemudian diadakan
penekanan sejenak pada lutut tungkai itu. Nyeri yang bangkit terasa pada garis
sendi sakroiliaka bila di situ terdapat suatu patologi.1

Test Naffziger
Dengan menekan pada kedua vena jugularis dan menyuruh pasien mengejan,
tekanan intrakranial dan intratekal dinaikkan. Karena itu iritasi yang ada
terhadap radiks diperkuat, sehingga iskialgia diskogenik dapat diprovokasi.1

Tanda bragard, tanda sicard


Dengan lutut kaku, ekstremitas bawah di fleksikan pada panggul sampai pasien
merasa nyeri, kemudian kaki didorsofleksikan (tanda bragard), atau ibu jari
didorsofleksikan (tanda sicard). Peningkatan rasa nyeri menunjukkan penyakit
radiks saraf.8
9

Tes valsalva

Pemeriksaan penunjang2

1.6.

1. Foto rontgen lumbosakral


2. Elektromielografi
3. Myelografi
4. CT scan
5. MRI

1.7.

Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
-

Istirahat lebih kurang 2-3 minggu

Analgetik

NSAID

Rehabilitasi (Mobilisasi)
Banyak strategi penatalaksanaan untuk iskialgia dibandingkan pada review

sistematis dan metaanalisis. Temuan yang didapatkan mendukung pengobtan


nonopioit, injeksi epidural, dan operasi diskus. Juga menunjukkan bahwa manipulasi
spinal , akupuntur, dan pengobatan percobaan seperti agen biologi anti inflamasi,
mungkin dilibatkan. Temuan tidak mendukung efektifitas analgesi opioit, istirahat,
terapi latihan, edukasi (ketika dilakukan tunggal), dikektomi perkutaneus, atau traksi. 9
Namun demikian, Efektivitas dan tolerabilitas obat yang biasa diresepkan untuk
pengelolaan iskialgia dalam perawatan primer belum jelas.10
10

b. Penatalaksanaan khusus
Diberikan sesuai dengan etiologi ischialgia

1.8.

Faktor Prognosis
Faktor prognosis ini berhubungan dengan waktu untuk kembali bekerja pada

pasien dengan iskialgia. Faktor tersebut berupa : umur, keadaan umum, riwayat
iskialgia, durasi episode iskialgia, batas gangguan iskialgia, kecemasan untuk
kembali bekerja, nyeri pinggang, dan hasil straight leg raising test. Faktor yang
mempercepat masa untuk kembali bekerja berupa usia muda, keadan umum baik,
dengan batas gangguan iskialgia rendah, ketakutan bekerja sedikit, dan hasil straight
leg raising test negatif. Sementara riwayat iskialgia dengan episode serangan lebih
dari 3 bulan, batas gangguan iskialgia besar, ketakutan untuk kembali bekerja, disertai
nyeri pinggang, akan memperlama waktu untuk kembali bekerja, begitu pun dengan
terapi bedah.11

11

BAB II
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien perempuan berumur 24 tahun datang ke poli Neurologi RSUP
DR M Djamil Padang pada tanggal 6 Februari 2014 dengan :
Keluhan Utama :
Nyeri pinggang kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:

Nyeri pinggang kiri yang meningkat sejak 1 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
menusuk-nusuk dan menjalar sampai ke lutut. Nyeri dirasakan ketika pasien
duduk dan terasa meningkat ketika pasien berjalan, batuk dan mengejan.
Nyeri pinggang membuat pasien tidak dapat bekerja seperti biasa.

Nyeri pinggang disertai rasa rasa kesemutan pada ibu jari kaki kiri dan paha
kiri

Kelemahan pada kedua tungkai tidak ada.

Demam tidak ada.

BAB dan BAK biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Nyeri pinggang sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, dimana nyeri
meningkat ketika pasien berjalan dan berkurang ketika pasien duduk.

Riwayat jatuh dengan posisi terduduk ada satu tahun yang lalu

Riwayat DM, Hipertensi, Sakit jantung dan stroke tidak ada.

12

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yangsakit seperti ini
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan:
Pasien bekerja di perusahaan swasta.
Kebiasaan mengangkat beban berat disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK:
Vital Sign :
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: CMC

Tekanan darah

: 90/ 50 mmHg

Frekuensi nadi

: 68 x / menit

Frekuensi nafas

: 18 x / menit

Suhu

: Afebris

Status Internus :
Kulit : tidak ada kelainan.
KGB : tidak teraba pembesaran.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Leher : JVP 5-2 cmH2O.
Paru

: gerakan simetris kiri = kanan

Pa

: fremitus kiri = kanan

Pk

: sonor kiri = kanan


13

Au

Jantung

Perut I

: vesikuler, rhonkhi (-), wheezing (-)

: iktus tidak terlihat

Pa

: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Pk

: batas jantung dalam batas normal

Au

: murni, teratur, bising (-)

: tidak membuncit

Pa

: hepar dan lien tidak teraba

Pk

: timpani

Au

: bising usus (+) Normal

Punggung

Genitalia

: Penonjolan (-)

Pa

: Nyeri ketok (-)

: tidak diperiksa.

Status Neurologis

1. Tanda rangsangan meningeal :


Kaku kuduk

: (-)

Kernig

: -/-

Brudzinsky I

: -/-

Brudzinsky II

: -/-

2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial (-)


3. Nn. Kranial

: tidak ada kelainan

14

4. Motorik

Ekstremitas superior

kanan

kiri

Tonus

eutonus

eutonus

Kekuatan

555

555

Trofi

eutrofi

eutrofi

Tonus

eutonus

eutonus

Kekuatan

555

555

Trofi

eutrofi

eutrofi

Ekstremitas inferior

5. Sensorik

: dbn

6. Otonom

: BAK dan BAB terkontrol

7. Refleks fisiologis : KPR +/+

APR+/+

8. Reflek patologis :
Babinsky

: -/-

Gordon

: -/-

Chaddock

: -/-

Oppenheim

: -/-

9. Pemeriksaan iskialgia
Lasegue +/+
Cross lasegue +/+
Patrick +/+
15

Kontra Patrick +/+


Test valsava +
Tanda Bragard +
Tanda Sicard +

DIAGNOSIS
Diagnosis klinis

: Ischialgia sinistra

Diagnosis topik

: Diskus L 4-5

Diagnosis etiologi

: susp HNP

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Rontgen Lumbo sakral AP dan lateral
EMG
Mielografi
CT scan
TERAPI
1. Umum
-

Bedrest total dengan alas keras selama 2-3 minggu

MB

2. Khusus
-

AMT 1x12,5 mg PO

Diazepam 2x2mg PO

Miloxicam 2x15mg PO
16

Medcobalamin 2x1 tab

PROGNOSIS
Quo ad sanam : dubia at bonam
Quo ad vitam : bonam

17

BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan berumur 24 tahun datang
ke poli Neurologi RSUP DR M Djamil Padang pada tanggal 6 Februari 2014 dengan
diagnosis klinis ischialgia sinistra ec susp HNP.
Dari anamnesis didapatkan bahwa nyeri pinggang menjalar ke lutut. Nyeri
dirasakan meningkat bila OS bergerak dan mengedan sehingga OS tidak bisa
beraktivitas seperti biasa.
Pemeriksaan neurologis menunjukkan pasien sudah merasa nyeri di pinggang
kiri pada test laseque, cross lasegue, patrick, contra petrick, tanda bragard, dan tanda
sigard,serta tes valsava juga menimbulkan nyeri pinggang. Hal ini menunjukkan
suatu ischialgia sebagai perwujudan lesi iritatif terhadap serabut radiks, termasuk
didalamnya adalah HNP.
Pada pasien ini belum bisa ditegakkan diagnosis pasti karena belum
didapatkan hasil dari pemeriksaan penunjang. Terapi umum pada pasien ini adalah
bedrest total dengan alas keras selama 2-3 minggu, bila membaik lakukan operasi dan
MB. Terapi khususnya adalah AMT 1x12,5 mg PO, Diazepam 2x2mg PO, Miloxicam
2x15mg PO, dan Medcobalamin 2x1 tab

18

Daftar Pustaka
1. Mardjono, Mahar, Priguna, Sidarta. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat
2. Wheeler, Anthony H. 2013. Low Back Pain and Sciatica. Melalui
http://emedicine.medscape.com/article, di akses pada tanggal 18 Februari 2014
3. Bickley, Lynn S. 2009. BATES Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat
Kesehatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
4. Revinoja, Anni E, Marcus V. Paananin, et al.2011. Sport, Smoking, and
Overweight during Adolhood: A 28 year follow up Study of Birth Cohort.
American Journal of Epidemiology, Vol 173 No. 8, 10 Maret 2011
5. Ashworth, J, K. Konstantine, at al. 2014. Predictors of Poor outcome in Sciatica :
a Systemic review of literature. British editional society of bone and joint.
Orthopedic Proceeding Print
6. Hancock, Mark J, Koes, Bart, at al. 2011. Diagnostic accuracy of the Clinical
Examination in Identifying the level of Herniation in Patiens with Sciatica. Spine
journal, volume 36, issue 11, p E712-E719
7. Hsu, Philip S, Carnel Armon, Kerry levin. 2011. Lumbosacral Radiculopathy :
Pathophysiology, Clinical Features, and Diagnosis. Diakses dari
www.Physiologie.uni-maiz.di/physio.mittman/ThalfallZ3.pdf pada tanggal 18 feb
2014
8. Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC
9. Lewis, Ruth A, Nefyn H. Willians, at al. 2013. Comparative clinical Effectiveness
of Management Study for Sciatica: systemic review and network meta analysis.
The Spain journal, Publised 3 oct 2013
10. Pinto, Rafael Zambelli. 2012. Drugs for relief of Pain in Patients with Sciatica:
Systematic review and Meta-analysis. BMJ
11. Grovie, Lars, Anne J. Haugin. 2013. Prognostic Factors for Return to work in
patients with Sciatica. The spine Journal, Vol 13, issue 12, page 1849-1857

19

Anda mungkin juga menyukai