Anda di halaman 1dari 10

referat

Penilaian Tingkat Kesadaran dengan GCS


Disusun untuk Memenuhi Tugas
Laboratorium Ilmu Anastesi dan Reanimasi

Oleh :
Iga Ramadani Hervias 21804101031

Pembimbing :
dr. I Dewa Gede Tresna Rismantara, Sp. An

KEPANITRAAN KLINIK MADYA


SMF ILMU ANASTESI DAN REAMINASI RSUD BLAMBANGAN
BANYUWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, serta Inayah-Nya kepada penyusun sehingga laporan kasus laboratorium Ilmu
Kedokteran Anastesi dan Reanimasiini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang
diharapkan. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing kami dr. I Dewa Gede
Tresna R., Sp.An atas bimbingan dalam penulisan laporan kasus ini.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai laporan referensi untuk memenuhi tugas
kepanitraan klinik dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca khususnya dalam
ilmu Kedokteran Anastesi dan Reaminasi
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran
membangun dari pembimbing klinik dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan
ini. Atas perhatiannya dalam penyusunan laporan ini, penyusun mengucapkan banyak terima
kasih.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan demi
kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran.

Banyuwangi, Januari 2020

Penyusun
Penilaian Tingkat Kesadaran dengan GCS

1. Pendahuluan
Selama berabad-abad pusat kesadaran sempat dipercayai terletak di jantung sebelum
pemahaman ini berubah pada zaman Hipokrates. Di era neurosains modern saat ini telah
diketahui bahwa kesadaran merupakan hasil proses yang kompleks diotak yang melibatkan
batang otak, diensefalon dan hemisfer serebri (Satyanegara, 2018).
Pemeriksaan neurologis selalu dimulai dengan pemeriksaan GCS atau Glasglow Coma
Scale. GCS adalah skala untuk menilai kesadaran yang paling sering digunakan dan memiliki
parameter berbeda untuk dewasa dan anak-anak. GCS mula-mula dikembangkan sehubungan
dengan penentuan gradasi dan prognosis pasien, dengan gradasi dan prognosis pada pasien
dengan cedera kepala traumatik namun, saat ini pemeriksaan GCS juga dapat diaplikasikan pada
kasus-kasus non-traumatik (Satyanegara, 2018). Pemeriksaan GCS juga akan menentukan
pemeriksaan neurologis selanjutnya yang dapat atau tidak dapat dilakukan (Bahrudin, 2016).

2. Definisi Kesadaran
Kesadaran merupakan suatu kondisi responsive seseorang terhadap dirinya sendiri
maupun lingkungan sekitarnya. Secara klinis tingkat kesadaran memiliki definisi operasional
berupa respons pasien terhadap pemeriksanya (Machfoed et al, 2011).
Kesadaran terdiri atas dua komponen penting:
 Arousal (derajat) yaitu kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam
kondisi bangun penuh, arousal juga didefinisikan sebagai derajat ransangan sensoris
yang diperlukan untuk dapat mempertahankan perhatian pasien terhadap pemeriksanya.
- Arousal meningkat, pasien akan tampak gelisah dan tidak dapat mempertahankan
fokus terhadap suatu rangsang yang relevan.
- Arousal menurun, diperlukan rangsangan yang kuat dan konstan agar pasien dapat
mempertahankan perhatianya.
 Awareness (isi) yaitu kemampuan untuk menerima dan memahami sebuah stimulus.
3. Fisiologis Kesadaran dan Sistem ARAS
Dua komponen fungsi penting yang mempengaruhi kesadaran manusia adalah arousal
dan awareness,
 Arousal,
sistem yang bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi arousal adalah ARAS
atau ascending reticular activating system. ARAS merupakan suatu daerah tambahan
pada formatio retikularis yang terletak pada bagian rostal batang otak, yang apabila
dirangsang menimbulkan aktivasi umum yang spesifik pada korteks. Serabut sraf ARAS
system terletak sepanjang medulla spinalis, medulla oblongata, pons, midbrain atau
mesensefalon, kemudian aksonya akan berjalan ke atas sepanjang traktus tegmentum
sentralis menuju nucleus retikularis thalamus dan hipotalamus. Selanjutnya akan
diproyeksikan menuju korteks limbik dan basal forebrain. Selain itu sinyal dari midline
raphe nuclei dan locus ceruleus akan diproyeksikan difus ke kortek cerebri. ARAS
menerima kolateral dari dan di rangsang oleh semua jaras sensorik somatic umum dan
khusus termasuk sensorik dari nervus trigeminal, penglihatan, pendengaran, serta
penciuman (Satyanegara, 2018).
Gambar 1. ARAS System
Kolateral spino-thalamicus yang menuju tegmentum medulla dan pons,
mempunyai jumlah terbanyak dan diduga sebagai jaras pengantar morfologisdari
ransangan nyeri terhadap kesadaran. Sebagian besar jaras formatio retikularis akan
disalurkan ke thalamus yang selanjutnya akan di proyeksikan ke korteks serebri
(Satyanegara, 2018)..

Gambar 2. Jalur Saraf Ascending dan Descending


Saat ini dikenal 3 jaras utama asenden yang berasal dari formatio retikularis,
anatara lain:
- Jaras yang diproyeksikan ke nucleus retikularis talamikus, kemudian
meuju korteks
- Jaras yang melalui hypothalamus dan berperan terhadap struktur basal
forebrain
- tidur, bangun dan waspada) midbrain dan neuron norephinephine lokus
seruleus (pengaturan atensi, mood, siklus tidur dan bangun).
 Awareness
Komponen otak yang berperan dalam fungsi awareness adalah korteks hemisfer
cerebri yang mendapat proyeksi dari thalamus, hipotalamus, dan batang otak. Korteks
serebri juga memberi persyarafan pada ARAS dan mengatur aktivitas sehubungan
dengan peranan mekanisme umpan balik atas informasi-informasi yang masuk ke
forebrain. Adanya rangsangan nucleus retikularis talamikus akan memacu proses
inhibisi korteks serebri. ARAS merupakan suatu gerbang yang membatasi atau
memperkuat pengaruh dari rangsangan ascendens spesifik dan rangsangan kortikal
yang secara terus menerus mengalir kembali ke nucleus thalamus sewaktu keadaan
sadar (Satyanegara, 2018)..

Gambar 3. Fungsi Area pada Korteks Cerebri

4. Penilaian GCS dan Tingkat Kesadaran


Gangguan kesadaran atau disorder of consciousness (DOC) merupakan proses patologis
di otak yang dapat disebabkan akibabt gangguan pada korteks serebri maupun gangguan
sepanjang ARAS. Faktor metabolik juga harus dipertimbangkan sebagai faktor ekstrakranial.
Gangguan kesadaran memiliki beraneka ragam manifestasi dan memiliki terminologi
yang berbeda-beda
 Delirum, Suatu keadaan mental abnormal yang dicirikan oleh adanya disorientasi,
ketakutan, iritabilitas salah persepsi terhadap stimulasi sensorik yang seringkali
disertai dengan halusinasi visual. Penderita umumnya menjadi
talkactive,offensive, bicara kera, curiga, agitatif. Gangguan berupa agitasi
biasanya disebabkan oleh karena adanyalesi fokal di area korteks parieto-
occipital. Pasien delirium sering kali mengalami disorientasi waktu, yang diikuti
dengan disorientasi tempat, orang dan lingkungan (11-10).
 Somnolen atau Obtundasi, Secara harfiah didefinisikan sebagai kesadaran yang
kaku, Didunia medis istilah ini digunakan untuk penderita-penderita yang
mengalami penurunan alertness ringan sampai moderat. Seringkali dijumpai pada
dijumpai pada sebagai salah satu stadium tidur. Pasien masih memiliki reaksi
menghindar terhadap suatu stimulus nyeri (9-7)
 Stupor, Suatu keadaan tidur dalam atau unresponsive dan hanya dapat
dibangunkan dengan ransangan yang kuat dan berulang. Setelah rangsan hilang
penderita tidur lagi (6-5).
 Koma, Terdapat beberapa ciri pada kondisi ini antaranya penurunan tingkat alert,
mata terpejam, tidak ada respon apapun terhadap rangsang nyeri, kadang disertai
postur ekstensi atau fleksi pada kedua ekstremitas (3)
 Persistent vegetative stage, pasien dalam keadaan arousal namun tidak aware,
biasanya terjadi pada pasien-pasien paska koma.

Gambar 4. Penilaian GCS Dewasa dan Anak


Ket: Nilai X dapat diberikan kepada pasien-pasien dengan kondisi khusus, dimana
komponen GCS tidak dapat dievaluasi, misal pada pasien dengan kondisi mata ptosis,
post op katarak, penggunaan mayo, bisu/ afasia

Gerakan ekstremitas sebagai jawaban atas rangsang nyeri menunjukkan bahwa


fungsi jaras sensorik yang berasal dari ekstremitas yang dirangsang seluruhnya atau
sebagian masih dalam keadaan intak. Adanya respon unilateral yang negatif terhadap
rangsang nyeri pada kedua sisi tubuh, menandakan lesi kortikospinal, sedangkan bila
bilateral memberikan dugaan keterlibatan batang otak, lesi pyramidal, atau gangguan
psikogenik. Dapat juga dijumpai respon kacau dan tak terarah. Posisi dekortikal
(fleksi normal) ditampilkan oleh lesi-lesi pada kapsula interna dan lesi yang terletak
dibagian rostral pedunkulus serebri, postur deselebrasi dihubungkan dengan disfungsi
atau destruksi otak tengah dan bagian rostal pons, sedangkan deserebrasi lengan
yang disertai fleksi tungkai adalah berkaitan dengan kerusakan batang otak yang
meluas kebawah sampai daerah pons.

Gambar 5. Pemeriksaan GCS


Rangkuman
Pemeriksaan neurologis selalu dimulai dengan pemeriksaan GCS atau Glasglow Coma
Scale. GCS adalah skala untuk menilai kesadaran yang paling sering digunakan dan memiliki
parameter berbeda untuk dewasa dan anak-anak. Kesadaran merupakan suatu kondisi
responsive seseorang terhadap dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Secara klinis
tingkat kesadaran memiliki definisi operasional berupa respons pasien terhadap pemeriksanya.
Komponen fungsi terpenting bagi kesdaran manusia adalah arousal (derajat) yang diperankan
oleh ARAS, dan Awareness (isi) yang diperankan oleh korteks serebri. Gangguan pada sistem
tersebut akan mempengaruhi kesadaran manusia mulai dari delirium hingga koma.
Pemeriksaan GCS terdiri dari 3 komponen yakni mata, motoric dan verbal. GCS
memiliki skor tertinggi 15 atau disebut compos mentis, dan paling rendah 3 atau koma dimana
pada kondisi ini pasien kehilangan respon mata, motorik dan verbal.
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, Moch, 2016, Neurologis Klinis, Malang, UMM Press


Satyanegara et al, 2018, Ilmu Bedah Saraf Edisi VI, Jakarta, SinarSurya MegahPerkasa
Machfoed, Hasan.,Hamdan, M., Machin, A., Wardah., 2011, Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf.,
Surabaya, Departemen Ilmu Penyakit Saraf FK UA.

Anda mungkin juga menyukai