REPRODUKSI
Oleh:
Nurindah Lestari Ritonga (207046018)
Piyanti S. Mahdalena Sagala (207046019)
Sakinah Lubis (207046021)
Salma (207046022)
Yustisia Maharani putri (207046024)
-Pada pria, beberapa organ berfungsi sebagai bagian dari saluran kemih
dan sistem reproduksi.
-Testis terbentuk di dalam embrio, di dalamrongga perut, dekat ginjal. Selama bulan
terakhir kehidupan janin, mereka turun ke posterior peri- toneum dan menembus dinding
perut di selangkangan. Kemudian, mereka berkembang di sepanjang kanal inguinalis ke
dalam kantung skrotum.
-Dalam keturunan ini, mereka disertai oleh pembuluh darah, limfatik, saraf, dan saluran,
yang menopang jaringan dan membentuk korda spermatika.
-Tali pusat ini memanjang dari cincin inguinal bagian dalam melalui dinding perut dan
saluran akar ke skrotum.
-Saat testis turun ke dalam skrotum, sebuah ekstensi tubular dari peritoneum menyertai
mereka. Biasanya, jaringan ini dilenyapkan selama perkembangan janin; hanya tunika
vaginalis, yang menutupi testis, yang tersisa. Jika proses peritoneal tetap terbuka ke
dalam rongga perut,
• Testis, atau kelenjar seks ovoid, terbungkus dalam skrotum, yang
membuatnya pada suhu yang sedikit lebih rendah daripada bagian
tubuh lainnya untuk memfasilitasi spermatogenesis.
• Testis terdiri dari banyak tubulus seminiferus yang membentuk
spermatozoa.
• Tubulus pengumpul mengirimkan spermatozoa ke epididimis,
struktur mirip tudung yang terletak di testis dan berisi saluran
berliku yang menuju ke vas deferens.
• Struktur tubular yang kokoh ini melewati ke atas melalui kanalis
inguinalis untuk memasuki rongga perut di belakang peritoneum.
• Kemudian meluas ke bawah menuju dasar kandung kemih.
Outpouching dari struktur ini adalah vesikel seminal, yang bertindak
sebagai reservoir untuk sekresi testis. Saluran ini dilanjutkan
sebagai saluran ejakulasi, yang melewati kelenjar prostat untuk
masuk ke uretra.
• Penis adalah organ untuk kopulasi dan buang air kecil. Ini terdiri dari
kelenjar penis, badan, dan akar. Glans penis adalah bagian yang lembut
dan membulat di ujung distal penis.
Seksualitas dan fungsi reproduksi pria menjadi perhatian jika ada penyakit dan kecacatan (Bruner &
Calvano, 2007).
Selama proses pengkajian, perawat harus menyadari pentingnya seksualitas bagi pasien.
Penilaian fungsi reproduksi pria diawali dengan evaluasi fungsi dan gejala saluran kemih.
Pasien ditanyai tentang keadaan kesehatannya yang biasa dan perubahan apa saja yang baru saja
terjadi dalam aktivitas fisik dan seksual secara umum.
Setiap gejala atau perubahan fungsi dieksplorasi sepenuhnya dan dijelaskan secara rinci.
Gejala yang berhubungan dengan fungsi kandung kemih dan buang air kecil, secara kolektif disebut
sebagai prostatisme, dieksplorasi lebih lanjut.
Mereka dapat terjadi dengan obstruksi yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat: peningkatan
frekuensi kencing, penurunan aliran urin, dan buang air kecil "ganda" atau "tiga kali lipat" (pasien perlu
buang air kecil dua atau tiga kali selama beberapa menit untuk mengosongkan kandung kemihnya).
Pasien juga dinilai untuk disuria (nyeri buang air kecil), hematuria (darah dalam urin), nokturia (buang air
kecil di malam hari), dan hematospermia (darah saat ejakulasi).
• Pasien mungkin merasa sulit untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran
mereka tentang seksualitas mereka, terutama setelah perubahan citra tubuh.
• Membahas seksualitas dengan pasien yang sakit atau cacat dapat menjadi tidak
nyaman bagi perawat dan penyedia layanan kesehatan lainnya; hal ini, pada
gilirannya, membuat diskusi tentang masalah ini lebih sulit dan tidak nyaman
bagi pasien.
• Selain itu, pasien seringkali malu untuk memulai diskusi tentang masalah
seksual dengan penyedia layanan kesehatan mereka (Zang, et al., 2008).
Penilaian Fisik Selain aspek pemeriksaan fisik yang biasa, dua komponen penting
mengatasi gangguan pada genitalia atau sistem reproduksi pria: DRE dan pemeriksaan
testis.
• Pemeriksaan Rektal Digital DRE digunakan untuk
menyaring kanker prostat dan direkomendasikan
setiap tahun untuk setiap pria yang berusia lebih dari
50 tahun (usia 45 tahun untuk pria berisiko tinggi
[pria Afrika-Amerika dan pria dengan riwayat
keluarga kanker prostat yang kuat]) setiap tahun
(American Cancer Society [ACS], 2009). DRE
memungkinkan pemeriksa yang terampil,
menggunakan jari bersarung yang dilumasi
ditempatkan di rektum, untuk menilai ukuran, simetri,
bentuk, dan konsistensi permukaan posterior
kelenjar prostat (Gbr. 49
• Rambut kemaluan: amati distribusi rambut pada genitalia. Rambut ini lebih kasar, banyak
pada regio pubis, dan dapat berlanjut ke regio umbilicus
• Penis: amati adanya vena dorsal pada inspeksi. Perlu diperhatikan apakah pasien telah
disirkumsisi. Bila belum, preputium dapat ditarik ke belakang sedikit. Bila preputium tidak
dapat ditarik, maka kondisi ini disebut fimosis. Inspeksi adanya lesi, memar,
pembengkakan, atau eritema pada penis. Inspeksi juga apakah pasien mengalami kondisi
ereksi berkepanjangan yang disebut dengan priapismus. Perhatikan kelainan ukuran
penis, dapat berupa mikropenis atau makropenis. (Normalnya : 9,7-15,1 cm)
• Meatus uretra: perhatikan orifisium yang berbentuk seperti celah kecil, terletak pada
permukaan ventral dari ujung glans penis. Perhatikan adanya cairan yang menetes atau
eritema pada meatus. Perhatikan juga posisi meatus. Meatus dapat terletak pada dorsum (
epispadia) atau ventral (hipospadia)
• Skrotum: skrotum seringkali berwarna lebih gelap daripada bagian kulit lainnya,
dengan permukaan yang kasar. Skrotum yang berwarna kemerahan
menandakan adanya inflamasi. Skrotum kiri dapat terlihat asimetris, karena
testis kiri memiliki korda spermatikus yang lebih panjang. Pada kulit skrotum
dapat tampak benjolan akibat kista sebasea. Penebalan pada skrotum dapat
terjadi karena edema akibat retensi cairan. Pembesaran pada skrotum juga
dapat disebabkan karena adanya filariasis
• Testis: kebanyakan testis pria dewasa memiliki panjang 4 cm dan lebar 2,5 cm.
Pemeriksaan pada testis lebih lanjut dilakukan dengan palpasi
PALPASI
Penis: palpasi dilakukan pada batang penis untuk meraba adanya
nyeri dan indurasi. Penis normal yang tidak mengalami ereksi
teraba lunak dan tidak bernodul. Lakukan kompresi pada pangkal
penis dan gerakkan perlahan menuju glans penis untuk
mengeluarkan cairan pada uretra. Lakukan penarikan pada
preputium secara perlahan pada pasien yang belum disirkumsisi
Vas deferens dan korda spermatikus: vas deferens teraba halus dan berbatas tegas.
Bila pada perabaan teraba tidak rata, kemungkinan disebabkan oleh diabetes atau
tuberkulosis lama. Saat pasien berdiri, dapat ditemukan massa vena yang
berdilatasi (varikokel). Manuver valsava dapat meningkatkan dilatasi
Prosedur pemeriksaan :
• Spekulum dihangatkan terlebih dahulu dengan air hangat kemudian
menyentuhnya dengan punggung tangan untuk menentukan suhunya
• Lubrikasi jeli sebaiknya jangan dipakai karena dapat mengganggu
pemeriksaan sitologi serviks dan biakan gonacocaus
• Beritahukan pasien ketika akan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan
speculum
• Jari telunjuk dan tengah kiri pemeriksa memisahkan labia dan menekan
perineum
• Spekulum yang masih tertutup dipegang oleh tangan pemeriksa dimasukkan
secara miring dengan perlahan ke dalam introitus di atas jari tangan kiri
• Spekulum tidak boleh dimasukkan secara vertikal, karena dapat timbul cedera
pada uretra dan meatus
TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK GENITALIA
WANITA
• Cara membuat apusan PAP : diperoleh dengan memakai spatula kayu yang
dimasukkan melalui spekulum. Ujung spatula yang lebih panjang dimasukkan
kedalam orrifisium eksterna servicis. Kemudian spatulanya diputar 360.
• Dinding vagina : sekrup spekulum dikendurkan dengan jari telunjuk kanan dan
spekulum diputar kembali ke posisi semula (miring). Ketika spekulum
perlahan-lahan ditarik dan ditutup, dinding vagina diperiksa untuk melihat
adanya masa, laserasi atau leukoplakia.
TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK GENITALIA
WANITA
Teknik pemeriksaan :
• Pemeriksa berada diantara kedua tungkai pasien
• Lubrikasi jelli
• Labia dibuka lebar, jari telunjuk dan tengah tangan kanan yang berpelumas
dimasukkan secara vertikal kedalam vagina. Kemudian dilakukan penekanan
kebawah ke arah perineum. Jari keempat dan kelima di fleksikan kedalam
telapak tangan.ibu jari kanan diekstensikan
• Tangan kiri diletak di atas abdomen sepertiga jarak simfisis pubis dengan
umbilikus
• Tangan kanan (didalam vagina) mengangkat organ-organ pelvis ke atas pelvis
dan menstabilkannya, sementara organ itu dipalpasi oleh tangan kiri (di
abdomen).
TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK GENITALIA
WANITA
Palpasi rektovaginal
Lampu periksa
Spekulum Graeve
Posisi Pasien
● Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan posisi pasien berbaring
terlentang atau dengan berbaring dalam posisi litotomi
Pemeriksaan Fisik Umum
Inspeksi:
●Inspeksi kontur abdomen (apakah terdapat pembesaran atau massa
abdomen) dan bila ada, tandai dan deskripsikan ukuran, bentuk dan letaknya
●Pada wanita hamil, perhatikan ada tidaknya hiperpigmentasi, tanda regang
pada dinding abdomen yang dikenal sebagai striae gravidarum dan juga garis
hitam di tengah yang dikenal sebagai garis Fuska.
Palpasi:
●Hangatkan tangan sebelum memulai palpasi
●Palpasi diawali dengan menilai tegangan dinding abdomen dengan
melakukan penekanan dan menilai tahanannya
●Perhatikan apakah terdapat nyeri tekan atau massa di dalam abdomen.
Pemeriksaan Pelvis
● McEvoy A, Tetrokalashvili M. Anatomy, Abdomen and Pelvis, Female Pelvic Cavity. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2020. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538435/
● Bates CK, Carroll N, Potter J. The Challenging Pelvic Examination. J Gen Intern Med.
2011;26(6):651-7. DOI: 10.1007/s11606-010-1610-8
● Cichowski SB, Dunivan GC, Komesu YM, Rogers RG. Sexual Abuse History and Pelvic Floor
Disorders in Women. South Med J. 2013;106(12):675‐678. DOI: 10.1097/SMJ.0000000000000029
● Committee on Practice Bulletins—Gynecology and the American Urogynecologic Society. ACOG
Practice Bulletin No. 155: Urinary Incontinence in Women. Obstet Gynecol. 2015 Nov. 126 (5):e66-
81. [Medline]
● Miranda AM. Pelvic Examination. Medscape. 2018. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1947956-overview
● Cohen Sacher B. The Normal Vulva, Vulvar Examination, and Evaluation Tools. Clin Obstet Gynecol.
2015;58(3):442-52. DOI: 10.1097/GRF.0000000000000123
● Harmanli O, Jones KA. Using Lubricant for Speculum Insertion. Obstet Gynecol. 2010;116:415–
417. DOI: 10.1097/AOG.0b013e3181e750f1