Anda di halaman 1dari 80

Imunisupresan

Imunosupresan adalah kelompok obat


yang digunakan untuk menekan
respon imun seperti pencegah
penolakan transplantasi, mengatasi
penyakit autoimun dan mencegah
hemolisis rhesus dan neonatus.
Sebagian dari kelompok ini bersifat
sitotokis dan digunakan sebagai
antikanker.
 Imunosupresi adalah suatu kondisi dimana
terjadi penurunan reaksi pembentukan zat
kebal tubuh atau antibodi akibat kerusakan
organ limfoid. Dengan adanya penurunn
jumlah antibodi dalam tubuh, maka penyakit-
penyakit akan lebih leluasa masuk dan
menginfeksi bagian tubuh. Hal tersebut akan
menyebabkan adanya gangguan
pertumbuhan dan produksi. Jadi, sangatlah
penting untuk mengenali dan mengetahui
imunosupresi.
 Imunosupresi adalah usaha untuk menekan
respons imun, jadi berfungsi sebagai kontrol
negatif atau regulasi reaktivitas imunologik.
Dalam klinik kegunaannya adalah untuk
mencegah reaksi penolakan pada
transplantasi organ tubuh, dan menekan serta
menghambat pembentukan antibodi pada
penyakit autoimun. Imunosupresi dapat
dilakukan dengan obat imunosupresan,
globulin antilimfosit, radiasi, dan tindakan
operasi.
 Immunosupresan merupakan zat-zat yang justru
menekan aktivitas sistem imun dengan jalan interaksi di
berbagai titik dari sistem tersebut. Titik kerjanya dalam
proses-imun dapat berupa penghambatan transkripsi
dari cytokin, sehingga mata rantai penting dalam
respon-imun diperlemah.
 Khususnya IL-2 adalah esensial bagi perbanyakan dan
diferensial limfosit, yang dapat dihambat pula oleh efek
sitostatis langsung.
 Lagi pula T-cells bisa diinaktifkan atau dimusnahkan
dengan pembentukan antibodies terhadap limfosit.
Imunosupresan digunakan
untuk tiga indikasi utama

 Transplantasi organ
 penyakit autoimun
 pencegahan hemolisis Rhesus pada
neonatus.
Prinsip umum terapi imunosupresan

1. Respon imun primer lebih mudah


dikendalikan dan ditekan dibandingkan
dengan respon imun sekunder. Tahap awal
respon primer mencakup: pengolahan
antigen oleh APC, sintesis limfokin,
proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun.
Tahap ini merupakan yang paling sensitif
terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya,
begitu terbentuk sel memori, maka efektifitas
obat imunosupresan akan jauh berkurang.
Continue…

2. Obat imunosupresan memberikan efek


yang berbeda terhadap antigen yang
berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk
menekan respon imun terhadap suatu
antigen berbeda dengan dosis untuk
antigen lain.
Continue…

3. Penghambatan respon imun lebih


berhasil bila obat imunosupresan
diberikan sebelum paparan terhadap
antigen. Sayangnya, hampir semua
penyakit autoimun baru bisa dikenal
setelah autoimuitas berkembang,
sehingga relatif sulit di atasi.
Efek imunosupresi dapat dicapai dengan
salah satu cara berikut

(1) Menghambat proses (4) Menekan diferensiasi


fagositosis dan dan proliferasi sel
pengolahan Ag menjadi imunokompeten,
Ag imunogenik oleh sehingga tidak terbentuk
makrofag sel plasma penghasil Ab,
(2) Menghambat atau sel T yang
pengenalan Ag oleh sel tersensitisasi untuk
limfoid imunokompeten respons imun selular
(3) Merusak sel limfoid (5) Menghentikan produksi
imunokompeten Ab oleh sel plasma,
serta melenyapkan sel T
yang tersensitisasi yang
telah terbentuk.
Imunosupresan kelas I
Diberikan sebelum fase induksi, yaitu
sebelum terjadi perangsangan oleh Ag.
Jadi kerjanya adalah merusak limfosit
imunokompeten (limfolitik). Contohnya:
alkilator radiomimetic dan kortikosteroid
(sinar X juga bekerja pada fase ini).
Jika diberikan setelah terjadi perangsangan
oleh Ag, biasanya tidak diperoleh efek
imunosupresif sehingga respons imun
dapat berlanjut terus.
Imunosupresan kelas II
Diberikan dalam fase induksi; biasanya satu atau dua hari
setelah perangsangan oleh Ag berlangsung. Obat
golongan ini bekerja menghambat proses diferensiasi
dan proliferasi sel imunokompeten, misalnya
antimetabolit.
Jika diberikan sebelum adanya perangsangan oleh Ag,
umumnya tidak memperlihatkan efek imunosupresif;
malahan sebaliknya, beberapa obat tersebut justru
dapat meningkatkan respons imun, umpamanya
azatioprin dan metotreksat. Bagaimana mekanisme
terjadinya hal yang disebut belakangan belum diketahui
dengan pasti.
Imunosupresan kelas III

 memiliki sifat imunosupresan kelas I


maupun kelas II. Jadi golongan ini
dapat menghasilkan imunosupresi bila
diberikan sebelum maupun sesudah
adanya perangsangan oleh Ag.
Pilahan imunosupresan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
*paling efektif bila diberikan bersamaan dengan antigen

Kelas I Kelas II Kelas III


Busulfan Klorambusil Siklofosfamid
L-Melfalan Metotreksat Prokarbazin
D-Melfalan Azatioprin
Glukokortikoid: 6-Merkaptopurin (6-
D. Prednison MP)
E. Prednisolon Sitarabin (ARA-C)
F. Glukokortikoid 5-Bromo-deoksiuridin
lainnya (5-BUdR)
Mitomisin C 5-Fluoro-deoksiuridin
Kolkisin (5-FUdR)
Fitohemaglutinin 5-Fluorourasil (5-FU)
Sinar-X Vinblastin (VBL)
Vinkristin (VCR)
Siklosporin*
Penatalaksanaan Imunosupresi

 Imunosupresan Imunosupresan yang biasa


diberikan adalah kortikosteroid, azatioprin,
dan siklosporin A.
Kortikosteroid Mekanisme kortikosteroid
sebagai imunosupresan adalah melalui
aktivitas anti peradangan, menghambat
metabolisme asam arakidonat, menurunkan
populasi leukosit, menimbulkan limfopenia
terutama sel Th, dan dalam dosis tinggi
menekan pengeluaran sitokin dari sel T.
 Azathioprine dan siklosporin A Azatioprin adalah
inhibitor mitosis, bekerja pada fase S, menghambat
sintesis asam inosinat, prekursor purin, asam adenilat
dan guanilat. Baik sel T maupun sel B akan terhambat
proliferasinya oleh azatioprin. Azatioprin menghambat
sintesis purin sel dan mengakibatkan hambatan
penggandaan sel. Azatioprin berperan menekan fungsi
sistem imun selular yaitu menurunkan jumlah monosit
dan fungsi sel K.
 Pada dosis 1-5 mg/kgBB tidak berpengaruh pada
sistem imun humoral. Dengan menurunkan fungsi
sistem selular ini maka penerimaan transplan
dipermudah dan timbul anergi. Kerugiannya adalah
meningkatnya kerentanan terhadap infeksi dan
kecenderungan timbul keganasan.
 Siklosporin menghambat aktifasi sel T
dengan menghambat transkripsi gen yang
menyandi IL-2 dan IL-2R. Siklosporin A
adalah suatu heksa-dekapeptida berasal dari
jamur yang mempunyai khasiat menghambat
proliferasi dan transformasi sel Th,
menghambat sitotoksisitas sel Th,
menghambat produksi limfokin sel Th, dan
meningkatkan aktivitas sel Ts. Pada
transplantasi organ, obat ini meningkatkan
masa hidup transplan.
 Kerugiannya adalah meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi dan kejadian
penyakit limfoproliferatif.
Indikasi

1. Transplantasi organ
Penggunaannya.Immunosupresan banyak
digunakan untuk mencegah reaksi
penolakan pada transplantasi organ, karena
tubuh membentuk antibodies terhadap sel-
sel asing yang diterimanya. Guna
mencegah penolakan transplantat selalu
diberikan :
 Kortikisteroida
 Azatriopin, siklofosfanida, atau
Continue….

2. Penyakit autoimun
 Guna menekan aktivitas penyakit auto
imun sering digunakan zat-zat
imunosupresif. Misalnya, pada rematik
dan penyakit radang usus (colitis
ulcerosa, M. Crohn) diberikan
sulfasalazin dan sitostatika (MTX,
azatioprin).
3. Pencegahan hemolisis rhesus pada
Penggunaan Imunosupresi

Terapi Imunosupresi Pada Penderita Anemia Aplastik


 Terapi imunosupresi (IST) merupakan terapi alternatif
utama pada pasien tanpa kesesuaian HLA. Kombinasi
dengan antithymocyte globulin (ATG) atau anti-
lymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin memberikan
respon sekitar 75%. Keberhasilan jangka panjang terapi
IST masih belum diketahui pasti. Meningkatnya risiko
menjadi myelodysplastic syndrome (MDS) dan acute
myeloid leukemia (AML) dapat ditemukan pada anak
penderita anemia aplastik dengan terapi IST.
Terapi Imunosupresi pada Transplanstasi
Ginjal.
 Pemeliharaan dengan terapi
imunosupresif pada transplanstasi ginjal
biasanya menggunakan tiga jenis obat,
setiap obat bekerja pada tahapan yang
berbeda dalam respon imun.
Continue…
 1. Inhibitor calcineurin, cyclosporine dan
tacrolimus, merupakan terapi utama imunosupresif.
Inhibitor calcineurin merupakan agen oral yang paling
poten dan telah secara luas dikembangkan untuk
ketahanan singkat terhadap reaksi Graft. Efek samping
dari cyclosporine termasuk hipertensi, hiperkalemi,
tremor, hirsutisme, hipertropi gingival, hiperlipidemi,
hiperurikemi, dan kehilangan fungsi renal secara
perlahan dan progresif dengan karakteristik pola
histopatologik (juga terlihat pada resipien transplantasi
jantung dan hati). Efek samping tracolimus umumnya
sama dengan cyclosporine, tetapi memiliki resiko lebih
tinggi akan terjadinya hiperglikemi dan resiko lebih
rendah terhadap hipertensi.
Continue…
2. Prednisone seringkali digunakan bersama dengan
cyclosporine, setidaknya pada bulan-bulan pertama.
Efek samping dari prednisone termasuk hipertensi,
intoleransi glukosa, tampilan Cushingoid, osteoporosis,
hiperlipidemi, jerawat, dan depresi dan gangguan mental
lain.
3. Mycophenolate mofetil telah terbukti lebih efektif
dibandingkan dengan azathioprine pada terapi
kombinasi dengan inhibitor calcineurin dan prednisone.
Efek samping utama dari mycophenolate mofetil adalah
gastrointestinal (yang paling sering adalah diare);
leukopenia (dan kadang trombositopenia).
4. Sironimus adalah agen imunosupresif
terbaru yang sering digunakan dengan
kombinasi bersama obat-obat lain,
terutama saat inhibitor calcineurin
tereduksi atau tereliminasi. Efek samping
termasuk hiperlipidemi dan ulserasi oral.
Pengertian
 Kanker atau karsinoma adalah pembentukan
jaringan baru yang abnormal dan bersifat
ganas (maligne). Suatu kelompok sel dengan
mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri
secara pesat dan terus menerus (proliferasi)
 Akibatnya adalah pembengkakan atau
benjolan yang disebut tumor atau neoplasma.
Gejala-gejala umum uatama adalah nyeri yang
sangat hebat, penurunan berat badan
mendadak kepenatan total ( cachexia), dan
berkeringat malam.
Tujuan penangulangan
penyakit kanker

 Mencegah timbulnya kanker


 Menyembuhkan dari kanker
 Mengurangi penderitaan penderita
kanker
 Mengurangi morbiditas dan mortalitas
karena kanker
 Memperbaiki kualitas hidup penderita
kanker
Tujuan Terapi

 Membuang tumor primer


 Membuang metastase regional
 Membuang metastase jauh (tulang,
hepar, paru, otak) jika masih
memungkinkan.
Dasar Terapi Anti neoplastik

 Pembedahan
 Radiasi
 Kemoterapi
 Hormon terapi
 Imunoterapi
KEMOTERAPI

Ialah pengobatan kanker


menggunakan obat-obatan:
 Kimia

 Hormon

 Anti hormon
TUJUAN PEMBERIAN KEMOTERAPI

 Mencapai kesembuhan
 Mencapai masa bebas penyakit yang
lama
 Memperkuat efek pengobatan lain
mis : ssd operasi atau radioterapi
 Mengecilkan tumor sebelum
pembedahan atau radioterapi
Dasar Kemoterapi
1. Terapi kausal/etiologi/patogenesis

 Karena etiologi/kausa kanker belum jelas


maka terapi kausal adalah terapi
petogenesis
 Menurut patogenesisnya kelainan pada
kanker disebabkan oleh proliferasi
(perkembangbiakan) abnormal sel kanker
ditempat asal dan ditempat penyebaran
(metastase)
Proliferasi Kanker
 Proliferase sel kanker adalah
melalui proses MITOSIS
 Fase persiapan pengumpulan
bahan-bahan dasar DNA (G1)
 Fase fase sintesa DNA (S)

 Fase Pembelahan (M) : Profase,


Anafase, Metafase, Telofase.
Obat-Obat Anti Proliferasi
 Obat untuk menghambat perkembangbiakan sel kanker
disebut SITOSTATIKA
Obat Sitostatika
 Yang bekerja pada fase M (antimikotik)
 Vincristin
 Vinblastin
 Yang bekerja pada fase S ( antimetabolit )
 5-FU (fluorurasil)
 Metotreksat (MTX)
 6-merkaptopurin
 cytocin
Obat Sitostatika
 Yang bekerja pada molekul DNA ( Alkylating Agent )
 Cyclofosfamide (endoxan)
 Chlorambucil
 Golongan yang membentuk ikatan kompleks dengan
molekul DNA ( antibiotik )
 Daunorubicin
 Mytomycin C
 Adriamycin
 Yang belum jelas titik tangkapnya kerjanya.
 Procarbazine
 Cisplatin
Hormon
 Hormon dapat mempengaruhi pertumbuhan
sel kanker yang hormon sensitif yaitu sel
kanker yang mempunyai reseptor hormon
yang bersangkutan dengan memblok reseptor
hormon (kompetitif inhibitor)
Misalkan:
 Tamoxipen
 Aminoglutitimide
 Fugerel
Dasar Kemoterapi
2. Terapi Supportif (Paliatif)
Untuk memperbaiki kondisi umum
pasien, maka perlu diberi :
 Makanan yang bergizi
 Menambah nafsu makan
 Antikatabolisme
 Vitamin (oral, parenteral)
3. Terapi Simtomatik
Untuk meringankan keluhan
pasien yaitu rasa sakit, panas,
tidak mau makan, nausea,
Rina Yuniarti, S.Farm, Apt_Farmakologi

muntah, dll.
Prisip Kombinasi Kemoterapi

 Setiap obat mencapai maksimum cell


killing pada dosis yang masih dapat
ditoleransi efek sampingnya
 Mencegah atau memperlambat
resistensi obat
 Memperluas rentang pengobatan pada
populasi tumor yang heterogen
Prisip Pemilihan Obat
 Obat yang digunakan diketahui aktivitasnya sebagai
single agent, terutama obat yang mempunyai complete
remission
 Obat dengan mekanisme kerja yang berbeda untuk
menghindari efek aditif atau sinergis
 Obat dengan toksisitas yang berbeda untuk
mendapatkan dosis yang maksimal atau mendekati
maksimal
 Obat harus digunakan pada dosis optimal dan sesuai
schedule
 Obat harus diberikan pada interval yang konsisten
 Obat mempunyai pola resistensi yang berbeda harus
dikombinasi untuk meminimalkan resistensi silang.
Pola pemberian kemoterapi

1)Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor
atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang
berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan
darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan
pengobatan penyelamatan.
2)Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti
pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk
memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau
metastase kecil yang ada (micro metastasis).
 3)Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas,
diberikan pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya
diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya
bedah atau radiasi.
4)Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain
seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan
dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan
massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan
lebih berhasil guna.
Cara pemberian obat
kemoterapi.
1)Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa
bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30
– 120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan
infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.

2)Intra tekal (IT)


Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan
tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX,
Ara.C.

3)Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum


radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl
kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere,
Hydrea.
 4)Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®,
Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®,
Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.

5)Subkutan dan intramuskular


Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan,
biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari
karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah
jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.

6)Topikal
 7)Intra arterial
8)Intracavity
9)Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites
hemoragis yang banyak pada kanker ganas intra-
abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian
intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis
untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan
pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi
pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya
Bleocin.
Dosis Kemoterapi

 Dosis obat adalah individual


 Diberikan dengan Maximum
Tolerated Dose (MTD) tapi harus
tolerable bagi pasien
 Tentukan risk group (kondisi
umum, umur, status, kemampuan,
faal organ vital)
 Lihat dosis rata-rata
 Tentukan dosis awal
Pemantauan Kemoterapi
 Tentukan Base Line Studies yaitu
keadaan sebelum terapi dimulai
(keluhan, kelainan fisik, lab,
stadium performance)
 Efek tidak segera tampak. Yang
segera tampak ESO
 Efek terapi baru dapat dinilai
setelah 3-4 minggu
 Dari butir 3 dan 4 tentukan MTD
untuk terapi berikutnya.
Rina Yuniarti, S.Farm, Apt_Farmakologi
Efek Samping Obat
Kemoterapi

 Saat timbul ESO


 Organ sasaran ESO
 Berat ringan ESO
Saat Timbulnya ESO
 Segera ( < 1 jam)
 Febris dan hipertemia
 Hipotensi
 Cepat/Dini (1-24 Jam)
 Febris dan hipertemia
 Mual dan muntah
 Reaksi alergi
 Extravasasi
 ESO tertunda (delayed) (24 jam – 2 Bulan)
 Alopesia
 Toksis pada paru
 Kardiotoksik
 Neurotoksik
 Hepatotoksik
Cancer Cell Characteristics:

 Unchecked & Uncontrolled Growth


 Loss of contact inhibition
 Loss of capacity to differentiate
 Increased growth fraction
 Chromosomal Instability
 Capacity to metastasise
 Altered biochemical properties
Chemotherapy and Cancer
Cells

Cell Cycle specific :


Most active against cells in a specific
phase therefore need prolonged
exposure
or repeated doses.

Cell Cycle Non-specific:


Most effective against actively dividing
cells but also effective in G0.
Chemotherapy
Chemotherapy may be used
conventionally to:
 Cure patients

 Prolong survival

 Palliative care symptom control


Chemotherapy

Combination Therapy.
Prevents resistance.
Adjuvant Therapy.
Administered after primary therapy
e.g.Surgery
Neo adjuvant Therapy:
Given before surgery to reduce
tumour size.
Chemotherapy
Over 50 different chemotherapy drugs

Administered as an outpatient or inpatient


depending on toxicity

Modes of administration include:


 Oral e.g. Methotrexate, Hydroxyurea
 IV: Canula/Indwelling Central Venous Catheter
 Sub cut
 Intracavity e.g pelvic cavity, bladder
 Intrathecal. Can be fatal if wrong drug
administered!
Intrathecal Chemotherapy
Chemotherapy Side Effects

 Chemotherapy targets cells which are


dividing rapidly.
 Chemotherapy cannot distinguish
between normal cells and cancer cells
 Healthy Cells which have a high rate of
growth and multiplication include cells
of the bone marrow, hair, GI mucosa
and skin.
Chemotherapy Side effects
contd…
 Side effects may be drug specific e.g.
anthracyclines and cardiotoxicity, vinca
alkaloids and neuropathy/constipation,
bleomycin and pulmonary fibrosis
 Severity of side effects varies between
drugs.
 Side effects often occur 7-14 days post
treatment.
Side Effects: Acute
Tumour Lysis Syndrome.
 A Metabolic Emergency.

 Occurrs due to rapid cell lysis (death) &


large amounts of cell metabolites in
blood.
 If untreated can lead to acute renal
failure, cardiac arrest and death.
Side Effects: Acute

Neutropenic Sepsis:
Occurs due to Bone Marrow Failure and
poor immune response to infection.
Predisposing factors include:
Neutropenia
Underlying disease
Chemotherapy
Venous access devices
Neutropenic Sepsis

 Severe overwhelming infection where


inadequate blood flow to the tissues
results in cellular dysfunction and, if
not reversed, eventual organ failure.
 Most common micro organism is gram
negative
 Mortality rate 40-90%
Side Effects: Acute

Haemorrhage
• Invading tumours e.g gastric MALT

lymphomas
• Haemorrhagic Cystitis related to high
dose Cyclophosphomide

Anaphylactic Reaction
Side Effects:Bone Marrow

Neutropenia:
Increased risk of infection.
Anaemia:
Tiredness, lethargy & breathlessness
Thrombocytopenia:
Increased risk of bleeding
Side Effects: Gastro-Intestinal

 Nausea & Vomiting


 Diarrhoea & constipation
 Loss of appetite
 Taste Changes
 Mucositis
Side Effects

 Example of Grade 4 Mucositis


Side Effects: Body Image

 Hair Loss
 Weight Loss/ Weight Gain
 Long term central venous catheters
 Skin changes (colour, rashes,
sensitivity to sunshine/chlorine, dry)
Kontraindikasi Kemoterapi

 Kontraindikasi absolut : kanker stadium terminal,


hamil trimester I, septicemia, koma
 Keadaan umum jelek, gangguan fungsi organ yang
vital
 Penderita tidak dapat mengunjungi klinik secara
teratur
 Tumor resisten terhadap obat
 Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai
Persiapan Pemberian Kemoterapi

Persiapan Pasien
 Fisik penderita
 Radiologi : terutama keadaan paru-paru
 Laboratorium : terutama kadar hemoglobin, lekosit
dan trombosit
 Psikologis penderita dan keluarga
PERAWATAN PASIEN DENGAN POST
KEMOTERAPI :

 ANOREKSIA
Penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan
kepada pasien cara mengatur makanan:
 Kebutuhan karbohidrat, sebagai sumber energi harus
dikonsumsi secara teratur, bisa diperoleh dari tepung, sereal,
pasta dan roti, tetapi hindari yang terlalu manis seperti permen
dan kue-kue basah.
 Kebutuhan protein, penting karena banyak mengandung
vitamin dan mineral. Bisa dengan mengkonsumsi suplemen
nutrisi seperti ensure, sustacal, resource, bisa juga dengan
osmolit, isocal, isosource.
 Untuk menambah masukan protein bisa juga dengan makan
telur rebus, daging, yoghurt.
PERUBAHAN INDRA PENGECAP

 Hindari makanan yang pahit


 Makanan lunak berprotein ( susu, ikan,ayam )
 Pertahankan rasa manis
 Konsumsi makanan tambahan
 Lakukan tes pengecapan
 Karbohidrat pada pasien yang tidak suka manis
 Gunakan tambahan bumbu
STOMATITIS DAN ESOFAGITIS

 Untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya stomatitis dan


esofagitis :
 Melakukan pemeriksaan gigi 14 hari sebelum kemoterapi pertama
 Gosok gigi 30 menit setelah makan dan sebelum tidur, gunakan
sikat gigi yang lembut, gunakan air hangat untuk kumuran pertama
kemudian bilas dengan air dingin. Kemudian letakkan sikat gigi di
tempat yang kering.
 Gunakan pasta gigi berflouride atau yang mengandung baking
soda.
 Jaga bibir tidak kering
 Minum air 3 l perhari, kecuali merupakan kontra indikasi.
 Hindari rokok dan alcohol
 Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, terlalu
banyak mengandung zat kimia.
 Kontrol gigi setelah selesai semua sesi kemoterapi.
Side Effects: Other

 Fatigue: Often multi-factorial


 Peripheral neuropathy
 Altered Kidney Function
 Changes in hearing (high dose
Cisplatin)
 Cardiac Toxicity (Doxorubicin/
Idarubicin)
 Late Effects: Infertility, secondary
malignancy, growth retardation.
Case Study

 17 year old girl with Hodgkins disease. Has


had 3 cycles of chemotherapy treatment and
is halfway through the course. She is feeling
sick up to 24 hours before coming to
hospital for treatment and vomiting up to 48
hours after receiving chemotherapy. She
has lost 1 stone in weight in 2 months, she
feels tired and is not wanting to have any
more treatment.
MUAL DAN MUNTAH

 Untuk mencegah atau meminimalkan mual dan muntah :


 Makan makanan yang dingin atau yang disajikan dengan
suhu ruangan karena makanan panas meningkatkan sensasi
mual.
 Minum segelas jus apel, lemon, gelatin, teh atau cola untuk
meredakan mual.
 Hindari makanan yang terlalu manis, berlemak dan telalu
pedas.
 Hindari makan dan minum 1-2 jam sebelum dan setelah
kemoterapi.
 Gunakan teknik distraksi ( musik,radio,televisi )
 Gunakan untuk tidur saat terasa mual
KONSTIPASI

 Sediakan waktu untuk BAB secara teratur


 Minum jus buah atau makan buah setelah waktu makan
 Minum air hangat
 Minum 3l air kecuali merupakan kontraindikasi
 Usahakan agar diet yang dikonsumsi mengandung serat
 Hindari produk yang banyak mengandung tepung
 Tingkatkan aktivitas fisik
ALOPECIA

 Penanganan untuk meminimalkan alopecia adalah :


 Gunakan sampho bubuk atau yang lembut, sampho dengan
bahan dasar protein, diikuti dengan penggunaan minyak
rambut atau kondisioner setiap 3-5 hari.
 Minimalkan penggunaan hair dryer, jika memang diperlukan
gunakan dengan panas rendah.
 Hentikan penggunaan mesin dengan listrik seperti alat
pelurus rambut. Selain itu hentikan pula penggunaan roll
rambut, bandana yang menekan rambut, hair spray, semir
rambut karena akan menyebabkan kerapuhan rambut.
 Hindari menggosok rambut dan menyisir rambut terlalu
keras.
 Hindari manipulasi rambut yang berlebihan seperti
mengikatnya ekor kuda.
 Gunakan bantal yang lembut
DIARE

 Hindari makanan yang mengiritasi lambung, seperti :


sereal, roti dari tepung, kacang, biji-bijian, coklat, buah segar
atau yang dikeringkan, jus buah (pisang, avocado, apel dan
anggur diperbolehkan), sayur mentah, makanan yang banyak
mengandung gas, makanan dan minuman yang mengandung
kafein.
 Gunakan untuk beristirahat.
 Minum 3 l perhari kecuali merupakan kontraindikasi.
 Makan sedikit tapi sering.
 Hindari makanan yang terlalu panas atau dingin.
 Hindari susu atau produk susu
Case Study

 36 year old lady just diagnosed with


None Hodgkins Lymphoma. She works
part time as a beauty therapist and has
2 small children under the age of 5.
She is to receive outpatient
chemotherapy of R-CHOP and
requires a long term central venous
catheter.
What would you include in your nursing
assessment?
How can nurses help.

 Information and Education.


 What to do if unwell. Infection is a big risk!
 Advice on Symptom Control
 Timely administration of drugs
 Regular assessment of side effects and
effectiveness of interventions e.g anti
emetics, analgesia etc
 Nutritional assessment and intervention
How can nurses help
 Psychological Care: Body Image, Diagnosis
of life threatening disease, Fear of dying
 Involve Family members, talking to children
about parents diagnosis etc
 Consider Sexual advice needed
 Consider financial implications
 Direct to supportive services in their area eg
support groups, complementary therapies
etc.
 Refer to Community Team if support at
home needed
Points about Administration:
Staff
 Must be administered by chemotherapy
trained nurses only
 Safe handling is essential. Cytotoxic drugs
are carcinogenic, mutagenic and
teratogenic.
 Potential exposure occurs during:
preparation, administration and changing
lines, handling of body fluids e.g urine,
handling of chemo waste products e.g lines,
medication bottles, spillage / leakage of
chemotherapy.
 ALWAYS TAKE UNIVERSAL
PRECAUTIONS
Key Points:

 Chemotherapy is a major treatment in


curing or prolonging survival in cancer
patients
 It has a wide range of side effects
depending on the drugs given.
 Nurses have a key role to play in
caring for a patient receiving
chemotherapy
 Safety issues are paramount in
administration.
Summary:

The potential benefit to the patient


of treatment as an option must
always outweigh the toxic
effects.

Anda mungkin juga menyukai