Anda di halaman 1dari 33

FAKKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEMPLAK


KOTA BOGOR 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Pada Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor

MAR’ATUL HUSNA
NPM: 161106160821

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M.)
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibn Khaldun Bogor

Oleh :

MAR’ATUL HUSNA
NPM : 161106160821

PEMBIMBING TANDA TANGAN TANGGAL

Fenti Dewi Pertiwi., S. Kep., Ners., M.K.M

(Pembimbing 1) ……………………… ……………

Ade Saputra Nasution, S.K.M.,M. Kes

(Pembimbing 2) ……………………… ……………

Bogor, 13 Juli 2020

Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibn Khaldun,

Dr. Asri Masitha Arsyati, S.K.M., M.K.M


KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.,


karena atas rahmat, taufiq dan hidayahnya maka penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi tugas akhir pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Ksehatan
Universitas Ibn Khaldun Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih yang
setulus-tulusnya atas semua dukungan, bantuan serta bimbingan dari
semua pihak selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak H. Supriyanto, S.Pd., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor;
2. Ibu Dr. Asri Masitha Arsyati, S.KM., M.KM., selaku Kepala Progam
Studi Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor;
3. Fenti Dewi Pertiwi., S. Kep., Ners., M.K.M selaku dosen pembimbing I
yang telah mencurahkahkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk
mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini;
4. Ade Saputra Nasution, S.K.M.,M. Kes selaku dosen pembimbing II yang
telah mencurahkahkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk mengarahkan
saya dalam menyelesaikan skripsi ini;
5. Orang tua yang tak pernah berhenti berjuang, tak pernah lelah berkorban
dan tak pernah bosan melangitkan do’a. Skripsi ini adalah hadiah kecil
yang tak akan akan pernah sebanding dengan segala usaha Umi dan
Bapak. Semoga curahan rahmat dan ridho-Nya senantiasa menyertai;
6. Teman-teman seperjuangan yang telah saling memotivasi satu sama lain
dan saling membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi hingga dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT. memberikan pahala sebagai balasan atas
segala amal yang telah dilakukan dan semoga skripsi ini berguna bagi
kami maupun pihak lain.

Bogor, 20 agustus 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
menyatakan pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di
dunia. Penyakit ini menyumbang 16% dari seluruh kematian anak dibawah 5
tahun, yang menyebabkan kematian pada 920.136 balita atau lebih dari
2.500 per hari, atau diperkirakan 2 anak balita meninggal setiap menit pada
tahun 2015( Profil Kesehatan Indonesia, 2017).
Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima
tahun (Balita) di dunia. Di dunia, dari 9 juta kematian balita lebih dari 2 juta
balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 balita
meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian balita, satu diantaranya
disebabkan pneumonia. Pada tahun 2018 Angka kematian akibat pneumonia
pada balita sebesar 0,08 %. Angka kematian akibat Pneumonia pada
kelompok bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,16 % dibandingkan pada
kelompok anak umur 1 – 4 tahun sebesar 0,05%. Cakupan penemuan
pneumonia dan kematiannya menurut provinsi dan kelompok umur pada
tahun 2018 dapat dilihat pada Lampiran 6.13 dan 6.14 ( Profil Kesehatan
Indonesia, 2018).
Di Indonesia, data riskesdas (2007) menyebutkan bahwa pneumonia
menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian bayi (23,8%) dan
balita (15,5%). Menurut data Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
digambarkan bahwa period prevalens dan prevalensi dari pneumonia tahun
2013 adalah 1,8% dan 4,5%. Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit Infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) tahun 2017 didapatkan insiden (per 1000
balita) di Indonesia sebesar 20,54 (Kemenkes, 2017).
Berdasarkan data laporan ruin Subdit ISPA tahun 2018, didapatkan
insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,06 % hampir sama dengan
data sebelumnya 20,56% Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan
pneumonia pada balita. Diperkirakan kasus pneumonia secara nasioanal
sebesar 3,55% (Kemenkes, 2018).
Angka perkiraan kasus pneumonia dimasing-masing Provinsi
menggunakan angka yang berbeda-beda sesuai angka yang telah ditetapkan.
Perkiraan presentasi kasus pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Barat
yaitu 4,62 %. Cakupan pemuan pneumonia balita menurut Provinsi Jawa
Barat ta hun 2018 yaitu 58,80% sedangkan target capaian adalah 80
(Kemenkes, 2018).
Riskesdas tahun 2018 menggambarkan prevalensi pneumonia di
Indonesia berdasarkan diagnosis yaitu 2,0% dan di Provinsi Jawa Barat 2,6%.
Sedangkan berdasarkan karakteristik umur prevalensi pada balita di Jawa
Barat berdasarkan diagnosis yaitu 2,8%.
Indikator renstra yang digunakan sejak tahun 2015 adalah presentase
kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan
tatalaksana standar pneumonia baik melalui manajemen terpadu balita sakit
(MTBS), maupun program P2 ISPA. Hasil pada tahun 2015 tercapai 14,62%
sedangkan target sebesar 20%, tahun 2016 tercapai 28,07% dari target 30%,
tahun 2017 tercapai 42,6% dari target 40%. Tahun 2018 tercapai sebesar 43%
dari target 50% . pada tahun 2018 tidak mencapai target, namun bila dilihat
capainnya meningkat dari tahun sebelumnya (Kemenkes, 2018).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini
yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita diperkirakan
kasus neumonia secara nasioanl sebesar 3,55% namun angka perkiraan kasus
pneumonia di masing-masing provinsi menggunakan angka yang berbeda-
beda sesuai angka yang telah di tetapkan. Perkiraan presentasi kasus
pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Barat yaitu 4,62 %. Cakupan
penemuan pneumonia balita menutut Provinsi Jawa Barat tahun 2017 yaitu
67,38% (Kemenkes, 2017).
Cakupan pneumonia dan penanganan pneumonia pada balita tahun
2018 sebesar 108,89% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 5.340
kasus, mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2017 yang berjumlah
5.308 kasus. Penderita pneumonia tertinggi adalah Kecamatan Bogor Barat
sebesar 1.348 kasus atau 641.07% penderita dan ditangani di Puskesmas
Semplak ada 350 kasus atau 179,49% (Dinas Kesehatan kota Bogor, 2019).
Kejadian pneumonia pada balita berhubungan dengan beberapa
faktor, Rasyid (2013). mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita antara lain: pendidikan
ibu, jenis kelamin, pekerjaan ibu, pemberian ASI eksklusif dan status
imunisasi. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di
Puskesmas Semplak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, salah satu upaya yang dilakukan


oleh pemerintah dan tenaga kesehatan yaitu dengan meningkatkan penemuan
pneumonia pada balita. Di Kota Bogor cakupan penemuan pneumonia pada
balita pada tahun 2018 dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 5.340
kasus, mengalami kenaikan dibanding dengan tahun 2017 yang berjumlah
5.308 kasus. Kecamatan dengan jumlah penderita pneumonia tertinggi adalah
kecamatan Bogor Barat sebesar 1.348 kasus.

1.3 Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian


pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kota Bogor
tahun 2020?

2. Bagaimana hubungan berat badan lahir dengan kejadian pneumonia pada


balita di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020?

3. Bagaimana hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita


di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020?

4. Bagaimana hubungan kelengkapan status imunisasi dengan kejadian


pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kota Bogor
tahun 2020?
5. Bagaimana hubungan pendidikan ibu dengan kejadian pneumonia pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020?

6. Bagaimana hubungan pekerjaan Ibu dengan kejadian pneumonia pada


balita di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020?

7. Bagaimana hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian pneumonia


pada balita di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020?

8. Bagaimana hubungan anggota keluarga perokok dengan kejadian


pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Semplak Kota Bogor
tahun 2020?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadia


pneumonia pada balita di Puskesmas Semplak Kota Bogor 2020

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian


pneumonia pada balita di Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020
2. Diketahuinya hubungan berat badan lahir dengan kejadian pneumonia
pada balita di Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020
3. Diketahuinya hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia pada
balita di Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020
4. Diketahuinya hubungan kelengkapan status imunisasi dengan kejadian
pneumonia pada balita di Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020
5. Diketahuinya hubungan pendidikan ibu dengan kejadian pneumonia
pada balita di Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020
6. Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian pneumonia
pada balita di Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020
7. Diketahuinya hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian
pneumonia pada balita di Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020
8. Diketahuinya hubungan anggota keluarga perokok dengan kejadian
pneumonia pada balita di Puskesmas Semplak Kota Bogor tahun 2020

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan


wawasan bagi penulis sebagai bahan untuk mengembangkan dan
menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan khususnya untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia
pada balita di Puskesmas Semplak dan sebagai bahan acuan dalam
penyusunan tugas akhir skripsi.

1.5.2 Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun

Sebagai bahan ajaran bagi mahasiswa dan dosen dilingkungan


Fakultas ilmu Kesehatan bagi pengemban ilmu pengetahuan khususnya
mengenai pneumonia pada balita.

1.5.3 Bagi Dinas Kesehatan Dan Puskesmas Semplak

Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan


kejadian pneumonia pada balita sehingga dapat melakukan upaya-upaya
pencegahan untuk menurunkan prevalensi kejadian pneumonia pada
balita.

1.5.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas
Semplak Kota Bogor 2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian cross-sectional, karena variabel dependent dan
independent diambil secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan karena
tingginya kasus pneumonia di Kecamatan Bogor Barat. Penelitian ini
melibatkan balita dan ibu yang mempunyai balita. Sampel penelitian
berjumlah 98 dalam penelitian ini akan dilakukan penggalian informasi
menggunakan kuesioner.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pneumonia Pada Balita

2.1.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan


paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri ( Profil Kesehatan
Indonesia, 2017). Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru
(alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya adalah bakteri, virus,
jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang
biasa menyebabkan pneumonia adalah Streptococcusdan
Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan
pneumonia adalah adenoviruses, rhinovirus, influenza virus,
respiratory syncytialvirus (RSV) dan para influenza virus
( Anwar,2014).
Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru-paru
(alveoli), disebabkan karena mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur dan parasit. Terjadinya pneumonia pada anak seringkali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus
(broncuspneumonia). Umumnya penyakit pneumonia terjadi 2 atau
3 hari setelah infeksi saluran pernafasan atas ( Muchtar, 2013).
2.1.2 Klasifikasi pneumonia

Tarikan Pneumonia -Beri oksigen minimal 2-3 per menit


dinding berat -Beri dosis pertana antibiotik yang sesuai
dada ke -Rujuk Segera
dalam

Atau Pneumonia -Beri amoksisilin 2 kali sehari selama 3 hari


-Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk
yang aman
-Obat wheezing bila ada
-Apabila batuk >14 hari atau wheezing
berulang. Rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
-Nasehati kapan kembali segera
-Kunjungan ulang 3hari

Saluran Batuk bukan -Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk


oksigen pneumonia yang aman
<90% -Obat wheezing bila ada
-Apabila batuk >14 hari atau wheezing
berulang. Rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
-Nasehati kapan kembali segera
-Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada
perbaikan

Sumber : MTBS 2015

Nafas cept bila anak usia :

a. <2 bulan : 60 kali per menit atau lebih


b. 2 bulan sampai <1 tahun : 50 kali permenit atau lebih
c. 1 tahun sampai 5 tahun : 40 kali permenit atau lebih
Penentuan adanya tanda bahaya jika terdapat satu atau lebih
gejala di bawah ini :

1. Tidak bisa minum


2. Kejang
3. Kesadaran menurun
4. Stridor
5. Gizi buruk

Klasifikasi penyakit :

a. Tanpa napas cepat = bukan pneumonia


b. Dengan napas cepat saja = pneumonia
c. Ada tanda bahaya = pneumonia berat

2.1.3 Tanda dan Gejala Pneumonia

Menurut Kemenkes RI (2010), secara umum gambaran gejala


pneumonia diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu :

1. Gejala umum
Misalnya demam,sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang,
gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare.
2. Gejala Respiratorik
Seperti batuk, nafas cepet (tachypnoe/fast breathing), napas
sesak (retraksi dada/ chest indrawing), napas cuping hidung, air
hunger dan sianosis.

Tanda atau gejala balita yang mengalami pneumonia adalah


terjadi peningkatan frekuensi napas yang membuat anak tampak
sesak, selain itu pada daerah dada tampak retrasi atau tarikan dinding
pada bagian bawah setiap kali anak menarik napas. Napas cepat
disebut takipneu merupakan tanda pneumonia pada anak yang
penting, batasan frekuensi napas cepat pada bayi kurang dari 2 bulan
adalah lebih atau sama dengan 60 kali/menit, pada bayi 2-12 bulan
adalah 50 kali/menit, sedangkan usia 1-5 tahun adalah 40 kali/menit,
balita dengan pneumonia mengalami perburukan gejala ditandai
dengan gelisah, tidak mau makan dan minum, kejang atau sianosis
(kebiruan pada bibir) bahkan penurunan kesadaran (IDAI, 2016)

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Pneumonia Pada Balita

2.1.4.1 Pemberian ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI ) adalah suatu cairan yang terbentuk dari
campuran dua zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara ibu, dan bermanfaat sebagai makanan bayi.
(Maryunani,2013)
Dari hasil penelitianyang dilakukan oleh Rasyid, 2013.
Menunjukkan terdapat hubungan paling dominan pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian pneumonia anak balita. anak balita yang
tidak diberi ASI eksklusif besar kemungkinan berpotensi menderita
pneumonia dibanding dengan yang tidak diberikan ASI eksklusif.
Pemberian ASI dapat memberikan kekebalan terhadap berbagai
macam penyakit terutama pneumonia karena ASI mengandung zat
kekebalan tubuh yang dapat melindungi dirinya dari berbagai
penyakit infeksi, bakteri, virus, jamur maupun parasit (Nugroho,
2011). Kekuatan hubungan pemberian ASI eksklusif adalah
sebesar 1,782 kali (CI 95% : 1,146-2,770) artinya anak balita yang
tidak diberi ASI eksklusif lebih berisiko 1,7 kali menderita
pneumonia dibandingkan anak balita yang diberi ASI eksklusif
(Fanada, 2012).

2.1.4.2 Status Gizi


Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut
yang menjadi penyebab kematian utama pada balita di dunia,
terutama di negara berkembang. Salah satu faktor risiko dari
pneumonia adalah status gizi yang kurangBalita dengan gizi
kurang dan gizi buruk memperbesar risiko terjadinya pneumonia
pada balita. Pada balita dengan gizi kurang/buruk, sistem
pertahanan tubuh menurun sehingga mudah terkena infeksi (mia,
2016).
Dari hasil penelitianyang dilakukan oleh Mia dkk,2016.
Mnunjukkan hubungan yang bermakna atau signifikan antara
status gizi balita dengan pneumonia pada balita (13-59 bulan) di
RS. Dr. M. Djamil, dengan hasil p =0,001. Sebagian besar balita
penderita pneumonia berat bergizi kurang dan buruk. Angka
mortalitas pneumonia pada balita dengan gizi buruk sangat tinggi
dan kematian balita karena pneumonia di Indonesia sebesar 22,8
%.
2.1.4.3 Kelengkapan Status Imunisasi
Menurut Kemenkes RI (2015), imunisasi adalah suatu
upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tertentu tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit yang ringan. Kelompok yang menjadi sasaran program
imunisasi yaitu bayi, dimana bayi wajib mendapatkan imunisasi
dasar lengkap. Bayi yang telah diberikan imunisasi akan
terlindungi dari penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan
kematian (Iswari dkk. 2017).

Status imunisasi mempengaruhi daya tahan tubuh atau


imunitas seseorang. Semakin lengkap imunisasi makaakan semakin
bertambah daya tahan tubuhnya. Imunisasi sangat mempengaruhi
kondisi kesehatan bayi, karena imunisasi yang diberikan secara
lengkap akan bekerja lebih optimal dalam melindungi tubuh bayi
terhadap berbagai jenis penyakit infeksi. Namun sebaliknya,
imunisasi yang tidak lengkap cenderung hanya mendekatkan bayi
dari penyakit tertentu saja (Imelda, 2017). Jenis, jumlah dan usia
pemberian imunisasi pada anak sebagai berikut:
Jenis, Jumlah, dan Usia Pemberian Imunisasi pada Anak

Jenis Usia Jumlah Interval Minimal


Imunisasi Pemberian Pemberian
Hepatitis 0 – 7 Hari 1 -
B
BCG 1 bulan 1 -
Polio/IPV 1,2,3,4 4 4 minggu
bulan
DPT – 2,3,4 bulan 3 4 minggu
HB – Hib
Campak 9 bulan 1
Sumber: Kemenkes RI, 2015

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh iswari dkk, 2017. Hasil
penelitian menunjukkan, terdapat hubungan status imunisasi DPT-HB-
HIB (p=0,016; OR=3,946) dengan pneumonia pada balita usia 12-24
bulan. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara status imunisasi: DPT-HB-HIB dengan pneumonia pada
balita usia 12-24 bulan.

2.1.4.4 Berat Badan lahir


Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), pembentukan zat anti
kekebalan kurang sempurna, berisiko terkena penyakit infeksi terutama
pneumonia sehingga risiko kemtian menjadi lebih besar dibanding dengan
berat badan lahir normal. Balita yang memiliki riwayat BBLR berisiko
menderita pneumonia cukup tinggi oleh karena adanya gangguan
pertumbuhan dan imaturitas pada organ saluran pernapasan (Hartati dkk,
2012).
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian zonny (2012) di Puskesmas
Kelurahan Kembangan Utara yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara berat badan lahir dengan pneumonia (p=0,02).
Penelitian Novianto di RSUP Soeradji Tirtonegoro Tahun 2012 juga
menyatakan hal yang sama bahwa BBLR merupakan faktor risiko 4,136 kali
untuk menderita pneumonia. Bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah
pada bulan pertama kelahiran akan mudah terinfeksi penyakit infeksi
pneumonia dan infeksi pernapasan lainnya dikarenakan pembentukan zat aktif
bagi kekebalan tubuh masih kurang sempurna (WHO dalam Triana, 2017).
2.1.4.5 Pendidikan Ibu

Latar belakang pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan yang


dimilikinya. Pengetahuan tersebut diperoleh antara lain melalui pendidikan.
Pendidikan itu sendiri adalah dasar terbentuknya perilaku seseorang sehingga
pendidikan dikatakan sebagai faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi
yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik
tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
Pendidikan yang cukup pada seseorang akan memudahkan untuk mencari dan
menerima informasi dari luar, khususnya yang berkaitan dengan penyakit
Pneumonia sehingga responden bisa segera melakukan tindakan pencegahan
(Fitrianti, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Mardani (2019). didapatkan nilai p-


value sebesar 0,021. Besar p-value 0,021 yang bernilai < 0,05 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status pendidikan ibu dengan
kejadian penyakit pneumonia balita. Besar nilai PR (95% CI) sebesar 2,122
menunjukkan bahwa balita yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan
rendah berisiko 2 kali lebih tinggi untuk terkena penyakit pneumonia
dibandingkan dengan balita yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 20 responden
(33,3%) ibu dengan pendidikan dasar, 26 responden (43,3%) Ibu dengan
pendidikan menengah, dan 14 responden (23,3%) Ibu dengan pendidikan
tinggi.

2.1.4.6 Pekerjaan ibu

Ibu yang bekerja diluar rumah anak balitanya berkemungkinan


menderita pneumonia karena sebagian waktunya tersita untuk bekerja dan
kurang merawat kesehatan anaknya sehingga anak balitanya kurang
diperhatikan sehingga rentan terhadap berbagai penyakit salah satunya
penyakit pneumonia (Blum, 1981).
Kekuatan hubungan pekerjaan ibu adalah sebesar 2,077 kali (CI
95% : 1,355-3,231.) artinya anak balita dengan ibu yang bekerja lebih
berisiko 2 kali menderita pneumonia dibandingkan anak balita dengan ibu
yang tidak bekerja (Pamungkas, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Rasyid (2013). Menyatakan


Pekerjaan ibu yaitu bekerjanya ibu mempengaruhi kejadian
pneumonia anak balita dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja
(C.I 95% : OR = 1,335 - 3,231).

2.1.4.7 Pendapatan kurang

Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh


anggota rumah tangga uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga (Wulandari 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Machmud (2011) . Rumah tangga


miskin berisiko lebih besar untuk terkena pneumonia. Pada keluarga
miskin, risiko pneumonia yang lebih besar disebabkan oleh faktor
kontekstual lingkungan yang buruk berupa pencemaran di dalam rumah
yang dikontrol faktor komposisi status gizi (95% CI OR 4.05- 4.78)

2.1.4.8 Anggota Keluarga perokok


Perokok pasif adalah orang yang menghirup asap rokok yang dihasilkan
dari rokok seorang perokok aktif. Asap rokok lebih berbahaya bagi perokok pasif
dibandingkan dengan perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok
aktif dan terhirup oleh perokok pasif lima kali lebih banyak mengandung gas
karbon monoksida (CO) dan empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin
(Windriya, 2013).
Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag dalam membunuh
bakteri, makrofag memiliki kemampuan untuk mencari dan memakan bakteri,
virus, jamur, dan parasit. Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang
pembentukan lendir dan debu sehingga bakteri yang tertumpuk tidak dapat
dikeluarkan (Dharmawati dkk, 2016). Anak-anak yang orangtuanya merokok
lebih mudah terkena penyakit saluran pernapasan seperti flu, asma, pneumonia
dan penyakit saluran pernapasan lainnya (Wardani dkk, 2015).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramudiyani (2010), yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
Dengan kejadian pneumonia pada anak balita. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Supriyatin (2015) menyatakan, balita yang terpapar asap rokok berisiko
18,48 kali lebih besar menderita pnumonia.
2.1.4.9 Kerangka Tori
Model segitiga atau triad epidemiologi atau model rantai penyakit
infeksi (the triangel model of infection ) menggambarkan interaksi tiga
komponen penyakit yaitu manusia (Host), penyebab (Agent), lingkungan
(Environment). Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) penyakit dapat terjadi
karna adanya ketidak seimbangan antara faktor agent, host dan environment.
Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan
pemahaman masing-masing komponen. Dalam model ini faktor agent adalah
yang bertanggung jawab terhadap penyebab penyakit meliputi infectious agent
yaitu organisme penyebab penyakit, physical agent dan chemical agent. Faktor
penjamu (Host) adalah individu atau populasi yang beresiko terpajan penyakit
meliputi faktor genetik atau gaya hidup. Faktor lingkungan (Environment)
adalah tempat dimana host hidup termasuk kondisi cuaca dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan rumah, tetangga dan sekolah. Menurut model ini sehat dan
sakit dapat dipahami dalam mendalami karakteristik, perubahan dan interaksi
diantara agen, penjamu dan lingkungan. Hubungan antara ketiga faktor tersebut
dapat dilihat di bawah ini :
Host

Agent Environment
Sumber : Anderson dan Hockenberry (2000), Wilson (2009)
Gambar diatas memperlihatkan segitiga dalam status keseimbangan
yang normal. Keseimbangan bukan menandakan kesehatan yang optimum,
tetapi pola biasa yang sederhana dari kondisi sehat dan sakit dalam populasi.
Berbagai perubahan yang terjadi pada salah satu sisi (agent, host dan
environment) akan menghasilkan ketidak seimbangan atau terjadi suatu
perubahan pola yang biasa tersebut.
Berikut ini dijabarkan hubungan Tiga komponen yang terdapat
dalam model segitiga epidemiologi dengan faktor risiko terjadinya infeksi
pneumonia pada anak balita:
1. Faktor penyebab (agent) adalah penyebab dari penyakit
pneumonia yaitu berupa bakteri, virus, jamur dan protozoa
(sejenis parasit). Berdasarkan faktor penyebab (agent) pneumonia
dibedakan menjadi 1) pneumonia bakterial/tipikal yaitu
pneumonia yang dapat terjadi pada semua usia; 2) pneumonia
atipikal adalah pneumonia yang di sebabkan oleh mycoplasma ,
legionella dan chlamidya; 3) pneumonia virus adalah pneumonia
yang disebabkan oleh virus, dan 4) pneumonia jamur adalah jenis
pneumonia yang sering merupakan infeksi sekunder terutama
pada penderita dengan daya tubuh lemah.
2. Faktor manusia (host) adalah organisme, biasanya manusia atau
pasien. Faktor risiko infeksi pneumonia pada pasien (host) dalam
hal ini anak balita meliputi : jenis kelamin, status imunisasi, berat
badan lahir, dan riwayat pemberian ASI Eksklusif.
3. Faktor lingkungan (Environment)
Faktor lingkungan yang dapat menjadi risiko terjadinyan pneumonia pada
balita meliputi kepadatan rumah, kelembaban, cuaca, polusi udara.
Kondisi lingkungan dapat dimodifikasi dan dapat diperkirakan dampak
atau akses buruknya sehingga dapat dicarikan solusi ataupun kondisi
yang paling optimal bagi kesehatan balita.

KETURUNAN
LINGKUNGAN :
PELAYANAN STATUS
Fisik, social
KESEHATAN KESEHATAN
ekonomi, budaya
dll

PERILAKU

Sumber : H.L Blum (Notoatmodjo, 2007)

Konsep hidup sehat menurut H.L Blum (Notoatmodjo, 2007) dapat


digunakan untuk mengetahui faktor-faktor kondisi yang dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan secara holistik mulai dari kondisi fisik hingga sosial dalam
masyarakat. Dalam teori H.L Blum menjelaskan bahwa untuk menciptakan
kondisi sehat diperlukan harmonisasi dari 4 faktor utama yakni faktor
determinan timbulnya masalah kesehatan yang meliputi faktor perilaku/gaya
hidup, faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya maupun fisik,
kimia, biologi), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya)
dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi
dan yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan
masyarakat. Diantaranya keempat faktor tersebut faktor perilaku manusia
merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar di
tanggulangi dan disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena
lingkungan hidup manusia sangat di pengaruhi oleh perilaku masyarakat.

TEORI SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

Faktor Host
- Usia
Faktor Agent - Jenis Kelamin Faktor Environment
- Berat Badan Lahir
- Riwayat Pemberian
ASI Eksklusif
- Status Gizi
- Riwayat Pemberian
Vitamin A
- Status Imunisasi
- Pendidikan
- Bakteri ibu
- Virus - Pekerjaan ibu
- Jamur - Pendapatan
keluarga
- Kepadatan
hunian
- Ventilasi
udara rumah

PNEUMONIA

- Penggunaan
fasilitas
- Kebiasaan pelayanan
- Riwayat asma merokok kesehatan
anggota
keluarga

Pelayanan Kesehatan
Faktor Genetik
Faktor Perilaku

KONSEP MODEL BLUM

Sumber : Modifikasi Aderson (2000); Notoatmodjo (2007); Hockenberry dan


Wilson (2009)
BAB III

KERANGKA KONSPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS PENELITIAN

1.1 Kerangka Konseptual

Variabel independen variabel


dipenden

Faktor pelayanan kesehatan :

Kelengkapan status imunisasi

Faktor perilaku :

-pemberian ASI eksklusif

- status gizi pneumonia pada balita


-berat badan lahir

-anggota keluarga perokok

Faktor lingkungan :

Pendidikan ibu

Pekerjaan Ibu

Pendapatan keluarga
Kerangka konseptual ini merupakan modifikasi odifikasi Aderson
(2000); Notoatmodjo (2007); Hockenberry dan Wilson (2009), sehingga
peneliti menentukan pemberian ASI eksklusif, kelengkapan status
imunisasi, berat badan lahir, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
keluarga dan anggota keluarga perokok sebagai variabel independen dan
kejadian pneumonia pada balita merupakan variabel dependen
1.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Hasil ukur Skala


operasional ukur ukur ukur
Depende
n

1 Kejadian Pneumonia Diagnosa Catatan 1. Pneumonia Ordinal


pneumonia merupakan infeksi dokter atau rekam 2.Tidak
Pneumonia
pada balita akut yang petugas medik
mengenai jaringan kesehatan
paru-paru
(alveoli) yang
dapat disebabkan
oleh berbagai
mikroorganisme
virus, jamur dan
bakteri (Profil
Keshatan
Indonesia,2017)
Indepeneen ordinal
1 Pemberian Ada atau tidaknya wawancara Kuesion 1.Ekslusif (0-6 ordinal
ASI ekslusif pemberian ASI er bulan)
saja pada anak 2.Tidak Ekslusif
tanpa tambahan (Jika ibu
makanan apapun memberikan
dari usia 0-6 bulan makanan
tambahan dari
usia 0-6 bulan)
2 Status gizi Keadaan gizi Penimbang Timbang 1. Gizi Buruk
balita yang an BB atau an atau (<3SD) Ordinal
ditentukan dari Buku 2. Gizi Kurang
berdasarkan catatan KMS/KI (3SD s/d <2SD)
No Variabel Definisi Cara Alat Hasil ukur Skala
operasional ukur ukur ukur
indeks BB/U KMS/KIA A 3. Gizi Baik (-
dalam bulan yang 2SD s/d 2SD)
diukur 4. Gizi Lebih (> 3
SD)
3 Kelengkapa Pemberian Catatan Buku 1.Lengkap Ordinal
n status Imuniasi lengkap Buku KMS/KI (imunisasi
imunisasi dari usia anak 0-9 KMS/KIA A hepatitis B, BCG,
bulan dimulai dari apabila Polio, DPT-HB-
imunisasi hepatitis tidak ada Hib, dan
B, BCG, Polio, Catatan Campak)
DPT-HB-Hib, dan Buku 2.Tidak Lengkap
Campak KMS/KIA
mengguna
kan
Wawancar
a

4 Berat badan Berat badan balita Catatan kuesione 1. Normal (≥ Ordinal


lahir pada saat lahir Buku r 2500 gram)
KMS/KIA 2. Rendah (<
apabila 2500 gram
tidak ada
Catatan
Buku
KMS/KIA
mengguna
kan
Wawancar
a
5 Pendidikan Seseorang yang Wawancar Kuesion 1.SD Ordinal
ibu memiliki tingkat a er 2.SMP
pendidikan yang 3.SMA
No Variabel Definisi Cara Alat Hasil ukur Skala
operasional ukur ukur ukur
tinggi akan 4.D3
memiliki 5.S1
pengetahuan dan
sikap yang baik
tentang kesehatan
sehingga akan
mempengaruhi
perilakunya untuk
hidup sehat.
6 Pekerjaan Ibu yang bekerja wawancara Kuesion 1.Bekerja ordinal
ibu diluar rumah er 2. Tidak
Bekerja
7 Pendapatan Jumlah wawancara Kuesion 1.keluarga Ordinal
Keluaga penghasilan dari er miskin
seluruh anggota 2. Non kelurga
keluarga untuk miskin
memenuhi
kebutuhan
keluarga
8 Anggota Keberadaan Wawancar Kuesion 1. Ada Ordinal
keluarga anggota keluarga a er 2. Tidak Ada
perokok yang merokok
disekitar balita

1.3 Hipotsis
1. Ha : ada hubungan antara Pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian pneumonia
pada balita.
Ho: Tidak ada hubungan antara Pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian
pneumonia pada balita.
2. Ha : ada hubungan antara Berat Badan Lahir dengan kejadian pneumonia pada
balita
Ho: Tidak ada hubungan antara Berat Badan Lahir dengan kejadian pneumonia
pada balit
3. Ha : ada hubungan antara Status Gizi dengan kejadian pneumonia pada balita.
Ho: Tidak ada hubungan antara Status Gizi dengan kejadian pneumonia pada
balita.
4. Ha: ada hubungan antara Status Imunisasi dengan kejadian pneumonia pada
balita.
Ho: Tidak ada hubungan antara Status Imunisasi dengan kejadian pneumonia pada
balita.
5. Ha: ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian pneumonia pada balita
Ho: tidak ada hubungan antara pendidkan ibu dengan kejadian pneumonia pada
balita
6. Ha: ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian pneumonia pada balita
Ho: tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian pneumonia pada
balita
7. Ha: ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian pneumonia pada
balita
Ho: tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian pneumonia
pada balita
8. Ha: ada hubungan antara Anggota Keluarga Perokok dengan kejadian pneumonia
pada balita.
Ho: Tidak ada hubungan antara Anggota Keluarga Perokok dengan kejadian
pneumonia pada balita.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek, pendekatan, observasi, atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Yang
bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan pemberian ASI ekslusif,
status gizi, kelengkapan status imunisasi, berat badan lahir , pendidikan
ibu, anggota keluarga perokok, dengan kejadian pneumonia pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Semplak kota Bogor 2020.

4.2 Populasi dan sampel

4.2.1 populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek


yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Semplak yang memiliki balita. Populasi balita dipuskesmas yaitu 3.878 jiwa.

4.2.2 Sample

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2017

Adapun pengambilan sampel dilakukan pada pemilihan dengan


menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik responden umum suatu subjek
penelitian dari populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nasir, 2011).
Inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Ibu yang memiliki balita
b. Ibu yang bersedia menjadi responden
c. Ibu yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas semplak
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria Ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
a. Ibu yang tidak memiliki balita
b. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
Adapun metode yang akan digunakan untuk pengambilan jumlah sampel yaitu
dengan menggunakan rumus Slovin (1960). Dengan di butuhkan batas untuk
toleransi kesalahan yaitu 10%.

Keterangan :
n = Jumlah sample yang digunakan
N = Jumlah populasi
E = Batas toleransi

n= 3.878
1+3.878(0,1)²

n = 3.878
1+38,78
n = 3.878
39,78
n =97,48 =97

4.2.3 Teknik Pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
random sampling pengambilan sampel secara acak sederhana). Dikatakan simple
(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono,
2017).

4.3 Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan (Nasir, 2011). Variabel dalam
penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu :

1. Variabel Dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang


menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel d ependen
dalam penelitian ini adalah kejadian pneumonia pada balita.
2. Variabel Independen merupakan variabel yang mempengaruhi sebab
perubahannya variabel dependen (Sugiyono, 2014). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif, status gizi, kelngkapan
status imunisasi, berat badan lahir, pendidikan ibu dan anggota keluarga
perokok.

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Bahan Penelitian

Peneliti akan meneliti mengenai faktor-faktor yang beruhubungan dengan


terjadinya pneumonia pada balita di Puskesmas Semplak kotaBogor. Data yang
diperoleh adalah adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
langsung dari responden dengan cara mengisi kuesioner, sedangkan data sekunder
diperoleh dari Kemenkes RI,Dinas Keshatan Kota Bogor, Puskesmas Semplak
dan penelitian terdahulu.

4.4.2 Instrumen Penlitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk


pengumpulan data. Instrument penelitian ini dapat berupa kuesioner (daftar
pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan
pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesione.

4.4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan diwilayah kerja Puskesmas Semplak Kota


Bogor, waktu Penelitian ini dilakukan bulan juli 2020.

4.4.4 Etika Penelitian (Etchical Clearence)

Menurut Notoatmodjo (2010) etika yang harus diperhatikan dalam


melakukan penelitian adalah hak privasi, hak merahasiakan informasi, dan hak
memperoleh jaminan keamanan.

4.4.5 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karateristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrument
penelitian berupa kuesioner yang diisi oleh responden.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder
diperoleh dengan metode dokumentasi.

4.5 Pengolahan Data

Data yang dikumpul akan diolah dengan bantuan komputer, yang


pengolahan datanya meliputi :

1. . Editing
Adalah memeriksa dan menyesuaikan dengan rencana semula seperti apa yang
diinginkan.
2. Coding
Adalah usaha mengklasifikasikan jawaban atau hasil-hasil yang ada menurut
jenisnya dengan menggunakan kode-kode tertentu.

3. Transfering
Adalah usaha memindahkan data-data yang telah diperoleh dari responden
kedalam bentuk tabel.
4. Tabulating
Adalah data yang sudah benar kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi
frekuensi.
5. Matching
Rancangan studi observasional yang merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan komparabilitas antar kelompok perbandingan, yaitu tiap anggota
kelompok studi memiliki seorang padanannya dalam kelompok ntrol, memiliki
karakteristik tertentu yang sama anggota kelompok studi semula. Karakteristik
yang sama itu adalah kovariabel yang dianggap perlu.

4.6 Analisis Data


Analisis yang digunakan oleh peneliti yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012).
2. Analisis Bivariat
Analisi bivariat adalah analisis yang diperlukan untuk men jelaskan
hubungan dua variabel yaitu antara variabel bebas (Independen) dan
variabel terikat (dependen) (Budiharto, 2006 )
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2019. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan


Kota Bogor. Bogor : Dinkes.
Kementrian Kesehatan Indonesia. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017.
Jakarta. Kementrian Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Indonesia. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Jakarta. Kementrian Republik Indonesia.
Rasyid Zulmeliza. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Pneumonia Anak Balita di RSUD Bangkinang
Kabupaten Kampar. Vol. 2, No. 3.

Muchtar, A.F. 2013.Rahasia Hidup Sehat dan Bahagia. Jakarta: PT


Bhuana Ilmu Populer.

Kesehatan Republik RI. 2014. Pedoman Penyelenggaraan Manajemen


Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M). Jakarta

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Memperingati Hari Pneumonia


Dunia. Jakarta. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/memperingati-haripneumonia-dunia.
Maryunani, Anik. 2013. Buku Saku Asuhan Bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah. Jakarta: Trans Info Media.
Anwar, Dharmayanti. 2014. Pneumonia Pada Anak Balita Indonesia. Vol.
8, No. 8.
Nurnajiah, dkk. 2016. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Pneumonia
pada Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Vol 5, No. 1.
Iswari, dkk. 2017. Hubungan Status Imunisasi: DPT-HB-HIB dengan
Pneumonia pada Balita Usia 12-24 Bulan di Puskesmas
Babakan Sari Kota Bandung. Vol. 8, No. 2

Anda mungkin juga menyukai