Anda di halaman 1dari 14

Obat Alergi

Farmakologi
Kelompok 3
Marina (PO.7125120.020)
Ayu Lestari (PO.7125120.021)
Titian Safitri (PO.7125120.023)
Ravika Aprilia (PO.7125120.024)
Utari Murtia Dewi (PO.7125120.027)
Hesty Nadita (PO.7125120.028)
Windy Dea Angreini Saputri (PO.7125120.029)
Anggun Nabila (PO.7125120.030)
Puja Alfatya (PO.7125120.031)
Apa itu Alergi?
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu bahan/zat asing
(alergen). Alergi dapat berasal dari makanan atau obat. Sebagian besar penyebab alergi
makanan adalah zat-zat protein tertentu dalam susu sapi, putih telur, gandum, kedelai, udang,
dan lain-lain. Alergi yang berasal dari obat, antara lain, penisilin dan turunannya yang paling
banyak menimbulkan reaksi alergi.

Alergi obat terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi secara berlebihan
terhadap obat yang digunakan. Tubuh berusaha menolak obat tersebut, namun reaksi
penolakannya amat berlebihan sehingga merugikan tubuh sendiri. Reaksi itu dapat berupa
gatal, sesak napas, penurunan tekanan darah, reaksi pada kulit disertai kelainan pada selaput
lendir saluran pencernaan, sindrom Stevens-Johnson pada saluran napas dan kemaluan.
Pengobatan Alergi
Beberapa penelitian mengungkapkan, reaksi yang tidak diinginkan
pada penggunaan obat (alergi obat) terjadi pada sekitar 2 %
pengonsumsi obat. Reaksi alergi obat ini biasanya ringan, berkisar
antara pusing, gatal-gatal atau kulit memerah. Tapi ada juga yang
sampai mengancam nyawa.

Satu-satunya cara untuk mengatasi alergi obat adalah dengan


menghentikan penggunaan obat tersebut, dan mengatasi keadaan
yang timbul akibat alergi. Untuk mengatasi keadaan yang timbul
akibat alergi tersebut, dapat digunakan obat-obatan untuk alergi
seperti antihistamin, obat semprot kortikosteroid, dekongestan,
penghambat leukotriena, dan dekongestan.
Obat Alergi dengan atau tanpa resep
dokter
Obat-obatan alergi di apotek terbagi menjadi obat bebas serta obat yang
memerlukan resep dokter. Meski tidak menyembuhkan alergi, obat yang dijual
bebas bisa membantu ringankan gejala alergi yang sedang kambuh.
Sementara itu, obat yang memerlukan resep dokter mungkin harus dikonsumsi
dalam jumlah besar atau menimbulkan efek samping tertentu sehingga lebih
terbatas.
Berikut adalah daftar jenis obat yang paling umum digunakan.

1. Obat Alergi Antihistamin


2. Obat alergi dekongestan
3. Kortikosteroid
4. Mast cell inhibitor/stabilizer
5. Obat losion alergi calamine
6. Leukotriene inhibitor
Obat Alergi Antihistamin
Antihistamin bekerja dengan menghambat produksi histamin. Histamin adalah
zat kimia yang dihasilkan sistem imun untuk melawan alergen yang sebetulnya
tidak berbahaya. Zat inilah yang membuat hidung, mata, dan membengkak
sehingga terasa gatal.
Obat antihistamin terbagi menjadi dua, yakni generasi pertama dan kedua.
Antihistamin generasi pertama yaitu obat alergi yang sangat umum
ditemukan. Namun, efeknya tidak bisa bertahan lama sehingga perlu minum
berulang kali hingga sembuh.

Beberapa orang mungkin butuh dosis yang lebih tinggi agar efeknya bisa lebih
tahan lama. Antihistamin generasi pertama terdiri dari:

1. Diphenhydramine,
1. Chlorpheniramine,
2. Clemastine, dan
3. Promethazine.
Obat Alergi Antihistamin
Salah satu efek samping yang paling umum dari obat generasi
pertama adalah rasa kantuk. Seiring waktu, pada dasarnya obat
generasi pertama kini tidak lagi menjadi rekomendasi pertama karena
memiliki banyak efek samping.
Generasi antihistamin kedua kemudian dikembangkan guna
menyempurnakan generasi pertama yang efeknya kurang tahan lama.
Obat generasi kedua bekerja lebih cepat dan tahan lama karena
langsung menarget sel-sel sistem imun yang lebih spesifik.
Beberapa contoh obat alergi antihistamin generasi kedua adalah:

1. Cetirizine,
2. Loratadine, dan
3. Fexofenadine.
Obat Alergi Dekongestan
Dekongestan adalah obat untuk mengatasi gejala khusus pada hidung.
Obat ini bekerja dengan mengempiskan bengkak pada pembuluh darah
saluran napas. Pembengkakan inilah yang membuat sel-sel hidung
memproduksi lebih banyak lendir dari biasanya.
Kebanyakan jenis dekongestan tersedia dalam bentuk semprotan
hidung tanpa resep. Dekongestan yang umum dijual di apotek umumnya
meliputi:
1. Oxymetazoline,
2. Phenylephrine, dan
3. Pseudoephedrine.

Perlu diingat bahwa obat semprot hidung dekongestan untuk alergi


tidak boleh dipakai lebih dari tiga hari. Penggunaan jangka panjang
justru dapat membuat hidung semakin mampet. Obat ini hanya aman
dan efektif bila digunakan sesuai anjuran.
Obat Kortikosteriod
Kortikosteroid (steroid) adalah obat untuk mengurangi peradangan dan pembengkakan
akibat reaksi alergi. Obat ini juga membantu mencegah serta meringankan gejala
alergi berupa hidung tersumbat, hidung berair, bersin-bersin, dan gatal pada wajah.
Steroid untuk alergi tersedia dalam varian dan bentuk sebagai berikut.
• Prednisolone dan methylprednisolone dalam bentuk pil minum serta cairan.
• Steroid dalam bentuk obat hirup (inhaler) untuk gejala alergi terkait asma.
• Betamethasone dalam bentuk salep kortikosteroid untuk gejala gatal dan
ruam merah di kulit.
• Fluorometholone dalam bentuk obat tetes mata untuk meredakan mata merah
berair.
• Budesonide dan fluticasone furoate untuk meredakan hidung tersumbat, bersin,
dan pilek.
Kortikosteroid yang kandungannya ringan seperti hidrokortison dapat dibeli tanpa
resep di apotek. Jika gejala tidak juga membaik setelah tujuh hari pemakaian,
kemungkinan dokter akan meresepkan obat steroid krim yang lebih keras
kandungannya.
Akan tetapi, kortikosteroid yang keras harus digunakan secara hati-hati dengan
merujuk pada aturan pakai dan takaran dosis yang benar sesuai resep. Pasalnya, efek
samping obat ini dapat membuat kulit jadi bermasalah seperti timbul stretch mark.
Mast cell Stabilizer
Mast cell stabilizer adalah obat untuk mengatasi gejala rinitis alergi dan
alergi mata. Obat ini kadang juga digunakan untuk meredakan gejala terkait
asma, anafilaksis, dan eksim. Pasien bisa mengonsumsinya selama beberapa
hari sampai gejala membaik.
Dokter biasanya baru akan meresepkan mast cell stabilizer ketika obat
lainnya, seperti antihistamin, tidak bekerja dengan baik. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini antara lain:

• Olopatadine,
• Epinastine,
• Ketotifen, dan
• Cromoglicic acid.

Obat dari golongan mast cell stabilizer bisa menimbulkan efek samping
berupa batuk, ruam pada kulit, dan iritasi tenggorokan. Obat berbentuk
tetes mata mungkin dapat menyebabkan iritasi, panas, atau penglihatan
kabur setelah digunakan.
Obat losion alergi calamine
Calamine yaitu obat gatal alergi yang bekerja dengan menghasilkan
sensasi dingin saat dioleskan di kulit yang tengah meradang. Obat ini
umumnya terbuat dari campuran zinc oksida, besi oksida, serta bahan-
bahan inaktif berupa:
• kalsium hidroksida,
• bentonite magma,
• air yang telah dimurnikan,
• gliserin, dan
• obat antigatal seperti betamethasone, hidrokortison, atau
prednisolone.
Bisa memperoleh obat gatal ini di apotek, tapi losion calamine dengan
kandungan tertentu mungkin harus dibeli dengan resep. Gunakan persis
seperti yang tertera pada label kemasan atau seperti yang ditentukan
oleh dokter .
Jangan gunakan dalam jumlah yang terlalu banyak, terlalu sedikit, atau
lebih lama dari anjuran dokter. Hampir tidak ada efek samping
berbahaya dari losion calamine, tapi segera hentikan pemakaian bila kulit
mengalami iritasi.
eukotriene inhibitor
Selain histamin, ada pula leukotriene yang menjadi penyebab reaksi alergi. Zat kimia ini
mempersempit saluran napas dan menyebabkan produksi lendir berlebih. Akibatnya, muncul
gejala rinitis alergi berupa hidung mampet, sesak napas, bersin, dan lain-lain.
Leukotriene inhibitor merupakan obat resep yang bekerja dengan menghambat pelepasan
leukotriene dalam tubuh. Obat ini berguna untuk meredakan gejala alergi pada hidung dan
meredakan peradangan seperti yang kerap dialami penderita asma.
Beberapa contoh leukotriene inhibitor yang tersedia yakni:
1. Montelukast,
2. Zafirlukast, dan
3. Zileuton.
Leukotriene inhibitor memiliki efek samping berupa sakit kepala, sakit perut, dan gejala
mirip flu. Kendati demikian, leukotriene inhibitor dapat menjadi obat alergi yang tepat
asalkan dikonsumsi sesuai dosis dan anjuran.
Obat darurat untuk reaksi alergi
parah
Pada sejumlah kasus, alergen dapat menyebabkan reaksi alergi parah dan mendadak
yang dikenal sebagai syok anafilaksis. Reaksi ini harus ditangani dengan obat
darurat berupa epinefrin.
Epinefrin diberikan lewat alat suntik atau jarum suntik otomatis ( autoinjector).
Obat ini bisa digunakan sendiri ketika penderita alergi masih tersadar atau
diberikan oleh orang lain apabila penderita mulai kehilangan kesadaran.
Anafilaksis menyebabkan reaksi yang berbahaya seperti penyempitan saluran
napas, peningkatan denyut jantung, dan penurunan tekanan darah secara mendadak.
Epinefrin bekerja dengan membalikkan berbagai reaksi tersebut seperti semula.
Obat darurat ini bekerja dengan cepat, tapi efeknya tidak berlangsung lama. Jadi,
bila Anda mengalami syok anafilaksis yang parah lalu disuntik epinefrin, Anda tetap
harus segera ke rumah sakit untuk berjaga-jaga reaksi gejala tersebut muncul
kembali.
Epinefrin tidak dijual bebas dan hanya diresepkan oleh dokter yang memeriksa
kondisi Anda. Maka dari itu, pasien yang berisiko mengalami syok anafilaksis harus
membawa epinefrin ke mana pun sebagai langkah antisipasi.
Thanks!
youremail@freepik.com | +00 240 576 092 |
yourcompany.com
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons from
Flaticon, infographics & images by Freepik
and illustrations by Stories.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai