Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FARMAKOLOGI l

ANTIHISTAMIN

Dosen pembimbing : ZAMHARIRA MUSLIM, M.Farm.,Apt

Disusun oleh :

1. Diana zelly
2. Ikhsan dwi cahyo
3. Priska trexsi deva
4. Riska ayu abelina
5. Vellia randita putri

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN ANALIS FARMASI

PRODI D-lll FARMASI

TAHUN 2021
A. Desfinisi
Antihistamin adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi,
seperti rinitis alergi, reaksi alergi akibat sengatan serangga, reaksi alergi makanan, urtikaria
atau biduran. Tidak hanya alergi, antihistamin juga kerap digunakan untuk mengatasi gejala
mual atau muntah yang biasanya diakibatkan oleh mabuk kendaraan.
Antihistamin adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati rinitis alergi dan alergi
lainnya. Antihistamin dapat memberikan rasa lega ketika seseorang mengalami hidung
tersumbat, bersin, atau gatal karena serbuk sari, tungau debu rumah, atau alergi hewan.

B. MEKANISME KERJA
Di dalam tubuh manusia, zat histamin dihasilkan oleh sel darah putih yang bernama
basofil. Sel tersebut akan menghasilkan histamin ketika tubuh terpapar benda atau zat yang
dianggap berbahaya, seperti zat beracun, kuman, atau virus.
Lepasnya zat histamin akan memicu terjadinya peradangan, dan hal ini merupakan bentuk
pertahanan tubuh untuk melawan penyakit.
Namun, pada penderita penyakit alergi, sistem kekebalan tubuh mereka akan bereaksi
secara berlebihan dan tetap melepaskan histamin ketika terpapar zat atau benda yang
seharusnya tidak berbahaya, misalnya makanan, bulu binatang, atau serbuk sari.
Akibatnya, mereka mengalami berbagai gejala alergi, seperti kulit gatal, ruam, dan bengkak,
pilek, bersin-bersin, diare, atau mata bengkak. Bahkan, pada kasus tertentu, reaksi alergi
yang muncul bisa cukup parah dan menimbulkan syok anafilaktik.

Guna menghentikan efek histamin tersebut, penderita alergi perlu mengonsumsi obat
antihistamin. Biasanya obat antihistamin minum, baik berupa tablet, sirop, atau kapsul,
dapat mulai bekerja dalam waktu sekitar 30 menit setelah dikonsumsi.

C. PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN MEKANISME KERJA


Jenis-Jenis Antihistamin
Antihistamin terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Antihistamin generasi pertama


Antihistamin generasi pertama bisa mengatasi reaksi alergi akibat histamin sekaligus
memberikan efek kantuk. Ketika diminum, obat ini bisa membuat Anda menjadi mudah
tertidur.
Selain mengantuk, obat-obatan antihistamin jenis ini juga bisa menimbulkan efek
samping lain, seperti pusing, konstipasi, mulut kering, sulit konsentrasi, sulit berkemih,
dan peningkatan tekanan darah.
Beberapa contoh obat yang termasuk dalam jenis obat antihistamin generasi pertama
antara lain : clemastine, alimemazine, chlorphenamine, cyproheptadine, hydroxyzine,
ketotifen, dan promethazine.
2. Antihistamin generasi kedua
Antihistamin generasi kedua umumnya tidak menimbulkan efek mengantuk, sehingga
Anda masih bisa beraktivitas dengan nyaman ketika mengonsumsi obat ini.
Namun, terkadang antihistamin jenis ini masih bisa menimbulkan efek kantuk pada
sebagian orang. Agar lebih aman, Anda sebaiknya tidak mengemudi atau
mengoperasikan alat berat ketika menggunakan obat antihistamin generasi apa pun.
Antihistamin generasi kedua memiliki efek samping yang lebih sedikit ketimbang
antihisamin generasi pertama, yaitu mulut kering, sakit kepala, hidung kering, dan mual.
Contoh obat-obatan antihistamin generasi kedua antara lain : fexofenadine,
levocetirizine, loratadine, cetirizine, dan desloratadine.

D. INDIKASI
Obat antihistamin generasi pertama:
1. Chlorpheniramine
untuk meredakan gejala alergi yang bisa dipicu oleh makanan, obat-obatan, gigitan
serangga, paparan debu, paparan bulu binatang, atau paparan serbuk sari. Obat ini juga
digunakan untuk meringankan gejala batuk pilek (common cold).

2. Cyproheptadine
Cyproheptadine adalah obat antihistamine yang digunakan untuk meredakan gejala
alergi seperti mata berair, ingusan, mata gatal. hidung gatal, bersin, gatal-gatal dan
kesemutan.

Obat antihistamin generasi kedua:

1. Cetirizine
Cetirizine adalah obat untuk mengatasi gejala alergi, seperti pilek, hidung tersumbat,
mata berair, bersin-bersin, rasa gatal pada mata, hidung atau tenggorokan, serta ruam
pada kulit. Dalam obat cetirizine, terkandung bahan aktif cetirizine hydrochloride (HCl)
dengan berbagai bentuk sediaan obat.

2. Loratadine
mengatasi gejala alergi, seperti bersin-bersin, pilek, hidung tersumbat, dan ruam kulit
yang terasa gatal. Gejala alergi ini bisa muncul akibat paparan alergen, misalnya debu,
bulu hewan, gigitan serangga, atau makanan.
E. KONTRAINDIKASI
Obat antihistamin generasi pertama:
1. Chlorpheniramine
Kontraindikasi absolut terhadap chlorpheniramine maleat adalah jika terdapat riwayat
hipersensitivitas terhadap obat atau komponen obat ini. Chlorpheniramine injeksi tidak
boleh diberikan kepada orang dengan penurunan kesadaran.

2. Cyproheptadine
 Hipersensitivitas terhadap cyproheptadine
 Glaukoma sudut tertutup
 Ulkus peptikum stenosis
 Obstruksi pyloroduodenal
 Hipertrofi prostat simptomatik
 Obstruksi leher vesika urinaria atau predisposisi retensi urine
 Pasien yang sedang menjalani terapi serangan asthma akut
 Neonatus atau infant premature
 Geriatri
 Ibu menyusui

Obat antihistamin generasi kedua:

1. Cetirizine
Penggunaan obat cetirizine dikontraindikasikan jika terdapat riwayat alergi terhadap
obat ini, atau komponennya, atau dengan obat yang segolongan, seperti hydroxyzine.

2. Loratadine
Kontraindikasi loratadine terjadi pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat
atau komponen formulasi loratadine, pada anak di bawah usia 2 tahun (dapat
menyebabkan kejang pada pasien usia muda).

F. EFEK SAMPING
Obat antihistamin generasi pertama:
1. Chlorpeniramine
 Sakit kepala
 Kantuk
 Pusing
 Mual
 Muntah
 Selera makan berkurang
 Sembelit atau konstipasi
 Mulut, hidung, dan tenggorokan kering

2. Cyproheptadine
 Kantuk
 Mulut, hidung, atau tenggorokan terasa kering
 Pusing atau sakit kepala
 Mual
 Sembelit
 Pandangan kabur
 Gelisah atau terlalu bersemangat, terutama jika digunakan oleh anak-anak

Obat antihistamin generasi kedua:

1. Cetirizine
 Mengantuk
 Pusing
 Lemas dan lelah
 Mual dan muntah
 Mulut kering
 Sakit tenggorokan
 Sakit perut
 Diare

2. Loratadine.
 Kantuk
 Kelelahan
 Rasa gugup
 Mata, mulut, dan tenggorokan terasa kering
 Mata merah
 Sakit perut
 Diare
 Sakit kepala
 Pusing
 Insomnia
 Mimisan
G. DOSIS
Obat antihistamin generasi pertama:
1. Chlorpheniramine
Dewasa dan anak usia >12 tahun: 4 mg, tiap 4–6 jam. Dosis maksimal 24 mg per hari.
Anak usia 6–12 tahun: 2 mg, tiap 4–6 jam. Dosis maksimal 12 mg per hari.
Anak usia 2–5 tahun: 1 mg, tiap 4–6 jam. Dosis maksimal 6 mg per hari.
Anak usia 1–2 tahun: 1 mg, 2 kali sehari. Dosis maksimal 4 mg per hari.

2. Cyproheptadine
Standar dosis dewasa untuk reaksi alergi:
Dosis awal cyproheptadine untuk reaksi alergi pada orang dewasa adalah 4 mg diminum
tiga kali sehari. Dosis pemeliharaan12 sampai 16 mg/hari, dosis maksimal 32 mg/hari

Standar dosis anak untuk reaksi alergi:


Anak usia 2 sampai 6 tahun: 2 mg diminum dua sampai tiga kali sehari. Tidak boleh
melebihi 12 mg/hari.
Anak usia 7 sampai 14 tahun: 4 mg diminum dua sampai tiga kali sehari. Tidak boleh
melebihi 16 mg/hari.

Obat antihistamin generasi kedua:

1. Cetirizine
Dewasa dan anak-anak lebih dari 6 tahun
5-10 mg sekali sehari.
Anak-anak usia 2-6 tahun
2,5 mg sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan oleh dokter menjadi 5 mg sekali sehari,
atau 2,5 mg 2 kali sehari.

2. Loratadine
Dewasa, seperti rhinitis alergi atau biduran, dokter akan memberikan loratadine
dengan dosis 10 mg satu kali sehari atau 5 mg dua kali sehari.
Anak-anak, dosis ditentukan berdasarkan usia dan berat badan. Untuk anak-anak
usia 2-12 tahun dengan berat badan kurang dari 30 kg, dosis yang diberikan adalah 5
mg satu kali sehari. Jika berat badan lebih dari 30 kg, dosis yang disarankan adalah
10 mg satu kali sehari.

H. CONTOH OBAT GENERIC BERLOGO DAN BERMEREK


 Obat berlogo antihistamin
 Obat generic bermerek antihistamin
I. CARA PAKAI
Obat antihistamin generasi pertama:
1. Chlorpheniramine
Chlorpheniramine dalam bentuk tablet, kapsul, kaplet, dan sirop bisa dikonsumsi
sebelum atau sesudah makan. Konsumsi obat dengan bantuan segelas air putih.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Hentikan penggunaan chlorpheniramine setelah gejala alergi mereda karena obat ini
hanya digunakan untuk jangka pendek.

2. Cyproheptadine
Minum obat ini dengan atau tanpa makanan sesuai petunjuk dokter, biasanya 2 sampai
3 kali sehari. Jika Anda menggunakan bentuk cair dari obat ini, hati-hati saat mengukur
takaran dosis menggunakan alat/sendok takar khusus. Jangan gunakan sendok makan
karena Anda mungkin tidak mendapatkan ukuran dosis yang tepat.

Dosis diberikan berdasarkan usia, kondisi medis, dan respon terhadap pengobatan. Pada
anak-anak, dosis juga diberikan berdasarkan berat badan dan ukuran tubuh. Jangan
menaikkan dosis atau meminum obat ini lebih sering dari yang disarankan.
Obat antihistamin generasi kedua:

1. Cetirizine
Baca keterangan pada kemasan obat sebelum mulai mengonsumsi cetirizine. Pastikan
Anda mengonsumsi obat ini sesuai dengan petunjuk dokter. Cetirizine dapat dikonsumsi
sebelum atau sesudah makan.

Apabila mengonsumsi obat ini dalam bentuk sirup, gunakanlah sendok khusus yang
disertakan dalam kemasan dan sesuaikan takarannya. Jangan menggunakan sendok
makan biasa karena kemungkinan takarannya akan berbeda.

2. Loratadine
Loratadine dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan, serta dikonsumsi saat
timbul gejala alergi.

Simpan loratadine di tempat kering dan tertutup dalam suhu ruangan. Hindarkan dari
hawa panas, ruangan lembap, dan paparan sinar matahari langsung, serta jauhkan dari
jangkauan anak-anak.

J. PERINGATAN
Obat antihistamin generasi pertama:
1. chlorpeniramine
 jangan memberikan obat ini kepada anak usia di bawah 2 tahun tanpa berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter.
 Beri tahu dokter jika Anda menderita asma, bronkitis emfisema, diabetes,
fenilketonuria, penyakit jantung, glaukoma, hipertensi, hipertiroidisme, penyakit
liver, obstruksi usus, tukak lambung, pembesaran prostat, kejang, atau kecanduan
alkohol.

2. Cyproheptadine
Penggunaan cyproheptadine pada pasien dengan insufisiensi ginjal perlu berhati-hati
karena berisiko terjadi penurunan tingkat eliminasi obat dan metabolitnya.
Cyproheptadine dapat menyebabkan depresi saraf pusat yang bisa mengganggu status
mental. Hati-hati penggunaan pada pekerjaan yang membutuhkan tingkat fokus yang
tinggi, seperti berkendara atau mengendalikan mesin.

Obat antihistamin generasi kedua:

1. Cetirizine
 Bagi anak-anak dan ibu hamil, menyusui, atau berencana untuk hamil, konsultasikan
dengan dokter sebelum menggunakan cetirizine.
 Beritahukan dokter jika kesulitan untuk buang air kecil akibat pembesaran prostat
atau ketika menderita gangguan ginjal, hati, serta diabetes.
 Jangan lupa untuk memberi tahu dokter mengenai obat-obatan yang digunakan,
baik suplemen, vitamin, atau obat-obatan herbal.

2. Loratadine
 Sebelum menggunakan loratadine, konsultasikan dengan dokter jika Anda menderita
gangguan ginjal dan hati, asma, epilepsi, gangguan darah porfiria, dan fenilketonuria.
 Informasikan kepada dokter jika Anda memiliki intoleransi laktosa dan sukrosa.
 Beri tahu dokter jika Anda memiliki alergi terhadap loratadine atau bahan-bahan lain
yang mungkin terkandung dalam obat.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/antihistamin

https://www.alodokter.com/chlorpheniramine

https://hellosehat.com/obat-suplemen/cyproheptadine/

https://www.alodokter.com/cetirizine

https://www.alodokter.com/loratadine

Anda mungkin juga menyukai