Efek samping obat adalah reaksi tidak diinginkan yang terjadi ketika kita mengonsumsi suatu obat. Efek
samping yang terjadi ini bisa menambah parah penyakit yang diderita pasien, bahkan hingga berujung kematian.
Hal ini bisa terjadi karena tenaga kesehatan lalai dalam memeriksa kandungan obat yang dikonsumsi pasien atau
tidak teliti memeriksa kondisi pasien.
Interaksi obat juga bisa menjadi salah satu penyebab munculnya efek samping. Setiap obat akan memberikan
reaksi yang berbeda pada setiap orang karena setiap orang memiliki kondisi yang berbeda pula.
Jika efek samping yang muncul cukup serius, maka pasien perlu mendapatkan perhatian khusus dan harus
berkonsultasi dengan dokter yang meresepkan. Apalagi jika efek yang muncul tersebut dirasa sudah sangat
menganggu. Pergi ke dokter adalah keharusan.
Sebenarnya, tidak semua efek samping yang muncul akibat obat bisa berakibat buruk. Misalnya, efek
mengantuk yang muncul ketika kita mengkonsumsi obat batuk, flu atau obat alergi sepeti CTM. Efek
mengantuk yang muncul tersebut tidak perlu diatasi karena memang dibutuhkan oleh pasien untuk berisitirahat.
Beberapa contoh efek samping dari obat yang sering muncul antara lain :
Sakit Kepala
Efek ini sering muncul akibat konsumsi obat jantung, terutama obat-obatan antiangina yang bekerja dengan
melebarkan pembuluh darah. Bagi penderita sakit jantung, obat ini ampuh untuk mencegah serangan jantung.
Namun, efek yang muncul bisa menyebabkan sakit hebat di kepala. Bagaimanapun, ketika pilihannya adalah
sakit kepala atau meninggal karena serangan jantung, orang tentu lebih memilih untuk menahan sakit kepala
daripada kehilangan nyawa.
Nyeri Otot
Biasanya, efek ini muncul pada orang yang minum obat untuk menanggulangi masalah pada kolesterolnya.
Sekitar 1 dari 20 orang yang rutin mengonsumsi obat kolesterol akan mengalami efek samping berupa nyeri otot
ini. Hal tersebut bisa memengaruhi produktivitas saat bekerja dan mengurangi kualitas hidup. Jika sudah sangat
mengganggu, konsultasikan segera dengan dokter yang meresepkan untuk mengurangi dosisnya atau
menggantinya dengan obat lain dengan efek samping minimal.
Mual
Mengonsumsi obat jenis antibiotik, seperti eritromisin, antireumatik dan fluorokuinolon, serta anti kanker bisa
menimbulkan mual yang mengganggu pada pemakainya. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
mengatasinya adalah makan dulu sebelum minum obat. Dengan begitu, lambung tidak akan langsung
menggerus obat yang masuk. Jika dirasa akan menganggu, makan obat antimual satu jam sebelum makan dapat
membantu.
Pemakaian obat memang harus dilakukan dengan bijaksana, tidak berlebihan dan juga tidak dalam jangka waktu
yang panjang. Kini, banyak sekali beredar obat yang bebas dijual tanpa resep dokter. Sebagai pasien yang
cerdas, sebaiknya kita menggunakannya sesuai dosis. Lebih baik lagi jika Anda pergi ke dokter untuk
mendapatkan resep obat yang tepat. (AH)
Oleh: Wahyu Widyaningsih
Pernahkan ibu-ibu mengalami biduran/ruam setelah minum antibiotik golongan penisilin atau ngantuk setelah
minum obat alergi seperti CTM?. Kalau ya, berarti merasakan munculnya efek samping penggunaan obat. Efek
samping obat bisa muncul tanpa kita sadari sehingga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan misalnya
kecelakaan lalu lintas setelah kita mengkonsumsi obat flu yang didalamnya ada anti histamin seperti CTM.
Walaupun tidak semua efek samping obat merugikan akan tetapi perlu upaya untuk mencegah hal-hal yang
berbahaya akibat penggunaan obat. Untuk itu kita perlu memahami dan mewaspadai efek samping obat.
Pengertian efek samping obat adalah semua efek yang tidak dikehendaki yang membahayakan atau merugikan
pasien (adverse reactions ) akibat penggunaan obat. Masalah efek samping obat tidak bisa dikesampingkan
karena dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penggunaan obat baik dari sisi ekonomik, psikologik dan
keberhasilan terapi. Dampak ekonomik seperti meningkatnya biaya pengobatan dan dampak psikologik pada
kepatuhan penderita dalam minum obat akan berakibat kegagalan terapi.
Efek samping obat dikelompokkan dalam 2 katagori yaitu efek samping obat yang dapat diperkirakan dan efek
samping yang tidak dapat diperkirakan seperti reaksi alergi dan idiosikratik. Efek samping yang dapat
diperkirakan dapat timbul karena aksi farmakologi yang berlebihan misalnya penggunaan obat antidiabetik oral
menyebabkan efek samping hipoglikemia dan hipotensi pada pasien stroke yang menerima obat hipertensi dosis
tinggi. Gejala penghentian obat dapat menimbulkan munculnya kembali gejala penyakit semula atau
menimbulkan reaksi pembalikan terhadap efek farmakologi obat sehingga pasien memerlukan dosis yang makin
lama makin besar respon karena penghentian obat, misalnya hipertensi berat karena penghentian klonidin. Efek
samping yang tidak berupa efek utama obat juga sering terjadi. Pada sebagian besar obat munculnya efek
samping ini sudah dapat diperkirakan sehingga tenaga kesehatan sudah mewaspadai munculnya efek samping
ini. Sebagai contoh adalah adanya keluhan pedih,mual, muntah akibat penggunaan obat-obat penghilang nyeri
dan radang serta rasa ngantuk setelah minum obat anti alergi atau obat mabuk perjalanan.
Pada kasus efek samping yang tidak diperkirakan seperti alergi sulit diperkirakan sebelumnya karena sering
tidak tergantung dosis dan terjadi pada sebagian kecil populasi. Reaksi yang muncul juga bermacam-macam
mulai yang ringan seperti kulit kemerahan sampai yang berat dan fatal seperti syok anafilaksis. Untuk mencegah
dan mewaspadai munculnya reaksi alergi perlu diperhatikan sifat-sifat khasnya, yaitu: keluhan dan gejala
ditandai reaksi imunologi seperti ruam kulit, gatal-gatal dan sesak nafas; reaksi dapat terjadi pada kontak
ulangan, seringkali ada tenggang waktu antara minum obat dengan munculnya efek samping, dan reaksi hilang
bila obat dihentikan. Pada kasus efek samping karena variasi genetik sulit dikenali secara spesifik, karena
kelainan genetik hanya diketahui dengan pemeriksaan spesifik contohnya pasien dengan yang kekurangan
enzim glukosa-6fosfat dehidrogenase mempunyai potensi menderita anemia karena penggunaan obat malaria
seperti primakuin, antibakteri golongan sulfonamid dan obat jantung seperti kinidin.
Faktor penyebab terjadinya efek samping obat dapat berasal dari faktor pasien dan faktor obat. Faktor pasien
meliputi umur, genetik dan penyakit yang diderita. Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolism
belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien
geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun. Pada pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan
hati dan ginjal penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat menyebabkan efek samping yang serius.
Faktor obat yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping seperti pemilihan obat, jangka waktu
penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat. Masing masing obat memiliki mekanisme dan tempat kerja
yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan efek samping yang berbeda.
Bagaimana mencegah munculnya efek samping obat?
1. 1.Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera di leafleat atau yang
diresepkan dokter.
2. 2.Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di leafleat atau yang diresep
dokter.
3. 3.Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi, pasien usia lanjut dan
pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
4. 4.Perhatikan dan catat riwayat alergi akibat penggunaan obat
5. 5.Beritahukan ke dokter apabila anda sedang hamil, menyusui, alergi obat tertentu, memiliki penyakit
diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang meminum obat lain atau suplemen herbal
6. 6.Hindari penggunaan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
7. 7.Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang
Dari uraian di atas ternyata banyak hal yang mempengaruhi munculnya efek samping obat. Sebagai pasien perlu
kiranya kita mengetahui macam-macam efek samping obat, faktor penyebabnya agar muncul kewaspadaan bagi
diri kita untuk mencegah munculnya efek samping samping obat.
ESO atau Efek Samping Obat adalah kondisi yang muncul diluar efek dari pengobatan yang diharapkan.
Kondisi ini mungkin terjadi pada kebanyakan obat, baik yang memiliki resep ataupun tidak memiliki resep.
Muncul tidaknya efek samping itu bergantung pada kondisi masing-masing personal.