Anda di halaman 1dari 7

Jargon iklan “jangan sedikit-sedikit minum obat” mungkin memang ada benarnya.

Selain mengurangi gejala


hingga menyembuhkan penyakit, ternyata ada hal yang harus diperhatikan ketika kita mengonsumsi obat,
terutama dalam waktu panjang. Hal tersebut yaitu efek samping obat.

Efek samping obat adalah reaksi tidak diinginkan yang terjadi ketika kita mengonsumsi suatu obat. Efek
samping yang terjadi ini bisa menambah parah penyakit yang diderita pasien, bahkan hingga berujung kematian.
Hal ini bisa terjadi karena tenaga kesehatan lalai dalam memeriksa kandungan obat yang dikonsumsi pasien atau
tidak teliti memeriksa kondisi pasien.

Interaksi obat juga bisa menjadi salah satu penyebab munculnya efek samping. Setiap obat akan memberikan
reaksi yang berbeda pada setiap orang karena setiap orang memiliki kondisi yang berbeda pula.

Jika efek samping yang muncul cukup serius, maka pasien perlu mendapatkan perhatian khusus dan harus
berkonsultasi dengan dokter yang meresepkan. Apalagi jika efek yang muncul tersebut dirasa sudah sangat
menganggu. Pergi ke dokter adalah keharusan.

Sebenarnya, tidak semua efek samping yang muncul akibat obat bisa berakibat buruk. Misalnya, efek
mengantuk yang muncul ketika kita mengkonsumsi obat batuk, flu atau obat alergi sepeti CTM. Efek
mengantuk yang muncul tersebut tidak perlu diatasi karena memang dibutuhkan oleh pasien untuk berisitirahat.

Beberapa contoh efek samping dari obat yang sering muncul antara lain :

Sakit Kepala
Efek ini sering muncul akibat konsumsi obat jantung, terutama obat-obatan antiangina yang bekerja dengan
melebarkan pembuluh darah. Bagi penderita sakit jantung, obat ini ampuh untuk mencegah serangan jantung.
Namun, efek yang muncul bisa menyebabkan sakit hebat di kepala. Bagaimanapun, ketika pilihannya adalah
sakit kepala atau meninggal karena serangan jantung, orang tentu lebih memilih untuk menahan sakit kepala
daripada kehilangan nyawa.

Nyeri Otot
Biasanya, efek ini muncul pada orang yang minum obat untuk menanggulangi masalah pada kolesterolnya.
Sekitar 1 dari 20 orang yang rutin mengonsumsi obat kolesterol akan mengalami efek samping berupa nyeri otot
ini. Hal tersebut bisa memengaruhi produktivitas saat bekerja dan mengurangi kualitas hidup. Jika sudah sangat
mengganggu, konsultasikan segera dengan dokter yang meresepkan untuk mengurangi dosisnya atau
menggantinya dengan obat lain dengan efek samping minimal.

Memburuknya Fungsi Hati


Pemakaian obat pereda nyeri dalam waktu lama dan dosis yang tidak sesuai bisa menyebabkan memburuknya
fungsi hati. Hal ini karena obat tersebut dimetabolisme dalam hati. Contoh obat yang banyak dikonsumsi untuk
pereda sakit ini yaitu paracetamol. Oleh karena itu, hati-hatilah dalam mengonsumsinya. Saat nyeri datang,
jangan langsung diberi obat. Lakukan penanganan pertama, seperti mengompres hangat atau
dingin,mengistirahatkan bagian tubuh yang sakit, menekan secara lembut, dan mengangkat daerah yang nyeri
lebih tinggi daripada tubuh.

Mual
Mengonsumsi obat jenis antibiotik, seperti eritromisin, antireumatik dan fluorokuinolon, serta anti kanker bisa
menimbulkan mual yang mengganggu pada pemakainya. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
mengatasinya adalah makan dulu sebelum minum obat. Dengan begitu, lambung tidak akan langsung
menggerus obat yang masuk. Jika dirasa akan menganggu, makan obat antimual satu jam sebelum makan dapat
membantu.

Pemakaian obat memang harus dilakukan dengan bijaksana, tidak berlebihan dan juga tidak dalam jangka waktu
yang panjang. Kini, banyak sekali beredar obat yang bebas dijual tanpa resep dokter. Sebagai pasien yang
cerdas, sebaiknya kita menggunakannya sesuai dosis. Lebih baik lagi jika Anda pergi ke dokter untuk
mendapatkan resep obat yang tepat. (AH)
Oleh: Wahyu Widyaningsih
Pernahkan ibu-ibu mengalami biduran/ruam setelah minum antibiotik golongan penisilin atau ngantuk setelah
minum obat alergi seperti CTM?. Kalau ya, berarti merasakan munculnya efek samping penggunaan obat. Efek
samping obat bisa muncul tanpa kita sadari sehingga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan misalnya
kecelakaan lalu lintas setelah kita mengkonsumsi obat flu yang didalamnya ada anti histamin seperti CTM.
Walaupun tidak semua efek samping obat merugikan akan tetapi perlu upaya untuk mencegah hal-hal yang
berbahaya akibat penggunaan obat. Untuk itu kita perlu memahami dan mewaspadai efek samping obat.
Pengertian efek samping obat adalah semua efek yang tidak dikehendaki yang membahayakan atau merugikan
pasien (adverse reactions ) akibat penggunaan obat. Masalah efek samping obat tidak bisa dikesampingkan
karena dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penggunaan obat baik dari sisi ekonomik, psikologik dan
keberhasilan terapi. Dampak ekonomik seperti meningkatnya biaya pengobatan dan dampak psikologik pada
kepatuhan penderita dalam minum obat akan berakibat kegagalan terapi.
Efek samping obat dikelompokkan dalam 2 katagori yaitu efek samping obat yang dapat diperkirakan dan efek
samping yang tidak dapat diperkirakan seperti reaksi alergi dan idiosikratik. Efek samping yang dapat
diperkirakan dapat timbul karena aksi farmakologi yang berlebihan misalnya penggunaan obat antidiabetik oral
menyebabkan efek samping hipoglikemia dan hipotensi pada pasien stroke yang menerima obat hipertensi dosis
tinggi. Gejala penghentian obat dapat menimbulkan munculnya kembali gejala penyakit semula atau
menimbulkan reaksi pembalikan terhadap efek farmakologi obat sehingga pasien memerlukan dosis yang makin
lama makin besar respon karena penghentian obat, misalnya hipertensi berat karena penghentian klonidin. Efek
samping yang tidak berupa efek utama obat juga sering terjadi. Pada sebagian besar obat munculnya efek
samping ini sudah dapat diperkirakan sehingga tenaga kesehatan sudah mewaspadai munculnya efek samping
ini. Sebagai contoh adalah adanya keluhan pedih,mual, muntah akibat penggunaan obat-obat penghilang nyeri
dan radang serta rasa ngantuk setelah minum obat anti alergi atau obat mabuk perjalanan.
Pada kasus efek samping yang tidak diperkirakan seperti alergi sulit diperkirakan sebelumnya karena sering
tidak tergantung dosis dan terjadi pada sebagian kecil populasi. Reaksi yang muncul juga bermacam-macam
mulai yang ringan seperti kulit kemerahan sampai yang berat dan fatal seperti syok anafilaksis. Untuk mencegah
dan mewaspadai munculnya reaksi alergi perlu diperhatikan sifat-sifat khasnya, yaitu: keluhan dan gejala
ditandai reaksi imunologi seperti ruam kulit, gatal-gatal dan sesak nafas; reaksi dapat terjadi pada kontak
ulangan, seringkali ada tenggang waktu antara minum obat dengan munculnya efek samping, dan reaksi hilang
bila obat dihentikan. Pada kasus efek samping karena variasi genetik sulit dikenali secara spesifik, karena
kelainan genetik hanya diketahui dengan pemeriksaan spesifik contohnya pasien dengan yang kekurangan
enzim glukosa-6fosfat dehidrogenase mempunyai potensi menderita anemia karena penggunaan obat malaria
seperti primakuin, antibakteri golongan sulfonamid dan obat jantung seperti kinidin.
Faktor penyebab terjadinya efek samping obat dapat berasal dari faktor pasien dan faktor obat. Faktor pasien
meliputi umur, genetik dan penyakit yang diderita. Pada pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolism
belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien
geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun. Pada pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan
hati dan ginjal penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat menyebabkan efek samping yang serius.
Faktor obat yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping seperti pemilihan obat, jangka waktu
penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat. Masing masing obat memiliki mekanisme dan tempat kerja
yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan efek samping yang berbeda.
Bagaimana mencegah munculnya efek samping obat?
1. 1.Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera di leafleat atau yang
diresepkan dokter.
2. 2.Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di leafleat atau yang diresep
dokter.
3. 3.Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi, pasien usia lanjut dan
pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
4. 4.Perhatikan dan catat riwayat alergi akibat penggunaan obat
5. 5.Beritahukan ke dokter apabila anda sedang hamil, menyusui, alergi obat tertentu, memiliki penyakit
diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang meminum obat lain atau suplemen herbal
6. 6.Hindari penggunaan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
7. 7.Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang
Dari uraian di atas ternyata banyak hal yang mempengaruhi munculnya efek samping obat. Sebagai pasien perlu
kiranya kita mengetahui macam-macam efek samping obat, faktor penyebabnya agar muncul kewaspadaan bagi
diri kita untuk mencegah munculnya efek samping samping obat.
ESO atau Efek Samping Obat adalah kondisi yang muncul diluar efek dari pengobatan yang diharapkan.
Kondisi ini mungkin terjadi pada kebanyakan obat, baik yang memiliki resep ataupun tidak memiliki resep.
Muncul tidaknya efek samping itu bergantung pada kondisi masing-masing personal.

Kondisi personal yang bagaimanakah yang mampu memunculkan ESO?


Kondisi atau faktor yang mampu memunculkan ESO antara lain:
1. Polifarmasi atau mengkonsumsi obat dalam jumlah yang banyak
2. Jenis Kelamin
3. Penyakit yang diidap oleh pasien
4. Usia misal Lansia atau Bayi
5. Ras dan genetik
6. Pengunaan obat yang digunakan secara bersamaan.

Bagaimana Frekuensi dan Waktu Terjadi dalam Kejadian ESO?


Dalam kejadian ESO, terbagi menjadi 4 kategori, yaitu:
1. SERING bila ESO dialami 1 orang dari 10 orang yang mengkonsumsi obat.
2. TIDAK SERING bila ESO dialami 1 orang dari 100 orang yang mengkonsumsi obat.
3. JARANG bila ESO dialami 1 orang dari 1.000 orang yang mengkonsumsi obat.
4. SANGAT JARANG dialami 1 orang dari 10.000 orang yang mengkonsumsi obat

Kemudian ESO dapat terjadi saat:


1. Obat yang diberikan terlalu cepat seperti pemberian obat suntik
2. Pada pemberian dosis pertama pengunaan obat, tapi setelahnya belum tentu muncul kembali
3. Awal pengobatan namun berangsur berkurang selama masa pengobatan karena tubuh telah menoleransi
obat tersebut.
4. Terjadi pada selang waktu setelah penggunaan obat.
5. Pemberian obat yang berkelanjutan dengan efek samping yang juga meningkat walaupun pada awal tidak
ada efek samping
6. Saat setelah pemberian obat, walau sudah dihentikan.

MENGATASI DAN MEMINIMLAKAN ESO


Mengatasi ESO dapat dilakukan bergantung denga tipe ESO tersebut. Adapun tipe ESO dan cara mengatasinya
adalah:
1. Bila tipe ESOnya tergolong ringan maka dapat ditoleransi oleh tubuh tanpa harus menghentikan obat.
2. Bila tipe ESOnya tergolong sedang maka dosis dapat diturunkan/dikurangi atau dihentikan pengunaan
obat.
3. Bila tipe ESOnya tergolong berat maka harus dihentikan penggunaan obat dan menerima pengobatan di
rumah sakit.

Untuk meminimalkan munculnya ESO, maka Anda dapat melakukan:


1. Informasikan pengobatan/obat yang sedang anda lakukan/konsumsi
2. Informasikan riwayat alergi obat
3. Menggunakan obat sesuai dosis
4. Dapatkan informasi ESO dari dokter, apoteker atau info dari brosur.

PERLUKAH ESO DIHINDARI?


Tidak semua ESO harus dihindari, Anda dapat mempertimbangkan antara manfaat dan risiko yang muncul.
Anda dapat melihat contoh dibawah ini:
1. Obat Antikanker: ESO sering muncul adalah mual, muntah, kelelahan, dan rambut rontok tapi memiliki
manfaat yang baik untuk pasien yang menderita kanker.
2. Furosemide, Spironolactone: Obat antihipertensi menyebabkan sering buang air kecil, dan dianjurkan
diminum pagi hari.
3. Suplemen Zat Besi: ESO yang ditimbulkan adalah warna feses hitam tapi disarankan tetap dikonsumsi.
4. Rifampicin: ESOnya berupa warna cairan yang keluar dari tubuh berwarna merah, dan disarankan untuk
tetap diminum.

SETELAH ESO MUNCULLAH MESO.


Setelah kita mengenal ESO, munculah MESO. Apakah MESO itu? Seperti apakah MESO itu? Yuk, mari
mengenal MESO.
MESO adalah Monitoring Efek Samping Obat. MESO ini seperti sebuah lembaga. Adanya Pusat MESO
Nasional digunakan untuk melaporkan setiap kejadian ESO yang dialami. Lalu seperti apa saja ESO yang
seharusnya dilaporkan?
ESO yang seharusnya dilaporkan antara lain:
1. Setiap Efek samping yang dicurigai karena penggunaan obat
2. Setiap efek yang muncul saat penggunaan obat yang bersamaan
3. Setiap ESO yang dianggap serius:
1. Reaksi anafilaktik
2. Kelainan darah, jantung, hati, usus
3. Perdarahan lambung
4. Penurunan fungsi ginjal
5. Bengkak pada laring
6. Sindroma Stevens Johnson
7. Cacat bawaan pada bayi.
4. Setiap reaksi ketergantungan obat.
Saat melaporkan ESO yang dialami ke Pusat MESO Nasional, maka manfaat dari pelaporan tersebut adalah:
1. Informasi yang terkumpul akan dievaluasi
2. Hasil dari evaluasi digunakan untuk penilaian atas obat yang beredar untuk dilakukan tindakan
pengamanan ataupun penyesuaian.
3. Memperbaiki informasi pada brosur/label obat
Mencegah perluasan bahaya obat yang digunakan, terlebih obat baru.
Pernahkah anda setelah minum suatu obat merasa ngantuk atau mulut terasa kering? atau jantung berdebar atau
gatal-gatal?atau jadi diare atau sembelit ? atau ngantuk, batuk dsb? Jika sebelum minum obat anda tidak
mengalami keluhan-keluhan semacam itu, kemungkinan besar anda mengalami efek samping obat. Menurut
definisi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO 1970) efek samping suatu obat adalah
segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan.
Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar
obat pada organ sasaran. Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi ketika
tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga
terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien
yang dapat berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini.
Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman. Bahkan tanaman yang
digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat
berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John’s wort (Hypericum perforatum), yang
digunakan untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450
yang berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien yang
mengkonsumsi St John’s wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam darah yang digunakan
bersamaan.
Efek samping obat secara umum dikelompokkan menjadi 2 :
1. Efek samping yang dapat diperkirakan, meliputi:
- Efek farmakologi yang berlebihan (disebut juga efek toksik) dapat disebabkan karena pemberian dosis relatif
yang terlalu besar bagi pasien yang bersangkutan (terutama kelompok pasien dengan resiko tinggi, seperti bayi,
usia lanjut, pasien dengan penurunan fungsi ginjal atau hati)
- Gejala penghentian obat merupakan suatu kondisi dimana munculnya gejala penyakit semula disebabkan
karena penghentian pemberian obat. Tindakan pemberhentian penggunaan obat hendaknya dilakukan secara
bertahap.
2. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan:
- Reaksi Alergi, terjadi sebagai akibat dari reaksi imunologi. Reaksi ini tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
seringkali sama sekali tidak tergantung dosis dan bervariasi pengaruhnya antara satu pasien dengan yang
lainnya.
Beberapa contoh bentuk efek samping dari alergi yang seringkali terjadi antara lain:
 Demam. Umumnya dalam derajad yang tidak terlalu berat, dan akan hilang dengan sendirinya setelah
penghentian obat beberapa hari.
 Ruam kulit (skin rashes), dapat berupa eritema (kulit berwarna merah), urtikaria (bengkak kemerahan),
fotosensitifitasi, dll.
 Gangguan pernafasan. Asma akan merupakan kondisi yang sering dijumpai, terutama karena aspirin. Pasien
yang telah diketahui sensitif terhadap aspirin kemungkinan besar juga akan sensitif terhadap analgetika atau
antiinflamasi lain.
Upaya pencegahan
Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan untuk melakukan hal-hal
berikut:
* Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-waktu sebelum
pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri.
* Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif non-farmakoterapi.
* Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus.
* Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada: anak dan bayi, usia lanjut, dan
pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung. Pada bayi dan anak, gejala dini.
Efek samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya kemampuan komunikasi, misalnya untuk gangguan
pendengaran.
Penanganan efek samping
* Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping. Bukanlah tindakan yang
tepat bila mengatasi efek samping dengan menambah konsumsi obat untuk mengobati efek yang timbul tanpa
disertai dengan penghentian obat yang dicurigai berefek samping. Hal ini justru akan bernilai tidak efektif , dan
efek samping tetap terus terjadi.
Ada 5 efek samping dari obat yang terbilang aneh atau berbeda dari efek smaping yang biasa terjadi (Dikutip
dari Howstuffworks), yaitu:
* Amnesia
Kondisi ini terjadi jika seseorang secara tiba-tiba tidak ingat siapa dirnya atau darimana ia berasal. Biasanya
amnesia yang terjadi akibat efek samping obat bukanlah amnesia total tapi kehilangan memori jangka
pendeknya.
Efek samping ini bisa terjadi pada orang yang mengonsumsi obat Mirapex (dengan nama generik pramipexole)
yang digunakan untuk mengendalikan gejala Parkinson dan pada orang Restless Leg Syndrome (RLS).
Obat lainnya adalah statin yang digunakan untuk menurunkan kolesterol. Beberapa peneliti berteori bahwa
statin dapat menghalangi pembentukan kolesterol yang diperlukan untuk saraf. Tapi diyakini obat ini masih
* Rasa nyeri dan sakit
Beberapa obat memang ada yang berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri di tubuh, tapi ada obat
yang tidak berhubungan dengan nyeri justru menimbulkan rasa sakit. Orang-orang yang mengonsumsi
antihistamin Allegra (dengan nama generik fexofenadine) untuk menghilangkan demam dan gejala alergi lain,
ada kemungkinan mengalami rasa sakit otot dan sakit punggung.
* Gangguan penglihatan dan indera lainnya
Beberapa obat yang diminum terkadang menimbulkan rasa pahit di mulut, tapi jika obat tersebut meninggalkan
rasa yang buruk atau bisa mendistorsi indera perasa maka ada kemungkinan hal tersebut akibat efek samping
dari obat yang diminum.
Salah satu obat yang bisa mempengaruhi fungsi indera seseorang adalah vasotec (dengan nama generik
enalapril) yang digunakan untuk mengobati darah tinggi dan gagal jantung kongestif. Obat ini bisa
mempengaruhi kelima indera seperti mengurangi rasa penciuman (anosmia), mengganggu pendengaran
(tinnitus) dan masalah mata seperti gangguan penglihatan dan mata kering.
* Perubahan warna urine
Warna urine memang bisa menunjukkan adanya hal yang tidak beres dengan tubuh, misalnya ada infeksi atau
keracunan zat besi. Jika urine berwarna hitam ada kemungkinan efek samping akibat mengonsumsi obat flagyl,
furazolidone atau antibiotik lainnya. Urine berwarna ungu ada kemungkinan sebagai efek samping dari obat
phenolphthalein yang digunakan dalam jangka waktu lama.
Jika urine berwarna hijau ada kemungkinan sebagai efek samping dari obat elavil dan beberapa antidepresan.
Sedangkan jika urine berwarna biru ada kemungkinan sebagai efek samping dari obat dyrenium, diuretik atau
metilen biru yang digunakan untuk mengurangi iritasi akibat infeksi kandung kemih
* Halusinasi
Kondisi ini terjadi jika seseorang melihat atau mendengar sesuatu yang tidak benar-benar ada, halusinasi yang
terjadi bisa berupa visual atau auditori. Beberapa obat yang bisa menyebabkan halusinasi adalah mirapex dan
lariam (dengan nama generik mefloquine) yang diciptakan untuk mencegah atau mengobati malaria di Angkatan
Darat AS.
Berbicara mengenai obat, pada dasarnya dikenal 2 jenis yaitu obat yang bersumber pada bahan alam seperti
herbal, rimpang, akar dan biasa disebut sebagai produk obat tradisional/jamu/fitofarmaka dan obat yang
bersumber pada sintesa senyawa kimia ataupun produk bioteknologi dan biasa disebut sebagai obat. Pada ulasan
berikut akan disajikan fokus pada masalah obat.
Produk obat berbeda dengan produk makanan, walaupun sama-sama masuk ke dalam tubuh manusia. Produk
obat memiliki efek yang disebut sebagai farmakokinetik (yaitu bagaimana obat tersebut diserap, didistribusikan,
dimetabolisme maupun kemudian dikeluarkan dari tubuh). Efek tersebut memberikan konstribusi antara lain
terhadap bagaimana penggunaan dan frekwensi pemberian obat. Selain efek farmakokinetik, obat juga memiliki
efek farmakodinamik dimana dengan efek tersebut dapat untuk menentukan kegunaan suatu produk obat yang
akan digunakan oleh manusia. Dengan demikian obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan
takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah
penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Penggunaan obat yang tepat dan benar sangat
menentukan keberhasilan proses pengobatan.
Pertama yang harus kita perhatikan atau cermati adalah kode golongan obat yang akan dikonsumsi. Obat
golongan obat bebas atau golongan obat bebas terbatas dapat diperoleh tanpa resep dokter dan obat golongan
keras merupakan obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Obat yang digolongkan sebagai obat keras
tentunya merupakan obat yang memiliki potensi resiko yang lebih tinggi dibandingkan obat golongan bebas dan
obat bebas terbatas. Namun demikian potensi resiko diatas sudah diperhitungkan dalam range yang dapat
diantisipasi manusia serta tetap dilakukan monitoring/pemantauan terhadap keamanan suatu produk obat
beredar, baik oleh pihak produsen maupun pemerintah.
Konsumen harus dapat memilah informasi yang objektif untuk dapat memilih pengobatan. Dengan demikian
penggunaan obat dapat menghasilkan efek yang optimal dan meminimalkan potensi resiko. Banyak yang perlu
diketahui dalam mengkonsumsi suatu produk obat, baik untuk obat keras, obat bebas maupun obat bebas
terbatas. Saat ini banyak pilihan obat yang beredar, terutama untuk obat yang dapat digunakan tanpa resep
dokter. Untuk pemilihan obat beberapa faktor perlu dipertimbangkan. Hal pertama yang harus diperiksa adalah
keberadaan/pencantuman nomor izin edar atau nomor registrasi obat serta tanggal kadaluarsa. Obat yang tidak
mencantumkan nomor registrasi merupakan produk yang belum terdaftar. Proses pendaftaran atau registrasi
merupakan suatu proses evaluasi atau penilaian obat. Evaluasi atau penilaian produk obat meliputi evaluasi atau
penilaian aspek efikasi (kemanjuran), keamanan dan mutu. Menggunakan obat yang tidak mencantumkan
nomor registrasi dapat beresiko tidak terjaminnya kebenaran kandungan dan mutu obat. Setiap produk obat
memiliki nomor registrasi dan informasi siapa industri farmasi pendaftar produk obat tersebut serta beberapa
informasi lainnya. Nomor registrasi yang dipalsukan akan dapat ditelusuri dengan melihat kesesuaian kode
nomor dengan fisik produk serta data pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sementara itu
memperhatikan masa kadaluarsa suatu produk obat, sehingga dapat menghindari dikonsumsinya suatu produk
yang sebenarnya sudah tidak layak dikonsumsi. Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada produk obat
yang sudah kadaluarsa :
 Kadar obat sudah tidak berada dalam rentang yang dipersyaratkan untuk penggunaan. Hal tersebut
dapat menyebabkan obat tidak bekerja optimal atau mungkin menjadi toksik. Hal ini akan sangat
berbahaya seperti untuk obat-obat jenis antibakteri, anti hipertensi, anti diabet.
Tidak optimalnya kerja obat disebabkan oleh turunnya kadar/potensi obat, dapat memberikan dampak
yang sangat luas, seperti :
o Dapat mengancam pada keselamatan jiwa
o Mengacaukan diagnosa penyakit
o Menimbulkan/meningkatkan kasus resistensi (untuk antibiotik)
o Meningkatkan biaya pengobatan
 Mutu obat tidak dapat dipertanggungjawabkan, misalnya yang menyangkut sifat fisik produk obat
seperti kekerasan tablet.
Nomor batch yang tercantum pada kemasan obat juga merupakan hal penting untuk diperhatikan. Kode nomor
tersebut merupakan kode yang diberikan oleh industri farmasi yang bersangkutan, sehingga memudahkan
dilakukan penelusuran balik kepada sumber bila terjadi suatu masalah pada produk obat yang beredar dipasaran,
baik masalah keamanan dan ataupun masalah mutu.
Memperhatikan cara penyimpanan yang tertera dalam kemasan juga penting. Menyimpan obat sesuai dengan
yang dianjurkan berarti ikut menjaga kondisi dan keadaan obat tersebut tetap stabil hingga masa kadaluarsa.
Oleh karenanya kepada para konsumen diharapkan benar-benar memperhatikan dan mematuhi cara
penyimpanan yang dianjurkan demi mendapatkan hasil optimal dari obat yang digunakan tersebut.
Di masyarakat saat ini juga terjadi cukup banyak kesalahpahaman mengenai kegunaan suatu obat. Untuk itu
kiranya perlu bagi konsumen untuk mencermati hal berikut :
 Keadaan atau kondisi antar individu penderita tidaklah sama. Di masyarakat sering pula terjadi,
mungkin untuk berhemat, bahwa obat yang pernah digunakan untuk seorang penderita diberikan
kepada penderita lain yang diperkirakan oleh yang bersangkutan (awam dalam hal medis) berpenyakit
sama. Hal tersebut sebenarnya tidak atau kurang tepat disebabkan tentunya untuk penderita terakhir
harus dilihat berat-ringannya penyakit, kondisi organ tubuh penderita apakah dapat mentoleransi obat
tersebut dan seterusnya sehingga pada akhirnya dosis yang harus diterima tentunya harus dilihat dan
disesuaikan pula.
 Banyak pula masyarakat yang mengkonsumsi suatu obat dengan mengharapkan manfaat seperti gemuk
atau lainnya dari suatu produk obat. Biasanya sebagian masyarakat mengkonsumsi produk obat jenis
anti-inflamasi hormon untuk mendapatkan efek gemuk. Namun demikian perlu diketahui bahwa efek
gemuk tersebut sebenarnya adalah efek samping obat yang disebut oedem. Karena efek gemuk yang
terjadi adalah efek samping obat, maka efek gemuk yang terjadi terlihat tidak proporsional, misal
hanya di wajah. Hal tersebut bila diteruskan berlanjut tentunya akan berdampak negatif bagi tubuh
karena akan merembet kepada hal-hal lain, seperti penekanan pada kelenjar adrenal yang dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Selain itu penggunaan jangka lama dapat
menyebabkan efek samping diabetes dan osteoporesis. Pertimbangan resiko-manfaat adalah penting
untuk diketahui, sehingga penggunaan obat benar-benar optimal, mendapatkan manfaat maksimal
dengan resiko seminimal mungkin.
 Saat ini disinyalir pula terjadi penggunaan antibiotik yang berlebihan di masyarakat. Antibiotik
diperlukan hanya bila memang pada diagnosa telah positif adanya infeksi kuman. Penggunaan
antibiotik tanpa diagnosa yang tepat akan sangat merugikan, bukan hanya individu yang bersangkutan,
tetapi juga masyarakat luas. Dampak yang ditimbulkan sangat beragam sebagaimana berikut:
o Pemborosan biaya pengobatan (obat) yang sebenarnya tidak diperlukan. Pemborosan biaya
obat yang tidak diperlukan dari beberapa informasi yang sudah terpublikasi adalah cukup
besar. Karenanya bila dilakukan cara-cara penghematan tentunya akan dapat memberikan
kemanfaatan yang besar.
o Menimbulkan resiko diperolehnya efek samping obat, yang sebenarnya tidak perlu.
o Menimbulkan dampak terjadinya resistensi antibiotik. Ini merupakan dampak yang paling
serius. Dampak ini akan memiliki implikasi yang luas, karena tidak hanya berdampak pada
individu yang bersangkutan saja tetapi juga masyarakat, serta pola pengobatan ataupun
standard treatment akan terpengaruh. Bagaimanapun antibiotik adalah salah satu obat yang
dapat digolongkan sebagai life-saving, sehingga resistensi yang terjadi karena penggunaan
yang tidak terkontrol benar-benar akan merugikan kita semua.
o Berkaitan dengan obat keperkasaan pria, banyak pula terjadi salah persepsi. Persepsi yang
banyak dipahami masyarakat adalah selalu dikaitkan dengan istilah obat kuat. Padahal banyak
faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut.
Untuk masalah yang disebabkan oleh faktor psikis tentunya dapat diatasi tanpa intervensi atau
tanpa penggunaan obat. Karena untuk penyakit/kelainan/gangguan untuk masalah tersebut
sudah ada tata laksana ataupun standard treatment.
Masyarakat perlu mengetahui pula adanya zat aktif yang sama, misal yang terdapat pada obat generik, yang
memberikan efek yang sama bila diproduksi oleh beberapa industri farmasi dengan masing-masing nama
dagangnya. Oleh karena itu di peredaran dijumpai beberapa nama dagang berbeda dengan zat aktif sama,
sehingga sebenarnya memiliki kemanfaatan yang sama. Umumnya obat yang tidak menggunakan nama dagang
disebut sebagai obat generik. Seluruh proses evaluasi dan penilaian obat, baik obat nama dagang maupun obat
generik di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diperlakukan sama sesuai dengan standar penilaian
efikasi, keamanan dan mutu yang telah ditetapkan. Perlu pula di ingat bahwa komoditi obat berbeda dengan
komoditi lain, karena komoditi obat jelas akan memberikan efek kepada tubuh manusia, baik efek yang
diharapkan kemanfaatannya (efikasi) maupun efek yang tidak diharapkan (efek samping obat).
Masyarakat dihimbau untuk selalu membaca informasi produk obat, baik yang tercantum di dalam brosur obat
ataupun di wadah kemasan. Informasi tersebut sangat berguna untuk panduan penggunaan obat, termasuk
menyaring informasi dari promosi obat yang banyak dilakukan, sehingga penggunaan obat akan benar sesuai
dengan jenis dan kondisi penderita. Beberapa informasi yang dapat pembaca ketahui dari informasi produk atau
yang disebut pula brosur obat antara lain:
 Indikasi menunjukkan kemanfaatan dari obat yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit.
 Posologi menunjukkan cara maupun frekuensi pemberian obat, ataupun ketentuan lain dalam
mengkonsumsi suatu obat. Misalkan obat harus diminum sebelum atau setelah makan ataupun selang
waktu antara pemberian obat.
 Peringatan perhatian menunjukan hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi obat yang
disebabkan oleh efek yang tidak diinginkan. Sebagai contoh efek kantuk karena pemberian
antihistamin, sehingga harus diingatkan untuk tidak menjalankan kendaraan bermotor atau mesin berat.
Sebab lain adalah efek yang tidak diinginkan yang berdampak pada organ penderita dengan penyakit
lain, misalkan dextrometorfan (karena memiliki efek mendepresi pernafasan) maka harus diingatkan
tidak dianjurkan atau berhati - hati pada penggunaannya untuk penderita yang juga mengalami atau
memiliki riwayat asma.
 Informasi lain yang bermanfaat, seperti jenis - jenis kemasan dan kekuatan obat hingga nomor izin
edar.
Terakhir dapat kami sampaikan bahwa obat memang bukan seperti komoditi lain. Hal tersebut seperti telah
disinggung diatas, karena komoditi obat memiliki efek farmakokinetik maupun farmakodinamik yang langsung
ke tubuh manusia.

Anda mungkin juga menyukai