Anda di halaman 1dari 4

Yang akan dibahas dalam diskusi ini adalah :

1. Faktor resiko

2. Diagnosis

3. Penanganan

4. Komplikasi

5. Prognosis

A. Faktor Resiko
Wanita yang paling berisiko mengalami plasenta akreta adalah mereka yang telah
mempunyai kerusakan miometrium yang disebabkan oleh operasi sesar sebelumnya.
Tabel 1. Frekuensi plasenta akreta terkait jumlah kelahiran operasi sesar dan dengan
atau tanpa plasenta previa

Operasi Sesar Plasenta Previa Tanpa Plasenta Previa

Pertama 3.3 0.03


(Primer)

Kedua 11 0.2

Ketiga 40 0.1

Keempat 61 0.8

Kelima 67 0.8

> 6 kali 67 4.7

Dikutip dari The American Institute of Ultrasound in Medicine4


Faktor risiko tambahan yang dilaporkan untuk plasenta akreta meliputi usia ibu (>30
tahun) , multiparitas, bedah rahim lain sebelumnya, kuretase uterus sebelumnya, ablasi
endometrium, Asherman syndrome, leiomyoma, anomali rahim, hipertensi dalam kehamilan,
dan merokok.
Pada kasus pasien memiliki resiko tinggi yaitu telah memiliki riwayat operasi sesar
sebelumnya pada tahun 2014 di RS Kalooran dengan berat badan lahir 2500 gram. Selain itu
pasien juga memiliki faktor resiko lainnya yaitu usia ibu lebih dari 30 tahun .

B. Diagnosis
Diagnosis pada kasus plasenta akreta ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Kebanyakan pasien dengan plasenta akreta tidak menunjukkan
gejala. Gejala yang berhubungan dengan plasenta akreta biasanya berupa perdarahan vaginal
dan kram.5 Pada kasus pasien datang dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit, nyeri pada perut, dan pasien sudah pernah dirawat di RS
Kalooran bulan Februari 2018 karena perdarahan.

Secara keseluruhan, ultrasonografi grayscale cukup untuk mendiagnosis plasenta akreta,


dengan sensitivitas 77-87%, spesifisitas 96-98%, nilai prediksi positif 65-93%, dan nilai
prediksi negatif 98%.

Tabel 2. Temuan USG yang menunjukkan adanya plasenta akreta

1 Hilangnya zona retroplasenta hipoekhoik normal

2 Lakuna dengan vaskularisasi multipel (ruang


vascular ireguler) di plasenta, memberikan
gambaran “keju Swiss”

3 Pembuluh darah atau jembatan jaringan plasenta-


tepi plasenta, gambaran myometrium-kandung
kemih atau serosa uterus menyilang

4 Ketebalan myometrium retroplasenta < 1 mm

5 Gambaran pembuluh koheren yang beragam


dengan Doppler 3D di basal

Dikutip dari American Journal of Obstetrics and Gynaecology4


Pada kasus kesan USG yang didapatkan hamil 34-35 minggu + letak lintang +
Oligohidramnion dengan plasenta insersi di endometrium grade II-III. Kasus plasenta akreta
ini sulit diidentifikasi dikarenakan posisinya terapat pada daerah posterior, sehingga saat
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi tidak dapat teridentifikasi dengan jelas.

C. Penanganan
Penanganan pada pasien dengan plasenta akreta meliputi manajemen antepartum,
manajemen preopertif, dan manajemen operatif. Pada manajemen antepartum, karerena
perdarahan yang signifikan umum terjadi dan ada kemungkinan dilakukan sesarean
histerektomi akan diperlukan bila plasenta akreta tegak didiagnosis, wanita dengan dicurigai
plasenta akreta harus dijadualkan untuk ditangani oleh RS dengan fasilitas bedah yang
lengkap dan memiliki bank darah yang dapat memfasilitasi transfusi jumlah besar berbagai
produk darah. Suplementasi dengan besi oral dianjurkan untuk memaksimalkan simpanan
zat besi dan daya dukung oksigenasi.4

Plasenta akreta menyebabkan 7% -10% dari kasus kematian ibu di dunia. Secara klinis,
plasenta akreta menjadi masalah saat persalinan ketika plasenta tidak sepenuhnya terpisah
dari rahim dan diikuti oleh perdarahan obstetrik yang masif, menyebabkan DIC,
histerektomi, repair pada cidera ureter, kandung kemih, usus, atau struktur neurovaskular,
sindrom gangguan pernapasan, reaksi transfusi akut, ketidakseimbangan elektrolit, dan gagal
ginjal. Hilangnya darah rata-rata persalinan pada wanita dengan plasenta akreta adalah 3.000-
5.000 ml. Sebanyak 90% pasien dengan plasenta akreta membutuhkan transfusi darah, dan
40% membutuhkan lebih dari 10 unit PRC. Kematian ibu dengan plasenta akreta dilaporkan
setinggi 7%. Kematian ibu dapat terjadi meskipun perencanaan yang optimal, manajemen
transfusi, dan perawatan bedah. Studi kohort dari 39.244 wanita yang menjalani sesar,
peneliti mengidentifikasi 186 termyata dlakukan cesarean hysterectomy atas indikasi yang
paling sering adalah plasenta akreta (38%).5

Pada kasus ini pasien didiagnosis G3P2A0 31 tahun hamil post SCTP atas indikasi
lentak lintang + bekas sc + riwayat asma. Diagnosis plasenta akreta kemudian
ditegakkan saat operasi ditemukan adanya plasenta yang sulit untuk dilepaskan.
Saat diidentifikasi, plasenta implantasi di korpus posterior meluas ke later al. Pada
eksplorasi uterus, tampak perlekatan luas SBR dengan vesika urinaria dan usus. Diputuskan
dilakukan histerektomi subtotalis. Setelah operasi, pasien kemudian di observasi tanda-tanda
vital, kontaksi, perdarahan dan di periksa darah lengkapnya. Pasien kemudian diberkan terapi
antibiotic oral, tablet penambah darah, transfusi PRC sampai Hb ≥ 10, dan dirawat luka.

Anda mungkin juga menyukai