1. Faktor resiko
2. Diagnosis
3. Penanganan
4. Komplikasi
5. Prognosis
A. Faktor Resiko
Wanita yang paling berisiko mengalami plasenta akreta adalah mereka yang telah
mempunyai kerusakan miometrium yang disebabkan oleh operasi sesar sebelumnya.
Tabel 1. Frekuensi plasenta akreta terkait jumlah kelahiran operasi sesar dan dengan
atau tanpa plasenta previa
Kedua 11 0.2
Ketiga 40 0.1
Keempat 61 0.8
Kelima 67 0.8
B. Diagnosis
Diagnosis pada kasus plasenta akreta ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Kebanyakan pasien dengan plasenta akreta tidak menunjukkan
gejala. Gejala yang berhubungan dengan plasenta akreta biasanya berupa perdarahan vaginal
dan kram.5 Pada kasus pasien datang dengan keluhan keluar air dari jalan lahir sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit, nyeri pada perut, dan pasien sudah pernah dirawat di RS
Kalooran bulan Februari 2018 karena perdarahan.
C. Penanganan
Penanganan pada pasien dengan plasenta akreta meliputi manajemen antepartum,
manajemen preopertif, dan manajemen operatif. Pada manajemen antepartum, karerena
perdarahan yang signifikan umum terjadi dan ada kemungkinan dilakukan sesarean
histerektomi akan diperlukan bila plasenta akreta tegak didiagnosis, wanita dengan dicurigai
plasenta akreta harus dijadualkan untuk ditangani oleh RS dengan fasilitas bedah yang
lengkap dan memiliki bank darah yang dapat memfasilitasi transfusi jumlah besar berbagai
produk darah. Suplementasi dengan besi oral dianjurkan untuk memaksimalkan simpanan
zat besi dan daya dukung oksigenasi.4
Plasenta akreta menyebabkan 7% -10% dari kasus kematian ibu di dunia. Secara klinis,
plasenta akreta menjadi masalah saat persalinan ketika plasenta tidak sepenuhnya terpisah
dari rahim dan diikuti oleh perdarahan obstetrik yang masif, menyebabkan DIC,
histerektomi, repair pada cidera ureter, kandung kemih, usus, atau struktur neurovaskular,
sindrom gangguan pernapasan, reaksi transfusi akut, ketidakseimbangan elektrolit, dan gagal
ginjal. Hilangnya darah rata-rata persalinan pada wanita dengan plasenta akreta adalah 3.000-
5.000 ml. Sebanyak 90% pasien dengan plasenta akreta membutuhkan transfusi darah, dan
40% membutuhkan lebih dari 10 unit PRC. Kematian ibu dengan plasenta akreta dilaporkan
setinggi 7%. Kematian ibu dapat terjadi meskipun perencanaan yang optimal, manajemen
transfusi, dan perawatan bedah. Studi kohort dari 39.244 wanita yang menjalani sesar,
peneliti mengidentifikasi 186 termyata dlakukan cesarean hysterectomy atas indikasi yang
paling sering adalah plasenta akreta (38%).5
Pada kasus ini pasien didiagnosis G3P2A0 31 tahun hamil post SCTP atas indikasi
lentak lintang + bekas sc + riwayat asma. Diagnosis plasenta akreta kemudian
ditegakkan saat operasi ditemukan adanya plasenta yang sulit untuk dilepaskan.
Saat diidentifikasi, plasenta implantasi di korpus posterior meluas ke later al. Pada
eksplorasi uterus, tampak perlekatan luas SBR dengan vesika urinaria dan usus. Diputuskan
dilakukan histerektomi subtotalis. Setelah operasi, pasien kemudian di observasi tanda-tanda
vital, kontaksi, perdarahan dan di periksa darah lengkapnya. Pasien kemudian diberkan terapi
antibiotic oral, tablet penambah darah, transfusi PRC sampai Hb ≥ 10, dan dirawat luka.