Disusun oleh :
Maulida Zulfa Azizah 1164010089
Muhammad Alif Bin Razali 1164010100
Novia Fauziah Kurnia S 1164010113
Nurjanah 1164010117
Ratmawati 1164010125
Ratna Purnamasari 1164010126
Reksi Maenaki 1164010127
Rianudin 1164010131
Makalah ini kami susun dalam rangka menunaikan kewajiban kami untuk
memperluas khazanah keilmuan dan pengetahuan khususnya dalam mata kuliah
BK Pasca Bencana berkenaan dengan Keterampilan dalam BK Pasca Bencana
yang diampu oleh Ibu Dr. Hj. Lilis Satriah. M.Pd. dan Ibu Devi Eryanti, M.Pd.
Dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dosen dan semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan dan penyusunan makalah ini sangat banyak
kekurangannya, maka dari itu dengan senang hati dan lapang dada kami menerima
kritik, dan saran dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk kita semua, Aamiin...
Billaahit taufiq wal hidayah
Wassalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh...
Penulis
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Keterampilan dalam Konseling Trauma.................................................................6
B. Keterampilan pada Konseling Krisis......................................................................9
C. Post Traumatik Stess Disorder (PTSD) : Gangguan Pasca Trauma................10
D. Konseling Untuk Korban Bencana.......................................................................11
1. Tujuan Konseling pada Korban Bencana.........................................................11
2. Keterampilan Dasar Konseling untuk Korban Bencana...................................11
3. Proses Pemulihan Trauma pada Korban Bencana..............................................14
BAB III PENUTUP.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
mereka, sehingga mereka merasa tidak sendirian dalam hidup ini. Penciptaan rasa
aman teresebut bisa dilakukan dengan mengadakan permainan yang bisa
mendorong individu untuk melupakan sejenak peristiwa traumatis yang
dialaminya.
6
Bagi individu yang mengalami trauma karena perampokan di tempat kerja,
penciptaan rasa aman bisa dilakukan dengan memberi izin untuk tidak masuk
kerja dalam beberapa hari; dan bagi yang kena rampok di rumah, bisa dilakukan
dengan pindah rumah buat sementara.
Asumsi dasar yang mendasari teknik ini adalah bahwa semua perilaku
individu terbentuk melalui pengalaman atau hasil belajar, dan untuk mengubah,
memodifikasi atau menghilangkan perilaku tersebut juga melalui belajar. Oleh
sebab itu, responsi terhadap kecemasan itu bisa dipelajari atau dikondisikan
(Wolpe, dalam Hock, 1999), dan proses ini disebut dengan terapi (Corey, 2012).
7
menakutkannya sampai akhirnya ia dapat mengatasi rasa takutnya (Prawitasasi,
2011: 159).
Dengan demikian, pada konseli yang mengalami PTSD yang tinggi, teknik
disensitisasi cenderung dilakukan berulang- ulang. Banyaknya individu yang
beresiko tinggi mengalami PTSD setelah peristiwa trauma mengindikasikan
mereka sangat membutuhkan layanan konseling trauma. Oleh sebab itu, kepada
konselor disarankan untuk memberikan layanan konseling trauma melalui
penciptaan rasa aman, dan konseling perorangan dengan penggunaan teknik
desensitisasi sistematis yang didahului dengan teknik rileksasi.
Krisis adalah keadaan disorganisasi tujuan hidup atau siklus hidup anak usia
dini yang mengalami gangguan dan stes mendalam. Menurut Geldard (1993)
krisis menyatakan bahaya yang mana salah satu penyebabnya adalah bencana
8
alam seperti seperti gempa, badai, banjir, gunung meletus, badai tsunami. Empat
tahap dalam keterampilan konseling krisis adalah sebagai berikut:
(1) menilai atau menentukan kondisi konseli saat ini dan keparahan permasalahan;
(2) konselor kemudian harus memutuskan jenis konseling yang paling dibutuhkan
saat ini berdasarkan penilaian dari keterampilan penyesuaian konseli;
Salah satu bentuk layanan konseling krisis yang tepat untuk diterapkan
untuk meminimalisir tauma anak usia dini koKata bermain adalah istilah yang
sering digunakan sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti paling tepat dari
bermain ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada
paksaan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978).
Tidak semua orang yang mengalami trauma akan mengalami PTSD. PTSD
terdiri atas tiga kluster simptom (tanda) utama, yaitu :
Bentuknya, mimpi dalam pikiran atau flashback, mimpi buruk. Biasanya proses
pengingatan kembali itu disertai respons fisik dan emosional yang kuat.
9
2. Penghindaran
3. Tubuh secara otomatis bereaksi dengan sendirinya terhadap ancaman bahaya
yang tidak nyata.
3. Siptom yang terjadi menyebabkan gangguan atau masalah dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam hubungan dengan orang lain dan segala aspek lainnya.
10
Konseling memerlukan keterampilan dasar yaitu:
11
konselor mempertegaskannya agar konseli betul-betul tau perasaan yang
dialaminya.
Konselor sebaiknya jangan membuat janji yang belum tentu dapat terjadi,
jangan mengatakan perasaan yang konselor pikirkan. Jangan mengatakan
bagaimana seseorang seharusnya bertindak. Jangan mengatakan hal-hal negatif
tentang bantuan yang tersedia.
12
Berikut hal-hal yang bisa diinformasikan pada konseli agar ia merasa lebih
berdaya:
1. Trauma bisa terjadi pada siapa saja. Tidak ada seorangpun mampu melindungi
diri mereka secara sempurna dari pengalaman traumatik
d. Jika seorang bisa memahami dengan baik seluk beluk trauma dan gejala-
gejala stres maka ketakutan orang tersebut akan turun dan akan merasa lebih
mampu menanganinya.
e. Orang lain banyak juga yang belum bisa pulih dalam waktu yang lama
setelah mengalami trauma.
1. Pemulihan trauma untuk menyembuhkan respon stres trauma dan mencegah
timbulnya PTSD tindakannya berupa:
Pertolongan pertama pada trauma adalah tindak pertolongan yang dilakukan atau
di berikan pertama kali kepada korban trauma dan dilakukan segera setelah
seorang mengalami trauma.
Jauhkan dari lokasi kekerasan, kecelakaan, bencana dan dari semua bentuk
peristiwa traumatik lainnya.
13
Memeluk korban yang ketakutan kadang bisa membantu, memberi minum,
membaringkan atau menyandarkan korban dalam posisi rilek serta membantu
korban membantu nafas.
Jika korban trauma adalah anak-anak pertemukan segera dengan orang tua atau
pengasuhnya. Jika korban trauma sendirian dan tidak di kenal, upayakan mencari
nomer telepon salah satu orang yang dikenal korban dan segera menghubunginya.
Konsep dasar ini, trauma mempengaruhi fisik, emosi dan kognitif. Oleh sebab itu,
pemulihan trauma yang dilakukan atau diberikan pada korban, mencangkup
ketiganya.
Apabila tidak ada perubahan positif dalam waktu tiga bulan maka gejala
stres tersebut di katagorikan sebagai gangguan stres paska trauma atau PTSD.
§ Langkah pertama dan terbaik untuk membuat konseli pulih dari trauma adalah
mengakui bahwa konseli memilki kesulitan dan memerlukan bantuan.
Di butuhkan kekuatan dari dalam diri sendiri tetapi proses emulihannya tidak bisa
di lakukan sendiri.
§ Trauma adalah gangguan konektifitas dengan dunia luar. Jadi tidak akan
membantu jika mengisolasi diri. Untuk memulihkannya harus membutuhkan
orang lain.
14
§ Dengan bantuan konselor dan pihak-pihak lain dalam membantu permasalahan
itu sama sekali bukan bertanda bahwa itu suatu kelemahan dan tak berdaya. Tidak
semua hal itu bisa di tangani sendiri.
b. Pemulihan fisik
Segeralah dibawa ke dokter atau balai pengobatan jika konseli mengalami cedera
fisik. Dokter bisa memberikan beberapa obat yang menyembuhkan simptom sakit
itu misalnya untuk meredakan sakit perut, sakit kepala, dapat di beri obat tidur
dan sebagainya.
15
Membantu orang lain yang sama-sama menjadi korban bencana selain
mengurangi tegangan fisik, aktifitas yang berbau fisik bisa membantu
mengalihkan perhatian dari memory yang menyakitkan atau melepaskan
kecemasandan emosi negatif konseli di ketahui aktifitas fisik juga dapat
meningkatkan rasa kontrol terhadap konseli sendiri.
c. Pemulihan Emosi
§ Ekspresikan perasaan.
Konseli dapat mengekspresikan emosi dengan cara yang sesuai dengan budayanya
seperti menulis sensasi dan perasaan yang dialami.
§ Berbicara dengan orang lain yang dipercaya tentang perasaan dan apa yang
terjadi.
Konseli memerlukan orang lain untuk mendengarkan dan memaklumi apa yang
terjadi. Konseli harus menjalin interaksi dengan orang lain. Jangan menghindari,
pengertian dan dukungan dari orang-orang yang dicintai akan membantu untuk
pulih.
Temukan cara untuk membuat konseli merasa rileks dan takperlu merasa bersalah
karena sante. Itu dalam aktifitas yang menyenangkan seperti mengikuti acara
liburan keluarga, teman-teman memancing, menonton bersama dan lain-lain.
§ Relaksasi
Beberapa teknik relaksasi yang bisa konseli lakukan diantaranya: berenang santai
dan menikmatinya, berdoa, beribadah, mendengarkan musik yang lembut,
menikmati relaksasi aroma, otot, menikmati film da menikmati pemandangan
alam.
16
d. Pemulihan Kognitif
Dengan tetap sibuk dan memiliki kegiatan yang teratur dan terarah. Jangan
hanya diam dan jangan biarkan konseli melakukan aktivitas yang tidak jelas.
Contoh: jika rumah konseli runtuh karenagempa, maka konseli diajak
mengumpulkan puing-puingnya, saling bergotong royong dengan tetangga sekitar
membenahi kekacauan, sebisa mungkin melakukan aktivitas rutin.
· Jangan menjauhkan diri dari situasi, orang dan tempat yang mengingatkan
pada trauma terjadi. Pemulihan akan cepat apabila konseli berani untuk
mengkonfrontasikan rasa takutnya.
Berfikir positif
Konseli diajak berfikir realistis bahwa trauma adalah bagian dari kehidupan.
17
Penuhi kebutuhan spiritual.
Prinsip utama ialah untuk membantu anak pulih dari trauma dengan mengakui
bahwa anak memiliki kesulitan dan memerlukan bantuan. Karena kecemasan
berlebihan pada orang tua akan menular pada anak-anak dan bisa menambah stres
anak.
2. Segera bawalah kedokter atau balai pengobatan jika anak mengalami cedera
fisik.
Kadang kala membawa anak yang cidera fisik ke dokter atau layanan
kesehatan cukup bermanfaat. Hal itu akan membuat anak lebih tenang karena tahu
dirinya akan baik-baik saja.
18
Jika anak sulit tidur, upayakan untuk membuatnya tidur, akan tetapi jika ia
mengalami gangguan tidur maka sebaiknya di konsultasikan ke dokter.
Dengarkan dan pahami sudut pandang anak terhadap bencana yang terjadi
dan peristiwa yang mengikutinya. Bertannyalah mengenai perasaannya tentang
bencana itu dengan pertannyaan terbuka tertutup sehingga ia betul-betul bisa
mengekspresikan perasaannya.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan diatas, dengan makalah yang berjudul
Keterampilan Dalam BK Pasca Bencana jika ditarik kesimpulan bahwa bahwa
keterampilan bk dalam menangani korban pasca sarjana yaitu dengan berbagai
pendekatan seperti pendekatan klasikal bisa diterapkan untuk kasus-kasus yang
berhubungan dengan rasa takut yang tidak adaptif Salah satu teknik yang
digunakan secara luas bagi konseli yang mengalami masalah kecemasan karena
peristiwa traumatis adalah disensitisasi sistematik Teknik ini didasarkan atas
prinsip classical conditioning. Asumsi dasar yang mendasari teknik ini adalah
19
bahwa semua perilaku individu terbentuk melalui pengalaman atau hasil belajar,
dan untuk mengubah, memodifikasi atau menghilangkan perilaku tersebut juga
melalui belajar. Oleh sebab itu, responsi terhadap kecemasan itu bisa dipelajari
atau dikondisikan. Dan untuk menghilangkan traumatik bagi anak bisa dengan
dengan alat-alat bermain. Setiap permainan memiliki makna simbolis yang dapat
membantu terapis untuk mendeteksi sumber permasalahan anak. bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan atau
penyimpanganpenyimpangan, seperti gangguan dan penyimpangna pada fisik,
mental, sosial, sensorik, dan komunikasi korban bencana adalah play therapy.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas.
DAFTAR PUSTAKA
http://mauntus.blogspot.com/2013/05/makalah-ilmiah-konseling-
dan.html diakses pada Selasa, 15 Oktober 2019 pukul 19.40
20
21