Anda di halaman 1dari 9

Konseling Postmodern Melalui Layanan Konseling Individu dengan Pendekatan

Narative

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Postmodern

Dosen Pengampu Prof. Dr. M Ramli, M.A.

Disusun oleh :
(Kelompok 6)
Adine Septa Afifah (220111611091)
Dina Aprilia Hasna (220111609998)
Imam Muzacky (220111609879)
Umi Nafisa (220111600855)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan limpahan
hidayah-Nya, sehingga kami dari kelompok 6 mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
Konseling Postmodern Melalui Layanan Konseling Individu Dengan Pendekatan Narative
dengan tepat waktu. Tidak lupa pula kami berterima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah “Konseling Postmodern” Prof. Dr. M Ramli, M.A.
Dalam memberikan materi dalam pembelajaran ini. Tentunya makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan dikarenakan terbatasnya pengetahuan
dan pengalaman kami, maka dari itu kami dari kelompok 6 memohon kiranya pembaca
memberi kritik dan saran. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua.

Malang, 12 Februari 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Tokoh Konseling Naratif..................................................................................................5
2.2 Sejarah Konseling Naratif................................................................................................5
2.3 Hakikat Konseling............................................................................................................6
2.4 Hakikat Manusia...............................................................................................................6
2.5 Perkembangan Perilaku....................................................................................................7
A. Struktur Kepribadian...................................................................................................7
B. Pribadi Sehat................................................................................................................7
C. Pribadi Bermasalah......................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konseling postmodern dengan pendekatan naratif melibatkan pergeseran paradigma


dalam pemahaman dan pendekatan terhadap konseling. Pendekatan ini berkembang sebagai
respons terhadap kekurangan dan keterbatasan pendekatan konseling tradisional yang
seringkali menempatkan konselor dalam posisi yang lebih dominan dan mengabaikan
kerangka referensi serta pengalaman unik klien..
Postmodern menekankan pentingnya mendengarkan, memahami, dan menghargai
cerita unik dari perspektif klien. Pendekatan naratif dalam konseling postmodern
menganggap bahwa realitas subjektif dan terbentuk oleh narasi-narasi yang dibangun oleh
individu melalui interaksi sosial, budaya, dan pengalaman hidup mereka. Pemikiran
postmodern menekankan konstruksi sosial dari realitas dan keragaman pengalaman manusia.
Ide bahwa tidak ada satu kebenaran tunggal atau pandangan yang benar secara universal
menjadi dasar bagi pendekatan konseling postmodern.
1.2 Rumusan Masalah

1. Siapa nama dan tokoh teori konseling Naratif?


2. Apa Sejarah perkembangan dalam konseling Naratif?
3. Apa itu yang dimaksud dengan hakikat konseling Naratif?
4. Apa itu yang dimaksud dengan hakikat manusia konseling Naratif?
5. Apa itu yang dimaksud dengan perkembangan perilaku dalam konseling Naratif?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui nama dan tokoh teori konseling Naratif


2. Untuk mengetahui perkembangan sejarah konseling naratif
3. Untuk mengetahui hakikat konseling Naratif
4. Untuk mengetahui hakikat manusia konseling Naratif
5. Untuk mengetahui perkembangan perilaku dalam konseling Naratif

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tokoh Konseling Naratif

Tokoh pencetus utama konseling naratif adalah Michael White yang


mengembangkannya bersama dengan David Epston pada tahun 1980 dan pada awalnya
sebagai bentuk konseling keluarga dan diterapkan pada orang Aborigin. Michael White
merupakan seorang pekerja sosial dan terapis keluarga yang berasal dari Australia dan David
Epston yang merupakan seorang psikolog dan terapis keluarga yang berasal dari selandia
baru.
Tokoh dan sejarah perkembangan konseling naratif, kata kunci yang terkandung
adalah tokoh konseling naratif, biografi Michael White, biografi David Epston, konseling
keluarga, dan awal kemunculan konseling naratif. Sumber pustaka yang digunakan untuk
menyusun kajian tersebut yaitu Rosenthal (2008), Sharf(2012), Epston (2008), Australian
Psychological Society(Tanpa Tahun), Murdock (2009), Chan (2003), Vasallo (Tanpa Tahun),
Wilcox (2014), Bjoroy et al (2015),Vromans (2007), dan Golan (2012). Kajian mengenai
konsep utama konseling naratif, yang terdiri dari pandangan konseling naratif mengenai sifat
dasar manusia dan konsep dasar konseling naratif, mengandung kata kunci mengenai
pandangan mengenai sifat dasar manusia dan masalah, inti utama, dan asumsi dasar konseling
naratif yang menggunakan sumber pustaka Rosenthal (2008), Madigan (2011), Sharf (2012),
White dan Epston (1990), Australian Psychological Society (Tanpa Tahun), Murdock (2009),
Friedman et al (Tanpa Tahun), Vasallo (Tanpa Tahun), Komijani dan Vakili (2015), Chope
dan Consoli (2007), Wilcox (2014), dan Daigneault(1999).

2.2 Sejarah Konseling Naratif

Konseling naratif tergolong dalam konseling postmodern. Dipelopori oleh Michael


White dan David Epston pada tahun 1980. Banyak sekali buku yang sudah diterbitkan oleh
Michael White dan David Epston diantaranya : Terapi Naratif untuk tujuan mengobati
(1990), Naratif untuk terapi kehidupan, dan buku-buku lainnya
Narrative Therapy atau Terapi Naratif merupakan teori konseling pastoral yang
dikembangkan untuk membantu setiap individu agar mampu bertumbuh dan berkembang.
Terapi Naratif merupakan bagian penting dari teori konseling, yang amat dikuasai oleh
Michael White dan David Epston (1990). Bahkan merekalah yang kemudian membangun

5
teori ini seturut penguasaan dan pemahamannya.White berpendapat bahwa setiap individu
mampu mengkonstruksikan makna hidup mereka melalui interpretasi cerita, yang kemudian
diyakini sebagai "kebenaran" (1992). Oleh karena itu pendekatan ini diberi nama Narrative
Therapy atau bisa juga disebut Narrative Counseling. Teori ini berada di dalam bingkai
konstruksi sosial dan berkembang pada zaman postmodern yang kemudian berfokus pada
kekuatan dan pengetahuan di dalam keluarga serta sosial.

2.3 Hakikat Konseling

Pada konseling naratif ini merupakan sebuah pendekatan untuk menggali


permasalahan individu dengan merekonstruksi atau penggambaran fenomena pengalaman
melalui berbasis cerita (narasi). Pada konseling naratif ini konseli berusaha untuk
mengeksplorasi pengalaman manusia melalui cerita yang akan diceritakan dalam proses
konseling. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya konteks sosial dan budaya dalam
kehidupan seseorang, serta bagaimana cerita hidup seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor
tersebut. Dalam proses kolaborasi, konselor membantu konseli mengeksplorasi kisah mereka.
Konseli didorong untuk menggunakan kata-kata mereka sendiri untuk menceritakan kisah
mereka sendiri yang membawa arti sendiri (Parry & Doan dalam Semmler & Carmen,
2000:51).

2.4 Hakikat Manusia

Konseling naratif membantu konseli untuk menggambarkan ulang cerita pengalaman


mereka dalam Bahasa lebih kreatif dan imajinatif. Berdasarkan hakikat manusia dalam
konseling naratif ada beberapa asumsi seperti di bawah ini :

a. Konseli menjadi peran utama dalam menafsirkan cerita mereka sendiri


b. Konselor melihat sebagai konseli sebagai orang yang dapat mencari makna dari dunia
pengalamannya mereka, akan tetapi proses perubahan konseli tidak sepenuhnya
diarahkan oleh konselor
c. Sudut pandang perspektif naratif berfokus pada kemampuan manusia untuk berpikir
kreatif dan imajinatif . Konselor tidak pernah menganggap bahwa konselor tahu lebih
banyak tentang kehidupan konseli daripada yang mereka lakukan.

6
d. Menunjukkan bahwa konseling naratif dapat membantu klien mengambarkan
pengalaman mereka dalam bahasa yang lebih positif, mendorong pandangan baru dari
masalah, dan membuka kemungkinan alternatif untuk hidup

2.5 Perkembangan Perilaku

A. Struktur Kepribadian
1. Konseli adalah pakar kehidupan mereka sendiri, seperti yang kita ketahui
tugas konselor bukanlah memberikan nasihat kepada konseli, namun tugas
konselor adalah mendorong konseli agar dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri karena konseli telah menghabisi kan waktu dengan diri mereka
sendiri, mengalami totalitas kehidupan mereka, dan sumber terbaik untuk tahu
mengenai dirinya sendiri.
2. Konseli memiliki keterampilan, kompetensi, dan sumber dan sikap yang
menarik, pada hakikatnya semua anak muda memiliki keterampilan hidup
yang sangat menarik di kehidupan sehari-hari. Contohnya, konseli yang
memiliki masalah kesulitan percaya dengan orang lain tetap mencoba percaya
dengan orang tua dan temannya walaupun masih sulit untuk dirinya dapat
percaya. Hal inilah yang perlu di eksplorasi lebih dalam pada kehidupan
pribadi konseli.
3. Konseli menciptakan kehidupan yang congruen dan sesuai dengan harapan
mereka, setelah konselor dapat mendorong konseli untuk menyelesaikan
masalah mereka sendiri maka konseli dapat membuat kehidupan mereka
sesuai dengan impian dan aspirasi mereka sendiri. Mulai dari membuat
struktur dan tujuan yang lebih ke arah positive atau yang lebih singkatnya
merubah pribadi yang tadinya jelek menjadi pribadi yang baik.

B. Pribadi Sehat
1. Konseli dapat memahami kehidupan mereka yang tampak dari dalam dan luar.
2. Konseli dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik pada keluarganya.
3. Konseli dapat memahami pemikirannya sendiri.

C. Pribadi Bermasalah
1. Konseli merasa bahwa dirinyalah penyebab dari sebuah masalah yang terjadi
kepada orang di sekitarnya

7
2. Konseli tidak dapat mengenali dirinya sendiri
3. Konseli takut dengan bayang-bayang kegagalan yang belum tentu terjadi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tokoh pencetus utama konseling naratif adalah Michael White dan dikembangkan
bersama David Epston pada tahun 1980. Konseling naratif tergolong konseling postmodern.
Sudah banyak buku yang diterbitkan oleh Michael White dan David Epston. Pada konseling
naratif ini merupakan sebuah pendekatan untuk menggali permasalahan individu dengan
merekonstruksi atau penggambaran fenomena pengalaman melalui berbasis cerita (narasi).
Dalam konseling naratif, konseli dianggap sebagai ahli dalam kehidupan mereka
sendiri, dan konselor bertindak sebagai fasilitator yang membantu konseli dalam
mengeksplorasi dan memahami cerita hidup mereka. Pendekatan ini menekankan pentingnya
memahami bagaimana cerita-cerita yang diceritakan oleh konseli mempengaruhi persepsi dan
pengalaman mereka terhadap diri sendiri dan masalah yang dihadapi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Andieni, V. D. (2016). Penerapan Konseling Naratif Untuk mereduksi Kecemasan


Komunikasi (Communication Apprehension) Pada Siswa Kelas VIII di SMPN 40
Surabaya. Jurnal BK UNESA, 6(1), 1–5.

Na, D. E. C., & Hipertensiva, C. (n.d.). PENERAPAN KONSELING NARATIF


MENGGUNAKAN PENILAIAN IMCS (INNOVATIVE MOMENTS CODING
SYSTEM) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING PADA
MAHASISWA DI UIN RADEN INTAN LAMPUNG.

Akhmad Sugianto. (2014). TEORI PENDEKATAN NARATIVE THERAPY.

Azizah, A., & Purwoko, B. (2017). Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori Dan Praktik
Konseling Naratif. Jurnal BK UNESA, 4(1), 1–8.

Anda mungkin juga menyukai