Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

Makalah ini di susun untuk memenuhi mata kuliah Konseling Postmodern

Dosen Pembimbing:
Dr. Ryan Hidayat Rafiolla,M.pd

Di susun oleh:
Anis Sakinatul Awaliyah
Intan Asti Nuriya Juwardani
Linda Lovitasari
Mar’atus Sholihah
Mukhlinatus Sangadah
Siti Nurqoyimah

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP PGRI JEMBER

2021
KONSELING POSTMODERN

1. DEFINISI
Kita telah memasuki dunia postmodern di mana kebenaran dan realitas sering
dipahami sebagai sudut pandang yang dibatasi oleh konteks sejarah dan bukan sebagai
objektif, fakta-fakta kekal. Modernis lebih percaya pada realitas independen dari setiap
percobaan untuk mengamatinya, orang mencari terapi untuk masalah ketika mereka telah
menyimpang terlalu jauh dari beberapa norma objektif. Sebaliknya Postmodernis, percaya
pada realitas subyektif yang tidak ada proses observasi independen.
Postmodern adalah suatu kondisi dimana terjadi penolakan / ketidak percayaan
terhadap segala hal yang mengarah kepada kebenaran tunggal, keuniversalan, keobjektifan
(sesuatu apapun yang hendak dijadikan dasar untuk menilai benar – salahnya sebuah konsep /
pengetahuan) atas suatu objek dan realita yang terjadi.
Postmodern mengadopsi narasi, pandangan konstruksionis sosial menyoroti
bagaimana kekuasaan, pengetahuan, dan “kebenaran” yang dinegosiasikan dalam keluarga
dan sosial lainnya dan konteks budaya (Freedman & Combs, 1996). Terapi ini, dalam bagian,
sebuah badan reestablishment pribadi dari penindasan masalah eksternal dan kisah-kisah
dominan yang lebih besar.
Postmodern berlangsung singkat (Brief), umumnya antara empat sampai lima sesi
saja. Berfokus pada pemecahan masalah (solusi) yang menekankan pada sumberdaya atau
kompetensi dan kekuatan – kekuatan konseli, bukan berfokus pada penyebab atau problem.
Menekankan pada pandangan bahwa konseli adalah individu yang unik dan subjektif serta
bahasa atau naratif yang dikonstruksikan sendiri oleh konseli, bukan menekankan pada
realitas “objektif” realitas konsensual (realitas sebagaimana membangun bahasa, memelihara
dan mengubah masing – masing tata pandang (worldview) individu. Dalam pemikiran
postmodern, menggunakan bahasa dalam cerita-cerita, untuk menceritakan kisah-kisah, dan
masing-masing kisah-kisah ini benar bagi orang yang mengatakannya. Setiap orang yang
terlibat dalam suatu situasi memiliki perspektif tentang “realitas”.
2. PERSPEKTIF HISTORIS
PENDIRI PENDEKATAN MODERN TERAPI
INSOO KIM BERG : Sebagai Direktur exsekutif, pusat terapi keluarga yang singkat
di Milwaukee. Sebagai pimpinan oretician dalam Pemusatan solusi terapi singkat (Solution
Focused Brief Therapy (SFBT). Dia menyediakan tempat kerja yang dipersatukan, Japan,
Korea Utara, Australia, Denmark, Inggris dan Jerman. Hasil tulisannya adalah jasa keluarga
yang didasarkan: Pusat pendekatan solusi (1994), bekerja dengan masalah-masalah pemabuk
(1992), Pusat Pendekat solusi (1992), dan Interviewing solution (2002).
STEVE DE SHAZER : salah satu pelopor (SFBT) Senior perkumpulan penelitian di
Milwaukee, pengarang buku solusi terapi singkat SFBT (1985), petunjuk-petunjuk
mempelajari (SFBT) (1988), meletakan perbedaan untuk bekerja (1991), awalnya kata sihir
(1994). Dia mempresentasikan melalui tempat-tempat kerja, pelatihan, dan meluas sebagai
konsultan di Amerika utara, Eropah, Australia, dan Asia untuk pengembangan teori dan
solusi-solusi praktek.
MICHAEL WHITE : membantu pendirian bersama David Epston, ilmu pengobatan
terapi naratif, bertempat di Dulwich di Adelaide, Australia. Cinta pada keluarga dan teman-
teman, berenang, terbang dengan pesawat kecil, dan bersepeda. Mengantarkan banyak
Bukunya: Terapi Naratif untuk tujuan Mengobati (1990), Karangan kehidupan: wawancara
and ujian tulis (1995), dan Narratif untuk terapi kehidupan (1997).
DAVID EPSTON : Sebagai pembantu direktur pengembangan terapi Naratif dari
pusat terapi keluarga di Auckland, Slandia baru, dan dia sebagai penulis dan guru dari ide-ide
naratif, sebagai pelancong internasional, dosen pada pusat pelatihan di Australia, Eropah dan
Amerika Utara. Profesional terhadap ancaman kehidupan anak-anak berpenyakit Asma,
berjuang untuk kelompok wanita penyandang Anoreksia, dan melibatkan ayah yang dilepas
oleh anak-anaknya. Penulis buku Makna Akhir Terapi Naratif (1990), Terapi Naratif untuk
Anak dan Keluarga (1997). Suka bersepeda dan mencintai istrinya Anne di rumah
pengasingan di sebuah pulau Waiheke.

3. POKOK-POKOK TEORI
POSTMODERN UMUMNYA MENGACU PADA 3 BIDANG ( Grenz, 1996 ) :
1. Era historical (industry, tekn. informasi)
2. Gerakan pada bidang seni (arsitektur, teater, literature, dunia lukis, performansi dsb)
3. Kritik – kritik dalam bidang akademik terutama ilmu – ilmu sosial dan filsafat
PANDANGAN TENTANG SIFAT DASAR MANUSIA
Manusia hidup dengan beranekaragam realitas (bahasa, cerita, ideologi) Pluralistik
Tiada kebenaran tunggal
Kebenaran bersifa kontekstual, subjektif
Manusia berbekal metode ilmiah yang tepat dapat menemukan pengetahuan yang
terpercaya (realible) dan sahih (valid) tentang klien dan masalah-masalahnya
Pada dasarnya, SFBC didasarkan pada pandangan yang positif dan optimistik tentang
hakikat manusia (Corey, 2009; Gladding, 2009).
Manusia adalah makhluk yang sehat dan kompeten. SFBC merupakan pendekatan
konseling yang nonpatologis yang menekankan pentingnya kompetensi manusia daripada
kekurangmampuan, dan kekuatan daripada kelemahannya.
Manusia mampu membangun solusi yang dapat meningkatkan kehidupannya
Manusia memiliki kemampuan menyelesaikan tantangan dalam hidupnya.
Bagaimanapun pengaruh lingkungan terhadap manusia, konselor meyakin bahwa saat dalam
layanan konseling kliennya bahwa mampu menkonstruksi solusi
terhadap masalah yang dihadapinya.

4. SISTEM IMPLEMENTASI
PENDEKATAN KONSELING POSTMODERN
Solution-focused brief counseling (SFBC)
Solution-focused brief counseling (SFBC) merupakan salah satu pendekatan konseling
postmodern yang paling penting (Corey, 2009). Pendekatan ini didirikan dan dikembangkan
terutama oleh Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg sejak dekade 1980-an di Brief Therapy
Center di Milwaukee Wisconsin Amerika Serikat (Capuzzi & Gross, 2009; Sharf, 2004).
Dalam perkembangannya, SFBC dipengaruhi pendekatan-pendekatan pemberian
bantuan yang telah berkembang saat itu, diantaranya brief therapy yang dikembangkan
Milton Erickson (Gladding, 2009), pendekatan behavior, pendekatan cognitive- behavior ,
dan systems family therapy (Seligman, 2006).
Pendekatan konseling ini banyak dibutuhkan pada era para konseli dan lembaga-
lemaga pemberian bantuan psikologis menuntut layanan konseling yang singkat dan efektif.
Demikian pula, keterampilan konseling singkat diperlukan konselor yang bekerja dalam latar
pemberian bantuan yang diharapkan memberikan layanan yang lebih banyak dengan waktu
yang lebih singkat (Gladding, 2009).
Pendekatan konseling ini menjadi semakin populer dalam pelayanan konseling karena
kepraktisan, efisiensi, dan kefektivan dalam pembantuan terhadap konseli (Sciarra, 2004).
Disamping itu, sekarang, SFBC merupakan pendekatan konseling yang paling banyak
digunakan oleh praktisi profesi pemberian bantuan (Sperry, 2010). SFBC efektif dalam
pembantuan terhadap keluarga, pasangan, para individu, anak-anak, dan remaja dengan
beragam masalah kehidupan (Prochaska & Norcross, 2007).
SFBC tidak menggunakan teori kepribadian dan psikopatologi yang berkembang saat
ini. Konselor SFBC berkeyakinan bahwa tidak bisa memahami secara pasti tentang penyebab
masalah individu. Konselor perlu tahu apa yang membuat orang memasuki masa depan yang
lebih baik dan lebih sehat, yaitu tujuan yang lebih baik dan lebih sehat. Individu tidak bisa
mengubah masa lalu tetapi ia dapat mengubah tujuannya. Tujuan yang lebih baik dapat
mengatasi masalah dan mengantarkan ke masa depan yang lebih produktif. Konselor perlu
mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif: positif, proses, saat
sekarang, praktis, spesifik, kendali konseli, bahasa konseli.
Sebagai ganti teori kepribadian dan psikopatologi, masalah dan masa lalu, SFBC
berpokus pada saat sekarang yang dipandu oleh tujuan positif yang spesifik yang dibangun
berdasarkan bahasa konseli yang berada di bawah kendalinya.

5. TEORI PROSES KONSELING


 Berfokus pada solution talk daripada problem talk.
 Proses konseling diorientasikan bagi paningkatan kesadaran eksepsi terhadap pola
masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan secara sadar.
 Peningkatan kesadaran eksepsi terhadap pola masalahnya dapat menciptakan solusi.
 Pemilihan proses perubahan dapat menentukan masa depan kehidupan konseli
 Beberapa petunjuk pilihan yang memandirikan: (1) if it works, don’t fix it. Choose to
do more of it, (2) if it works as a little, choose to build on it, (3) if nothing seems to be
working, choose to experiment, including imagining miracles, dan (4) choose to
approach each session as if it were the last. Change starts now, not next week.
6. HUBUNGAN KONSELING
 Kolaborasi antara konselor dan konseli dalam membangun solusi bersama.
 Kolaborasi menekankan solusi masalah konseli dan teknik konseling yang digunakan
konselor daripada hubungan konseling.

Anda mungkin juga menyukai