Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

MATA KULIAH : BKI KRISI DAN PASCA TRAUMA


KODE : BPI 5462
SKS : 2 SKS
KELAS : 1952 A
DOSEN PENGAMPU : ARIZONA, M.Pd

Soal

1. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan situasi krisis? coba saudara jelaskan
berikut contohnya!
2. Dalam peristiwa kekerasan seksual seringkali perempuan yang menjadi korban
mendapat penilaian buruk bahkan kerap dituduh sebagai penyebab atau pemberi
peluang terjadinya kekerasan seksual. Sebagai konselor bagaimana seharusnya
memberikan bantuan atau intervensi kepada korban tersebut? Coba jelaskan jawaban
saudara!
3. Efek psikologis dari genosida yang diderita seseorang di masa muda dapat
mempengaruhi masa depannya biasanya para penyintas muda ini akan mengalami
gangguan stres pasca trauma (PTSD) dan gangguan psikologis lainnya. Coba
saudara jelaskan salah satu metode terapi yang dapat dilakukan untuk membantu
klien penyintas genosida!
4. Menurut saudara bagaimana konsep dasar mengenai konseling krisis? Jelaskan
jawaban saudara!
5. Apakah setiap orang yang mengalami peristiwa traumatik akan mengalami Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) ?Jelaskan jawaban saudara!
================= SELAMAT MENGERJAKAN ===================

Nama: Atan Ramadhan

Nim: 1920502020

Kelas: 1952 A/BPI A


Mata Kuliah: BKI Krisis Pasca Trauma

Dosen Pengampu: Arizona, M.Pd

Jawaban

1. Menurut Geldard, (1993:138) situasi krisis adalah situasi-situasi dengan resiko tinggi.
Krisis timbul sewaktu-waktu setelah sesuatu terjadi secara langsung, sehingga timbul
persepsi para partisipan tentang keamanan dan tatanan dunianya. Faktor Penyebab Krisis
atau Trauma : a. internal (psikologis) Secara sederhana, trauma dirumuskan sebagai
gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang mengatasi faktor hidup yang harus
dijalaninya, sehingga perilaku yang kurang wajar

4. Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami
krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidakamanan dan kemaslahatan kehidupannya
di dunia dan di akhirat nanti. Menurut Gladding (2012) konseling krisis adalah penggunaan
beragam pendekatan langsung dan berorientasi pada tindakan, untuk membantu individu
menemukan sumber daya di dalam dirinya dan atau menghadapi krisis secara eksternal.

5. Tidak semua orang yang kejadian pada kejadian traumatis berarti terserang PTSD. Ada
kriteria seseorang khusus yang digunakan untuk menentukan apakah mengalami PTSD.
Gejala PTSD muncul setelah seseorang mengalami peristiwa yang menimbulkan trauma.
Waktu kemunculannya bisa beberapa bulan atau beberapa tahun setelah kejadian traumatis
tersebut. Tingkat keparahan dan gejala juga berbeda-beda pada setiap penderita.

3.Tauma healing adalah suatu metode pemulihan atau penyembuhan padagangguan


psikologis yang dialami oleh seseorang karena lemahnya ketahananfungsi-fungsi mental.
Karena hal inilah trauma akan menjadi hal yang sangatpenting untuk menemukan solusinya
dan trauma healing merupakan salah satu solusi yang diberikan untuk mengurangi trauma
yang dialami dan berikut cara-cara pemulihan danfokusnya adalah prinsip intervensi.
a. Mengembalikan rasa aman, memperbesar kontrol dan mengurangi rasa takut dan
kecemasan Bisa hidup dilingkungan yang aman dengan akses pelayanan
kesehatan yang memadai adalah hak asasi manusia.

b. Menjalin kembali hubungan-hubungan dengan orang lain dan jalinan kedekatan dan
mengatasi perasaan duka-cita dan kehilangan Stress traumatik mengubah relasi-relasi orang
tersebut dengan dirinya sendiri, dengan orang-orang terdekat, dengan orang-orang
dilingkungannya, dengan masyarakat pada umumnya, dengan Tuhan dan dengan dunia.
c. Memperbaiki identitas, makna dan tujuan hidup Memperbaiki makna dan tujuan adalah
sasaran pemulihan yang ketiga dan merupakan hal mendasar bagi kemampuan survive yang
melampaui sekedar kebutuhan keberadaan diri. Strateginya:
1) Komunikasi, mengurangi isolasi dan menguatkan harga diri
2) Menciptakan kesempatan-kesempatan baru untuk memperjelas pandangan ke masa
depan

3) Menjelajah konsep-konsep diri, orang lain dan komunitas


4) Menganggap pengalaman trauma itu valid

5) Mengintegrasikan masa lalu, kini dan mendatang


6) Pengetahuan tentang latar belakang politik kekerasan
d. Pemulihan martabat dan nilai-nilai Semua intervensi yang telah dipaparkan diatas pada
gilirannya akan berandil pada proses pemulihan martabat dan nilai-nilai seseorang. Yang
harus selalu diingat untuk diberi perhatian secara khusus adalah rasa bersalah dan malu.
Jika tidak, pemulihan akan lebihterbatas. Strategi mengurangi rasa bersalah dan malu:
1) Perbolehkan orang mengekspresikan rasa bersalah dan malu
2) Refleksikan kepadanya bahwa harapan untuk lebih dapat berbuat sesuatu yang mungkin
mencegah dianiayanyaseseorang adalah normal
3) Kejadian-kejadian dan kisah perlu diceritakan dan diceritakan ulang untuk mengurangi
rasa bersalah. Konseling adalah wadah yang pas untuk itu
4) Membantu klien mencari dan memilih cara-cara yang sungguhsungguh dapat dilakukan
orang yang bersangkutan untuk mengurangi rasa bersalahnya.
Dalam pemberian trauma healing untuk korban memang harus ditekankan bahwa survivor
sendirilah yang akan membangun kembali kehidupannya dan memperbaiki kemampuan
dalam menyambung koneksi dengan orang lain maupun sekitar.

2. Berbeda dengan penanganan kasus (khususnya pidana) lainnya yang biasanya


berorientasi pada menghukum pelaku, penanganan kasus kekerasan seksual sepatutnya
berorientasi pada korban sebagai pihak yang paling terdampak atas kekerasan yang terjadi.
Oleh karena itu, prioritas penanganan kasus kekerasan seksual adalah pemulihan bagi
korban yang sesuai dengan kebutuhan, keamanan, dan kenyamanannya. Itulah mengapa,
ada juga banyak kasus kekerasan seksual, yang tidak berakhir dengan melaporkan pelaku ke
pihak berwajib, tetapi berfokus pada pemulihan kondisi korban. Kalaupun ada proses yang
menghukum pelaku, dipastikan terjadi dalam kerangka upaya memprioritaskan pemulihan
korban.

Persetujuan berdasarkan informasi, adalah jaminan untuk memastikan bahwa setiap


langkah yang diambil dalam proses penanganan kasus kekerasan seksual berorientasi pada
korban. Serupa dengan definisi persetujuan berdasarkan informasi dalam konteks
mengakses layanan kesehatan, definisinya dalam pemrosesan kasus kekerasan seksual juga
dijelaskan sebagai persetujuan yang diberikan oleh korban atas langkah yang akan diambil,
setelah korban mendapatkan dan memahami informasi mengenai risiko, konsekuensi atau
kemungkinan yang mungkin muncul atas tindakan yang diambil.

Tergantung dari konteks atau situasi saat kejadian, saksi kekerasan seksual dapat
melakukan salah satu cara intervensi yang dikenal dengan 5D. Pelaku dapat 1) ditegur
langsung atau 2) dialihkan. Dengan kata lain, saksi dapat menghentikan perbuatan pelaku
dengan mengalihkan perhatian pelaku, misalnya, berseru: “Jangan berbuat itu!” atau
dengan lebih halus berupaya menghalangi pelaku supaya ia menghentikan pelecehannya
terhadap korban.

Selain itu, saksi juga dapat memberi 3) delegasi tanggung jawab intervensi ke orang lain di
sekitarnya. Saksi dapat memanggil petugas keamanan terdekat untuk menindak pelaku atau
mengajak temannya atau orang lain di sekitarnya untuk ikut membantu menghentikan
perbuatan pelaku.

Terakhir, intervensi saksi dapat 4) ditunda dan kejadian 5) didokumentasikan. Dalam hal
menunda intervensi, saksi dapat mendekati korban setelah kejadian usai untuk menanyakan
keadaan korban. Bila saksi merekam kejadian atau wajah pelaku, saksi tidak boleh
mengedarkan atau memproses dokumentasi tersebut tanpa persetujuan korban.
Pengalaman dilecehkan secara seksual sudah merupakan pengalaman yang melemahkan
dan traumatis bagi korban, intervensi saksi semestinya berorientasi pada pemulihan korban
yang tidak membahayakan keselamatan korban untuk kedua kalinya

Anda mungkin juga menyukai