Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN MASALAH

KEHAMILAN AKIBAT PERKOSAAN


Dosen Pengampu
Brivian Florentist Yustanta, SST. M.Kes
ASUHAN KEBIDANAN DENGAN
MASALAH KEHAMILAN AKIBAT
PERKOSAAN
Disusun oleh
1. INDAH NASICHAH 202107114
2. JULAIKAH 202107122
3. OKTAGEA INDIRA A 202207180
4. ZAKIYATUS SHOLIHAH 202207198
5. PUTRI ZUNIATUL F 202207181
BAB I
Pemerkosaan sebagai suatu tindakan kekerasaan yang dinilai sangat merugikan dan menggangu ketentraman dan ketertiban hidup,
terutama bagi korbannya. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang mendapat perhatian di kalangan masyarakat,
karena tindak pidana perkosaan tidak hanya terjadi di kota-kota besar yang relatif lebih maju kebudayaan dan kesadaran atau
pengetahuan hukumnya, tapi juga terjadi di pedesaan yang relatif masih memegang nilai tradisi dan adat istiadat.

Korban pemerkosaan akan mengalami penderitaan fisik dan psikis paska pemerkosaan yang terjadi pada dirinya seperti: Penderitaan
fisik yang mengalami pada korban paska perkosaan seperti sakit secara fisik, luka, cacat, rasa bersalah, takut, cemas, malu, marah, dan
tidak berdaya. Penderitaan psikis merupakan gejala tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang menyebabkan korban
memiliki rasa kurang percaya diri, trauma, konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti
jantung berdebar dan keringat berlebihan. Apabila setelah terjadinya peristiwa pemerkosaan tersebut tidak ada dukungan yang diberikan
kepada korban, maka korban dapat mengalami post traumatic stress disorder (PTSD), yaitu gangguan secara emosi yang berupa mimpi
buruk, sulit tidur, kehilangan nafsu makan,depresi, ketakutan dan stress akibat peristiwa yang dialami korban dan telah terjadi selama
lebih dari 30 hari, kemungkinan dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya PTSD.
B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana Psikologi pada masa kehamilan?
2.Apakah yang dimaksud dengan korban perkosaan?
3.Apa saja permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan korban
pemerkosaan?
4.Bagaimana gangguan psikologi akibat pemerkosaan pada ibu hamil?
5.Bagaimana dampak psikologi pada Korban Pemerkosaan?
6.Bagaimana Alternatif Penyembuhan Bagi Korban Pemerkosaan?
7.Bagaimana pengobatan pada korban pemerkosaan?
TUJUAN DAN MANFAAT
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah asuhan kebidanan masalah kehamilan akibat
pemerkosaan yaitu agar kita dapat mengetahui dan mempelajari dengan seksama
asuhan kebidanan pada masalah kehamilan akibat pemerkosaan, dampak,
dukungan dan alternatif penyembuhannya.

D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi bagi
mahasiswa dan masyarakat mengenai bagaimana asuhan kebidanan pada pasien
korban pemerkosaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan Psikologi Akibat Pemerkosaan Pada Ibu Hamil

● Pengertian Pemerkosaan
Perkosaan (rape) berasal dari bahasa yang berarti mencuri, memaksa, merampas, atau
membawa pergi. Pada jaman dahulu perkosaan sering dilakukan untuk memperoleh seorang
istri. Perkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh
seorang laki - laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral
dan hukum. Pendapat ini senada dengan definisi perkosaan menurut Rifka Annisa Women’s
Crisi Center, bahwa yang disebut perkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan
seksual.
2.Permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan korban pemerkosaan
a.Panic attack (serangan panik)
b.Perilaku menghindar
c.Depresi
d.Membunuh pikiran dan perasaan
e.Merasa disisihkan dan sendiri
f.Merasa tidak percaya dan dikhianati
g.Mudah marah
h.Gangguan yang berarti dalam kehidupan sehari-hari
i.Persepsi dan kepercayaan yang aneh
3.Dampak Perkosaan
1. Dampak Fisik
2. Dampak Psikologis
A.Dampak Jangka Panjang
B.Dampak Jangka Pendek
3. Dampak Sosial - Psikologis
3.Bentuk Dukungan Keluarga bagi Korban
Pemerkosaan
A. Dukungan psikologis
1. Mempercayai cerita yang disampaikan oleh korban.
2. Bersikap tenang. Hal ini dapat membantu korban merasa aman.
3. Meyakinkan korban. Keluarga dapat menunjukkan empatinya terhadap
peristiwa yang dialami oleh korban.
4. Mempersiapkan korban terhadap kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya.
Korban mungkin memerlukan bantuan dari orang lain misalnya dokter dan polisi
jika ia melaporkan kasusnya
5. Memberi dukungan dan melaporkan perkosaan yang dialami korban ke
pihak yang berwajib.
B. Dukungan Materi
C. Dukungan Sosial
5.Alternatif Penyembuhan Bagi Korban
Pemerkosaan

Dukungan Lain

Perkosaan PTSD

Dukungan Keluarga

Patologi

Kesembuhan
Gambar 1. Skema proses Trauma pada korban perkosaan
LANJUTAN......

alternatif yang dapat dilalui oleh korban dalam proses mengatasi masalah yang muncul akibat perkosaan
yang dialaminya, yaitu :
a.Korban perkosaan mengalami trauma jangka panjang yang mengakibatkan korban mengalami PTSD.
Tanpa adanya intervensi atau dukungan dari pihak lain maka korban menghadapi proses penyelesaian
masalahnya sendiri sehingga pada akhirnya korban dapat mengatasi masalah tersebut seiring dengan waktu
yang berlalu.
b.Korban perkosaan mendapatkan dukungan dari keluarga sejak korban mengalami trauma akibat
perkosaan. Dukungan dari pihak keluarga dapat diperkuat dengan adanya dukungan dari pihak lain seperti
lembaga atau organisasi yang memiliki kepedulian terhadap korban. Meskipun demikian ada kemungkinan
bahwa korban tetap mengalami PTSD sebelum akhirnya ia bisa coping dengan masalah yang dihadapinya.
c.Korban perkosaan mendapatkan dukungan dari pihak keluarga dan pihak lain seperti lembaga atau
organisasi yang memiliki kepedulian terhadap korban, akan tetapi dukungan tersebut diterima oleh korban
setelah ia mengalami PTSD.
d.Alternatif ke empat adalah adanya dukungan dari pihak keluarga dan juga pihak lain sebelum korban
mengalami PTSD. Dukungan ini membuat korban mampu mengatasi dampak perkosaan yang muncul pada
dirinya tanpa harus mengalami PTSD.
e.Selain keempat alternatif yang memungkinkan korban perkosaan untuk mengatasi masalahnya dan
mencapai proses recovery, terdapat alternatif lain dimana korban tidak berhasil mengatasi masalahnya dan
mengalami gangguan patologis.
5.Pengobatan Pada Korban Pemerkosaan

A.Farmakoterapi
B.Psikoterapi
1.Anxiety Management
a.Relaxation Training 
b.Breathing retraining 
c.Positive thinking dan self-talk 
d.Assertiveness Training 
e.Thought Stopping 
2.Cognitive therapy
7.Beban Psikologis dan Kesehatan Korban
Pemerkosaan

A.Beban Psikologis
a.Menyalahkan diri sendiri
b.Bunuh diri
c.Kriminalisasi korban pemerkosaan

B.Efek terhadap Fisik Korban


a.Penyakit menular seksual (PMS)
b.Penyakit lain
c.Kehamilan yang tidak diinginkan
8.Peran Bidan
1. Pentingnya mengkomunikasikan empat ucapan berikut ini pada korban perkosaan
2.Jelaskan setiap prosedur pengkajian yang akan dilakukan dan mengapa. Pastikan bahwa pengumpulan data dilakukan dalam
perawatan, cara tidak menghakimi, untuk menurunkan ketakutan atau ansietas dan untuk meningkatkan rasa percaya.
3.Pastikan bahwa pasien memiliki privasi yang adekuat untuk semua intervensi-intervensi segera pasca-krisis. Cobakan sedikit mungkin
orang yang memberikan perawatan segeraatau mengumpulkan bukti segera. Pasien pasca-trauma sangat rentan. Penambahan orang
dalam lingkungannya meningkatkan perasaan rentan ini dan bertindak meningkatkan ansietas.
4.Dorong pasien untuk menghitung jumlah serangan. Dengarkan, tapi tidak menyelidiki. Mendengarkan dengan tidak menghakimi
memberikan kesempatan untuk katarsis bahwa pasien perlu memulai pemulihan. Jumlah yang rinci mungkin dibutuhkan untuk
tindak lanjut secara legal, dan seorang klinisi sebagai pembela pasien, dapat menolong untuk mengurangi trauma dari pengumpulan
bukti.
5.Diskusikan dengan pasien siapa yang dapat dihubungi untuk memberikan dukungan atau bantuan. Berikan informasi tentang rujukan
setelah perawatan. Karena ansietas berat dan rasa takut, pasien mungkin membutuhkan bantuan dari orang lain selama periode
segera pasca-krisis. Berikan informasi rujukan tertulis untuk referensi selanjutnya (misal psikoterapis, klinik kesehatan jiwa, kelompok
pembela masyarakat.
6.Discharge Planning
9.Perlindungan Hukum pengguguran kandungan
akibat perkosaan
1.Pengguguran kandungan akibat perkosaan dalam hukum pidana yang sekalipun dilakukan dalam berbagai alasan apapun tetap
sebagai tindak pidana dengan pemberian sanksi pidana penjara, walaupun tindakan pengguguran kandungan diberikan
pengecualian dengan alasan kepentingan kesehatan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan. Meskipun dalam ketentuan Undang Undang kesehatan memperbolehkan tindakan aborsi karena kehamilan akibat
perkosaan terdapat pula sanksi pidana penjara juga pidana denda.
2.Pengguguran kandungan menjadi masalah yang cukup serius di dalam masyarakat kita, karena pengguguran kandungan
berhubungan erat dengan masalah nyawa. Undang-Undang Dasar 1945 telah menyatakan dengan jelas,bahwasanya Negara
Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang melindungi hak asasi rakyatnya, terutama dalam hal ini hak hidup untuk
rakyatnya, adapun perlindungan ini terdapat dalam Pasal 28 A, Pasal 28 B dan Pasal 28 I ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945,
yang kemudian diturunkan dalam bentuk Undang-Undang yang lebih khusus lagi yaitu Undang-Udang Nomor 39 tahun 1999
tentang hak asasi manusia, dalam Undang-Undang tentang hak asasi manusia ini mengatakan bahwa hak hidup dimulai sejak
janin yang ada dalam kandungan sampai dilahirkan, maka sebetulnya perlindungan hak hidup janin sudah dilindungi dengan
baik.
10.Upaya Pencegahan Pemerkosaan
a.Melakukan razia dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat serta memberantas peredaran VCD,
majalah, poster, internet yang mengandung pornografi dan porno aksi.
b.Melakukan pembinaan mental spiritual yang mengarah pada pembentukan moral baik bagi pelaku, korban
maupun masyarakat, secara langsung, dan melalui media masa.
c.Pemerintah, LSM, masyarakat pers, memberikan pelayanan terpadu khususnya bagi korban, pelaku
maupun saksi serta mengoptimalkan rumah aman.
d.Menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai dengan
nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-masing.
e.Memberikan perhatian khusus bagi peningkatan sumber daya manusia (SDM) perempuan melalui sektor
pendidikan, sehingga mereka memiliki ketahanan diri, mandiri dan mampu mengatasi setiap persoalan
kehidupan.
f.Masyarakat bersama pihak terkait lainnya harus pula melakukan kontrol dan membendung maraknya
pornografi dan porno aksi melalui media massa.
g.Pemerintah, organisasi kewanitaan, organisasi kepemudaan, LSM, penegak hukum, legislatif, dan lainnya,
memberikan pemahaman dan sadar hukum, khususnya yang berhubungan dengan tindak asusila kepada
semua lapisan masyarakat yang ditindaklanjuti dengan perlindungan dan penegakan hukum sesuai
ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
A.KESIMPULAN
1.Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik
secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata - mata karena ada kesempatan,
namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat
pada si pelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan. Pemerkosaan bisa juga disebabkan karena
rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai kesadaran beragama yang rendah yang dimiliki
pelaku pemerkosaan. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang menjadi
korban pemerkosaan tersebut.

2.Ketika seseorang mengalami kekerasan atau pelecehan secara seksual baik itusecara fisik maupun
psikologis, maka kejadian tersebut dapat menimbulkan suatu trauma yang sangat mendalam dalam
diri seseorang tersebut terutama pada anak-anak dan remaja.Dan kejadian traumatis tersebut dapat
mengakibatkan gangguan secara mental, yaitu PostTraumatic Stress Disorder (PTSD).
B.SARAN
Tingkatan gangguan stress pasca trauma berbeda-beda bergantung
pada seberapa parah kejadian tersebut mempengaruhi kondisi psikologis dari
korban.Untuk menyembuhkan gangguan stress pasca trauma pada korban kekerasan
atau pelecehan seksual diperlukan bantuan baik secara medis maupun psikologis,
agar korban tidak merasa tertekan lagi dan bisa hidup secara normal kembali seperti
sebelum kejadian trauma. Dan pendampingan itu sendiri juga harus dengan metode-
metode yang benar sehingga dalam menjalani penyembuhan atau terapi korban tidak
mengalami tekanan-tekanan baru yang diakibatkan dari proses pendampingan itu
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai