Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 3 ( SKENARIO I )

Tanggal : 5 Oktober 2017

1. VERA DYAH SAPUTRI (P1337420715012)


2. DWI PUJI LESTARI (P1337420715007)
3. LUQMAN MULYA NUGRAHA (P1337420715014)
4. IRA DWI PRATIWI (P1337420715015)
5. TUNGGUL DIGJOYO JATI (P1337420715004)
6. ROSA SEPTIANINGRUM (P1337420715006)
7. TICA SRI ANUGRAHENI (P1337420715038)
8. ANGGRAENI BETI D L (P1337420715019)
9. HARLIS RESPATI (P1337420715008)

Kasus

Pasien X usia 29 tahun selalu mengancam akan melakukan bunuh diri ketika
marah. Menurut keluarga hal tersebut berawal ketika pernikahan pasien X
berakhir dengan perceraian. Selain mengancam secara verbal, pasien X juga
pernah beberapa kali mencoba melakukan bunuh diri dengan cara minum racun
serangga namun hal tersebut tidak berhasil karena setelah minum dan merasa
kesakitan pasien X meminta pertolongan.

A. Klarifikasi Istilah:
-
B. Identifikasi Masalah
1. Faktor yang mempengaruhi bunuh diri?
2. Respon keluarga terhadap perilaku pasien X?
3. Penyebab marah pasien X?
4. Apakah keluarga ada yang memiliki riwayat bunuh diri ?
5. Cara mengatasi pasien dengan percobaan bunuh diri?
6. Apa alasan pasien X untuk melakukan bunuh diri, padahal dia tahu
kalau itu sakit?
7. Apakah ada terapi obat untuk mencegah bunuh diri?
8. Tindakan keperawatan untuk pasien X dengan percobaan bunuh diri?

C. Curah Pendapat
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi bunuh diri pasien
Faktor predisposisi: marah
Faktor presipitasi: perceraian
2. Respon keluarga terhadap perilaku pasien X
Seharusnya respon keluarga terhadap pasien X melindungi pasien dari
bahaya serta mengawasinya dan mendukung untuk tidak melakukan
percobaan bunuh diri.
3. Penyebab marah pasien X
Pasien X di duga merasa kecewa karena ketika pernikahan pasien X
berakhir dengan perceraian.
4. Apakah keluarga ada yang memiliki riwayat bunuh diri
Menurut data kasus tidak dicantumkan riwayat bunuh diri dalam
keluarganya, jadi ada kemungkinan iya dan tidak.
5. Cara mengatasi pasien dengan percobaan bunuh diri
Jangan membiarkan pasien X untuk mengunci diri dikamar yang bisa
memicu tindakan percobaan bunuh diri. Diberikan latihan aktivitas
sehingga pasien dapat mengalihkan pikiran nya tentang bunuh diri.
6. Alasan pasien X untuk melakukan bunuh diri, padahal dia tahu kalau itu
sakit
Kemungkinan pasien X ketika melakukan bunuh diri tidak sadar dan
putus asa tetapi pasien X tersadar saat merasa sakit.
7. Terapi obat untuk mencegah bunuh diri
Kemungkinan pasien X diberikan heloperidol karena kandungan
heloperidol itu untuk menenangkan.
8. Tindakan keperawatan untuk pasien X dengan percobaan bunuh diri
Melakukan kegiatan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien X untuk
mengalihkan pikiran pasien X ke arah bunuh diri.
D. Merumuskan Hipotesis
1. Di duga pernikahan pasien X berakhir dengan perceraian hal itu
membuat tekanan mental pasienn X sehingga menyebabkan pasien X
stress dan marah kemudian melakukan tindakan bunuh diri.
2. Karena stres, pasien X marah dan mengancam secara verbal.
3. Beberapa kali pasien melakukan percobaan bunuh diri dengan minum
racun lalu setelah merasakan sakit pasien meminta pertolongan.

Dari analisa data di atas bisa disimpulkan diagnosa yang muncul


adalah : Risiko Bunuh Diri

E. Merumuskan Tujuan Pembelajaran


1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi bunuh diri.
2. Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien bunuh diri.
3. Mengetahui terapi obat pasien bunuh diri.
4. Mengetahui terapi tindakan pasien bunuh diri.
F. Pengumpulan Informasi dan Belajar Mandiri
1. Faktor yang mempengaruhi bunuh diri

Faktor Predisposisi

Beberapa teori tentang perilaku bunuh diri (Fitria, 2009):


a. Teori perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan hal yang
diterima dan dipelajari pada masa anak-anak dan remaja.
b. Teori Psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal
perkembanagn ego, trauma interpersonal, dan kecemasan
berkepanjangan yang mungkin memicuh seseorang untuk m,encederai
diri sendiri.
c. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagai
kegagalan dalam interaksi hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan
kasar serta tidak mendapatkan kepuasan (stuart dan Sundeen, 1995
dalam Fitria 2009).

Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif


diri sepanjang siklus kehidupan (Fitria, 2009):
a. Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan
afektif, penyalagunaan zat, dan skizofrenia).
b. Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan
risiko bunuh diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan,
kehilangan dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam
hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
d. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh
diri merupakan faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang
melakukan tinfdakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko
bunuh diri terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam
otak seperti serotonin, adrenalin, dan dopamine yang dapat dilihat
dengan EEG.

Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh


dalam bunuh diri, anatara lain:
a. Faktor mood dan biokimia otak.
b. Faktor riwayat gangguan mental.
c. Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.
d. Faktor isolasi sosial dan human relations.
e. Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.
f. Faktor religiusitas.
Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang
memalukan, melihat atau membaca melalui media tentang orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri (Fitria, 2009).

2. Respon keluarga terhadap perilaku pasien X


Seharusnya respon keluarga terhadap pasien X mengetahui sikap pasien
jika melakukan percobaan bunuh diri, mendengarkan apa yang dikatakan
pasien secara serius jangan membiarkan pasien mengunci diri dikamar lalu
melindungi pasien dari bahaya serta mengawasinya dan mendukung untuk
tidak melakukan percobaan bunuh diri.

3. Penyebab marah pasien X?

Faktor presipitasi Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang


berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya seringkali kejadian
hidup yang memalukan, melihat atau membaca melalui media tentang
orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri (Fitria,
2009).
4. Apakah keluarga ada yang memiliki riwayat bunuh diri ?
Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
5. Cara mengatasi pasien dengan percobaan bunuh diri?
Terapi Lingkungan pada Kondisi Bunuh Diri
a. Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan
untuk mencederai diri sendiri atau orang lain.
b. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam
keadaan terkunci.
c. Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keselur4uhan ruanagn
mudah dipantau oleh petugas kesehatan.
d. Ruangan yang menarik, misalnya dengan warna cat cerah, ada poster
dll.
e. Hadirkan musik yang ceria, televisi, film komedi, bacaan ringan dan
lucu.
f. Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang pribadi klien.
g. Lingkungan sosial: komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas
menyapa pasiien sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan
melakukan tindakan keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima
pasien apa adanya tidak engejek atau merendahkan, meningkatkan harga
diri pasien, membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara
bertahap, membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya,
sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan biarkan
pasien sendiri dalam waktu yang lama.
(Yosep, 2010).

6. Apa alasan pasien X untuk melakukan bunuh diri, padahal dia tahu kalau
itu sakit?
Kemungkinan pasien X ketika melakukan bunuh diri tidak sadar dan putus
asa tetapi pasien X tersadar saat merasa sakit.

7. Apakah ada terapi obat untuk mencegah bunuh diri?

Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital

8. Tindakan keperawatan untuk pasien X dengan percobaan bunuh diri

SP Tindakan Keperawatan Tindakan Keluarga


1. 1. Menciptakan hubungan saling 1. Menciptakan hubungan saling
percaya yang terapeutik. percaya yang terapeutik
2. Memberikan lingkungan yang aman 2. Mengidentifikasi masalah klien.
(safety) berdasarkan tingkatan resiko, 3. Melibatkan keluarga untuk
managemen untuk klien yang mendorong klien untuk
memiliki resiko tinggi. mengungkapkan perasaan klien
3. Membantu klien untuk menurunkan 4. Melibatkan keluarga untuk
resiko perilaku destruktif yang mendiskusikan cara mengatasi
diarahkan pada diri sendiri. masalah klien
4. Mendorong klien untuk 5. Melibatkan keluarga dalam
mengungkapkan perasaannya. memberikan dukungan mekanisme
5. Membantu klien mengembangkan koping yang positif.
mekanisme koping yang positif. 6. Initiate Health Teaching
6. Membantu klien untuk
mengidentifikasi dan mendapatkan
dukungan sosial.
7. Initiate health teaching.
8. Membantu meningkatkan harga diri
klien.
9. Membuat jadwal kegiatan harian.
2 1. Melakukan evaluasi untuk tindakan 1. Melakukan evaluasi pada tindakan
yang telah dilakukan pada SP 1. yang telah dilakukan pada SP1.
2. Mendorong klien untuk 2. Melibatkan keluarga untuk
mengungkapkan perasaannya. mendorong klien untuk
3. Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan klien.
mengidentifikasi dan mendapatkan 3. Melibatkan keluarga dalam
dukungan sosial dari segala mengidentifikasi permasalahan
permasalahannya. klien.
4. Membuat jadwal kegiatan harian. 4. Melibatkan keluarga untuk
mendiskusikan cara mengatasi
masalah klien.
3 1. Melakukan evaluasi untuk tindakan 1. Melakukan evaluasi untuk tindakan
yang telah dilakukan pada SP 2. yang telah dilakukan pada SP2.
2. Membantu klien mengembangkan 2. Melibatkan keluarga dalam
mekanisme koping yang positif memberikan dukungan mekanisme
berhubungan dengan koping yang positif.
permasalhannya, contoh membantu 3. Melibatkan keluarga melakukan
klien menggunakan koping yang baik kegiatan yang berhubungan dengan
untuk mengatasi kehilangan; ritual peningkatan harga diri klien.
berduka. 4. Memberikan penguatan positif
3. Membantu meningkatkan harga diri terhdapa setiap usaha keluarga yang
klien. telah mendukung selama
4. Meminta klien untuk mengungkapkan diberikannya proses keperawatan
perasaannya saat ini. kepada klien.
5. Memberikan penguatan positif
terhadap setiap usaha klien yang telah
dilakukan untuk mengubah perilaku
hidup maladaptif.
G. SINTESIS (BERBAGI HASIL PENCARIAN INFORMASI DAN
BELAJAR SECARA MANDIRI)

Pasien X mengancam ingin bunuh diri disebabkan karena mempunya


riwayat yang memicunya stres berlebih dan menjadikan pasien X marah
serta klien hilang kendali. Akan tetapi pada saat merasakan sakit pasien X
tersadar dan minta tolong.

Jika pasien X memunculkan tanda-tanda ingin bunuh diri, jangan


biarkan klien dalam ruangan terkunci sendirian dan ciptakan lingkungan
yang aman. Gunakan cara-cara yang ada di atas, dan anjurkan pasien X
untuk meminum obat sesuai dengan yang telah diresepkan.

Anda mungkin juga menyukai