Anda di halaman 1dari 14

RESUME KESIAPSIAGAAN MAHASISWA KEPERAWATAN

DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT TRAUMA

( Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana )

DISUSUN OLEH :

ANNISA RAHMAFITA

PO.71.20.1.20.089

DOSEN PENGAMPU :

Ns. RUMENTALIA SULISTINI, S. Kep. M. Kep

PRODI D-III KEPERAWATAN PALEMBANG

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022

MATERI 1 :
“KEGAWATDARURATAN INTRA RUMAH SAKIT”

Penderita yang mengalami trauma berat atau multiple seringkali jatuh dalam kondisi
kritis dalam waktu yang cepat, bahkan mengarah kepada kematian. Diperlukan suatu metode
penilaian dan penanganan yang sistematis. Tujuan mengenali secara cepat hal-hal yang
mengancam nyawa serta berpotensi mengancam nyawa. Membantu secara cepat mengenai
dampak trauma yang mengancam nyawa, maka dilakukan yang disebut Initial Assessment.

Konsep Initial Assesment  Serangkaian upaya untuk mengidentifikasi dan


memahami trauma pada penderit sehingga dapat memberikan tindakan resusitasi dan
stabilisasi yang cepat dan tepat. Fokus tujuan untuk mengenali ancaman nyawa dan potensi
ancaman nyawa serta langsung diikuti dnegan Tindakan resusitasi dan stabilisasi. Segala
temuan dan informasi yang didapatkan digunakan untuk upaya life saving, dan
meminimalkan cedera beserta dampaknya.

Pra Hospital  Sebagian besar penderita kasus trauma ditemukan dan dibawa ke
rumah sakit bukan oleh petugas medis yang menemukan atau menyaksikan kejadian.
Penanganan sebelum dibawa ke RS :

- Masalah airway ( jalan nafas ) telah ditanggulangi, pengontrolan servikal


- Identifikasi dan penanggulangan awal breathing ( pernafasan ) dan bantuan oksigen
jika dibutuhkan
- Bila ada masalah circulation (perdarahan dan syok ) upayakan penghentian secara
cepat sambal memberikan tambahan cairan untuk memperbaiki volume
- Bila cedera dilakukan immobilisasi agar tidak menyebabkan perluasan dan
kerusakan lebih lanjut
- Transport ke RS terdekat, melalui mekanisme rujukan dengan komunikasi yang
baik

Intra Hospital  Prinsip pemindahan penderita dari alat transport ke brankar perlu
dilakukan pengamanan terhadap spinal/servikal dengan imobilisasi menggunakan neck collar,
dan long spinal board

- Pemeriksaan dan penanganan di ruang Tindakan IGD


- Penanganan tanpa penundaan kecuali ada penderita lain yang lebih darurat dan
jumlah petugas tidak mencukupi
- Bila ada masalah circulation ( perdarahan dan syok ) upayakan penghentian secara
cepat sambal memberikan tambahan cairan untuk memperbaiki volume
- Triage

Konsep Tahapan Initial Assesment  Primary Survey : Airway (Kontrol Cervical),


Breathing (Kontrol Ventilasi), Circulation (Kontrol Pendarahan), Disability, Expossure,
Foley cateter, Gastric tube, Heart monitor. Setiap melakukan Tindakan itu, kita lakukan
Evaluasi dan Re-Evaluasi.

Pelaksanaan sebelum Initial Assesment  Danger (Keamanan diri, Keamanan


pasien, dan Keamanan lingkungan), Respon (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive). Call for
help (Mengaktifkan SPGDT : Petugas wajib memanggil petugas lain untuk membantu,
termasuk dokter jaga IGD dan mengaktifkan system penanggulangan gawat darurat terpadu
(SPGDT). Petugas lain yang datang membantu harus selalu memulai dengan memastikan
keamanan diri (menggunakan APD)).

A : Airway + Kontrol Servikal  Curiga Fraktur Servical ( Setiap trauma kapitis


dengan penurunan kesadaran, Setiap multi trauma, Setia pada luka (tumpul0 diatas klavikula,
dan Biomekanik trauma mendukung), maka lakukan : Fiksasi kepala secara manual, Pasang
Cervical Collar, Bila perlu diikat (Head Stabillizer)

Kaji Jalan Nafas  Ada sumbatan jalan napas ? Ya  Lakukan secara manual

 Tidak ada Fractur Cervical


- Head Tilt (dorong kepala ke belakang)
- Chin Lift (perasat angkat dagu)
 Ada Fractur Cervikal
- Jaw Thrust Manuver (perasat tolak rahang)

Tidak sadar  Pangkal lidahnya akan jatuh dan menutup akan terdengar Bunyi
Snoring (mendengkur/ngorok) ; Gunakan Oro pharyngeal (OPA). Jangan digunakan OPA,
jika refleks muntah masih (+) / GCS > 10

Sadar ? / Tidak sadar dengan reflek muntah / GCS >10  Gunakan Naso pharyngeal
(NPA). Jangan gunakan NPA jika dicurigai “fraktur Basis Cranii”
Curiga Fractur Basis Cranii  1. Keluarnya cairan otak dari hidung (Rhinorrhea) /
telinga (Otorrhea). 2. Racoon Eyes (lebam dan bengkak pada sekeliling mata). 3. Battle sing
(lebam/memar pada bagian belakang telinga)

Sumbatan karena cairan/darah  Jalan nafas tertutup akan terfengar bunyi


Gurgling (kumur-kumur) : Lakukan suction

Sumbatan karena edema laring  Jalan nafas tertutup akan terdengar bunyi Stridor
perlu dilakukan Surgical Airway oleh Dokter, Airway Definitif Intubation and Needle
Cricothyroidotomy

B : Breathing + Kontrol Ventilasi

- Menghitung frekuensi nafas penderita  Pernafasan yang baik : 1. Frekuensi


Dewasa : 10-2- x/m, 2. Tidak ada gejala Dipnea dll, 3. Pemeriksaan fisik baik.
- Henti nafas atau nafas tidak adekuat  Dilakukan bantuan napas dengan bagging
(napas buatan) sebanyak 10-12 x/m dan dievaluasi setiap 2 menit.
- Jika ditemukan nafas > 20 x/m (hiperventilasi)  Diberikan bantuan oksigen
dengan jumlah dan jenis media yang sesuai.

Jumlah dan Jenis Media Pemberian Oksigen  Nasal Canul (2-2 lpm), Face Mask
(4-6 lpm), Rebreathing Mask (RM) (6-10 lpm), Non Rebreathing Mask (NRM) (10-15 lpm).
Jika NRM tidak membuat sesak berkurang, cari penyebab sesaknya dengan cara pemeriksaan
fisik IAPP (Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, dan Palpasi) di area dada penderita .

Dampak Trauma Pada Dada Yang Mengancam Keselamatan Nyawa  Trauma


Thorax?  Tension Pneumothorax, Massive Hematothorax, Tamponade Jantung, Open
Preumothorax, Flaiill Chest + Kontusio Paru

C : Circulation + Kontrol Perdarahan

Pengkajian :

1. Pengecekan tanda-tanda syok


2. Pengecekan perdarahan eksternal (yang dapat dilihat), dan internal (tidak dapat
dilihat)

D : Disability

1. Glascow Coma Scale (GCS)  Eye (4), Verbal (5), dan Motorik (6)
2. Tanda Lateralisasi Pupil  Isokor/Anisokor (Mengindikasikan sedang terjadi
peningkatan tekanan intra-kranial/cedera/lesi pada otak), dan Reflek Cahaya (+/-)
3. Tanda Lateralisasi Motorik  Kekuatan Tonus Otot (+/-)

E : Exposure

- Kaji semua anggota tubuh, adakah perlukaan di tempat anggota tubuh yang lain
untuk mencari cedera / masalah lain dengan cara memperhatikan dengan seksama
apakah ada jejas (luka atau memar)
- Log Roll untuk pemeriksaan bagian belakang (Harus diupayakan hanya satu kali
dilakukan Log-Roll)
- Pasang selimut bila pasien dibuka seluruh badan untuk mencegah Hipotermi

Evaluasi ( A B C D )  Fokus perhatian ditujukan pada bagian yang belum diperiksa


saat melakukan penilaian pada poin A sampai D.

F : Foley kateter  Pemasangan folley chateter untuk membantu eliminasi urin dan
menghitung keseimbangan antara cairan yang masuk dan cairan yang keluar melalui urin.

Jumlah Urin Output Normal : Dewasa ( 0,5 cc / kgBB / jam ), Anak ( 1 cc / kgBB
/jam ), Bayi ( 2 cc / kgBB/ jam ). Hati-Hati : Jangan dilakukan pemasangan bila ada tanda-
tanda “rupture uretra” ( kontra indikasi )

Tanda -Tanda Ruptur Uretra

Laki-Laki  - Keluarnya darah dari Orifisium Uretra External (OUE)

- Hematoma pada skrotum

- Tidak terabanya prostat atau High riding prostat melayang,


bergesernya prostat ke superior saat dilakuakn pemeriksaan rectal
toucher (colok dubur)

Perempuan  - Keluarnya darah dari alat kelamin

- Hematoma pada perineum

G : Gactric Tube  Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT) bagi penderita yang
tidak sadar untuk : mencegah aspirasi dan mengurangi distensi lambung.

Pada keadaan tertentu untuk : Pemberian nutrisi dan terapi, Melakukan kuras
lambung, dan Persiapan operasi/pembedahan.
H : Heart Monitor dan Pulse Oxymetri  Monitoring fungsi jantung dan sirkulasi,
perlu dilakukan pemasnagan EKG monitor dengan pulse oxymetri.

Re-Evaluasi  A B C D E F G H

Secondary Survey

 Anamnesa
K : Keluhan terkait Kesehatan
O : Obat yang dikonsumsi
M : Makanan yang terakhir
P : Penyakit yang diderita
A : Alergi (obat dan makanan)
K : Kejadian penyebab cedera
 Pemeriksaan tanda vital
 Pemeriksaan fisik menyeluruh (from head to toe)
B : Bentuk
T : Tumor
L : Luka
S : Sakit
 Penjahitan luka
 Pendokumentasian
 Persiapan transport (jika diperlukan)

Persiapan Transport  Transfer ke pelayanan definitif

- Hubungi RS yang di tuju


- Indikasi rujukan
- Prosedur rujukan
- OK
- ICU

High Ligh  Seorang perawat dalam melakukan Tindakan kegawatdaruratan harus


selalu ingat akan prinsip-prinsip sebagai berikut :

- Memperkenalkan diri, senyum, dan sapa


- Melakukan informed consent
- Melakukan edukasi pada pasien atau keluarga saat memberikan terapi dan
Tindakan
- Melakukan komunikasi terapeutik pada pasien atau keluarga
- Melakuakn tindakam sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO)
dengan mengutamakan keselamatan pasien
- Melakukan monitoring dan pelaporan perkembangan kondisi pasien secara
berkala
MATERI 2 :

“KEBIJAKAN KEGAWATDARURATAN MEDIK DI INDONESIA ”

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)  Suatu mekanisme


pelayanan pasien gawat darurat yang terintegrasi dengan menggunakan kode akses 119 dan
melibatkan masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan No 19 Tahun 2016)

SPGDT  SPGDT sehari-hari : Evakuasi (massal)  SPGDT Major Incidence /


bencana

Landasan Hukum

- UU 36/2009 tentang Kesehatan


- UU 44/2009 tentang RS
- Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi
Keselamatan Jalan
- Peraturan Menteri Kesehatan No.19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu
- Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang
Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
- Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 882/Menkes/SK/X/2009 tentang
Pedoman Penanganan Evakuasi Medik

Tujuan SPGDT

- Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan


- Mempercepat respon penanganan korban
- Menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan

Layanan Emergensi dalam SPGDT

 Lokasi Kejadian (Pra Fasyankes)


- SDM terlatih
- Respon evakuasi yang cepat dan tepat
- Akses dan system komunikasi yang mudah dijangkau
 Intra Fasyankes
- Response time segera mungkin
- Triase yang sesuai standar
- Tindakan ABCD yang cepat dan tepat
 Antar Fasyankes
- Kelayakan jalan kendaraan (ambulans)
- Kelengkapan peralatan medik dan non medik ambulans
- Keterampilan Nakes dan Non Nakes

Road Map Pengembangan PSC di Indonesia

 2015 : Pilot project 119 di DKI


 2016 : Target pembentukan PSC : 27 PSC
 2018-9 : Target pembentukan PSC : 250 PSC
 2020-1 : Target pembentukan PSC : 400 PSC
 2022-4 : Target pembentukan PSC : Semua Kab/Kota
 Safe Community

Penguatan SPGDT  Rencana Kerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan TA


2019

 Registrasi PSC 119


 Penguatan Fasyankes sebagai jejaring
 Algoritma Operator NCC/PSC 119
 Manajemen Pelayanan Ambulans
 Sistem Rujukan Terintegritasi

Penguatan Fasyankes Sebagai Jejaring

FKTP FKRTL
1. Sistem Informasi/komunikasi 1. Sistem Informasi/komunikasi
2. Kompetensi SDM (TIM GADAR) 2. Kompetensi SDM (TIM GADAR)
3. Ambulans Transpor 3. Ambulans Gadar
4. Sarana Prasarana 4. Sarana Prasarana IGD RS
5. Sistem Rujukan 5. Sistem Rujukan
6. Data 6. Data
7. Monev 7. Monev
Registrasi PSC

PSC KAB/KOTA/PROV SI PSC DITJEN YANKES


1. SDM Sumber Daya PSC E Planning,
2. Ambulans ABK
3. Sarana Prasarana
4. Organisasi

Pedoman Penyelenggaraan PSC 119

Tahap Pembentukan PSC  Standar Sarpras dan Alat  Standar Ketenagaan 


Pengorganisasian  Pembiayaan

Dalam menyelenggaraan PSC 119, yang perlu dilakukan monitoring dan evaluasi,
terhadap :

a. Payung hukum dan regulasi


b. Lokasi
c. SDM
d. Sarana, prasarana, peralatan dan
e. Jaringan komunikasi/informasi
f. Peningkatan kemampuan teknis
g. Dokumen operasional pelayanan
h. Kinerja pelayanan
i. Jejaring kerja
j. Anggaran yang dibutuhkan
k. Inovasi pelayanan

Algoritma NCC/PSC 119

- Panduan Instruksi
Operasi dapat memberikan instruksi yang tepat kepada penelpon
- Layanan Ambulans dan Rujukan
Respon cepat dan Tindakan tepat
- Operator
Arah pertanyaan jelas dan tepat
Dapat memberikan informasi kepada EMT  persiapan ambulans
Manajemen Pelayanan Ambulans

- Perizinan dan Registrasi Ambulans


Alur perizinan, alur registrasi
- SDM
Kualifikasi dan keterampilan
- Kendaraan
Spesifikasi ambulans
- Pencatatan dan Pelaporan

Sistem Rujukan Terintegrasi

Rumah Sakit 1. Aksesibilitas


2. Kebutuhan Pasien/Indikasi Medis
3. Efektivitas dan Efisiensi Pelayanan
4. Keselamatan Pasien
Sis-rute 1. Informasi Identitas Pasien
2. Informasi Sumber Daya Rumah Sakit
3. Informasi Resume Medis Pasien
4. Komunikasi Proses Rujukan (Riawayat Rujukan)
Ambulans Komunikasi dengan RS sebelum menerima rujukan,
Feedback dari Rumah Sakit penerima rujukan terkait
kesediaan untuk menerima rujukan.

Penguatan Sistem Rujukan

- Sistem Rujukan Berbasis Kompetensi


- Regionalisasi Sistem Rujukan
- Regulasi Per Wilayah
- Pengembangan Rujukan Berbasis IT
MATERI 3 :

“KONSEP GAWAT DARURAT”

1. Pengertian

 Konsep Gawat Darurat


Suatu keadaan yang mengancam kehidupan dan atau beresiko terjadi terjadi
kerusakan organ bila tidak di intervensi segerah.
 Kondisi Kritis
Suatu keadaaan PCO² > 50 mmhg dan atau PO² < 60 mmhg serta hemodinamik tidak
stabil.
 Penderita Gawat Darurat
Penderita yang mendadak berada dalam keadaan gawat dan terancam nyawanya atau
anggota badannya akan menjadi cacat. Contohnya : AMI,fraktur terbuka, trauma
kepala

2. Tujuan Pelayanan Gawat Darurat


Pre-Hospital
- Menyingkirkan benda-benda berbahaya ditempat kejadian
- Melakukan Triase
- Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara
- Melakukan evakusasi
- Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas kesehatan melalui pelatihan
siaga terhadap bencana.
Intra-Hospital
- Memberikan pertolongan profesional kepada korban bencana sesuai dengan
kondisinya
- Memberikan bantuan hidup dasar dan hidup lanjut
- Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinamik yang akurat
- Melakukan rehabilitasi
- Melakukan pendidikan kesehatan
Post-Hospital
- mengembalikan rasa percaya diri kepada korban
- mengembalikan harga diri yang hilang shg dapat tumbuh dan berkembang
- mengembalikan korban pada kehidupan nyata

3. Bidang Garapan Gawat Darurat


Mencakup tidak terpenuhinya KDM berupa:

 Airway
 Breathing
 circulation
 Disability
 Exposure

4. Penyebab Gawat Darurat


 Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak,tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cidera
 Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
 Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderita manusia,kerugian harta benda,kerusakan
lingkungan.

5. Klasifikasi Kecelakaan Dan Cedera :

 Tempat kejadian
 Mekanisme kejadian
 Waktu kejadian

6. Tujuan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

 Mencegah kematian dan cacat


 Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai
 Menanggulangi korban bencana

7. Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

Tujuan tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal,terarah dan terpadu bagi
setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat \

8. Prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat

 Kecepatan menemukan penderita gawat darurat


 Kecepatan meminta pertolongan
 Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ditempat kejadian.

9. Tindakan Prioritas Penolong :


 Ambil alih situasi
 Minta bantuan pada orang sekitar
 Kaji bahaya lingkungan
 Yakinkan area aman bagi penolong dan korban
 Kaji korban secara cepat untuk masalah yang mengancam kehidupan
 Berikan pertolongan pertama untuk kondisi yang mengancam kehidupan
 Kirim seseorang untuk memanggil polisi dan ambulan

10. Sikap PENOLONG


 Jangan panik
 Bersikap tenang
 Cekatan dalam melakukan tindakan
 Jangan terburu buru memindahkan korban dari tempat kejadian sebelum dipastikan
sarana angkutan yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai