Anda di halaman 1dari 66

PRIMARY SURVEY AND

SECONDARY SURVEY IN
EMERGENCY,CRITICAL CARE
AND DISASTER MANAJEMEN

W I N D A R O F I YAT I M . K E P
KONSEP KEPERAWATAN KRITIS DAN
BENCANA
• Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecacatan
dan kematian korban.
• Untuk dapat melakukan itu perawat harus mempunyaai keterampilan dan
kompetensi secara kognitif maupun psikomotor untuk dapat menolong secara
cepat dan tepat.
• Fokus utama adalah GOLDEN HOUR : satu jam pertama
• * RAPID ASESSMENT (primary and secondary assessment)
* RESUSITASI
ALUR KEPERAWATAN KRITIS DAN
KEGAWATAN
• Preparation
• Triage
• Primary Survey (ABCDE)
• Resuscitation
• Secondary survey
• Continued resuscitation monitoring and evaluation
• Definite Care (terapi definitive)
PREPARATION
• Pre hospital phase:
The closest, appropriate facility.
• In Hospital Phase :
• Planning for treatment ( additional medical asisstan,
MRI dll)
• Transfer agreement
• Protect from communicable disease
PREPARATION
• Sebelum pasien tiba sudah harus ada pembagian tugas,
• universal precaution,
• Siapkan tempatnya
• Siapkan bagian radiologi
• Telp ICU
• Siapkan ruang bedah jika perlu.
TRIASE
• Proses untuk mengelompokan korban dalam
beberapa grup berdasarkan kebutuhan dan yang
paling banyak mendapatkan keuntungan dalam
pertolongan.
• Triase bisa dilakukan di rumah sakit, di IGD, area
perang ketika sumber daya fasilitas kesehatan
terbatas.
TRIAGE
• Multiple Casualties:
* Jumlah dan keparahan, pasien tidak melebihi
kapasitas dari RS
• Mass Casualties :
• Jumlah dan keparahan pasien melibihi kapasitas RS
(staff, bed dll)
TRIASE
MINO • Dapat ditunda sampai 3 jam
R

Delaye • Dapat ditunda sampai 1 jam


d

• Mengancam jiwa, harus segera ditangani


immediate

• Tidak membutuhkan pertolongan


Dead

• Jika ragu ragu pilih yang lebih segera. (hijau atau


FLOWCHART
JALUR TRIASE DI RS
PRIMARY SURVEY
• Tujuan : To assess and treat any life-threatening injuries quickly and should be completed very
rapidly.
• kasus-kasus mengancam jiwa yang sebaiknya harus diketahui segera dalam tahap primary survey :
 Airway Obstruction
 Tension Pneumothorax
 Massive Internal or external hemorage
 Open Pneumothorax
 Flail chest
 Cardiac temponade
 Intracranial Bleed
 Increase intracranial pressure
INDIKASI
• Primary survey di indikasikan untuk evaluasi keadaan pada pasien dengan
trauma.
• Bahkan beberapa pendapat mengatakan bahwa ketika pasien tidak kooperatif,
gelisah (misal pada intoksikasi atau pada gangguan saraf yang lain) pasien
dapat dibius sehingga primary survey dapat dilakukan dengan efektif.
(Kleinman, 2018) (Long Am, 2019)(Thimmapur RM, 2018).

• Kontra Indikasi:Tidak ada kontra indikasi dilakukanya primary survey,


bahkan ketika pasien terlihat sangat stabil namun punya mekanisme injury
trauma sebaiknya tetap selalu dilakukan prymary survey agar tidak ada yang
terlewat.
TRAUMA BAY
MINIMAL PERALATAN

• Cardiac monitor, tensimeter


• Pulse oximeter
• Set IV line
• Aiway suplay, bag mask intubasi, surgical airway
• Needle Thoracostomy and chest tube.
EQUIPMENT
• Trauma team memastikan bahwa team mempunyai
peralatan yang memadai seperti: Sarung tangan, masker,
gowns (PPE), Stethoscope, pulse oksimetri.
• Peralatan resusitasi : IV cath, saline dll.
• airway: bag-mask, intubasi, angiocath untuk needle
thoracostomy,
• EKG dan portable x ray
PERSONEL
• Untuk menyediakan pelayanan yang aman dan efisien maka dikembangkan
team interprofessional untuk mengevaluasi pasien dengan mekanisme trauma
yang harus siap dalam hitungan menit (ideal).
– Team Leader (Physician)
– Anesthesiologist
– Trauma Surgeon
– Emergency Department Physician
– Two Nurses (at least)
– Radiographer
– Scribe
TECHNIQUE
Tehnik prymary survey : ABCDE
Jika ditemui masalah dalam salah satu area tersebut harus
diiselesaikan oleh petugas menggunakan algoritma.
PRIMARY SURVEY
• A : Aiway with c-spine
• B : Breathing
• C : Circulation
• D : Disability : GCS, Pupils
• E : Exposure ( Keep them warm)
AIRWAY
AIRWAY
* Cek apakah pasien mempunyai jalan nafas yang paten? Ajak bicara jika pasien
masih bisa bicara berarti pasien punya jalan nafas yang paten.
* Cek apakah ada sumbatan jalan nafas? Jika iya chin lift, jaw thrust
GCS dengan nilai 8 atau kurang membutuhkan bantuan nafas definitive.
Alirkan O2 secepat mungkin
Pada tahap ini lebih diutamakan stabilization dan airway dilakukan simultaneusly

Pertimbangkan : C-spine immobilization, head tilt, chin lift, jaw thrust, OPA.
( HEAD TILT CHIN LIFT & JAW
THRUST)
• Head Tilt & Cin Lift : Angkat dagu dengan
meletakkan ibu jari di bawah dagu dan angkat ke
depan dengan tujuan untuk membuka airway dan
mengangkat lidah di tenggorokan.
• Jaw Thrust : Dorong rahang dengan meletakkan
jari-jari panjang di belakang sudut rahang bawah dan
mendorong ke arah anterior dan superior. ( digunakan
spesifik pada cidera tulang belakang)
• Benda asing, sekresi, fraktur wajah, atau laserasi
saluran napas juga dicari
• Jika ada benda asing, harus dikeluarkan. Jika ada
penyebab lain dari obstruksi, jalan nafas definitif
harus ditentukan baik melalui intubasi atau
pembuatan jalan nafas bedah seperti krikotiroidotomi.
CONT..
• Selama evaluasi airway dan kemungkinan intervensi, kehati-hatian harus
dijaga untuk memastikan bahwa tulang belakang leher diimobilisasi dan
dipertahankan sejajar.
• Tulang belakang leher harus distabilkan dengan secara manual menjaga
leher dalam posisi netral, sejajar dengan tubuh.
• Dalam prosedur ini, teknik stabilisasi tulang belakang dengan operator
dua orang direkomendasikan. Ini berarti satu penyedia mempertahankan
imobilisasi in-line, dan yang lainnya mengatur jalan napas.
• Setelah pasien distabilkan dalam skenario ini, leher harus diamankan
dengan Collar serviks.
EQUIPMENT
BREATHING AND VENTILATION
• Inspeksi : praktisi harus mencari (listen and feel)
 deviasi trakea
 pneumotoraks terbuka atau luka dada yang signifikan
 flail chest
 gerakan dada paradoks
 atau asimetris dinding dada
• Auskultasi :Auskultasi kedua paru harus dilakukan untuk mengidentifikasi suara paru yang
menurun atau asimetris. Suara paru-paru yang menurun bisa menjadi tanda pneumotoraks atau
hemotoraks. Ini, biasanya diikuti dengan adanya deviasi trakea atau gangguan hemodinamik,
dapat menjadi tanda adanya tension pnemotorak yang harus diatasi dengan dekompresi jarum
diikuti dan pemasangan selang torakotomi.
BREATHING

• Apakah ada kesulitan bernapas?


• Retraksi dinding dada?
• Irama nafas? Regular simetris?
• Waspadai pada multiple trauma, trauma dada.
BREATHING

• Inspeksi :
• Pengembangan trachea
• Open pneumothorax atau chest wound : covered immediately
• Flail chest
• Paradoxical chest movement
• Gerakan dada tidak simetris
• Penurunan suara nafas
PRIMARY SURVEY PADA TRAUMA
DADA
• Sumbatan pada airway ?
• Apakah ada tension pneumothorax
• Open pneumothorax
• Flail chest
• Masive Haemotorax
• Cardiac temponade
TENSION PNEUMOTHORAX
• Yaitu sebuah keadaan ketika terdapat udara diantara lapisan
parietalis dan rongga pleura sehingga udara semakin lama akan
menekan mediastinum sehingga pasien tidak bisa bernapas.
• Primary survey :
• Look : sesak nafas, Gerak dada tidak simetris.
• Respiratory distress : takipnea
• Auskultasi bilateral : Unilateral breath sound
• Palpasi : Hyper resonance
• Cyanosis
• Radiologic confirmastion is not necessary, clinical diagnostic.
TRAUMA DADA
• Open Chest Wound : harus segera ditutup
dengan perban yang ditempel di tiga sisi
untuk mencegah masuknya udara atmosfer
ke dalam dada. Jika perban direkatkan
pada keempat sisinya, hal itu dapat
menyebabkan Tension Pneumotorax.
• Flail Chest : Jika terdapat flail chest dan
menyebabkan gangguan pernapasan,
ventilasi tekanan positif harus disediakan.
Flail chest dapat menunjukkan adanya
kontusio paru.
• Perhatikan bahwa secara umum, semua
pasien trauma harus menerima oksigen
tambahan.
CIRCULATION WITH HEMORRAGE
CONTROL
• Sirkulasi yang memadai diperlukan untuk mekasok oksigen ke otak dan organ vital lainnya.
Kehilangan darah adalah penyebab syok yang paling umum pada pasien trauma.
• Dievaluasi dengan menilai tingkat respons, tingkat perdarahan, warna kulit, dan denyut nadi
(keberadaan, kualitas, dan kecepatan). Tingkat respons dapat dengan cepat dinilai oleh AVPU
• A (Alert ) : Kesadaran
• V ( Verbal Stimuli) : Respan pada stimulus verbal
• P ( Pain) : Renspon pada stimulus Nyeri
• U ( Unresponsive to any Stimuli) :
CIRCULATION
• Kaji adanya perdarahan dan cardiac output.
• Kesadaran ?
• Warna kulit?
• Nadi?
• TD ?
• Amati tanda-tanda syok ( capillary refill>3 detik, nadi cepat dan
lemah.
• Menegement bleeding : Give direct manual pressure on the
wound directly.
CONT CIRCULASI
• Perdarahan harus dikendalikan dengan tekanan langsung (DEP) jika memungkinkan, dan jika perlu,
dengan memasang torniket pada ekstremitas. Ekstremitas atau kulit wajah yang pucat atau pucat
merupakan tanda peringatan hipovolemia. Denyut nadi yang cepat dan di arteri karotis atau femoralis
juga menjadi perhatian untuk hipovolemia.
• Penting untuk diingat bahwa kehilangan volume darah hingga 30% dapat terjadi sebelum penurunan
tekanan darah. Tapi, tekanannya bisa tetap dalam batas normal setelah kehilangan banyak darah,
terutama pada anak-anak.
• Pada trauma, hipovolemia ditangani terlebih dahulu dengan larutan isotonik 1 L hingga 2 L, seperti
saline normal atau Ringer laktat, tetapi kemudian harus diikuti dengan produk darah.
• Waktu pengisian kapiler dapat digunakan untuk menilai kecukupan perfusi jaringan. Waktu pengisian
kapiler lebih dari 2 detik dapat mengindikasikan perfusi yang buruk kecuali ekstremitas dingin. Ingat,
setiap pasien yang datang dengan ekstremitas pucat dan dingin, akan mengalami syok sampai terbukti
sebaliknya.
• Dengan tidak adanya tanda-tanda perdarahan yang jelas, dan jika terdapat gangguan hemodinamik,
tamponade perikardial harus dipertimbangkan, diperbaiki melalui pembuatan jendela perikardial.
CARDIAC TEMPONADE
• Kondisi dimana lapisan pericardium terisi cairan atau yang
paling sering adalah darah. Sehingga menimbulkan tekanan
terhadap jantung dan mengghambat kerja jantung dalam
memompa darah keseluruh tubuh.
D: DISABILITY (ASSESSING
NEUROLOGIC STATUS)
• Penilaian cepat terhadap status neurologis pasien diperlukan saat tiba di unit
gawat darurat. Ini harus mencakup keadaan sadar pasien dan tanda-tanda
neurologis. Dinilai dengan skala koma Glasgow (GCS) pasien, ukuran dan reaksi
pupil.
• Jika GCS berkurang di bawah 8, ini adalah tanda bahwa pasien mungkin
mengalami penurunan refleks saluran napas sehingga tidak dapat melindungi
saluran napasnya; dalam keadaan ini, jalan napas definitif diperlukan.
• Skor maksimum 15 meyakinkan dan menunjukkan tingkat kesadaran yang
optimal; sedangkan, skor minimal 3 menandakan koma yang dalam. Jika pasien
diintubasi maka skor verbal mereka menjadi 1 dan skor total mereka harus diikuti
oleh T.
DISABILITY
TRAMATIC BRAIN INJURY
(TBI)/CIDERA KEPALA
• Mild : 13-15, Moderate ;9-12, Severe= GCS;3-8
• Mekanisme injury, trauma tumpul, tusuk
• dapat disebabkan karena prymary injury : contuso, hematoma, kerusakan saraf
• Secondary injury : Sistemic hipotensi, Hipoksia, increase ICP
– Headache
– Vomiting
– Age > 60 years
– Drug or alcohol intoxication
– Deficits in short-term memory
– Physical findings suggestive of trauma above the clavicle
– Posttraumatic seizure
– GCS score < 15
– Focal neurologic deficit
– Coagulopathy
MENEGEMENT

• Maintain airway and ventilation


• Maintain cerebral perfusion pressure
• Prevent secondary injuries (by recognizing and treating hypoxia, hypercapnia, or
hypoperfusion)
• Evaluate and manage for increased ICP
• Obtain urgent neurosurgical consultation for intracranial mass lesions
• Identify and treat other life-threatening injuries or conditions (if they exist)
TANDA TANDA PENINGKATAN ICP
• Change in mental status
• Irregular pupils
• Focal neurologic finding
• Posturing: decerebrate or decorticate
E: EXPOSURE AND ENVIRONMENTAL
CONTROL
• Jika Pasien harus sepenuhnya menanggalkan pakaian dan terbuka, untuk memastikan tidak ada
cedera yang terlewat.
• Kemudian harus ditutup kembali dengan selimut hangat untuk membatasi risiko hipotermia.
NEXT..
• Pada akhir survei primer, pasien trauma harus menerima resusitasi yang terorganisir dengan
baik, dan kondisi yang segera mengancam jiwa harus diidentifikasi dan ditangani.
• Setelah menyelesaikan survei primer dan sekunder harus ada keputusan mengenai disposisi
pasien: untuk mendapatkan pemeriksaan tambahan, lanjutkan ke OR, bawa pasien ke ICU, atau
bahkan untuk melanjutkan ke rumah sakit jika perlu.
RESUSITASI
1. PASTIKAN diri penolong aman
2. Cek respon
3. Telp Pertologan
4. Cek Airway : buka jalan nafas
membeaskan jalan nafas :Head toil, chin lift, jaw thrus
Membersihkan jalan nafas : Finger swap
5. Sumbatan jalan nafas : Hemlich maneuver,
HEMLICH MANUVER

Penolong berdiri di belakang penderita.


Tangan penolong dirangkulkan tepat di
antara pusar dan iga penderita.
Hentakkan rangkulan tangan kearah
belakang dan atas dan minta penderita
untuk memuntahkannya. Lakukan
berulang-ulang sampai berhasil atau
penderita menjadi tidak respon / tidak
sadar.
HEMLICH MANUVER
BANTUAN PERNAFASAN
CONT RESUSITASI

• Bantuan Sirkulasi
Pijat jantung/ kompresi jantung.
Tujuan : diharapkan jantung tetap mengalirkan darah saat terjadi gangguan irama jantung.
Resusitasi jantung paru prpadaun dari : airway, breathing, circulatiaon
ALUR RJP
SECONDARY SURVEY
• Memberikan perawatan kepada pasien trauma bisa menjadi upaya yang menantang
karena potensi banyak cedera. Bagian evaluasi ini tidak boleh dilakukan sampai survei
utama selesai. Namun, pada pasien dengan trauma multi-sistem, evaluasi dan
manajemen seringkali dapat dilakukan secara bersamaan. Oleh karena itu, survei
sekunder dilakukan simultan dengan survei primer
• Survei sekunder adalah penilaian pemeriksaan kepala-sampai-kaki yang cepat namun
menyeluruh untuk mengidentifikasi semua cedera yang berpotensi signifikan.
• Akan sangat membantu jika menetapkan prioritas untuk evaluasi dan pengelolaan
lanjutan. Ini harus dilakukan setelah survei utama, dan stabilisasi awal selesai.
• Tujuan dari survei sekunder adalah untuk mendapatkan data historis terkait tentang
pasien dan cederanya, serta untuk mengevaluasi dan mengobati semua cedera signifikan
yang tidak ditemukan selama survei primer dengan melakukan pemeriksaan yang
sistematis dan lengkap.
INDIKASI SECONDARY SURVEY
• Survei sekunder diindikasikan pada semua pasien trauma
yang telah menyelesaikan survei primer mereka.
• Tujuan dari survei sekunder adalah untuk mendapatkan
riwayat yang rinci, melakukan pemeriksaan fisik dari
kepala hingga kaki, menilai kembali semua tanda vital, dan
mendapatkan laboratorium dan studi pencitraan yang
sesuai untuk mengidentifikasi cedera dan kelainan
metabolik.
CONTRAINDICATIONS
• Pada pasien tertentu yang tidak stabil untuk melanjutkan
dari survei primer mereka tidak dapat diresusitasi dan
distabilkan, survei sekunder sebaiknya tidak dilakukan.
• Satu-satunya kontraindikasi pada survei sekunder adalah
jika pasien menyerah pada cedera mereka.
• Jika tidak, survei sekunder harus diselesaikan pada semua
pasien trauma.
SECONDARY SURVEY

• sebelum melakukan secondary survey pastikan


bahwa :
• primary survey complete
• Resusitasi sudah dilakukan
• Vital sign normal.
SECONDARY SURVEY

• History taking : data pribadi, riwayat alergi, riwayat penyakit masa


lalu, mekanisme cidera.
• Complete neurologic exam:
• Pemeriksaan fisik head to toe
• Pemeriksaan penunjang
• Spesial procedure
• Re-evaluation,
TECHNIQUE SECONDARY SURVEY
• Survei sekunder tidak boleh dilakukan sampai:

Survei utama telah selesai


Resusitasi telah dimulai
Semua kondisi yang mengancam jiwa telah diidentifikasi dan
ditangani
Normalisasi tanda vital sudah dimulai
CONT....
• Suatu upaya harus dilakukan untuk mendapatkan riwayat pasien mengenai
mekanisme cedera, karena mekanisme tertentu dapat menimbulkan kecurigaan
terhadap cedera tertentu seperti berikut ini:
Trauma tumpul (penggunaan sabuk pengaman, penyebaran kantung udara, tingkat
kerusakan pada mobil, ejeksi, dan jarak yang dikeluarkan)
Trauma tembus (senjata api yang mana dan berapa banyak tembakan).
AMPLE HISTORY
• A: Allergy
• M: Medications
• P; Previous medical history or illness/pregnancy
• L : Last Meal
• E: vents/environtment related to injury :
• Apa yang terjadi ? (contoh mekanisme seperti tumpul, tembus, luka bakar atau lingkungan
berbahaya apa pun, seperti paparan bahan kimia, racun atau radiasi. Pertimbangan ini penting
karena alasan berikut karena paparan agen kimia dapat menyebabkan paru, jantung, dan organ
dalam lainnya disfungsi, atau lingkungan yang berbahaya dapat mengancam kesehatan.
PHYSICAL EXAMINATION
• Tujuan dari survei sekunder adalah untuk mengidentifikasi cedera
yang signifikan. Ini melibatkan pemeriksaan kepala sampai kaki
lengkap; memeriksa semua area termasuk depan, belakang,
samping, bawah dan atas.
• Pemeriksaan ini melibatkan tinjauan kedua terhadap jalan napas
dan pemeriksaan paru-paru.
• Selama evaluasi, tindakan pencegahan standar untuk darah atau
infeksi yang ditularkan melalui cairan harus diperhatikan.
VITAL SIGNS
• Kaji tanda-tanda vital; Tekanan nadi yang sempit dan takikardia mengindikasikan syok
hipovolemik dalam keadaan trauma sampai terbukti sebaliknya.
• Tanda-tanda vital harus dipantau secara ketat dan respons terhadap intervensi harus dinilai.
Pada populasi lansia, tanda-tanda vital yang normal seharusnya tidak meyakinkan karena
perubahan hemodinamik seperti takikardia atau hipotensi dapat tertunda.
HEAD AND FACE EXAMINATION
• Periksa kepala untuk mencari hematoma kulit kepala, depresi tengkorak, atau
laserasi. Kulit kepala harus dipalpasi, karena laserasi kulit kepala atau lekukan
tulang dapat diidentifikasi hanya dengan palpasi yang cermat. Palpasi seluruh
margin tulang wajah termasuk orbit, rahang atas, hidung dan rahang.
• NGT tidak boleh dimasukkan jika terdapat trauma wajah atau fraktur
tengkorak . Selain itu, telinga harus dievaluasi untuk mengetahui
hemotympanum atau ekimosis retro-aurikuler (tanda Battle). Adanya darah atau
drainase yang jernih dari saluran telinga menunjukkan fraktur tengkorak basilar
dengan kebocoran cairan serebrospinal (CSF). Berhati-hatilah karena fraktur
wajah mungkin tidak kentara. Periksa hidung untuk mencari hematoma septum.
• Ukuran dan respons pupil, serta gerakan mata harus dinilai. Pemeriksaan mata
juga harus mencakup mobilitas mata / jeratan, atau ekimosis periorbital (mata
rakun).
NECK EXAMINATION
• Leher harus diperiksa dan dipalpasi dengan hati-hati saat
diimobilisasi dengan hati-hati. Imobilisasi yang tidak adekuat
meningkatkan morbiditas. Berhati-hatilah karena cedera di bawah
leher mungkin tidak langsung terlihat. Diasumsikan cedera tulang
belakang leher dengan trauma tumpul sampai terbukti sebaliknya.
• C-spine dapat dilepas setelah melihat atau mendapatkan studi
pencitraan, seperti radiografi polos atau CT scan.
EXAMINATION OF THE CHEST
• Palpasi seluruh dinding dada untuk mencari krepitasi (emfisema
subkutan) dan nyeri tekan.
• Area di atas sternum dan klavikula memerlukan perhatian khusus
karena fraktur yang melibatkan tulang-tulang ini mungkin
menunjukkan kekuatan yang signifikan dan perlu evaluasi lebih
lanjut dari cedera intratoraks lainnya.
• Kaji upaya pernapasan dan kerja pernapasan. Evaluasi apakah
bunyi napas simetris dan bunyi jantung normal dan tidak teredam.
Periksa apakah ada memar yang terkait dengan sabuk pengaman
EXAMINATION OF THE ABDOMEN
• Perut harus diperiksa untuk mengetahui adanya distensi,
bising usus, memar, tanda kulit atau nyeri tekan.
• Keberadaan temuan ini membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Selain itu, adanya tanda sabuk pengaman atau tanda lain di
perut harus segera dievaluasi lebih lanjut.
• Penting untuk diingat bahwa tidak adanya nyeri perut tidak
menghilangkan kemungkinan cedera perut.
CONT..
• Perineum harus diinspeksi apakah ada bukti cedera. Secara historis, pemeriksaan colok dubur
dapat dilakukan bila ada kecurigaan cedera uretra atau cedera rektal tembus.
• Cari yang berikut ini:
– Darah kotor di rektal, yang mungkin mengindikasikan cedera usus
– Prostat bergeser atau naik yang mungkin menandakan cedera uretra
– Tonus dan sensasi sfingter abnormal, yang mungkin disebabkan oleh cedera medulla spinalis.
• Jika ada darah di meatus, cedera uretra harus dicurigai. Dalam situasi ini, urethrography harus
dilakukan sebelum kateter Foley dimasukkan.
• Pertimbangkan cedera vagina pada pasien dengan nyeri perut bagian bawah, fraktur pelvis,
atau laserasi perineum. Dalam situasi seperti itu, pemeriksaan vagina harus dilakukan.
EXAMINATION OF THE EXTREMITIES
• Ekstremitas harus dinilai untuk mengetahui adanya fraktur dengan meraba setiap ekstremitas
secara hati-hati di seluruh panjangnya untuk mencari nyeri tekan dan mengurangi rentang
gerak. Kaji integritas sendi yang tidak cedera dengan gerakan aktif dan pasif. Sendi yang
cedera juga harus diimobilisasi, dan radiografi harus dilakukan jika perlu.
• Status neurovaskular setiap ekstremitas harus dinilai dan didokumentasikan. Periksa pulsa,
waktu pengisian kapiler dan evaluasi setiap kompartemen. Adanya nyeri yang signifikan,
kompartemen tegang, atau nyeri dengan gerakan pasif dapat mengindikasikan perkembangan
sindrom kompartemen.
DAFTAR PUSTAKA
• Brown, A. J., & Drobatz, K. J. (2018). Triage of the emergency patient. In BSAVA manual of
canine and feline emergency and critical care (pp. 1-7). BSAVA Library.
• Planas JH, Waseem M. Trauma Primary Survey. [Updated 2019 Feb 28]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430800/
• Zemaitis MR, Planas JH, Waseem M. Trauma Secondary Survey. [Updated 2020 Jul 31]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441902/
• Planas JH, Waseem M, Sigmon DF. Trauma Primary Survey. [Updated 2020 Jul 10]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430800
CONTOH SOAL
Terjadi sebuah kecelakaan beruntun disebuah jalan tol. Awal kecelakaan terjadi karena sebuah mobil mengalami pecah ban
sehingga oleng dan menabrak mobil dari arah berlawanan. Terdapat 6 korban luka parah. Kondisi korban sebagai berikut :
• 1.Tn Y, seorang lelaki usia 54 tahun, sopir mobil yang mengalami pecah ban. Pasien terjepit di dalam mobil karena bagian
depan mobil ringsek dan menjepit Tn Y. Pasien terlihat lemas dan merintih, kepala, tangan terlihat berdarah lama kelamaan
kesadaran menurun GCS 8:. Terdapat perdarahan banyak di kaki pasien. TD: 90/60 mmHg, Nadi : 60x/menit, suhu: 36 c,
RR: 22 x/menit.
• 2.Tn R, lelaki usia 40 tahun, berada disamping sopir kondisinya saat ini pasien tidak sadar, bibir terlihat agak kebiruan.
TD: 90/70 RR: 35x menit, HR: 60x /menit, pasien terlihat sesak nafas dan lemah. Terlihat jejas di beberapa bagian
tubuhnya seperti kaki, dada, Suara nafas dada sebelah kiri tidak terdengar, terdapat dislokasi pada bagian pelvic.
• 3.Tn Y, usia 35 tahun terlihat berteriak meminta tolong, kaki terjepit dibagian bawah mobil. Kondisi pasien saat ini 125/80
mmHg, HR; 100 x/menit, suhu; 36 c, RR; 24x/menit. Pasien saat ini terlihat agak pucat, terdapat banyak darah yang keluar.
• 4.Ny S, usia 43 tahun, tidak sadarkan diri. Pasien terlihat jejas dikepala dan di perut. Perdarahan minimal di kepala. TD :
80/70 mmHg, Nadi: 50x/menit, suhu, 36c, RR: 16x/menit. Pasien teelihat pucat dan akral teraba dingin.
SOAL

• 1. Bagaimana menurut anda tentang system pertolongan pertama (primary survey dan
secondary survey) yang ada di Indonesia ( yang pernah anda temui).

• 2. Jelaskan rangkuman kuliah pada pagi hari ini.

Anda mungkin juga menyukai