Anda di halaman 1dari 20

TRAUMA

ABDOMEN
KELOMPOK 5

DEWI OKTA VIANI


DITA FAUJIAH
EVA YULIANA
REGINA DYAH AULIA
INDRA KUSMAYA DEWI
M. RISKI IQBAL S
REZZA HAFIDH A
PENDAHULUAN

Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien
berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah
trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga
abdomen adalah organ-organ pencernaan.

Selain trauma abdomen kasus-kasus kegawat daruratan pada system pencernaan


salah satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun
saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi
korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian.
ANATOMI & FISIOLOGI
Organ mayor dan Struktur dari system pencernaan adalah esophagus, lambung, usus,
hati,pancreas, kandung empedu dan peritoneum.

Ketika bernafas khususnya pada saat ekspirasi maksimal otot diafragma naik ke atas
setinggi kira- kira interkostal ke 4 min klavikula (setinggi papila mamae pada pria) sehingga
adanya trauma thoraks perlu dicurigai adanya trauma abdomen pada sisi kiri hepar, dan sisi
kanan pada klien.

Intra abdomen dibagi menjadi organ intra peritoneal dan organ ekstra peritoneal. Organ intra
peritoneal terdiri dari hepar, lien, gaster, usus halus, sebagian besar kolon. Organ ekstra
peritoneal terdiri dari ginjal, ureter, pankreas, duodenum, rektum, vesika urinaria, dan
uterus. Sedangkan dari jenisnya organ- organ di rongga abdomen ini dipilah menjadi organ
solid (hepar dan lien) dan organ berlumen (gaster, usus halus, dan kolon).
KLASIFIKASI TRAUMA ABDOMEN
Blunt Trauma (tumpul) Penetrating Trauma (tajam)
1. Ruptur Aorta 1. Laserasi pembuluh darah
2. Ruptur Limfa 2. Ruptur limfa
3. Ruptur ginjal 3. Ruptur atau laserasi hepar
4. Cidera diafragma 4. Laserasi ginjal
5. Fraktur pelvis 5. Laserasi intestinal
6. Cidera intestinal 6. Ruptur Bladder
7. Ruptur Bladder
PENYEBAB
Blunt Trauma
1. Kecelakaan lalu lintas,
olah raga, kerja, dsb
2. Jatuh Penetrating Trauma
3. Ledakan dan 1. Tembak
sebagainya 2. Senjata tajam
3. Pecahan peluru/bom
4. Tertusuk benda tajam
5. Kecelakaan
PENGKAJIAN

Pada pengkajian biasanya ditemukan nyeri sehingga perlu ditelaah


bagaimana permulaan nyeri ini timbul secara mendadak atau
beransur-angsur, area nyerinya (menetap, beralih/pindah.
difus/menyebar), kualitas dari nyerinya (ditusuk, tekanan, terbakar,
irisan atau bersifat kholik). perubahan nyeri ketika baru pertama
timbul dengan sekarang dibandingkan, lamanya dan factor yang
mempengaruhi untuk memperingan atau memperberat seperti sikatp
tubuh, makan, minum nafas dalam, batuk, bersin.
PENGKAJIAN

 Untuk pemeriksaan fisik lakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan baru


palpasi. Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien, ekspresi wajah,
tanda-tanda vital, sikap berbaring, gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan,
syok, daerah lipat paha.
 Untuk auskultasi selain suara bising usus yang diperiksa di ke empat kuadran
dimana adanya ekstravasasi darah menyebabkan hilangnya bunyi bising
usus., juga perlu didengarkan adanya bunyi bruits dari arteri renalis, bunyi
bruits pada umbilical merupakan indikasi adanya trauma pada arteri renalis.
 Perkusi untuk melihat apakah ada nyeri ketok.
 Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan. kekakuan dan spasme hal ini
dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa atau akumulasi darah
ataupun cairan.
Untuk ketepatan diagnosa perlu adanya
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang seperti
hematologi (Hb, Leukosit, Hematokrit,
PT,APTT), radiologi (BNO/foto polos abdomen,
servikal lateral, thoraks anteroposterior/AP
dan pelvis) Diagnostic Peritoneal Lavage/DPL,
USG, CT SCAN. KRITERIA DPL USG CT SCAN
TANDA DAN GEJALA
Blunt Trauma Penetrating trauma
1. Mekanisme signifikan a. Nyeri abdominal
2. Nyeri abdomen b. Perdarahan
3. Distensi c. Benda tajam yang
4. Perubahan warna penancap
abdomen atau panggul d. Distensi
5. Syok yg tidak jelas e. Shock
penyebabnya
MASALAH
KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang sering timbul pada trauma


abdomen adalah:

1. Syok hipovolemik
2. Nyeri
3. Kecemasan
4. Gangguan nutrisi
5. Perubahan pola eliminasi bab/bak
6. Resiko penyebaran infeksi
7. Bila disertai dengan adanya robekan pada diafragma
maka masalah keperawatan yang muncul disertai
dengan gangguan oksigenasi.
Intervensi Keperawatan

1. Kaji status kegawatdaruratan berdasarkan ABCD.


2. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi)
sesuai indikasi.
3. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan; gerakkan dapat
menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan
menimbulkan hemoragi masif.
• Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem
saraf.
• Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
• Gunting baju dari luka.
• Hitung jumlah luka.
• Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
4. Kaji tanda dan gejala hemoragi.
Intervensi Keperawatan
5. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan.
• Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka dada. • Pasang kateter
IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
• Perhatikan kejadian syok setelah respons awal terjadi terhadap transfusi; ini seringmerupakan
tanda adanya perdarrahan internal.
• Kolaborasi dgn dokter untuk melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat
perdarahan.
• Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik.
6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah
kekeringan visera.
• Fleksikan lutut pasien; posisi ini mencegah protusi lanjut.
• Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan muntah.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau
haluaran urine.
8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine, pembacaan
tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.
Prehospital CareBlunt
Trauma

Tindakan berfokus pada evaluasi masalah mempertahankan kehidupan, meliputi tindakan


pemeriksaan, resusitasi dan transportasi ke tempat rujukan. Tindakan-tindakan umum yang
dapat dilakukan sebelum merujuk (prehospital) antara lain:

1. Penanganan ABC atau CAB penting dilakukan sebelum melakukan rujukan.


2. Penggunaan ETT intubasi untuk menjaga kepatenan jalan napas bias dilakukan kepada
semua korban trauma yang mengalami gangguan jalan napas.
3. Immobilisasi servikal pada korban trauma yang diduga mengalami trauma servikal.
4. Memperbaiki ventilasi dengan dukungan oksigenisasi FIO2). Mempertahankan saturasi
oksigen lebih dari 90-92%.
Prehospital CareBlunt
Trauma

5. Pada korban trauma tumpul sering disertai perExternal hemorrhage rarely is


associated with darahan eksternal, maka dapat dilakukan dengan mengontrol
perdarahan dengan tekan langsung (balut tekan).
6. Pada perdarahan sering disertai gangguan perfusi hingga terjadinya shock,
resusitasi cairan dengan cairan kristaloid dapat dilakukan.
7. Terapi cairan titrate intravena dapat diberikan sebagai kelanjutan dari
resusitasi cairan kristaloid untuk meningkatkan tekanan darah ke 90-100 mmHg,
agar perfusi ke organ-organ vital dapat dipertahankan.
8. Penggunan PASG (pneumatic antishock garment) dapat dilakukan pada korban
dengan multitrauma disertai fraktur servik untuk mencegah terjadinya shock.
9. Transportasi pasien ke pusat rujukan (RS atau Trauma Centre).
Penetrating Trauma

Hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam penanganan prehospital antara lain:

1. Resusitasi cairan intravena secara agresif untuk mempertahankan normotensi


pada korban trauma tusuk yang mengalami shock.
2. Petugas pada prehospital harus sudah dilatih untuk mengkaji, menangani dan
mentransportasi korban ke pusat rujukan yang sesuai (RS atau trauma centre).
3. Tempat rujukan yang akan menerima korban sebaiknya dapat dihubungi melalui
radio atau telepon oleh petugas prehospital.
4. Alat trasportasi yang digunakan harus layak dan sesui untuk proses rujukan. Untuk
daerah pinggiran dibutuhkan kurang lebih waktu 25 menit ke pusat rujukan yang
sesuai, bila perlu menggunakan ambulance udara.
Hospital Care
(Fasilitas Rujukan)

A: Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervikal spine control)


B: Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi control (ventilation control)
C: Circulation dengan control perdarahan (bleeding control)
D: Disability: status neurologis (tingkat kesadaran/GCS, Respon Pupil)
E: Exposure/environmental control: buka baju penderita tetapi cegah hipotermia

Observasi tatus mental, vomitus, nausea, rigid/kaku/, bising usus, urin output setiap 15-30
menit sekali.

Kolaborasi pemasangan Central Venous Pressure (CVP) untuk melihat status hidrasi klien,
pemberian antibiotika, analgesic dan tindakan pemeriksaan yang diperlukan untuk
mendukung pada diagnosis seperti laboratorium, pemeriksaan radiology dan bila perlu
kolaborasikan setelah pasti untuk tindakan operasi laparatomi eksplorasi.
Tindakan KhususTrauma
Tusuk

1. Jangan megeluarkan atau menggerakan benda yang tertancap,


dapat menyebabkan perdarahan berat yang memicu terjadinya shock.
2. Cek nadi distal dari benda tajam yang menancap untuk memastikan
perfusi ke bagian distal dan untuk mengetahui apakah ada pembuluh
darah arteri yang robek/terputus.
3. Immobilisasi benda yang tertancap dengan kassa atau kain untuk
menghindari pergerakan yang dapat menyebabkan perdarahan dan
resiko bahaya lainnya.
4. Buat bentuk kotak besar untuk menutupi benda yang menancap
sebagai pelindung dari tersenggol atau kejatuhan benda-benda di
sekitarnya.
5. Kotak tersebut dipotong berbentuk V pada bagian atas dalam
kotaknya.
6. Letakan kotak di atas benda & tutup dengan plester atau balutan
place.
7. Jaga stabilitas benda yang tertancap.
Trauma dengan usus terburai:
1. Gunakan bagian balutan/kain yang steril untuk
menempatkan organ yang keluar dekat dgn luka (tidak ke
dalam luka).
2. lindungi/tutup organ dan luka dengan balutan/kain atau
plastik lembut yang steril/bersih.
3. jangan membuat takanan apapun pada luka atau
mengeluarkan bagian dalam organ.
4. plaster atau ikat ujung balutan/kain atau plastik yang
mengelilingi luka.
5. mobilisasi segera ke fasilitas pelayanan bedah.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai