Anda di halaman 1dari 48

BAB III

PRINSIP DASAR ENDOSKOPI

A. Pengertian

Endoskopi ialah suatu tindakan yang memungkinkan dokter untuk melihat ke

dalam saluran atau bagian dalam tubuh, melakukan proses pemeriksaan terhadap

struktur internal dengan menggunakan suatu alat yang fleksibel. Secara harfiah,

endoskopi artinya adalah melihat kedalam, yang dalam hal ini berarti melihat ke dalam

tubuh manusia untuk suatu alasan medis.

Endoskopi adalah tindakan non bedah yang digunakan untuk memeriksa

saluran pencernaan klien dalam beberapa kasus disertai pengobatan, jika sudah

memungkinkan.

Prosedur endoskopi menggunakan alat yang disebut endoskop (skop).

Endoskop adalah perangkat berupa tabung fleksibel yang berisi kamera dan senter yang

terhubung dengan layar komputer untuk dimasukkan ke dalam tubuh guna keperluan

diagnosis. Suatu alat yang menggunakan sistem fiberoptik dengan sistem pencahayaan

yang memungkinkan visualisasi ke dalam bagian tubuh tertentu.

Endoskop adalah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ dalam

tubuh (khususnya saluran cerna) secara visual dengan membidik melalui alat tersebut

melihat melalui layar monitor, sehingga dapat dilihat sejelas-jelasnya setiap kelainan

organ yang diperiksa.

B. Tujuan Pemeriksaan Endoskopi

1. Diagnostilk

Miranti, S.Kep., Ns Page 30


1) Untuk menentukan diagnosa dimana pemeriksaan radiologi menunjukkan

hasil yang kurang jelas.

2) Untuk menentukan diagnosa pada klien dengan gejala menetap (muntah,

disfagia, nyeri epigastrium, dll).

3) Melakukan biopsi/sitologi pada lesi-lesi di saluran cerna yang di duga

keganasan.

4) Untuk menentukan sumber pendarahan secara tepat dan cepat.

5) Memantau residif pada keganasan maupun menilai pasien pasca bedah.

6) Menentukan diagnosa pada kelainan Pancreatobilier (ERCP).

2. Terapeutik

1) Skleroterapi Endoskopi (STE) adalah menyuntikkan obat sklerotik melalui

endoskop pada varises esofagus.

2) Ligasi Varises Esofagus (LVE) adalah pengikatan varises pada esofagus

dengan menggunakan peralatan MBL (Multi Band Ligator).

3) Polipektomi adalah pengambilan polip pada saluran pencernaan dengan

menggunakan peralatan senar.

4) Sfingterotomi adalah melebarkan saluran papila vateri dengan

menggunakan spinterotom.

5) Dilatasi adalah melebarkan lumen esofagus, misalkan striktur esofagus pada

pasien akalasia.

6) Perkutaneus Endoskopi Gastronome (PEG) adalah pemasangan selang

untuk pemberian nutrisi ke lambung melalui dinding perut dengan

menggunakan peralatan endoskopi.

Miranti, S.Kep., Ns Page 31


7) Untuk pengambilan benda asing yang masuk ke dalam saluran pencernaan

(corpusalienom).

C. Jenis-Jenis Endoskopi:

1) Endoskopi saluran cerna bagian atas (esofago gastroduodenoskopi;

EGD)/Gastroskopi.

 Pengertian

EGD adalah memasukkan skop kedalam esofagus, lambung dan

duodenum untuk menentukan kondisi patologis dan atau mendapatkan

spesimen jaringan untuk pemeriksaan diagnostik, juga digunakan untuk

mengangkat benda asing)

 Tujuan:

- Untuk diagnostik

- Untuk terapeutik

 Indikasi

- Hematemesis melena

- Tertelan zat korosif atau benda asing

- Muntah berulang

- Susah menelan (disfagia)

- Nyeri dada tidak khas

- Melakukan tindakan biopsi pada mukosa atau neoplasma (saluran

pencernaan)

- Menentukan lokasi perdarahan saluran cerna bagian atas

- Menilai kembali suatu hasil tindakan pembedahan

- Indikasi terapeutik saluran cerna bagian atas

Miranti, S.Kep., Ns Page 32


 Kontraindikasi

Kontraindikasi absolut:

- Pasien yang tidak kooperatif atau menolak prosedur pemeriksaan.

- Pasien dengan syok berat misalnya: perdarahan, oklusi koroner yang akut,

payah jantung berat, keadaan koma, penderita dengan gejala emfisema

dan penyakit obstruksi yang berat.

- Pada keadaan-keadaan ini EGD harus ditunda sampai keadaan penyakit

membaik.

Kontraindikasi relatif:

- Luka korosif yang akut pada esofagus, aneurisma aorta, aritmia jantung

yang berat.

- Pada kifoskoliosis yang hebat, adanya divertikulum dari zenker, osteofit

yang besar pada tulang servikal, struma yang besar. Pada keadaan ini

pemeriksaan EGD harus dilakukan dengan hati- hati dan halus.

- Pasien payah jantung, penyakit infeksi yang akut (misalnya pneumonia,

peritonitis, kolesistitis), EGD sebaiknya ditunda sampai stadium akut telah

dilampaui.

- Pasien anemia berat karena perdarahan.

- Kehamilan pada stadium apapun bukan kontraindikasi, toksemia pada

kehamilan terutama bila disertai hipertensi berat atau kejang-kejang

adalah kontraindikasi relatif.

- Pasien pasca bedah abdomen yang baru.

 Persiapan

Persiapan alat

- Endoskop; gastroskopi.

Miranti, S.Kep., Ns Page 33


- Penyanggah mulut (mouthpiece).

- Xylocainee spray 10 %, lubricating jelly

- Alas mulut (underpad)

- Alat Pelindung Diri (APD): sarung tangan, apron, masker, dan kaca mata.

- Baju pasien berbagai ukuran.

- IV catheter, plester, selang oksigen.

- Cairan infus : Nacl 0,9%, RL, Asering, D5.

- Bloodset

- Syringe 3cc, 10cc, 50cc.

- Dua buah tempat berisi. Pertama berisi air aquadest, kedua berisi cairan

enzimatik (pre cleaning).

- Botol PA (terisi dengan cairan formalin 10%).

- Oksigen dan oksimetri.

- Komputer dan monitor TV.

- Biopsi forcep.

- Suction kateter.

- Obat - obat emergensi, obat premedikasi (sedasi).

- Kassa steril

- Tensimeter dan stetoskop.

- Alkohol.

- Set intubasi.

- ETT berbagai ukuran

- Sarung tangan steril berbagai ukuran.

- Ambubag.

- Gaskon

Miranti, S.Kep., Ns Page 34


Setelah peralatan sudah siap untuk menghindari adanya gangguan

sewaktu alat sedang dioperasikan maka terlebih adhulu harus dilakukan

pemeriksaan alat endoskop meliputi pemeriksaan fisik dan fungsi.

1) Pemeriksaan fisik

 Kondisi lensa harus bersih

 Kondisi belalai/umbilikal/bending tube harus bersih

 Kondisi distal end dan lensa pengantar cahaya (lensa light

guide) harus bersih

 Kondisi penghubung (connection) harus kering dan bersih

 Kondisi tombol angulasi (knop angulation) harus baik, bersih

dan mudh digerakkan.

2) Pemeriksaan uji fungsi

 Ambil gastroskop dengan menggunakan sarung tangan dari

tempat penyimpanan dan lakukan pemeriksaan fisik pada skop

mulai dari katup angulasi sampai ke distal end, kemudian bawa

ke ruang tindakan menggunakan troli

 Ambil skop dengan kedua tangan, tangan kanan memegang

bagian bawah distal end dan kepala skop dan tangan kiri

memegang handle.

 Sambungkan kepala skop ke sumber cahaya (light source) atau

prosesor, selang suction ke suction connector, air water

container untuk air dan udara

 Nyalakan mesin suction, monitor sumber cahaya (light source)

 Cek daya penghisapan suction

 Cek air dan udara

Miranti, S.Kep., Ns Page 35


 Tekan tombol LAMP untuk menyalakan penghantar cahaya

yang berada di ujung distal end untuk mengecek lensa. Caranya

dengan melihat ke arah monitor. Jika menghalangi lapang

pandang, bersihkan dengan alkohol swab dengan diusap satu

arah

 Cek angulasi atas/bawah, kanan/kiri, knop harus ke penunjuk

FREE bukan mengarah ke penunjuk LOCK

 Cek White Balance

 Setelah semua dapat berfungsi dengan baik, maka skop tersebut

dapat digunakan.

Persiapan pasien

- Pasien puasa 6-8 jam sebelum tindakan.

- Pemeriksaan laboratorium (HB, BTCT, PT, APTT)

- Umur diatas 40 tahun sebaiknya dilakukan rekam jantung

- Informed Consent

 Peran perawat

Peran perawat sebelum melakukan tindakan EGD

- Identifikasi informasi yang dibutuhkan

- Memastikan adanya informed consent, mengecek hasil laboratorium,

radiologi, rekam jantung, dan kelengkapan obat-obat yang dibutuhkan

- Lakukan pengkajian ulang, cek list Sign In tentang kepatuhan pasien akan

persiapan prosedur endoskopi, menanyakan pasien tentang adanya alergi

obat, riwayat penyakit, ada atau tidaknya gigi palsu, melepas kaca mata,

menghapus lipstik serta cat kuku.

Miranti, S.Kep., Ns Page 36


- Menganjurkan pasien untuk mengganti pakaian serta berbaring di tempat

tidur.

- Memasang monitor EKG, tekanan darah, saturasi oksigen

- Melakukan observasi tanda-tanda vital

- Mengendurkan ikat pinggang, melepaskan gigi palsu dan kaca mata bila

ada.

- Menyemprotkan xylocainee spray 10% ke dalam orofaring.

- Memposisikan pasien tidur miring ke arah kiri dengan kaki kanan ditekuk

ke depan dan kaki kiri lurus dan memasang underpad dibawah wajah yang

dimiringkan

- Memberikan obat premedikasi sesuai instruksi dokter jika ada.

- Perawat serta dokter mencuci tangan sebelum menggunakan APD

- Memasang mouthpiece.

- Mengolesi jelly pada ujung skop sampai 20 cm

- Lakukan Time out

Peran perawat selama tindakan EGD berlangsung:

- Memberikan penjelasan ulang kepada pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan

- Monitor tanda-tanda vital, distensi abdomen, perdarahan, dan tingkat

kesadaran. Bila terjadi perubahan, kolaborasikan dengan dokter

- Perawat berkolaborasi dengan dokter dalam memasukkan skop

- Perawat menyiapkan forcep biopsi dan botol PA kemudian. Pada botol PA

diberikan nama, tanggal pemeriksaan dan lokasi pengambilan.

- Perawat melakukan pengambilan gambar yang diperlukan untuk

pendokumentasian

Miranti, S.Kep., Ns Page 37


Peran perawat setelah tindakan EGD:

- Melepaskan mouthpiece dan membersihkan pasien dari air liur.

- Merapikan pasien

- Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai, dan memberikan

edukasi: bahwa tenggorokan masih tebal dan akan hilang setelah kurang

lebih setengah jam sampai reflek menelan berfungsi dengan baik, minum

30 menit setelah tindakan dan makan 1 jam setelah tindakan, tidak boleh

makan makanan pedas dan asam, apabila ada keluhan kembung, mual,

muntah segera ke rumah sakit terdekat.

- Membilas skop dengan enzim dan air bersih.

- Membersihkan alat mulai dari proses pencucian, pensterilan sampai

dengan siap pakai sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).

- Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan di rekam medis

pasien

- Mencuci tangan.

 Komplikasi

- Hipoksia

- Nyeri dada

- Disfagia sesaat dikarenakan xylocainee spray

- Perdarahan

- Iritasi mulut

Miranti, S.Kep., Ns Page 38


2) Endoskopi saluran cerna bagian bawah (kolonoskopi)

 Pengertian

Kolonoskopi merupakan pemeriksaan melalui peneropongan

dengan menggunakan alat (skop) untuk melihat langsung keadaan sebenarnya

bagian dalam saluran cerna bagian bawah mulai dari anus menuju rektum,

sigmoid, kolon desenden, kolon transversum, kolon desenden sampai sekum.

 Tujuan:

- Evaluasi

- Meneliti lebih lanjut penyakit kolon

- Biopsi

- Pengobatan

- Diagnostik

- Follow up

 Indikasi

- Perdarahan peranum, baik yang tersamar maupun nyata

- Penyakit peradangan kolon seperti kolitis ulseratif

- Dugaan keganasan kolon

- Pasca bedah, untuk mengevaluasi anastomosis kolon

- Anemia defisiensi besi yang tidak diketahui

 Kontraindikasi

- Peradangan kolon fase akut

- Dugaan adanya perforasi kolon dan klien yang baru saja menjalani operasi

abdomen

- Gangguan kardiopulmoner berat

- Kehamilan trimester pertama

Miranti, S.Kep., Ns Page 39


- Aneurisma aorta abdomen

 Persiapan

Persiapan alat

- Endoskop; skop kolon

- Xylocainee gel 2%.

- Underpad

- Alat Pelindung Diri (APD): sarung tangan, apron, masker, dan kaca mata.

- Baju pasien berbagai ukuran.

- IV catheter, plester, selang oksigen.

- Cairan infus : Nacl 0,9%, RL, Asering, D5.

- Bloodset

- Syringe 3cc, 10cc, 50cc.

- Dua buah tempat berisi. Pertama berisi air aquadest, kedua berisi cairan

enzimatik (pre cleaning).

- Botol PA (terisi dengan cairan formalin 10%).

- Oksigen dan oksimetri.

- Komputer dan monitor TV.

- Biopsi forcep.

- Suction kateter.

- Water jet (bila perlu)

- Obat - obat emergensi, obat premedikasi (sedasi).

- Kassa steril

- Tensimeter dan stetoskop.

- Alkohol.

- Set intubasi.

Miranti, S.Kep., Ns Page 40


- ETT berbagai ukuran

- Sarung tangan steril berbagai ukuran.

- Ambubag.

Setelah peralatan sudah siap untuk menghindari adanya gangguan

sewaktu alat sedang dioperasikan maka terlebih dahulu harus dilakukan

pemeriksaan alat endoskop meliputi pemeriksaan fisik dan fungsi.

1) Pemeriksaan fisik

 Kondisi lensa harus bersih

 Kondisi tombol angulasi (knop angulation) harus baik, bersih

dan mudah digerakkan

 Kondisi belalai/umbilikal/bending tube harus bersih

 Kondisi distal end dan lensa pengantar cahaya (lensa light

guide) harus bersih

 Kondisi penghubung (connection) harus kering dan bersih

2) Pemeriksaan uji fungsi

 Ambil skop kolon dengan menggunakan sarung tangan dari

tempat penyimpanan dan lakukan pemeriksaan fisik pada skop

mulai dari katup angulasi sampai ke distal end, kemudian bawa

ke ruang tindakan menggunakan troli

 Ambil skop dengan kedua tangan, tangan kanan memegang

bagian bawah distal end dan kepala skop dan tangan kiri

memegang handle.

 Sambungkan kepala skop ke sumber cahaya (light source) atau

prosesor, selang suction ke suction connector, air water

container untuk air dan udara

Miranti, S.Kep., Ns Page 41


 Nyalakan mesin suction, monitor sumber cahaya (light source)

 Cek daya penghisapan suction

 Cek air dan udara

 Tekan tombol LAMP untuk menyalakan penghantar cahaya

yang berada di ujung distal end untuk mengecek lensa. Caranya

dengan melihat ke arah monitor. Jika menghalangi lapang

pandang, bersihkan dengan alkohol swab dengan diusap satu

arah

 Cek angulasi atas/bawah, kanan/kiri, knop harus ke penunjuk

FREE bukan mengarah ke penunjuk LOCK

 Cek White Balance

 Setelah semua dapat berfungsi dengan baik, maka skop tersebut

dapat digunakan.

Persiapan pasien

- Pasien puasa 6-8 jam sebelum tindakan

- Sebelumnya sudah dilakukan colon cleansing dengan pencahar

- Pemeriksaan laboratorium (HB, BTCT, PT, APTT)

- Umur diatas 40 tahun sebaiknya dilakukan rekam jantung

- Informed Consent

 Peran perawat

Peran perawat sebelum melakukan tindakan kolonoskopi

- Bina hubungan terapeutik untuk mengkaji kesiapan pasien dalam

menjalani prosedur endoskopi, dalam hal ini perawat berperan untuk

memberi dukungan (support), mendidik dan konseling.

- Identifikasi informasi yang dibutuhkan

Miranti, S.Kep., Ns Page 42


- Memastikan adanya informed consent, mengecek hasil laboratorium,

radiologi, rekam jantung, dan kelengkapan obat-obat yang dibutuhkan

- Lakukan pengkajian ulang, cek list Sign In tentang kepatuhan pasien akan

persiapan prosedur endoskopi, menanyakan pasien tentang adanya alergi

obat, riwayat penyakit, ada atau tidaknya gigi palsu, melepas kaca mata,

menghapus lipstik serta cat kuku.

- Menganjurkan pasien untuk mengganti pakaian serta berbaring di tempat

tidur

- Memasang monitor EKG, tekanan darah, saturasi oksigen

- Melakukan observasi tanda-tanda vital

- Memasang IV line

- Memposisikan pasien tidur miring ke arah kiri dengan kedua kaki ditekuk

ke arah dada.

- Memberikan obat premedikasi: Injeksi ketorolac 30 mg diaplosing

aquadest 10 cc dan metoclopramide 5 mg.

- Perawat serta dokter mencuci tangan sebelum menggunakan APD

- Mengolesi xylocainee jelly 2% pada lubang anus pasien dan lakukan

rectal touche. Mengolesi lubricating jelly pada ujung skop sampai 20 cm

- Lakukan Time out

Peran perawat selama tindakan kolonoskopi berlangsung:

- Memberikan penjelasan ulang kepada pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan

- Monitor tanda-tanda vital, distensi abdomen, perdarahan, dan tingkat

kesadaran. Bila terjadi perubahan, kolaborasikan dengan dokter

- Perawat berkolaborasi dengan dokter dalam memasukkan skop

Miranti, S.Kep., Ns Page 43


- Perawat menyiapkan forcep biopsi dan botol PA kemudian. Pada botol PA

diberikan nama, tanggal pemeriksaan dan lokasi pengambilan.

- Perawat melakukan pengambilan gambar yang diperlukan untuk

pendokumentasian.

- Mencatat obat-obatan yang telah diberikan

Peran perawat setelah tindakan kolonoskopi:

- Merapikan pasien, membersihkan area sekitar anus

- Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dan memberikan

edukasi: boleh makan minum seperti biasa, bila ada keluhan perdarahan,

kembung segera ke rumah sakit terdekat.

- Membilas skop dengan enzim dan air bersih.

- Membersihkan alat mulai dari proses pencucian, pensterilan sampai

dengan siap pakai sesuai SPO.

- Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan di rekam medis

pasien

- Mencuci tangan.

 Komplikasi

- Perforasi

- Perdarahan

3) Ligasi Varises Esofagus (LVE)

 Pengertian

LVE adalah suatu tindakan untuk mengikat pembuluh dara vena

(balik) yang melebar dengan menggunakan bahan gelang karet sebagai

pengikat dengan bantuan alat teropong (endoskop).

Miranti, S.Kep., Ns Page 44


 Tujuan:

- Untuk mencegah pecahnya varises esofagus

- Untuk memperlambat proses timbulnya varises yang lebih besar

 Indikasi

- Varises esofagus yang pernah berdarah

- Untuk meghilangkan varises esofagus sampai derajat 0

- Pengobatan pertama pada varises esofagus derajat II, III sebelum

terjadinya perdarahan

 Kontraindikasi

- Penurunan kesadaran

- Gangguan koagulasi

- Gangguan hemodinamik

- Perdarahan aktif

- Penyakit paru berat

- Penyakit jantung.

 Persiapan

Persiapan alat

- Endoskop; gastroskopi.

- Penyanggah mulut (mouthpiece).

- Lubricating jelly, xylocaine spray 10 %.

- Alas mulut (underpad)

- Alat Pelindung Diri (APD): sarung tangan, apron, masker, dan kaca mata.

- Baju pasien berbagai ukuran.

- IV catheter, plester, selang oksigen.

- Cairan infus : Nacl 0,9%, RL, Asering, D5.

Miranti, S.Kep., Ns Page 45


- Bloodset

- Syringe 3cc, 10cc, 50cc.

- Dua buah tempat berisi. Pertama berisi air aquadest, kedua berisi cairan

enzimatik (pre cleaning).

- Oksigen dan oksimetri.

- Komputer dan monitor TV.

- Suction kateter.

- Obat - obat emergensi, obat premedikasi (sedasi).

- Kassa steril

- Tensimeter dan stetoskop.

- Alkohol.

- Set intubasi.

- ETT berbagai ukuran

- Sarung tangan steril berbagai ukuran.

- Ambubag.

- Gaskon

- Ligator set (6 Shooter saeed Multi-Band ligator)

Sebelum dilakukan tindakan LVE terlebih dahulu dilakukan

tindakan EGD agar dapat menentukan ada tidaknya varises, menilai grade

pada varises, dan terdapat di jam berapa varises tersebut (jam 3, 6, 12, dan

seterusnya). Untuk menetukan grade varises esofagus adalah:

 Grade I : bila ditiup varises mengecil/tidak menonjol

 Grade II : menutupi sebagian lumen

 Grade III : hampir menutupi saluran lumen, varises berkelok-

kelok, menonjol, serta berwarna kebiruan

Miranti, S.Kep., Ns Page 46


Persiapan pasien

- Pasien puasa 6-8 jam sebelum tindakan

- Pemeriksaan laboratorium (HB, BTCT, PT, APTT, gula darah)

- Umur diatas 40 tahun sebaiknya dilakukan rekam jantung

- Informed Consent

 Peran perawat

Peran perawat sebelum melakukan tindakan LVE

- Setelah dilakukan tindakan EGD, skop dibersihkan dengan tisue basah

kemudian memasang ligator set pada skop

- Melakukan observasi tanda-tanda vital

- Menyemprotkan kembali xylocainee spray 10% ke dalam orofaring.

- Memposisikan pasien tidur miring ke arah kiri dengan kaki kanan ditekuk

ke depan dan kaki kiri lurus dan memasang underpad dibawah wajah yang

dimiringkan

- Memasang mouthpiece.

- Mengolesi lubricating jelly pada ujung skop sampai 20 cm

- Lakukan Time out

Peran perawat selama tindakan LVE berlangsung:

- Memberikan penjelasan ulang kepada pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan

- Monitor tanda-tanda vital, distensi abdomen, perdarahan, dan tingkat

kesadaran. Bila terjadi perubahan, kolaborasikan dengan dokter

- Perawat berkolaborasi dengan dokter dalam memasukkan skop

- Perawat melakukan pengambilan gambar yang diperlukan untuk

pendokumentasian.

Miranti, S.Kep., Ns Page 47


Peran perawat setelah tindakan LVE:

- Melepaskan mouthpiece dan membersihkan pasien dari air liur.

- Merapikan pasien

- Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai, dan berikan

edukasi: minum air dingin atau air biasa setelah 2 jam setelah tindakan,

makan bubur cair selama 3 hari setelah itu makan bubur kasar selama 3

hari. Tidak boleh makan gorengan, makanan bergas dan santan kental.

Tidak boleh minum yang mengandung alkohol, soda, teh pekat. Apabila

terjadi berak darah atau keluhan kembung, badan tidak enak segera

kontrol ke rumah sakit terdekat.

- Cek darah lengkap 6 jam setelah tindakan LVE

- Membilas skop dengan enzim dan air bersih.

- Membersihkan alat mulai dari proses pencucian, pensterilan sampai

dengan siap pakai sesuai SPO.

- Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan di rekam medis

pasien

- Mencuci tangan.

 Komplikasi

- Trauma pada mulut akibat gesekan skop/mouthpiece

- Disfagia sesaat efek dari penyemprotan xylocainee spray

- Perdarahan

- Perforasi (bila pengikatan varises terlalu dibawah/distal dan kuat)

Miranti, S.Kep., Ns Page 48


4) Endoscopy Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP)

 Pengertian

ERCP adalah pencitraan radiologik pada sistem hepatobilier dan

duktus pankreatik setelah dilakukan kanulasi pada papila vateri. ERCP adalah

teknik yang menggabungkan penggunaan endoskopi dan fluoroskopi untuk

mendiagnosa dan mengobati masalah tertentu dari empedu atau sistem duktus.

ERCP merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa

kondisi sistem bilier dan kelenjar pankreas dengan menggunakan endoskop

dan media kontras.

 Tujuan:

- Untuk memberikan gambaran anatomi dari sistem bilier dan kelenjar

pankreas.

- Diagnostik dan juga terapi dalam manajemen penyakit sistem bilier dan

kelenjar pankreas.

 Indikasi

- Untuk evaluasi dan tatalaksana batu pada sistem pankreatobilier (jaundice,

kolik bilier, kolangitis, pankreatitis bilier)

- Abnormalitas pada ampula/papila (disfungsi sfingter Oddi, kanker

ampula)

- Abnormalitas duktus bilier dan pankreas (striktur, keganasan, kebocoran)

 Kontraindikasi

Kontraindikasi relatif:

- Hipertensi portal dengan varises esofagus dan/atau gaster

- Pankreatitis akut, kecuali pankreatitis akibat batu empedu

Miranti, S.Kep., Ns Page 49


- Terkena serangan jantung (infark miokard) dalam waktu dekat dan/atau

memiliki penyakit kardiopulmonal berat, kecuali prosedur ERCP

merupakan tindakan life saving

- Berulang kali gagal melakukan terapi dengan ERCP dan alternatif terapi

lainnya tersedia

- Pasien tidak dapat disedasi secara adekuat

- Alergi terhadap zat kontras ERCP

Kontraindikasi absolut:

- Obstruksi pada faring dan esofagus, kecuali dapat ditatalaksana langsung

saat melakukan ERCP

- Koagulopati berat

- Tidak ada indikasi yang adekuat, seperti nyeri perut tanpa sebab yang

jelas

- Tidak mendapat persetujuan dari pasien, kecuali pada keadaan emergensi

 Persiapan

Persiapan alat

- Duodenoskop

- Asesoris ERCP: kanul ERCP, tri tome, metro guide wire, radiofocus guide

wire, hi-wire, ballon ekstraktor, ballon dilator, basket, stent plastik, dan

metal, pre cut, litotriptor

- Obat-obatan dan cairan: obat anastesi/sedasi, cairan kontras,

aquadest/Nacl 0,9%

- Baju khusus (apron)

- Monitor TV

- Prosesor

Miranti, S.Kep., Ns Page 50


- Suction

- Mediview

- Surgical unit

- IV catheter

- Antibiotik profilaksis

- Saturasi oksigen

- Oksigen

- Mouthpiece

Persiapan pasien

- Pasien puasa 6-8 jam sebelum tindakan

- Pemeriksaan laboratorium lengkap, thorax foto, USG abdomen, EKG

- Menanyakan adanya riwayat alergi terhadap zat kontras (iodine) untuk

mencegah reaksi anafilaksis pada pasien walaupun belum pernah terjadi

kasus reaksi anafilaksis terhadap zat kontras ERCP.

- Pasien dipasang IV line. Antibiotik profilaksis diberikan secara IV 1 jam

sebelum prosedur pada pasien yang terbukti atau curiga obstruksi duktus

atau pseudokista.

- Informed Consent

 Peran perawat

Peran perawat sebelum melakukan tindakan ERCP

- Bina hubungan terapeutik untuk mengkaji kesiapan pasien dalam

menjalani prosedur ERCP, dalam hal ini perawat berperan untuk memberi

dukungan (support), mendidik dan konseling.

- Identifikasi informasi yang dibutuhkan

Miranti, S.Kep., Ns Page 51


- Memastikan adanya informed consent, mengecek hasil laboratorium,

thorax foto, USG abdomen, EKG

- Lakukan pengkajian ulang, cek list Sign In tentang kepatuhan pasien akan

persiapan prosedur endoskopi, menanyakan pasien tentang adanya alergi

obat, riwayat penyakit, ada atau tidaknya gigi palsu, melepas kaca mata,

menghapus lipstik serta cat kuku

- Dalam tindakan ERCP dibutuhkan 3 orang perawat yang mempunyai

tugas masing-masing

- Perawat 1, 2, 3 bersama-sama mempersiapkan alat. Mengecek alat apakah

sudah siap pakai meliputi: prosesor, monitor TV, duodenoskop, suction,

mediview, surgical unit.

- Perawat 1, 2, 3 bersama-sama mempersiapkan asesoris ERCP: kanul

ERCP, tri tome, metro guide wire, radiofocus guide wire, hi-wire, ballon

ekstraktor, ballon dilator, basket, stent plastik, dan metal, pre cut,

litotriptor

- Perawat 1, 2, 3 bersama-sama mempersiapkan obat-obatan dan cairan:

obat anastesi/sedasi, cairan kontras, aquadest/Nacl 0,9%

- Mempersiapkan pasien di meja tindakan: pasien berbaring dalam posisi

prone (miring kiri). Memasang monitor tanda-tanda vital dan saturasi

oksigen, memasang mouthpiece

- Lakukan Time out.

Peran perawat selama tindakan ERCP berlangsung:

- Perawat 1 berada di samping dokter untuk membantu melakukan kanulasi,

memasukkan guide wire, springterectomi, pemasangan stent, pengambilan

batu saluran empedu dan tindakan lainnya

Miranti, S.Kep., Ns Page 52


- Perawat 2, berada di belakang perawat 1 untuk membantu menyiapkan

dan memberikan alat asesoris, obat atau cairan yang diperlukan kepada

perawat 1, mencatat kondisi dan tanda-tanda vital selama tindakan,

membersihkan/merapikan alat asesoris yang sudah dipakai

- Perawat 3, berada di bagian kepala pasien untuk membantu

mempertahankan posisi dan memegang skop pada saat yang diperlukan

Peran perawat setelah tindakan ERCP:

- Perawat 1 dan 2 membantu mempertahankan posisi, observasi kesadaran

dan kondisi pasien serta membantu membawa pasien ke ruang pemulihan,

observasi tanda-tanda vital, melakukan Sign Out yang meliputi:

konfirmasi identitas pasien, kesadaran pasien, adakah gangguan sistem

pernafasan dan kardiovaskular

- Perawat 3 merapikan alat dan skop dan asesoris untuk dilakukan

dekontaminasi, cek kondisi alat apakah dalam keadaan baik/tidak,

foto/video sudah tersimpan dengan baik/tidak.

- Membersihkan alat mulai dari proses pencucian, pensterilan sampai

dengan siap pakai sesuai SPO.

- Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan di rekam medis

pasien

- Mencuci tangan.

 Komplikasi

- Pankreatitis akut penyebabnya karena cedera duktus pankreatik pada saat

upaya kanulasi yang berulang atau pengisisan medium kontras secara

berlebihan pada duktus pankreatik.

Miranti, S.Kep., Ns Page 53


5) Endoskopic Ultrasound (EUS)

 Pengertian

EUS merupakan aspek yang spesifik pada ultrasonografi

gastrointestinal karena transduser berukuran kecil dipasang di ujung endoskop

yang dilengkapi denga optik video. Cara ini menggabungkan endoskopi

dengan teknologi gelombang ultrasound untuk memperoleh informasi yang

berguna terhadap keadaan dan kesehatan saluran pencernaan.

 Tujuan:

- Diagnostik obstruksi bilier dan gangguan neoplastik dan inflamasi pada

pankreas

 Indikasi

- Staging kanker esofagus, lambung, pankreas dan rektum

- Staging kanker paru

- Evaluasi pankreatitis kronik, dan massa lain atau kista pankreas

- Mempelajari CBD (Common Bile Duct) abnormal termasuk masalah CBD

ke atau tumor di hati

- Mempelajari otot di bagian bawah rektum dan kanal anal sebagai evaluasi

alasan untuk inkontinensia feses

- Mempelajari lesi submukosa seperti nodul yang tersembunyi di dinding

intestinal yang tertutupi oleh membran mukosa normal seperti tumor sub

mukosa usus

 Kontraindikasi

- Pasien yang tidak kooperatif

- Pasien yang memiliki riwayat minum obat aspirin yang belum stop selama

7 hari sebelum tindakan

Miranti, S.Kep., Ns Page 54


 Persiapan

Persiapan alat

- Persiapan alat sama dengan persiapan alat prosedur EGD

Persiapan pasien

- Pasien puasa 6-8 jam sebelum tindakan

- Pemeriksaan laboratorium waktu pembekuan darah (CT, BT)

- Informed Consent

 Peran perawat

Peran perawat sebelum melakukan tindakan EUS

- Bina hubungan terapeutik untuk mengkaji kesiapan pasien dalam

menjalani prosedur EUS, berikan informasi yang jelas tentang prosedur

EUS.

- Kaji tingkat kecemasan dan ajarkan teknik relaksasi dengan tarik nafas

dalam

- Memastikan adanya informed consent, mengecek hasil laboratorium (CT,

BT).

- Lakukan pengkajian ulang, cek list Sign In tentang kepatuhan pasien akan

persiapan prosedur endoskopi, menanyakan pasien tentang adanya alergi

obat, riwayat penyakit, ada atau tidaknya gigi palsu, melepas kaca mata,

menghapus lipstik serta cat kuku

- Mempersiapkan pasien di meja tindakan: pasien berbaring dalam posisi

prone (miring kiri). Memasang monitor tanda-tanda vital dan saturasi

oksigen, memasang mouthpiece

- Lakukan Time out.

Miranti, S.Kep., Ns Page 55


Peran perawat selama tindakan EUS berlangsung:

- Ekstensikan posisi kepala pasien

- Suction di sekitar mulut pasien

- Bila saturasi turun, berikan oksigen 4-6 liter/menit

Peran perawat setelah tindakan EUS:

- Kaji tingkat distansiasi rongga perut

- Miringkan pisisi pasien

- Beritahukan untuk latihan menelan dan puasakan pasien sampai rasa baal

hilang

- Berikan diet cair bertahap

- Melakukan Sign Out yang meliputi: konfirmasi identitas pasien, kesadaran

pasien, adakah gangguan sistem pernafasan dan kardiovaskular

- Merapikan alat dan skop dan asesoris untuk dilakukan dekontaminasi, cek

kondisi alat apakah dalam keadaan baik/tidak, foto/video sudah tersimpan

dengan baik/tidak.

- Membersihkan alat mulai dari proses pencucian, pensterilan sampai

dengan siap pakai sesuai SPO.

- Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan di rekam medis

pasien

- Mencuci tangan.

 Komplikasi

- Perdarahan gastrointestinal

- Radang tenggorokan

Miranti, S.Kep., Ns Page 56


6) Polipektomi

 Pengertian

Polipektomi adalah pengangkatan polip dari lapisan dalam usus

besar. Polip adalah suatu massa jaringan.

 Tujuan:

- Untuk menentukan jenis histologi polip

- Untuk menentukan pengobatan

 Indikasi

- Polip yang terdapat pada saluran gastrointestinal

 Kontraindikasi

- Polip yang terlalu besar

- Gangguan koagulasi

- Perdarahan

 Persiapan

Persiapan alat

- Endoskop; kolonoskop

- Elektro surgical unit

- Asesoris: snare loop, hot biopsi, basket dormia, rootnet, tri pot, snare

injeksi ukuran 23G, dye semprot, kliping dan nilon loop, Argon Plasma

Coagulation (APC)

- Xylocaine jelly 2%.

- Underpad

- Alat Pelindung Diri (APD): sarung tangan, apron, masker, dan kaca mata.

- Baju pasien berbagai ukuran.

- IV catheter, plester, selang oksigen.

Miranti, S.Kep., Ns Page 57


- Cairan infus : Nacl 0,9%, RL, Asering, D5.

- Bloodset

- Syringe 3cc, 10cc, 50cc.

- Dua buah tempat berisi. Pertama berisi air aquadest, kedua berisi cairan

enzimatik (pre cleaning).

- Botol PA (terisi dengan cairan formalin 10%).

- Oksigen dan oksimetri.

- Komputer dan monitor TV.

- Biopsi forcep.

- Suction kateter.

- Water jet (bila perlu)

- Obat - obat emergensi, obat premedikasi (sedasi).

- Kassa steril

- Tensimeter dan stetoskop.

- Alkohol.

- Set intubasi.

- ETT berbagai ukuran

- Sarung tangan steril berbagai ukuran.

- Ambubag.

Persiapan pasien

- Pasien puasa 6-8 jam sebelum tindakan

- Sebelumnya sudah dilakukan colon cleansing dengan pencahar

- Pemeriksaan laboratorium (HB, BTCT, PT, APTT)

- Umur diatas 40 tahun sebaiknya dilakukan rekam jantung

- Informed Consent

Miranti, S.Kep., Ns Page 58


 Peran perawat

Peran perawat sebelum melakukan tindakan polipektomi:

- Bina hubungan terapeutik untuk mengkaji kesiapan pasien dalam

menjalani prosedur endoskopi, dalam hal ini perawat berperan untuk

memberi dukungan (support), mendidik dan konseling.

- Identifikasi informasi yang dibutuhkan

- Memastikan adanya informed consent, mengecek hasil laboratorium,

radiologi, rekam jantung, pemeriksaan kolonoskopi sebelumnya, riwayat

minum obat anti koagulasi.

- Lakukan pengkajian ulang, cek list Sign In tentang kepatuhan pasien akan

persiapan prosedur endoskopi, menanyakan pasien tentang adanya alergi

obat, riwayat penyakit, ada atau tidaknya gigi palsu, melepas kaca mata,

menghapus lipstik serta cat kuku.

- Menganjurkan pasien untuk mengganti pakaian serta berbaring di tempat

tidur

- Memasang monitor EKG, tekanan darah, saturasi oksigen

- Melakukan observasi tanda-tanda vital

- Memasang IV line

- Memposisikan pasien tidur miring ke arah kiri dengan kedua kaki ditekuk

ke arah dada

- Memberikan obat premedikasi (kolaborasi dokter).

- Perawat serta dokter mencuci tangan sebelum menggunakan APD

- Mengolesi xylocainee jelly 2% pada lubang anus pasien dan lakukan

rectal touche. Mengolesi lubricating jelly pada ujung skop sampai 20 cm

- Lakukan Time out

Miranti, S.Kep., Ns Page 59


Peran perawat selama tindakan polipektomi berlangsung:

- Memberikan penjelasan ulang kepada pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan

- Monitor tanda-tanda vital, distensi abdomen, perdarahan, dan tingkat

kesadaran. Bila terjadi perubahan, kolaborasikan dengan dokter

- Membantu menyiapkan elektro surgical unit serta asesoris yang

dibutuhkan

- Perawat menyiapkan forcep biopsi dan botol PA. Pada botol PA diberikan

nama, tanggal pemeriksaan dan lokasi pengambilan.

- Perawat melakukan pengambilan gambar yang diperlukan untuk

pendokumentasian

- Mencatat obat-obatan yang telah diberikan

Peran perawat setelah tindakan polipektomi:

- Merapikan pasien, membersihkan area sekitar anus

- Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dan memberikan

pengertian bahwa rasa kembung akan berkurang bersamaan dengan

keluarnya gas

- Membilas skop dengan enzim dan air bersih.

- Membersihkan alat mulai dari proses pencucian, pensterilan sampai

dengan siap pakai sesuai SPO.

- Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan di rekam medis

pasien

- Mencuci tangan.

 Komplikasi

- Perdarahan

Miranti, S.Kep., Ns Page 60


- Perforasi

- Sindrom pasca polipektomi: demam, nyeri perut dan leukositosis.

D. Perawatan Alat Endoskopi

1. Perawatan Fiberskop

1) Pre-cleaning

- Bersihkan dengan lap lembut (tissue free alcohol) insersi bagian atas

sampai distal cord.

- Lakukan penyemprotan dengan menekan water valve, hingga keluar

kotoran yang tersisa ke sampah medis.

- Lakukan penghisapan dengan larutan enzimatik 200 cc hingga habis.

- Dengan cara suction larutan enzim bergantian dengan suction udara

sampai larutan 200 cc tersebut habis.

- Transportasi ke ruang pencucian dengan cara: lepaskan skop dari mesin

tower, letakkan skop ke kantong skop dengan menggunakan dressing

cart dibawa ke ruang pencucian.

Miranti, S.Kep., Ns Page 61


2) Leakage testing

- Sebelum pencucian lakukan tes kebocoran dengan cara pasangkan

leakage tester dan nyalakan pompa, dan pastikan skop telah berisi

udara, dan di rendam didalam air lalu lakukan manuver angulasi,

perhatikanlah bagaimana kondisi skop. bila skop bocor masukan

kantong jangan di cuci dan di beri kode skop bocor agar segera di

perbaiki.

3) Manual cleaning

- Lakukan brushing pada semua channel

- Semprotkan dengan larutan enzimatik ke semua channel dengan

menggunakan syringe 50cc.

- Rendam skop ke dalam larutan enzimatic. Lama perendaman

sesuaikan dengan rekomendasi larutan

- Brush yang sudah digunakan rendam dengan larutan desinfektan

4) Rinsing on time

- Semprotkan udara pada semua channel

- Bilas dengan air aqua (water RO) semua channel dengan syringe 50cc

selama 3x pembilasan

- Semprotkan udara pada semua channel

- Keringkan skop dengan lap lembut

5) Disinfection

- Lakukan tes kelayakan desinfektan dengan indicator strep

- Masukkan skop ketempat perendaman desinfektan semprotkan larutan

desinfektan ke semua channel dengan syringe 50 cc kemudian rendam

5 menit

Miranti, S.Kep., Ns Page 62


6) Rinsing

- Semprotkan udara pada semua channel

- Bilas dengan air aqua (water RO) semua channel dengan syringe 50 cc

selama 3x pembilasan

- Semprotkan udara pada semua channel

- Keringkan skop dengan lap lembut

7) Drying and alcohol flush

- Angkat skop dan masukan ke kantong skop (tempat yang bersih dan

tertutup) dan letakan diatas dressing cart

- Semprotkan dengan alkohol 70% ke semua channel dengan syringe 5cc

8) Storage

- Letakkan skop ke kantong skop dengan menggunakan dressing cart di

bawa ke ruang penyimpanan.

- Syarat penyimpanan skop (storage):

 Skop harus dikeringkan secara cermat sebelum disimpan, terutama

ujung lensa dan light guide, angulasi tidak dalam keadaan terkunci

dan lepaskan semua asesoris yang ada.

 Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan cukup aliran udara

dan suhu ruangan diatur 22º C dan dengan kelembaban tidak

melebihi 50 %.

 Skop digantung pada lemari yang dirancang khusus.

 Skop tidak boleh disimpan dalam kopernya dalam jangka waktu

lama

Miranti, S.Kep., Ns Page 63


2. Perawatan Light Source

1) Pembersihan

- Bersihkan permukaan luar light source dengan menggunakan lap

dibasahi alkohol

- Hindari percikan air masuk ke dalam light source

- Membersihkan light source pada saat alat sudah dingin

2) Penyimpanan

- Tempat penyimpanan rata tidak miring, hindari dari getaran dan

benturan

- Alat tetap dalam kondisi kering, terhindar dari percikan air

- Tekanan udara (70-1000 mbar)

- Suhu udara (10˚- 40˚ C)

- Kelembaban udara (30˚- 80˚ C)

- Jauhkan dari gas atau cairan yang mudah terbakar

3. Perawatan Water Container

1) Pembersihan

- Water container yang sudah digunakan langsung dicuci dan

dibersihkan, disikat dengan air sabun kemudian dibilas dengan air

bersih

- Cuci kembali dengan cidex kemudian bilas dengan air bersih

- Keringkan dengan kassa bagian dalam, kemudian bagian luar

keringkan dengan lap handuk sampai bersih dan kering

2) Penyimpanan

- Alat jangan diisi dengan air kalau tidak dipakai

Miranti, S.Kep., Ns Page 64


- sebaiknya alat tersebut disimpan dalam keadaan kering pada waktu

dipakai air ¾ botol pada batas yang telah ditentukan.

4. Perawatan Suction Pump

1) Pembersihan

- Setelah dipakai cairan pada botol dibuang pada tempat yang telah

disediakan

- Bersihkan botol dengan air sabun lalu sikat kemudian bilas dengan air

bersih, lalu bilas dengan cidex dan terakhir dibilas dengan air bersih

- Keringkan botol dengan handuk

2) Penyimpanan

- Kabel-kabel pengubung digulung rapi dan harus dalam keadaan siap

pakai.

5. Asesoris

1) Forcep biopsi

- Sikat fleksibel biopsi sampai ke ujungnya dengan menggunakan

desinfektan yang sudah dilarutkan

- Sikat ujung biopsi dengan sikat khusus

- Bilas dibawah keran air mengalir hingga bersih lalu keringkan

- Masukkan alat biopsi ke dalam kantong plastik kemudian di sterilkan

di Central Sterile Supply Departement (CSSD).

Miranti, S.Kep., Ns Page 65


E. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Endoskopi

1) Pengkajian

a. Biologis

b. Psikologis

Dikaji bagaimana kesiapan mental pasien dalam menghadapi pemeriksaan

yang akan dijalani. Kemungkinan bisa ditemukan pasien dalam keaadan

cemas, takut sehubungan akan menghadapi pemeriksaan.

c. Sosial

Bagaimana hubungan interpersonal pasien dengan keluarganya. Data ini

digunakan sebagai data pelengkap untuk tahap selanjutnya apabila nanti

diperlukan.

d. Kultural

Dikaji bagaimana pola kebiasaan hidup sehari-hari, pola makan dan

sebagainya.

e. Spiritual

Dikaji tentang keyakinan yang dianut pasien, karena suatu keyakinan yang ada

dalam diri pasien akan sangat membantu kesembuhan dan memperlancar

jalannya pemeriksaan.

f. Riwayat Sekarang

Pasien merasakan ada nyeri perut, mual, muntah, kembung.

g. Riwayat Alergi Obat

Apakah pasien mempunyai riwayat alergi pada salah satu jenis obat.

Miranti, S.Kep., Ns Page 66


2) Diagnosa Keperawatan

a. Pre-Endoskopi

Diagnosa 1:

Kecemasan berhubungan dengan faktor psikologis (krisis situasional) dan

ancaman terhadap perubahan status kesehatan.

- NOC:

Kontrol kecemasan, koping

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam, kecemasan teratasi

dengan kriteria hasil:

Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, tanda-

tanda vital dalam batas normal, postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa

tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

- NIC:

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

1) Gunakan pendekatan yang menenangkan

2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

3) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

4) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

5) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

6) Libatkan keluarga untuk mendampingi klien

7) Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

8) Dengarkan dengan penuh perhatian

9) Identifikasi tingkat kecemasan

10) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

11) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,persepsi

Miranti, S.Kep., Ns Page 67


Diagnosa 2:

Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

secara aktif

- NOC:

Fluid balance. Hydration. Nutritional Status: Food and Fluid Intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam, risiko kekurangan

volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh, pernafasan dalam batas normal, tidak

ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa

lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

- NIC:

1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2) Monitor status hidrasi (kelembaban, membran mukosa, nadi

adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.

3) Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt,

osmolalitas urin, albumin, total protein)

4) Monitor tanda-tanda vital

5) Kolaborasi pemberian cairan IV

6) Monitor status nutrisi

7) Berikan cairan oral

8) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

b. Durante Endoskopi

Diagnosa 1:

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

Miranti, S.Kep., Ns Page 68


- NOC:

Pain level, pain control, comfort level.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam diharapkan nyeri

berkurang bahkan hilang dengan kriteria hasil:

Mampu mengontrol nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologi

untuk mengurangi nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang, mampu

mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri),

menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam

rentang normal.

- NIC:

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST)

2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5) Kurangi faktor presipitasi nyeri

6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi,

distraksi, kompres hangat/dingin

8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

9) Tingkatkan istirahat

10) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama

nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

Miranti, S.Kep., Ns Page 69


11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik

pertama kali.

Diagnosa 2:

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kecemasan, nyeri, distensi

usus

- NOC:

Respiratory status: Ventilation. Respiratory status: Airway patency. Vital

sign Status.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam pasien

menunjukkan keefektifan pola nafas, dengan kriteria hasil:

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg

mudah, tidakada pursed lips). Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang

normal, tidak ada suara nafas abnormal). Tanda Tanda vital dalam rentang

normal (tekanan darah, nadi, pernafasan). Saturasi > 95 %.

- NIC:

1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2) Pasang mayo bila perlu

3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu

4) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

5) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

6) Berikan bronkodilator :

7) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

Miranti, S.Kep., Ns Page 70


8) Monitor respirasi dan status O2

9) Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

10) Pertahankan jalan nafas yang paten

11) Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

12) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

13) Monitor  vital sign

14) Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi

untuk memperbaiki pola nafas.

15) Ajarkan bagaimana batuk efektif

16) Monitor pola nafas

17) Kolaborasi pemberian oksigen

Bila ada gejala obstruksi jalan nafas saat tindakan: cepat hentikan

tindakan, posisikan pasien telentang, kepala ekstensi maksimal dan teknik Jaw

Thrust, pasang OPA, NPA, kolaborasi anastesi (ETT, CPR, farmakologis

lainnya).

Diagnosa 3:

Mual berhubungan dengan iritasi gaster, distensi gaster, nyeri, cemas

- NOC:

Comfort Level. Hidrasi. Nutritional Status. Fluid Management.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam mual teratasi

dengan kriteria hasil:

Melaporkan bebas dari mual, mengidentifikasi hal-hal yang mengurangi

mual, nutrisi adekuat. Status hidrasi: hidrasi kulit membran mukosa baik,

Miranti, S.Kep., Ns Page 71


tidak ada rasa haus yang abnormal, panas, urin output normal, TD, HCT

normal

- NIC:

1) Monitor statsu hidrasi (kelembaban membran mukosa, tanda-tanda

vital adekuat)

2) Jelaskan untuk menggunakan nafas dalam untuk menekan reflek

mual

3) Berikan terpi IV kalau perlu

4) Kelola pemberian antiemetik

Diagnosa 4:

Risiko perdarahan dengan faktor risiko: trauma jaringan akibat skop atau

reseksi mukosa akibat endoskopi (EMR/Endoscopy Mukosa Resection ), efek

sekunder perdarahan saluran cerna lainnya seperti pecahnya varises, dan lain -

lain.

- NOC:

Blood lose severity. Blood koagulation

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

risiko perdarahan teratasi dengan kriteria hasil:

Tidak ada hematuria dan hematemesis, tekanan darah dalam batas normal

sistol dan diastole, tidak ada distensi abdominal, hemoglobin dan

hematrokrit dalam batas normal, plasma, PT, PTT dalam batas normal

- NIC:

Bleeding precautions:

Miranti, S.Kep., Ns Page 72


1) Monitor ketat tanda-tanda perdarahan

2) Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah terjadìnya perdarahan

3) Monitor tanda-tanda vital ortostatik

4) Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif

5) Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan

6) Hindari pemberian aspirin dan antikoagulan

7) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak

mengandung vitamin K

8) Hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan untuk

mempertahankan intake cairan yang adekuat dan pelembut feses

Bleeding reduction:gastrointestinal

9) Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh: emesis, feces,

urine, residu lambung.

10) Kolaborasi dalam pemberian terapi lactulose atau vasopressin

11) Lakukan pemasangan NGT untuk memonitor sekresi dan

perdarahan lambung

12) Lakukan bilas lambung dengan NaCI dingin

13) Dokumentasikan warna, jumlah dan karakteristik feses

14) Hindari pH lambung yang ekstrem dengan kolaborasi pemberian

antacids atau histamine blocking agent

15) Kurangi faktor stress

16) Pertahankan jalan nafas

17) Hindari penggunaan antikoagulan

18) Berikan cairan Intravena

19) Hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen

Miranti, S.Kep., Ns Page 73


c. Pasca Endoskopi

Diagnosa 1:

Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan neuromuskular (mis;

penurunan atau hilangnya refleks muntah) efek samping anastesi lokal.

- NOC

Pencegahan aspirasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam diharapkan

gangguan menelan teratasi dengan kriteria hasil:

Kemampuan menelan adekuat, mampu mengontrol mual & muntah, tidak

ada kerusakan otot tenggorong atau otot wajah, menelan, menggerakkan

lidah, atau refleks muntah. Pemulihan pasca prosedur pengobatan, kondisi

pernapasan adekuat

- NIC

1) Memantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah, dan

kemampuan menelan

2) Memonitor status paru menjaga/mempertahankan jalan napas

3) Hindari makan, jika tenggorokan masih baal/ketidakmampuan

menelan

4) Pantau adanya tanda dan gejala aspirasi

5) Posisikan pasien tegak lurus 90˚ atau setegak mungkin

Diagnosa 2:

Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

secara aktif

Miranti, S.Kep., Ns Page 74


- NOC:

Fluid balance. Hydration. Nutritional Status: Food and Fluid Intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam, risiko kekurangan

volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh, pernafasan dalam batas normal, tidak

ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, embrane mukosa

lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

- NIC:

1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2) Monitor status hidrasi (kelembaban, membran mukosa, nadi

adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.

3) Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt,

osmolalitas urin, albumin, total protein)

4) Monitor tanda-tanda vital

5) Kolaborasi pemberian cairan IV

6) Monitor status nutrisi

7) Berikan cairan oral

8) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

Miranti, S.Kep., Ns Page 75


F. WOC (Web Of Caution)

1) WOC EGD/Gastroskopi

Disfagia, nyeri epigastrium, muntah-muntah, kelainan tukak, keganasan,


obstruksi esofagus, pendarahan akut dari saluran makanan bagian atas
pasca gastrektomi dengan gejala atau keluhan saluran makanan bagian atas

Esofagogastroduodenoscopy
(EGD

Mekanis Masuknya udara Pemberian Krisis situasional


dan air anastesi lokal;
Xylocaine spray

Injuri fisik ; Distensi gaster Tenggorakan Psikologis:


mukosa mati rasa Koping tidak
efektif

Gangguan Stress
Nyeri Mual neuromuskular

Risiko Gangguan
Kecemasan
Perdarahan Menelan

Ketidakseimbangan Suplai O2 untuk


O2 dan CO2 di jaringan tubuh
dalam otak meningkat

Sesak nafas Ketidakefektifan


pola nafas

2) WOC Kolonoskopi

Radang anus, perdarahan anus,


Miranti, S.Kep., Ns radang kolon, pasca
Page 76bedah dan
anemia
Tindakan kolonoskopi/
tindakan invasif

Mekanis Akumulasi udara Colon Cleansing; Krisis situasional


dan air di dalam enema
lumen

Injuri fisik; Distensi usus Merangsang Psikologis:


mukosa peristaltik usus Koping tidak
efektif

Penekanan BAB cair banyak Stress


Nyeri diagfragma kali

Sesak nafas
Risiko Risiko kehilangan Kecemasan
Perdarahan volume cairan

Ketidakefektifan
pola nafas

Miranti, S.Kep., Ns Page 77

Anda mungkin juga menyukai