Anda di halaman 1dari 10

PATIENT SAFETY PENYAKIT INFEKSI

DOSEN PEMBIMBING :

DI SUSUSN OLEH :
1. Nolysta Cahyani Eka Prastya P1337434122060
2. Andhika Alam Islami P1337434122074
3. Muhammad Imam Padil P1337434122087

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PROGRAM STUDI

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM

MEDIS

2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Patient Safety Penyakit
Menular” ini dengan baik.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang telah membimbing dan
membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moral maupun
material sehingga makalah ini dapat terwujud.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah k3
& Patient Safety. Dan pada makalah ini akan di bahas mengenai pentingnya keamanan pasient
dalam menanggulangi penyakit menular.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan juga
masih banyak kesalahan yang kami yakini ada di luar abatas kemampuan kami.oleh karena itu
kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca temukan pada
makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik dan saran dari para pembaca guna
meningkatkan kualitas tuliosan ke depannya. Kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Semarang, 29 Juli 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................I

KATA PENGANTAR.................................................................................................................II

DAFTAR ISI................................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 Latar belakang...................................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................6

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................6

3.2 Saran.................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan pasien ( patient safety ) di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat lingkungan di rumah sakit jadi lebih aman, antara lain pengurangan resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan pasien, pelaporan, analisis insiden, dan mencegah
terjadinya cedera yang akibat melaksanakan suatu tindakan. Akan tetapi, masih banyak rumah
sakit yang belum menerapkan hal – hal yang disebut sehingga masih banyak pasien yang merasa
masih belum terjamin ketika berobat di rumah sakit. Salah satu sasaran keselamatan pasien
(patient safety), yaitu pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat, sehimgga dapat mengurangi resiko kerja.
Penerapan K3 di rumah sakit diharapkan mampu menunjang pelayanan kesehatan rumah sakit
menjadi lebih baik. Selain itu, K3 dapat dijadikan media preventif dan proteksi diri dari penyakit
penyakit akibat kerja dan kejadian kejadian yang tidak diinginkan di rumah sakit.

Infeksi nosokomial yang dikenal dengan Healthcare Associated Infections (HAIs) dapat terjadi
melalui penularan dari pasien ke petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien ke pengunjung,
ataupun dari petugas ke pasien. Salah satu tahap kewaspadaan standar yang efektif dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi adalah kebersihan tangan, karena kegagalan dalam
menjaga kebersihan tangan merupakan penyebab utama infeksi nosokomial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang disebut dengan patient safety penyakit infeksi?

iv
2. Apa saja penyebab masih banyak terjadinya penyakit infeksi pada pasien rumah sakit ?
2. apa saja prosedur yang harus dilakukan agar penyakit infeksi pada pasien rumah sakit
menurun?

1.3 Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Menurunnya kejadian yang tidak di inginkan di rumah sakit

3. Menaikkan kualitas pada rumah sakit agar masalah tentang Patient Safety Penyakit infeksi
mereda

4. Melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dengan tindakan operasional

1.4 Manfaat

Menyadarkan para petugas, pasien, dan pengunjung rumah sakit bahwa pentingnya mencuci
tangan dan menjaga kebersihan rumah sakit merupakan hal kecil yang mampu mengurangi
penularan penyakit infeksi

v
BAB II

PEMBAHASAN

Patient safety penyakit infeksi merupakan suatu aspek upaya untuk menanggulangi
terjadinya penyakit infeksi yang terjadi pada pasien. Aspek tersebut dapat terwujud jika di
barengi dengan adanya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan meyakinkan bahwa pelayanan
tersebut aman dan tidak membahayakan bagi diri mereka.

Pelaksanaan K3 dapat menjadi gambaran mutu pelayanan yang baik di rumah sakit.
Penerapan K3 dapat berjalan baik apabila ada komitmen dan kebijakan yang baik dari rumah
sakit. Rumah sakit sebagai penyedia sarana harus memberikan pelayanan yang baik tidak hanya
untuk pasien, tetapi juga karyawan dan tenaga kesehatan di dalamnya. Apabila K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja) dari karyawan dan tenaga kesehatan di rumah sakit diperhatikan, tentu
mutu pelayanan yang akan diberikan berkualitas. Memberikan mutu pelayanan kesehatan yang
optimal, rumah sakit memerlukan tenagatenaga kesehatan yang produktif dalam bekerja. Tenaga-
tenaga kesehatan tesebut yakni dokter, perawat, bidan, apoteker, fisioterapi dan tenaga kesehatan
lainnya. Disamping SDM yang ada, rumah sakit juga harus memperhatikan hal hal seperti
kebersihan tangan yang merupakan kunci utama, keamanan, kebersihan permukaanpermukaan
sepanjang waktu, akses yang mudah, pemanasan, ventilasi dan pendingin ruangan, serta tata
kelola air yang digunakan memegang peran penting dalam melindungi petugas dan pasien.

Salah satu hal yang masih sering menjadi masalah utama dimana menurunnya nilai
keamanan pada pasien adalah penyebaran mikroba resisten difasilitas antara lain kurangnya
perhatian pada tindakan pencegahan infeksi dasar, penggunaan alat tanpa disinfeksi, keterbatasan
fasilitas cuci tangan. Penggunaan antibiotika yang bijak dan rasional dapat mengurangi beban
penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sebaliknya, penggunaan antibiotika secara luas pada
manusia dan hewan yang tidak sesuai indikasi, mengakibatkan meningkatnya resistensi
antibiotika secara signifikan.

vi
Infeksi nosokomial merupakan masalah serius yang terjadi di rumah sakit. Kerugian yang
didapatkan sangat membebani pasian dan rumah sakit. Pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial merupakan upaya penting untuk meningkatkan mutu pelayanan medis rumah
sakit.pengendalian infeksi ini dapat di lakukan dengan tiga hal, yaitu tindakan operasional,
tindakan organisasi, dan tindakan struktural. Tindakan operasional mencakup kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan penularan. Kewaspadaan standar komponen utama standar
pencegahan dan pengendalian infeki nosokomial dalam tindakan opeasional mencakup sebagai
berikut:

1. Mencuci tangan
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan dengan sabun dan air menaglir seta digosokkan
selama 15-20 detik.
2. Menggunakan alat pelindung diri/APD, seperti masker, sarung tangan, pelindung
wajah, kaca mata, dan apron pelindung diri
Masker dipakai untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh memasuki hidung
atau mulut petugas kesehatan, juga menahan cipratan yg di timbulkan petugas pada
waktu bersin atau batuk.
Sarung tangan dapat melindungi tangan dari bahan yang menularkan penyakit dan
dapat melindungi pasien dari mikroorganisme yang di bawa oleh petugas kesehatan.
Pemakaian gaun pelindung terutama untuk melindungi baju dan kulit petugas
kesehatan dari sekresi respirasi. Gaun pelindung juga harus dipakai saat ada
kemungkinan terkena prcikan darah ataupun cairan dalam tubuh.
Apron merupakan penghalang air bagian depan petugas kesehatan ketika melakukan
perawatan langsung terhadap pasien saat terdapat risiko saat ktumpahan darah atau
cairan tubuh.
3. Praktik keselamatan kerja
Praktik keselamatan kerja ini berhubungan dengan penggunaan instrumen tajam
seperti jarum suntik.
4. Perawatan pasien
Perawatan pasien ini meliputi tindakan, seperti pemakaian kateter urin, perawatan
bekas luka operasi, transfusi darah, dll.

vii
5. Penggunaan anti septik, penanganan peralatan dalam perawatan pasien, dan
kebersihan lingkungan
Larutan antiseptik dapat digunakan untuk mencuci tangan terutama pada tindakan
bedah, pembersihan kulit sebelum tindakan bedah atau tindakan infasif lainnya. Serta
dapat juga untuk mensterilkan alat alat medis sebelum digunakan.

viii
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jadi, memutus rantai penularan merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah penularan
penyakit infeksi, tetapi harus didukung juga dengan tindakan nyata seperti kebersihan tangan,
kualitas rumah sakit yang baik, dan pencegahan mikroba pada rumah sakit. Pemutusan rantai
penularan infeksi tersebut dilakukan melalui Kewaspadaan Isolasi, yaitu Kewaspadaan Standar
dan Kewaspadaan Transmisi. Jika hal – hal yang disebut diatas telah dilaksanakan secara baik,
maka bukannya tidak mungkin mutu pada rumah sakit akan meningkat sehingga pelayanan yang
diberikan pada pasien semakin terjaga

3.2 SARAN

Upaya yang harus dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta
monitoring dan evaluasi. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) sangat
penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit.

ix
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/acer/Downloads/PATIENT%20SAFETY%20MEMUTUS%20RANTAI
%20INFEKSI%20(4).pdf

Anda mungkin juga menyukai