Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SAFETY AND SECURITY DI RUMAH SAKIT


MANAJEMEN LOGISTIK MEDIK DAN NON-MEDIK RUMAH SAKIT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Logistik
Medik dan Non-Medik Rumah Sakit
Dosen Pengampu : Safari Hasan, S.IP.,MMRS

Disusun Oleh:
Muh Ragil Hirjani
(10822009)

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam tepat waktu. Makalah
ini kami buat untuk memenuhi tugas Antropologi Rumah Sakit. Kami berharap
dengan disusunnya makalah ini dapat membantu Sebagian mahasiswa dan
mahasiswi yang membaca mendapat informasi terbaru dan memudahkan dalam
pembelajaran mata kuliah Antropologi Rumah Sakit.
Kami juga mengharapkan makalah ini sudah tersusun dengan baik dan benar,
walaupun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus kami
perbaiki di makalah ini. Semoga kami bisa menjadi mahasiswa dan mahasiswi
yang ingin belajar dari kesalahan. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam proses pengerjaan makalah ini
terutama kepada dosen yang telah memberi materi ini kepada saya sehingga
saya mudah untuk menyelesaikan makalah ini.

Kediri 21 April 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
BAB III PENUTUP.................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................12
B. Saran.........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan tempat yang harus memberikan perlindungan dan
perawatan kepada pasien yang sakit atau terluka dan keselamatan pasien
dan staf medis merupakan prioritas utama dalam penyediaan layanan
kesehatan yang berkualitas.Keamanan fasilitas informasi medis juga penting
untuk melindungi privasi pasien dan mencegah kerugian materil serta non-
materil karena rumah sakit sering kali rentan terhadap berbagai ancaman
nosokomial, kecelakaan pasien, resiko peretasan data, pelanggaran privasi
dan bahaya lainnya. Dan hal tersebut dapat merusak kepercayaan pasien
terhadap sistem perawatan kesehatan dan menimbulkan konsekuensi hukum
serta finansial bagi rumah sakit.
Penyusunan kebijakan dan prosedur keselamatan yang jelas dan terukur,
serta pelaksanaan yang konsisten serta efektif dan penggunaan teknologi
canggih seperti sistem keamanan pintar dan solusi perangkat lunak untuk
memantau dan meningkatkan keselamatan pasien. Peraturan pemerintah dan
standar industri yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa rumah sakit
mematuhi praktik keselamatan dan keamanan yang terbaik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian safety dan security ?
2. Apa saja tantangan rumah sakit dalam menjaga keselamatan dan
keamanan di rumah sakit ?
3. Bagaimana penerapan teknologi untuk membantu rumah sakit
meningkatkan safety dan security ?
4. Sejauh mana peraturan pemerintah dalam memastikan safety dan security
di rumah sakit ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian safety dan security.
2. Untuk mengetahui tantangan rumah sakit dalam menjaga keselamatan
dan keamanan di rumah sakit.

1
3. Untuk mengetahui peran teknologi dalam membantu meningkatkan safety
dan security di rumah sakit.
4. Untuk mengetahui sejauh mana peraturan pemerintah dalam memastikan
safety dan security di rumah sakit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Safety dan Security


Safety atau keselamatan merujuk pada kondisi bebas dari bahaya, cedera,
atau risiko yang dapat membahayakan keamanan atau kesejahteraan
seseorang atau lingkungan. Dalam konteks umum, keselamatan mencakup
upaya untuk mencegah kecelakaan, cedera, atau kerugian yang disebabkan
oleh berbagai faktor, seperti lingkungan kerja, infrastruktur, atau perilaku
manusia. Penerapan safety melibatkan identifikasi potensi bahaya, evaluasi
risiko, dan pengambilan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko tersebut.
Sedangkan security atau keamanan mengacu pada kondisi bebas dari
ancaman, bahaya, atau tindakan yang bertujuan untuk merugikan atau
melanggar keselamatan, integritas, atau keamanan seseorang, kelompok,
atau sistem. Keamanan dapat merujuk pada perlindungan terhadap ancaman
fisik, seperti serangan teroris atau pencurian, serta ancaman non-fisik seperti
peretasan data atau kebocoran informasi. Upaya keamanan melibatkan
pengembangan sistem, prosedur, dan teknologi untuk mencegah,
mendeteksi, dan merespons terhadap ancaman yang ada atau potensial.
Penerapan safety dan Security di rumah sakit
Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung,
halaman/tanah, peralatan, teknologi medis, informasi serta sistem di
lingkungan Rumah Sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko fisik bagi
pegawai, pasien, pengunjung serta masyarakat sekitar. Keselamatan
merupakan kondisi atau situasi selamat dalam menjalankan aktivitas atau
kegiatan tertentu. Sedangkan keamanan adalah suatu kondisi yang
melindungi properti milik Rumah Sakit, sumber daya manusia Rumah Sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit
dari bahaya pengrusakan dan kehilangan atau akses serta penggunaan oleh
mereka yang tidak berwenang. keamanan kerja adalah unsur-unsur
penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik
berupa materil maupun non materil.

3
Standar keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit bertujuan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit serta menjaga kondisi yang
aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Berikut adalah langkah-
langkah safety dan security di rumah sakit sebagai berikut :

 Identifikasi dan penilaian risiko yang mencakupkeselamatan (lantai


licin, terjebak lift, lift anjlok, dan lain-lain) dan keamanan (pencurian,
penipuan bayi, bocor, dan lain-lain)
 Pemetaan area berisiko terjadinya gangguan keselamatan dan
keamanan di Rumah Sakit.
 Sosialisasi unsur keamanan dan keselamatan meliputi sarana,
lingkungan, tempat, prosedur, tindakan dan anggaran.
 Melakukan pengkajian keselamatan dan keamanan selama proyek
terdapat konstruksi dan rekonstruksi serta penerapan strategi-strategi
untuk mengurangi risiko.
 Rencana dan anggaran Rumah Sakit disusun untukperbaikan atau
penggantian sistem, bangunan, atau komponen-komponen yang
diperlukan agar fasilitas dapat beroperasi dengan selamat, aman, dan
efektif secara berkesinambungan.
 Mengelola, memelihara dan mensertifikasi sarana, prasarana dan
peralatan Rumah Sakit, terutama menyediakan listrik, udara,
pembuangan limbah, ventilasi dan pengelolaan gas medik.

B. Tantangan Rumah Sakit dalam Menjaga Keselamatan dan Keamanan di


Rumah Sakit
Rumah sakit menghadapi sejumlah tantangan dalam menjaga
keselamatan dan keamanan pasien, staf medis, dan fasilitas. Beberapa
tantangan utama yang dihadapi oleh rumah sakit dalam menjaga
keselamatan dan keamanan :

1. Keselamatan Pasien:

 Pencegahan infeksi nosokomial: Rumah sakit harus menghadapi


tantangan dalam meminimalkan risiko infeksi nosokomial yang dapat

4
disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur yang menyebar di antara
pasien.
 Pengelolaan obat yang aman: Kesalahan dalam penggunaan atau
distribusi obat dapat berdampak serius pada pasien, oleh karena itu,
rumah sakit harus memastikan pengelolaan obat yang aman dan
akurat.
 Pencegahan jatuh: Pasien rawat inap sering kali berisiko jatuh,
terutama mereka yang lemah atau lanjut usia. Rumah sakit perlu
mengimplementasikan strategi pencegahan jatuh yang efektif.

2. Keamanan Fasilitas:

 Pencurian dan kekerasan: Rumah sakit dapat menjadi target


pencurian obat, peralatan medis, atau kekerasan fisik terhadap pasien
atau staf medis. Ini memerlukan langkah-langkah keamanan fisik
yang efektif, seperti pengawasan keamanan dan sistem keamanan
pintar.
 Akses yang tidak sah: Mengontrol akses ke area terbatas seperti
ruang operasi atau ruang obat sangat penting untuk mencegah akses
yang tidak sah atau pencurian.

3. Keamanan Informasi Medis:

 Perlindungan privasi pasien: Rumah sakit harus memastikan bahwa


informasi medis pasien disimpan dengan aman dan hanya diakses
oleh pihak yang berwenang. Ancaman seperti peretasan data atau
kebocoran informasi dapat mengancam privasi dan kepercayaan
pasien.
 Kebutuhan akan keamanan siber: Dengan meningkatnya
ketergantungan pada teknologi informasi, rumah sakit harus
menghadapi ancaman keamanan siber yang berkembang, termasuk
serangan peretasan atau malware.

4. Kesiapan Menghadapi Bencana dan Keadaan Darurat:

5
 Bencana alam: Rumah sakit perlu memiliki rencana darurat yang solid
untuk menghadapi bencana alam seperti gempa bumi, badai, atau
banjir.
 Serangan teroris atau kekerasan: Ancaman serangan teroris atau
tindakan kekerasan lainnya juga menjadi perhatian, dan rumah sakit
harus memiliki rencana darurat yang mencakup situasi-situasi ini.

5. Kurangnya Sumber Daya dan Pelatihan:

 Rumah sakit sering kali menghadapi keterbatasan sumber daya


manusia dan finansial, yang dapat menghambat upaya mereka untuk
menerapkan praktik keselamatan dan keamanan yang optimal.
 Pelatihan staf medis: Penting bagi staf medis untuk menerima
pelatihan yang memadai dalam praktik keselamatan dan keamanan
untuk dapat merespons dengan cepat dan efektif terhadap situasi
darurat atau keamanan.
 Dengan menghadapi tantangan-tantangan ini, rumah sakit harus
berfokus pada penerapan strategi pencegahan yang efektif,
pengelolaan risiko yang cermat, dan kerjasama antara staf medis dan
manajemen untuk menjaga keselamatan dan keamanan yang optimal
bagi semua pihak yang terlibat.

C. Peran Teknologi dalam Membantu Meningkatkan Safety dan Security di


Rumah Sakit

Inovasi teknologi dapat meningkatkan keselamatan pasien dengan


mengotomatisasi tugas, memperkenalkan peringatan pengobatan, pengingat
klinis, meningkatkan laporan diagnostik dan konsultasi, memfasilitasi
pertukaran informasi, meningkatkan pengambilan keputusan klinis, mencegat
potensi kesalahan, mengurangi variasi dalam praktik, dan mengelola
kekurangan serta pembuatan tenaga kerja serta data pasien lengkap
tersedia. Teknologi kesehatan adalah landasan fundamental dalam
pembelajaran sistem kesehatan. Pembelajaran sistem kesehatan
menggunakan data dan pengalaman organisasi untuk menggabungkan bukti

6
penelitian ke dalam struktur organisasi dan pengetahuan ke dalam praktik.
Hasilnya, pasien menerima layanan kesehatan yang lebih berkualitas, lebih
aman, dan efisien, dan organisasi layanan kesehatan dapat menjadi tempat
yang lebih baik bagi individu untuk bekerja.

Teknologi kesehatan adalah kunci menuju sistem kesehatan pembelajaran


yang berfokus pada masa depan, efisien, efektif, berkualitas tinggi, dan
aman. Sebagian besar pemimpin kesehatan dan pembuat kebijakan
memandang teknologi kesehatan sebagai alat untuk menangkap data yang
kemudian dapat dianalisis dan digunakan untuk memprediksi perubahan
dalam pemanfaatan layanan kesehatan (misalnya kunjungan ke ruang gawat
darurat) dan mendukung pengambilan keputusan organisasi (seperti
perencanaan strategis untuk wilayah layanan kesehatan). ). Data
memungkinkan kita untuk memahami pemanfaatan layanan kesehatan dan
meningkatkan sumber daya layanan kesehatan dan bahkan dapat membantu
para pemimpin kesehatan melakukan perbaikan bertahap dalam kualitas dan
keamanan layanan kesehatan.

Data yang dikumpulkan dan dianalisis dapat membantu kita memahami


kapan suatu proses berada dalam kendali dan kapan suatu proses
memerlukan pemeriksaan, untuk menentukan sumber variasi dan/atau
kesalahan. Data yang ditangkap oleh teknologi memungkinkan kita belajar
dari data tersebut dan meningkatkan kualitas dan keamanan layanan
kesehatan.
Rancangan Sistem Teknologi Keamanan digital Terjamin
Agar keamanan sistem layanan kesehatan digital kita dapat ditingkatkan,
kita perlu memahami bagaimana perangkat lunak, perangkat keras, dan
perangkat dirancang, dikembangkan, diimplementasikan, dihubungkan, dan
dipelihara untuk memastikan keselamatan. Teknologi individu dan cara
teknologi ini diintegrasikan ke dalam ekosistem kesehatan digital dapat
menimbulkan kesalahan baru yang disebabkan oleh teknologi. Kesalahan
yang disebabkan oleh teknologi mungkin timbul dari aktivitas manusia yang
terlibat dalam memindahkan perangkat lunak dari ide awal atau aktivitas

7
desain (misalnya desain bersama dengan pasien, desain partisipatif dengan
kelompok profesional kesehatan) ke teknologi yang berfungsi penuh.
Kesalahan yang disebabkan oleh teknologi dapat timbul dari/selama
perancangan, pengembangan, pemrograman, implementasi, dan
pemeliharaan teknologi yang digunakan untuk mendukung kegiatan
kesehatan dan layanan kesehatan. Metode yang menguji atau mengevaluasi
keamanan teknologi dapat diintegrasikan dan digunakan untuk mencegah
kesalahan yang disebabkan oleh teknologi.Terakhir, kualitas dan
keselamatan (misalnya informatika kesehatan - profesional peningkatan
kualitas dan manajemen risiko) perlu memahami bagaimana kesalahan
menyebar di seluruh ekosistem layanan digital, ketika teknologi diintegrasikan
dan dihubungkan ke seluruh lingkungan (misalnya dari rumah sakit ke
rumah).
Pembelajaran seperti itu sangat penting untuk pembelajaran sistem
kesehatan yang terjadi dalam struktur kesehatan digital. Jika kita belajar dari
kesalahan yang disebabkan oleh teknologi, kita dapat mencegahnya atau
membangun tinjauan manusia dan redundansi teknologi yang mencegah
kesalahan mempengaruhi pengambilan keputusan terkait kesehatan atau
menyebar ke seluruh sistem layanan.

D. Peran Pemerintah dalam Memastikan Safety dan Security di Rumah


Sakit
Peran pemerintah dalam memastikan safety dan security di rumah sakit
sangat penting untuk menjaga kesejahteraan dan keamanan pasien, staf
medis, dan pengunjung. Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini antara lain:
 Regulasi dan Standarisasi: Pemerintah bertanggung jawab untuk
mengeluarkan regulasi dan standar keamanan yang jelas bagi rumah
sakit. Ini mencakup persyaratan untuk perlengkapan keamanan,
prosedur keamanan, dan pelatihan staf terkait.
 Pengawasan dan Penegakan Hukum: Pemerintah harus mengawasi
penerapan standar keamanan di rumah sakit dan menegakkan hukum
terhadap pelanggaran yang terjadi. Ini termasuk inspeksi rutin,
investigasi atas insiden keamanan, dan penegakan tindakan disiplin

8
jika ditemukan pelanggaran.
 Pendidikan dan Pelatihan: Pemerintah dapat memberikan dukungan
dalam hal pendidikan dan pelatihan terkait keamanan bagi staf rumah
sakit. Ini termasuk pelatihan dalam penanganan keadaan darurat,
penanganan pasien yang mungkin berpotensi merugikan, dan
protokol keamanan lainnya.
 Sumber Daya dan Infrastruktur: Pemerintah bertanggung jawab untuk
menyediakan sumber daya dan infrastruktur yang memadai bagi
rumah sakit untuk menjaga keamanan. Hal ini mencakup pendanaan
untuk sistem keamanan fisik, teknologi keamanan, dan fasilitas yang
aman bagi pasien dan staf.
 Kolaborasi dengan Pihak Terkait: Pemerintah perlu bekerja sama
dengan rumah sakit, lembaga kesehatan lainnya, dan pihak terkait
lainnya seperti kepolisian, pemadam kebakaran, dan layanan darurat
untuk meningkatkan koordinasi dan respons dalam situasi keamanan
darurat.
Dengan melakukan peran-peran ini, pemerintah dapat membantu
memastikan bahwa rumah sakit memberikan lingkungan yang aman dan
terlindungi bagi semua yang terlibat di dalamnya.

Dasar Hukum atau Kebijakan Patient Safety


Aspek hukum terkait dengan “patient safety” atau keselamatan pasien adalah
sebagai berikut:
a. Pasal 53 (3) UUNo.36/2009 tentang kesehatan : Pelaksanaan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan
pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.
b. Pasal 32n UU No.44/2009 tentang rumah sakit : Setiap pasien mempunyai
hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit
c. Pasal 29b UU No.44/2009 tentang rumah sakit : Setiap rumah sakit
mempunyai kewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

9
d. Pasal 45 (1) UU No.44/2009 tentang rumah sakit : Rumah sakit tidak
bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif.
e. Pasal 32d UU No.44/2009 tentang rumah sakit : 32 Setiap pasien
mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesional dan standar prosedur operasional.
f. Pasal 32e UU No.44/2009 tentang rumah sakit : Setiap pasien mempunyai
hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
g. Pasal 32j UU No.44/2009 tentang rumah sakit : Setiap pasien mempunyai
hak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
h. Pasal 32q UU No.44/2009 tentang rumah sakit : Setiap pasien mempunyai
hak menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana.
i. Pasal 43 UU No.44/2009 : 1) Rumah sakit wajib menerapkan standar
keselamatan pasien. 2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian
yang tidak diharapkan. 3) Rumah sakit melaporkan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepada komite yang membidangi keselamatan
pasien yang ditetapkan oleh menteri. 4) Pelaporan insiden keselamatan
pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara anonim dan
ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam angka meningkatkan keselamatan
pasien. 5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
menteri.
j. Permenkes RI No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan
pasien rumah sakit : Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu
system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem

10
tersebut meliputi: 33
1) Assessment risiko
2) Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Kemampuan belajar dari insiden
5) Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan risiko
Langkah–Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Kemkes R1,
2015)
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka rumah sakit harus
merancang standar keselamatan pasien. Ada tujuh langkah keselamatan pasien
rumah sakit sesuai dalam buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit yang isinya sebagai berikut:
Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien Langkah pertama ini
dilakukan dengan menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
dalam segala aspek pelayanan rumah sakit. Langkah kongkrit penerapannya
adalah sebagai berikut:
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-
langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang
harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga
2) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden
3) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit.
4) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan
pasien.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan patient safety Menurut
Cahyono (2008)

Penerapan keselamatan pasien merupakan hal yang sangat komplek dan


tergantung oleh banyak faktor yang berkontribuksi. Hambatan yang paling berat
dalam penerapan keselamatan pasien adalah bagaimana menciptakan Safety
Culture sebagai fondasi standar keselamatan pasien. Lumenta (2007)
menyatakan, selain kompleksitas yang terjadi dalam suatu organisasi rumah

11
sakit, dalam penerapan keselamatan pasien juga dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu

(1) faktor individu dan kinerja,

(2) faktor lingkungan kerja,

(3) faktor pasien,

(4) faktor organisasional dan

(5) faktor eksternal.

Dalam laporan Institute of Medicine (IOM), dikutip dari penelitian Yesi.F.


(2014), menyimpulkan bahwa penyebab KTD lebih banyak akibat kesalahan
sistem daripada individu. Penyebab KTD dapat juga menggunakan teori James
Reason dalam tulisannya “Human Error: Models and Manajement” menjelaskan
bahwa hampir semua KTD yang terjadi melibatkan berbagai kombinasi yaitu:

1) Kegagalan sistem pertahanan atau sistem barier.

Menurut Reason (2000) setiap organisasi atau perusahaan (termasuk rumah


sakit) demi menghindari kerugian (KTD) pasti menerapkan suatu sistem
pengaman atau sistem barier. Sistem ini diciptakan atau disusun lapis demi lapis
agar tidak terjadi suatu insiden (KTD). Sesuatu kerugian atau KTD baru terjadi
apabila sistem barier tersebut tidak berfungsi atau dilanggar oleh individu yang
melakukan kesalahan atau pelanggaran.

2) Kegagalan aktif/ kegagalan petugas Kegagalan aktif yaitu faktor manuasia


atau petugas yang melakukan kesalahan atau pelanggaran. Kecelakaan terjadi
karena faktor manusia/petugas (dokter, perawat, farmasi dll) yang melakukan
kegagalan aktif karena individu tersebut telah melanggar sistem pengamanan
yang ada.
3) Kondisi yang memudahkan terjadinya kesalahan Petugas melakukan
kesalahan, kegagalan atau pelanggaran disebabkan karena kondisi tempat
mereka bekerja tidak dirancang agar aman dan nyaman. Faktor-faktor yang

12
memudahkan petugas untuk berbuat salah atau melakukan pelanggaran yaitu :
 Tekanan mental dan fisik Suasana dan tuntutan kerja dalam pelayanan
medis atau keperawatan menuntut kecepatan, ketepatan dan hati-hatian.
Kondisi pasien dari waktu ke waktu dapat berubah secara tidak terduga.
Semua ini membutuhkan konsentrasi, perhatian dan kewaspadaan yang
tidak boleh lengah dan putus. Keadaan demikian dapat menimbulkan
kelelahan mental dan fisik para petugas kesehatan.

 Keterbatasan fisik `Petugas kesehatan yang menderita suatu gangguan


fisik atau penyakit tertentu sebenarnya tidak layak melakukan pelayanan
kesehatan pada pasiennya.
 Gangguan lingkungan kerja Lingkungan kerja yang tidak nyaman seperti
berisik, gerah, suasana kerja tidak harmonis, gangguan telepon,
kelebihan beban kerja merupakan sumber stress bagi para petugas.
Kondisi yang demikian dapat menggangu konsentrasi dan perhatian
petugas.
4) Supervisi
5) Teamwork
6) Kondisi laten (kegagalan organisasi dan manajemen). Kondisi laten atau
kesalahan laten mencerminkan kelemahan dalam organisasi dan manajemen
sehingga menciptakan kondisi yang memudahkan terjadinya kesalahan.
Kesalahan laten sudah terkondisikan dalam suatu sistem yang keberadaannya
sudah berlangsung lama tidak seperti kejadian aktif yang 36 kejadianya tidak
dapat diprediksi, kondisi laten dapat diidentifikasi dan diperbaiki sebelum sesuatu
KTD terjadi

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran pemerintah sangat penting dalam mengawasi dan memastikan
penerapan standar keamanan di rumah sakit guna melindungi pasien, staf
medis, dan pengunjung. Diperlukan regulasi yang ketat dan jelas terkait
dengan safety dan security di rumah sakit. Standar keamanan harus
ditetapkan dan ditegakkan secara konsisten. Pelatihan rutin bagi staf rumah
sakit dalam penanganan keadaan darurat, protokol keamanan, dan tindakan
pencegahan penting untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan dalam
menghadapi situasi berisiko. Pemanfaatan teknologi keamanan seperti
sistem keamanan fisik, kamera pengawas, dan akses kontrol dapat
membantu meningkatkan keamanan secara keseluruhan. Kolaborasi antara
pemerintah, rumah sakit, dan pihak terkait lainnya seperti kepolisian dan
layanan darurat penting untuk meningkatkan respons dan koordinasi dalam
situasi keamanan darurat.

B. Saran
Rumah sakit perlu menyusun rencana keamanan terpadu yang mencakup
prosedur darurat, identifikasi risiko, dan tindakan pencegahan untuk
mengatasi ancaman keamanan. Pelatihan berkala bagi staf rumah sakit
tentang penanganan keadaan darurat dan penggunaan peralatan keamanan
sangat penting untuk meningkatkan kesiapan dalam menghadapi situasi yang
memerlukan respons cepat. Evaluasi rutin terhadap sistem keamanan,

14
termasuk inspeksi fisik dan pengujian protokol keamanan, diperlukan untuk
memastikan ketersediaan dan kesiapan dalam menghadapi berbagai
ancaman. Pemimpin rumah sakit harus menunjukkan komitmen yang kuat
terhadap safety dan security dengan memberikan sumber daya yang cukup,
mendukung pelatihan, dan mendorong budaya keamanan yang kuat di
seluruh organisasi

DAFTAR PUSTAKA

Galih Endratida M. (2022). Keselamatan dan Keamanan di Rumah


Sakit. https://galihendradita.wordpress.com/ .
Borycki EM, Kushniruk AW. Health technology, quality and safety in a learning health
system. Healthc Manage Forum. 2023 Mar;36(2):79-85. doi:
10.1177/08404704221139383. Epub 2022 Dec 23. PMID: 36562483; PMCID:
PMC9975897.
http://scholar.unand.ac.id/37778/2/BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai