Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN MANAJEMEN

FASILITAS KESELAMATAN

RS KHUSUS THT-BEDAH KL PROKLAMASI BSD


JL. Pahlawan Seribu CBD Kav. No. 7 Tangerang Selatan
021-29002929 / rs_proklamasibsd@yahoo.co.id
2022
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan di RSK THT-Bedah KL Proklamasi
BSD dapat diterbitkan.
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan di rumah sakit merupakan cerminan dari mutu
rumah sakit, sehingga Kesehatan Keselamatan Kerja di rumah sakit merupakan suatu hal
yang harus diperhatikan untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, karena
dampaknya yang cukup luas pada masyarakat sekitar rumah sakit. Maka hal ini perlu
diperhatikan terutama oleh pihak Manajemen Rumah Sakit.
Pedoman Manajemen Fasilitas Keselamatan dibuat untuk menjadi acuan Tim
Manajemen Fasilitas Keamanan di RSK THT-Bedah KL Proklamasi BSD sebagai bahan
untuk melaksanakan dan memantau kegiatan Manajemen Fasilitas Keamanan di rumah
sakit, guna mencegah dan memperkecil kemungkinan terjadinya risiko dan kejadian yang
tidak diharapkan.
Dengan terbitnya Pedoman Manajemen Fasilitas Keamanan di RSK THT-Bedah KL
Proklamasi BSD ini diharapkan dokter, perawat, dan petugas kesehatan lain di rumah
sakit memiliki acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keselamatan bagi
pasien dan pengunjung.
Pedoman ini akan dilakukan perbaikan atau penyempurnaan secara terus menerus
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan
akhirnya kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
terwujudnya Pedoman Manajemen Fasilitas Keselamatan di RSK THT-Bedah KL
Proklamasi BSD.

Tangerang Selatan, 04 November 2022

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN


FASILITAS KESELAMATAN DI RUMAH SAKIT KHUSUS TELINGA
HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA LEHER PROKLAMASI BUMI
SERPONG DAMAI ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS KESELAMATAN... 3
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 11

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai institusi kesehatan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Rumah Sakit
wajib memenuhi ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena
itu Manajemen RSK THT-Bedah KL Proklamasi BSD dituangkan dalam berbagai
kebijakan umum tentang program kegiatan disetiap unit pelayanan maupun unit terkait.
Sebagian dari program kegiatan tersebut ada yang harus dilaksanakan secara terpadu
yang melibatkan berbagai unit pelayanan di lingkungan RSK THT-Bedah KL
Proklamasi BSD salah satu diantaranya adalah program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan.
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) adalah suatu kegiatan perencanaan,
pendidikan, dan pemantauan terhadap keselamatan dan keamanan lingkungan fisik
rumah sakit, pengelolaan bahan berbahaya, manajemen kedaruratan dan kesiapan
menghadapi bencana, sistem pengamanan kebakaran, pemeliharaan peralatan medis,
monitoring sistem utiliti/sistem pendukung (listrik, limbah, ventilasi, kunci), serta
pendidikan dan pelatihan bagi seluruh staf tentang peran mereka dalam menyediakan
fasilitas asuhan pasien yang aman dan efektif. Bertujuan menyediakan fasilitas yang
aman, berfungsi dan supportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung
Di lingkungan RSK THT-Bedah KL Proklamasi BSD sendiri selalu ada
kemungkinan terjadinya kecelakaaan kerja dalam pengoperasian peralatan kedokteran
serta penunjang medik lainnya. Bahkan resiko terjadinya penyakit akibat kerja dapat
pula timbul penyebabnya bisa dari fasilitas yang dimiliki rumah sakit atau sebagian
besar disebabkan faktor ketidak hati-hatian manusianya. Dipihak lain setiap sumber
daya manusia yang bekerja di rumah sakit berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatan profesinya/pekerjaannya, terjamin keamanan pemakaian peralatan
penunjang medik dan non medik yang terdapat di rumah sakit termasuk pasien dan
pengunjung yang mendatangi RSK THT-Bedah KL Proklamasi BSD. Karena itu
lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi petugas dan pengunjung RSK THT-Bedah
KL Proklamasi BSD, dapat diwujudkan dengan pelaksanaan keselamatan keamanan
kerja yang dijalankan dengan baik dan konsisten.
Dengan lingkungan yang sehat, petugas dapat bekerja tanpa resiko cedera sehingga
dapat melayani pasien dengan sebaik-baiknya. Juga dapat menciptakan lingkungan
aman dan bebas dari pencemaran limbah berbahaya dan beracun. Pada akhirnya
tercipta suatu kesejahteraaan pegawai yang juga dapat menekan biaya untuk angka
kesakitan yang timbul pada petugas sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit. Untuk itu perlu menyusun Pedoman Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan sebagai panduan dalam pengelolaaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Rumah Sakit.

1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai Pedoman untuk memberikan keselamatan dan kesehatan kerja
kepada petugas Rumah Sakit khususnya petugas yang berhubungan dengan
Fasilitas dan Keselamatan Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
 Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja pegawai di semua unit
kerja ke tingkat setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosialnya.
 Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada petugas berupa kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan
kerjanya.
 Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi petugas di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
 Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya

C. RUANG LINGKUP
Rumah sakit tanpa melihat ukuran dan sumber daya yang dimiliki harus
memenuhi ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku sebagai bagian dari
tanggung jawab mereka terhadap pasien, keluarga, staf, dan para pengunjung.
Fokus pada standar Manajemen Fasilitas dan Keamanan ini meliputi:
a) Kepemimpinan dan perencanaan;
b) Keselamatan;
c) Keamanan;
d) Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah B3;
e) Proteksi kebakaran;
f) Peralatan medis;
g) Sistim utilitas;
h) Penanganan kedaruratan dan bencana;
i) Konstruksi dan renovasi; dan
j) Pelatihan.

2
BAB II
TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

A. Kepemimpinan dan Perencanaan


Peran dan Tugas Penanggung jawab MFK ada di dalam Tim Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
B. Keselamatan
 Keselamatan di dalam lingkungan rumah sakit adalah memberikan jaminan
bahwa bangunan, prasarana, lingkungan, property, teknologi medis dan
informasi, peralatan dan sistem tidak menimbulkan risiko fisik bagi pasien,
keluarga, staff dan pengunjung
 Program keselamatan dan kesehatan kerja staff terintegrasi dalam Program
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan terkait keselamatan yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan cidera serta untuk menjaga
kondisi yang aman, dan menjamin keselamatan bagi pasien, staff, dan
lainnya, seperti keluarga, kontraktor, vendor, relawan, pengunjung, peserta
pelatihan dan peserta didik.
 Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan program keselamatan serta
mendokumentasikan hasil inspeksi fisik yang dilakukan
 Rumah sakit menerapkan proses untuk mengelola dan memantau
keselamatan yang meliputi :
1. Pengelolaan resiko keselamatan di lingkungan rumah sakit secara
komprehensif
2. Penyediaan fasilitas pendukung yang aman untuk mencegah
kecelakaan dan cedera, penyakit akibat kerja, mengurangi bahaya dan
risiko serta mempertahankan kondisi aman bagi pasien, keluarga, staff
dan pengunjung.
3. Pemeriksaan fasilitas dan lingkungan (ronde fasilitas) secara berkala
dan dilaporkan sebagai dasar perencanaan anggaran untuk perbaikan,
penggantian atau “upgrading”
C. Keamanan
 Keamanan dalam lingkungan Rumah Sakit adalah perlindungan terhadap
properti milik Rumah Sakit, pasien, staff, keluarga, dan pengunjung dari
bahaya kehilangan, kerusakan atau pengrusakan oleh orang yang tidak
berwenang.
 Risiko keamanan di Rumah Sakit termasuk kekerasan ditempat kerja ,
penculikan bayi, pencurian dan akses tidak terkunci/tidak aman ke area
terlarang di Rumah Sakit.
 Area yang berisiko seperti unit gawat darurat, ruangan neonates/bayi, ruang
operasi, farmasi, ruang rekam medik, ruang IT harus diamankan dan
dipantau.
 Anak-anak, orang dewasa, lanjut usia dan pasien rentan yang tidak dapat
melindungi diri mereka sendiri atau memberi isyarat untuk bantuan harus
dilindungi dari bahaya.
 Area terpenci atau terisolasi dari fasilitas dan lingkungan misalnya area
3
tempat parkir, mungkin memerlukan kamera keamanan (CCTV).
 Rumah Sakit menerapkan proses untuk mengelola dan memantau keamanan
yang meliputi :
1. Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas (badge
nama sementara atau tetap) pada pasien, staff, pekerja kontrak,
tenant/penyewa lahan, keluarga (penunggu pasien) atau pengunjung
(pengunjung di luar jam besuk dan tamu Rumah Sakit).
2. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan keamanan fasilitas dan
lingkungan secara berkala dan membuat tindak lanjut perbaikan.
3. Monitoring pada daerah berisiko kemanan sesuai penilaian risiko di
Rumah Sakit.
4. Monitoring dilakukan dengan penempatan petugas keamanan (security)
dan memasang kamera sistem CCTV yang dapat dipantau oleh sekuriti.
5. Melindungi semua individu yang berada d lingkungan Rumah Sakit
terhadap kekerasan, kejahatan, dan ancaman; dan menghindari
terjadinya kehilangan, kerusakan atau pengrusakan barang milik pribadi
maupun Rumah Sakit.
D. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbahnya
 Rumah Sakit telah mengidentifikas, menganalisa dan mengendalikan
seluruh bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya.
 Rumah Sakit telah melakukan identifikasi untuk semua area dimana bahan
berbahaya berada, dan harus mencakup informas tentang jenis setiap bahan
berbahaya yang disimpan, jumlah (misalnya perkiraan atau rata-rata) dan
lokasi di Rumah Sakit.
 Rumah Sakit telah menetapkan jumlah maksimum yang diperbolehkan
untuk menyimpan bahan berbahaya di area kerja (maximum quantity on
hand)
 Inventarisasi bahan berbahaya di buat dan diperbarui setiap tahun untuk
memantau perubahan bahan berbahaya yang digunakan dan disimpan.
 Kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai WHO meliputi :
1. Infeksius
2. Patologis dan anatomi
3. Farmasi
4. Bahan Kimia
5. Logam Berat
6. Kontainer Bertekanan
7. Benda Tajam
8. Genotoksik/sitotoksik
9. Radioaktif
 Proses Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun dan limbahnya di Rumah
Sakit meliputi:
1. Inventarisasi B3 serta limbahnya yang meliputi jenis, jumlah, symbol
dan lokasi.
2. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan B3 serta limbahnya.
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan prosedur penggunaan,
prosedur bila terjadi tumpahan atau paparan/pajanan.
4. Pelatihan yang dibutuhkan oleh yang menangani B3.
5. Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 serta limbahnya.
6. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar), dan

4
insiden lainnya.
7. Dokumentasi termasuk izin, lisensi atau persyaratan peraturan
lainnya.
8. Pengadaan/pembelian B3 dan pemasok (supplier) wajib melampirkan
Lembar Data Keselamatan.
 Rumah Sakit menyediakan Informasi mengenai prosedur penanganan bahan
berbahaya dan limbah termasuk prosedur penanganan tumpahan.
 Rumah Sakit menyediakan prosedur untuk menanggapi dan mengelola
tumpahan dan paparan termasuk menyediakan tumpahan kit tumpahan
untuk jenis dan ukuran potensi tumpahan serta proses pelaporan tumpahan
dan paparan.
 Rumah Sakit menerapkan prosedur untuk menanggapi paparan bahan
berbahaya.
 Rumah Sakit melakukan penilaian resiko untuk mengidentifikasi dimana
saja lokasi pencuci mata diperlukan. Lokas pencuci mata terdapat di
Laboratorium dan Farmasi.
 Pencuci mata dipelihara dengan baik, termasuk pembersihan mingguan dan
pemeliharaan preventif tahunan.
 Limbah B3 Rumah Sakit terdiri dari limbah Padat dan Limbah Cair. Untuk
limbah padat dan sebagian limbah cair di musnahkan mengguanakan pihak
ketiga dan sebagian limbah cair di olah pada Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL).
 Kategori Limbah B3:
1. Menular
2. Benda Tajam
3. Patologis dan anatomis
4. Farmasi
5. Bahan Kimia/logam berat/wadah bertekanan
6. Genotoksik/sitotoksik
7. Bahan radioaktif
 Persyaratan fasilitas pembuanagn sementara limbah b3 sebagaii berikut:
1. Lantai kedap (Impermeabel), berlantai beron atau semen dengan
sistem drainase yang baik serta mudah dibersihkan dan dilakukan
desinfeksi;
2. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan yang
dilengkapi dengan sabun cair;
3. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah;
4. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak
berkepentingan;
5. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau
mengangkut limbah;
6. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir dan
faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atan bencana
kerja;
7. Terlindung dari hewan: kucing, serangga, burung dan lain-lainnya;
8. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik serta
memadai;
9. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan dan penyiapan makanan;
10. Peralatan pembersihan, alat pelindung diri/APD (antara lain masker,
5
sarung tangan, penutup kepala, google, sepatu boot serta pakaian
pelindung dan wadah atau kantong limbah harus diletakkan sedekat-
dekatnya dengan lokasi fasilitas penyimpanan; dan
11. Dinding, lantai dan juga langit0langit fasilitas penyimpanan
senantiasa dalam keadaan bersih termasuk lantai setiap hari.
E. Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
 Rumah sakit melakukan pengkajian risiko kebakaran dalam fire Safety Risk
Assessment (FSRA)
 Pengkajian risiko kebakaran meliputi:
1. Pemisah/kompartemen untuk mengisolasi asap/api;
2. Laundr/binatu, ruang linen, area berbahaya termasuk ruang di atas
plafon;
3. Tempat pengelolaan sampah;
4. Pintu keluar darurat kebakaran (Emergency Exit);
5. Dapur termasuk peralatan memasak penghasil minyak;
6. Sistem dan peralatan listrik darurat/alternatif serta jalur kabel dan
instalasi listrik;
7. Penyimpanan dan penanganan bahan yang berpotensi mudah
terbakar (misalnya cairan dan gas mudah terbakar, gas medis yang
mengoksidasi seperti oksigen dan dinitrogen oksida) ruang
penyimpanan oksigen dan komponennya dan vakum medis;
8. Prosedur dan tindakan untuk mencegah dan mengelola kebakaran
akibat pembedahan.
9. Bahaya kebakaran terkait dengan proyek konstruksi, renovasi atau
pembongkaran;
 Rumah sakit menerapkan proses proteksi kebakaran untuk:
1. Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko seperti
penyimpanan dan penaganan bahan-bahan mudah terbakar secara
aman, termasuk gas-gas medis yang mudah terbakar seperti oksigen,
penggunaan bahan yang non cobustible, bahan yang waterbase dan
lainnya yang dapat megurangi potensi bahaya kebakaran;
2. Pengendalian potensi bahaya dan risiko kebakaran yang terkait
dengan konstruksi apapun di atau yang berdekatan dengan bangunan
yang ditempati pasien;
3. Penyediaan rambu dan jalan keluar (evakuasi) yang aman serta tidak
terhalang apabila terjadi kebakaran;
4. Penyediaan sistem peringatan dini secara pasif meliputi detector asap
(smoke detector, detektor panas (heat detector), alarm kebakaran dan
lain-lainnya;
5. Penyediaan fasilitas pemadam apai secara aktif meliputi APAR,
Hidran, sistem sprinkel dan lain-lainnya;
6. Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemensasi
pengendalian api dan asap.
 Rumah sakit memastikan bahwa semua yang didalam fasilitas dan
lingkungannya tetap aman jika terjadi kebakaran, asap, dan keadaan darurat
non-kebakaran.
 Struktur dan desain fasilitas perawatan kesehatan dapat membantu
mencegah, mendetaeksi dan memadamkan kebakaran serta menyediakan
jalan keluar yang aman dari fasiliatas tersebut.

6
F. Pengelolaan Peralatan Medis
 Rumah sakit melakuakan pengeloalaan peralatan medis untuk menjamin
peralatan medis digunakan dan layak pakai;
 Proses mengelolaan peralatan medis meliputi:
1. Identifikasi dan penilaian kebutuhan alat medik dan uji fungsi sesuai
ketentuan penerimaan alat medik baru;
2. Inventarisasi seluruh peralatan medis yang dmiliki oleh rumah sakit
dan peralatan medis kerjasama operasional (KSO) milik pihak
ketiga; serta peralatan medik yang dimiliki oleh staf rumah sakt jika
ada inspeksi peralatan medis sebelum digunakan;
3. Pemeriksaan peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan
ketentuan pabrik secara berkala;
4. Pengujian yang dilakukan terhadap alat medis untuk memperoleh
kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat
penggunaan alat.
5. Rumah sakit melakukan pemeliharaan preventif dan kalibrasi dan
seluruh prosesnya didokumentasikan.
 Rumah sakit menetapkan staf yang kompeten untuk melaksanakan kegiatan
ini.
 Hasil pemeriksaan (inspeksi), uji fungsi dan pemeliharaan serta kalibrasi
didokumentasikan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan dan
pengajuan anggaran untuk penggantian, perbaikan, peningkatan (upgrade)
dan perubahan lainnya.
 Rumah sakit memiliki sistem untuk memantau dan bertindak atas
pemberitahuan bahaya peralatanmedis, penarikan kembali, insiden yang
dapat dilaporkan, masalah dan kegagalan yang dikirimkan oleh produsen,
pemasok, atau badan pengatur.
 Rumah sakit mengidentifikasi dan memenuhi hukum dan peraturan yang
berkaitan dengan pelaporan insiden terkait peralatan medis.
 Rumah sakit melakukan analisis akar masalah dalam menanggapi setiap
kejadian insiden sentinel.
 Rumah sakit mempunyai proses identifikasi, penarikan (recall) dan
pengendalian atau pemusnahan produk dan peralatan medis yang ditarik
kembali oleh pabrik atau pemasok.
G. Pengelolaan Sistem Utilitas
 Definisi utilitas adalah sistem dan peralatan untuk mendukung layanan
penting bagi keselamatan pasien.
 Sistem utilitas disebut juga sistem penunjang yang mencakup air, listrik,
sampah, ventilasi, gas medik, lift agar dijaga, diperiksa berkala, dipelihara.
 Selain sistem utilitas, juga dilakukan pengelolaan komponen kritikan
terhadap listrik, air dan gas medik misalnya perpipaan, saklar,
relay/penyambung dan lainnya.
 Sistem utilitas dan komponen kritikal seperti listrik dan air harus tersedia
selama 24 jam terus menerus setiap hari, dalam waktu 7 (tujuh) hari dalam
seminggu.
 Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan sistem utilitas dan komponen
kritikan meliputi:

7
1. Ketersedian air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu 7
(tujuh) hari dalam seminggu secara terus menerus .
2. Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas,
memtakan pendistribusiannya, dan melakukan update secara
berkala.
3. Pemeriksaan, pemeliharaan serta perbaikan semua komponen
utilitas yang ada di daftar inventaris.
4. Jadwal pemeriksaan, uji fungsi dan pemeliharaan semua sistem
utilitas berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat
risiko dan pengalaman rumah sakit.
5. Pelabelan pada tuas0tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian saat terjadi
kebakaran.
 Rumah sakit harus melindungi pasien dan staf dalam keadaan darurat seperti
jika terjadi kegagalan sistem, pemutusan dan kontaminasi.
 Sistem tenaga listrik darurat dibutuhkan oleh semua rumah sakit yang ingin
memberikan pelayanan asuhan kepada pasien tanpa putus dalam keadaaan
darurat.
 Sistem darurat ini memberikan cukup tenaga listrik untuk mempertahankan
fungsi yang esesnial dalam keadaan darurat dan juga menurunkan risiko
terkait terjdi kegagalan.
 Tenaga listrik cadangan dan darurat harus dites sesuai dengan rencana yang
dapat membuktikan beban tenaga listrik memang seperti yang dibutuhkan .
 Perbaikan dilakukan jika dibutuhkan seperti menambah kapasitas listrik di
area dengan peeralatan baru.
 Rumah sakit menyediakan cadangan air dalam keadaan darurat jika supplai
air ke rumah sakit terputus.
 Untuk mempersiapkan diri untuk keadaan darurat, rumah sakit mempunyai
proses meliputi:
1. Mengidentifikasi peralatan, sistem serta area yang memiliki risiko
tinggi terhadap pasien dan staf.
2. Menyediakan air bersih dan listrik 24 jam setiao hari dan 7 (tujuh)
hari seminggu.
3. Menguji ketersediaan serta kehandalan sumber tenaga listrik dan air
bersih darurat/pengganti/back-up
4. Mendokumentasikan hasil-hasil pengujian.
5. Memastikan bahwa pengujian sumber cadangan/alternatifair bersih
dan listrik dilakukan setidaknya etiap 6 (enam) bulan. Kondisi
sumber listrik dan air yang mungkin dapat meningkatkan frekuensi
pengujian mencakup:
a. Perbaikan sistem air bersih yang terjadi berulang-ulang.
b. Sumber air bersih sering terkontaminasi
c. Jaringan listrik yang tidak dapat diandalkan.
d. Pemadaman lisrik yangtidak terduga dan berulang-ulang.
 Rumah sakit melakukan pengkajian risiko danmeminimalisasi risiko
kegagalan sistem utilitas di area-area berisiko terutam area pelayanan
pasien.
 Rumah sakit merencanakan tenaga listrik cadangan darurat (dengan
menyiapkan genset) dan penyediaan sumber air bersih darurat untuk area-
area yang membutuhkan.
8
 Rumah sakit memastikan kapasitas beban yang dapat dicapai oleh uji genset
dengan cara pada waktu pembelian unit genset dilakukan test loading
dengan menggunakan alat yang bernama dummy load.
 Rumah sait melaksanakan uji coba sumber listrik cadangan / alternatif
sekurangnya 6 (enam) bulan sekali.
 Rumah sakit menentukan jumlah bahan bakar yang disimpan terkait sumber
listrik darurat membutuhkan bahan bakar.
 Rumah sakit menetapkan proses monitor mutu air termasuk tes
(pemeriksaan) biologik air yang dipakai untuk dialisis ginjal. Bila
menemukan mutu air tidak aman akan dilakukan perbaiakn.
 Rumah sakit perlu mempunyai proses:
1. Pelaksanaan moniitoring mutu air bersih paling sedikit 1 (satu) tahun
sekali. Untuk pemeriksaan kimia minimal 6 (enam)bulan dan hasil
pemeriksaan didokumentasikan.
2. Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3(tiga) bulan dan hasil
pemeriksaan air terakhir bermasalah. Hasil pemeriksaan
didokumentasikan
3. Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisisginjal setiap
bulan untuk menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin dan
pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia. Hasil
pemeriksaan didokumentasikan.
4. Melakukan monitoring hasil pemeriksaan air dan perbaikan bila
diperlukan.
H Penanganan Bencana
 Proses penanganan bencana di rumah sakit dimulai dengan mengidentifikasi
jenis bencana yang mungkin terjadi di wilayah rumah sakit berada dan
dampaknya terhadap rumahsakit yang dapat berupa kerusakan fisik,
peningkatan jumlah pasien / korban yang signifikan, morbiditas dan
mortalitas tenaga kesehatan dan gangguan operasional rumah sakit.
 Rumah sakit perlu menetapkan proses pengelolaan bencana yang meliputi:
1. Menentukan jenis yamg kemungkinan terjadi dan konsekuensi
bahaya, ancaman dan kejadian.
2. Menentukan integritas struktural dan non struktural di lingkungan
pelayanan pasien yang ada dan bagaimana bila terjadi bencana
3. Menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut.
4. Menetukan strategi komunikasi pada waktu kejadian
5. Mengelola sumber daya selama kejadian termasuk sumber-sumber
alternatif
6. Mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat
pelayanan alaternatif pada waktu kejadian.
7. Mengidentifikasi dan penetapan peran serta tanggung jawab staf
selama kejadian.
8. Proses mengelola kadaan darurat ketika terjadi konflik antara
tanggung jawab pribadi staf dan tanggung jawab rumah sakit untuk
menyediakan pelayanan pasien termasuk kesehatan mental staf.
 Rumah sakit melakukan analisis kerentanan terhadap kemungkinan bencana
(hazard vulnerability Anallysis) yang dilakukan setiap tahun.

9
I Penilaian Risiko Prakontruksi
 Proses penilaian risiko kontruksi meliputi:
1. Kualitas udara
2. Pencegahan dan pengeloalan infeksi
3. Utilitas
4. Kebisingan
5. Getaran
6. Bahan dan limbah berbahaya
7. Keselamatan kebakaran
8. Keamanan
9. Prosedur darurat, termasuk jaur/keluar alternatif dan akses ke
layanan darurat
 Rumah sakit memastikan bahwa kepatuhan kontarktor dipantau, ditegakkan
dan didokumentasikan
 Sebagai bagian dari penilaiaan risiko, risiko infeksi pasien dari kontruksi
dievaluasi melalui penilaian risiko pengendalian infeksi, juga dikenal
sebagai ICRA
 Rumah sakit menyediakan anggaran intuk menerapkan Pra Contriction Risk
Assessment (PCRA) dan Infection Control Risk Assessment (ICRA)
J Pelatihan
 Pelatihan diberikan kepada semua staf di semua shift setiap tahun dan
membahas semua program pengelolaan fasiilitas dan keselamatan.
 Pelatihan mencakup instruksi tentang proses pelaporan potensi risiko dan
pelaporan insiden dan cedera.
 Program pelatihan melibatkan pengujian pengetahuan staf. Staf dilatih dan
diuji tentang prosedur darurat termasuk prosedur keselamatan kebakaran.
 Sebagaimana berlaku untuk peran dan tanggung jawab anggota staf,
pelatihan dan pemgujian dan penggunaan peralatan medis yang dapat
menimbulkan risiko bagi pasien dan staf.
 Pengetahuan dapat diuji melalui berbagai cara, seperti demosntrasi individu
atau kelompok, demonstrasi, peristiwa simulasi seperti epidemi di
masyarakat, penggunaan tes tertulis atau komputer atau cara lain yang sesuai
dengan pengetahuan yang diuji. Dokumen rumah sakit yang diuji dan hasil
pengujian.

10
BAB III
PENUTUP

Demikian Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RSK THT-Bedah KL


Proklamasi BSD dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan manajemen fasilitasdan
keselamatan di RSK THT-Bedah KL Proklamasi BSD.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada Tanggal : 4 November 2022
Direktur
RSK THT-Bedah KL Proklamasi BSD

dr. Wahyu Romadhon, MARS

11

Anda mungkin juga menyukai