Anda di halaman 1dari 23

Laporan Analisis Jurnal

Pengaruh Pemberian Madu Pada Anak Diare

DISUSUN OLEH

ENNY PERTAMAWATI
11194862211490

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
TAHUN 2023

\
PENGARUH PEMBERIAN MADU UNTUK ANAK DIARE

1. Latar Belakang Masalah

Diare adalah salah satu gejala infeksi pada saluran pencernaan yang dapat
disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri, virus, dan parasit. Beberapa
organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh organisme tersebut (IDAI, 2012).
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis yang berpotensi menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan masih menjadi penyumbang angka kematian di Indonesia
terutama pada balita. Pada tahun 2020 angka kesakitan diare 3.252.277 (pada semua
kelompok umur) sedangkan angka kesakitan diare pada kelompok balita mencapai
1.140.503 (Minister of Health Republic of Indonesia, 2020). Menurut data pada tahun
2020 di provinsi Jawa Tengah, kelompok balita yang mengalami diare sejumlah
118.909 sedangkan angka kejadian diare pada semua kelompok umur adalah 409.696
(Jateng, 2020).
Diare yang tidak ditangani dengan cepat akan berakibat langsung pada gangguan
keseimbangan cairan, dan elektrolit. Unsur makanan seperti sorbitol, fruktosa,
magnesium yang sukar diserap bersifat aktif di usus halus sehingga dapat menarik
cairan ke lumen usus, diikuti dengan masuknya natrium dalam kadar normal, hal inilah
yang akhirnya menimbulkan diare. Enterotoksin bakteri, ataupun bahan kimia
meningkatkan sekresi cairan bersama ion Cl-, natrium di lumen usus, dan menyebabkan
diare. Pengeluaran cairan, dan sejumlah ion pada diare menimbulkan dehidrasi pada
anak maupun kondisi asidosis metabolik yang memerlukan penanganan yang cepat dan
tepat supaya tidak terjadi akibat terburuk yaitu kematian (Silbernagl, S., & Lang, 2013).
Salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi angka kejadian dan kematian akibat
diare yaitu program tatalaksana penderita diare di tatanan rumah tangga dengan lima
langkah yaitu rehidrasi, pengobatan dengan zink, pemberian ASI dan makanan
tambahan, antibiotik selektif dan pengenalan kasus kegawatdaruratan (Kemenkes RI,
2022).
WHO juga merekomendasikan untuk mengendalikan diare menggunakan cairan
rehidrasi sebagai penanganan utama. Meskipun larutan garam oralit secara signifikan
mengurangi risiko kematian yang disebabkan oleh diare, tetapi tidak berpengaruh pada
frekuensi diare. Salah satu metode yang ditekankan dalam obat tradisional untuk
pengobatan diare adalah madu. Madu adalah salah satu nutrisi yang kaya yang
mengandung karbohidrat, enzim, asam amino, asam organik, mineral, dan senyawa
aromatic (ÇOŞKUN & ÇOŞKUN, 2022). Madu memiliki efek anti- bakteri pada bakteri
usus yang menyebabkan diare, seperti Salmonella, Shigella, Ecoli, dan Vibrio Cholerae
(Al-Masaudi et al., 2020). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian madu
dapat mengurang periode diare akut pada anak-anak. Melalui literature review ini akan
dapat diketahui beberapa pengaruh madu pada anak yang mengalami diare.

2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui terapi komplementer
berbasis bukti yang bisa dilakukan untuk menurunkan kejadian diare pada anak..
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan studi literatur tentang penelitian
yang berkaitan dengan pemnberian madu pada anak diare.

B. Introduction
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis yang berpotensi
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan masih menjadi penyumbang angka
kematian di Indonesia terutama pada balita. Penanganan diare selain
menggunakan oralit untuk mencegah dehidrasi, juga menggunakan madu karena
unsur anti bakteri yang ada di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian madu pada anak yang mengalami diare.
Metode yang digunakan adalah literature review. Hasil dari literature review
menggunakan 9 artikel penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian
madu pada anak yang mengalami diare. Pengaruh itu dibuktikan dengan adanya
penurunan derajat dehidrasi yang lebih besar pada anak yang diberikan madu
dan terapi standar, frekuensi BAB pada anak yang diberikan madu mengalami
penurunan, demikian juga dengan konsistensi feces yang semakin baik. Waktu
penyembuhan pada anak diare yang diberikan madu dan terapi standar lebih
cepat dibandingkan dengan anak yang hanya mendapatkan terapi standar.

C. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Literature Review. Pencarian literatur
didapatkan dari artikel publikasi di database bereputasi diantaranya melalui
google scholar, PubMed, dan Science Direct. Penelusuran literatur dibatasi
dengan penggunaan kata kunci dalam bahasa Indonesia yaitu madu, diare, anak
anak dan kata kunci dalam bahasa Inggris yaitu honey, diarrhea, children.
Jumlah artikel yang termasuk kedalam inklusi adalah 9 artikel. Artikel yang dicari
adalah artikel dengan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam rentang tahun
2019-2022.

D. Hasil
Artikel-artikel yang dieksklusi adalah artikel yang bersifat komentar, studi
kualitatif dan systematic review. Terdapat 9 artikel penelitian yang digunakan
dalam literature review ini. Sebagian besar artikel merupakan penelitian dengan
menggunakan metode quasy experiment non randomized controlled trial. 2 (dua)
artikel penelitian menggunakan pengambilan sampel dengan RCT (Randomized
Controlled Trial). Responden dalam artikel penelitian adalah anak yang dirawat di
RS karena diare akut dengan rentang usia 0 – 10 tahun. Hasil penelusuran artikel
akan ditampilkan pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Matriks Hasil Tinjauan Literatur

Penulis, Desain dan Sampel Intervensi


No Judul Hasil
Tahun
1 (Marsaid The Effectiveness Quasy Experiment. 12 orang anak pada kelompok Terjadi penurunan tingkat
et al., Of Administering Responden dalam intervensi mendapat terapi standar dehidrasi sebelum dan sesudah
2019) Oral Honey penelitian ini adalah 24 (cairan infus) dan terapi madu oral diberikan madu pada kelompok
Against The anak yang mengalami dengan dosis pemberian intervensi dengan nilai ρ = 0,006
Degree Of diare akut, dibagi dalam 2 suplementasi madu secara oral oleh < 0,05. Pada kelompok kontrol
Dehydration In kelompok yaitu 12 anak petugas 22 ml per hari, dibagi rata 3 juga terjadi penurunan tingkat
Children With kelompok intervensi dan kali masing-masing 7,5ml (pukul dehidrasi antara sebelum dan
Acute Diarrhea In 12 anak kelompok kontrol 07.00, 15.00, 21.00) dengan sesudah mendapatkan terapi
Malang, pengenceran menggunakan air standar dengan p-value = 0,005
Indonesia mineral steril sebanyak 10 cc pada < 0,05
setiap pemberian. 12 orang anak
pada kelompok kontrol tidak
mendapatkan suplemen madu oral
dan hanya mendapatkan terapi
standar (cairan infus)
2 (Nurmanin Madu sebagai Quasy Experiment. Kelompok intervensi mendapatkan Frekuensi BAB pada kelompok
gsih & Terapi Sampel dalam penelitian terapi standar dari puskesmas intervensi terdapat penurunan
Rokhaidah Komplementer ini adalah 26 orang balita ditambah dengan terapi madu 6,30 sedangkan pada kelompok
, 2019) untuk Anak yang dibagi dalam 2 selama 5 hari dengan dosis 5 cc kontrol penurunan frenueksi
dengan Diare kelompok yaitu 13 orang madu dan diberikan 3 kali sehari BAB 3,69.
Akut balita kelompok intervensi pada pukul 07.00, 15.00, dan 21.00 Pada kelompok intervensi
dan 13 orang balita wib. Sedangkan kelompok kontrol menunjukkan penurunan
kelompok control mendapatkan terapi standar dari konsistensi feses sebesar 3.38
puskesmas sedangkan pada kelompok
kontrol menunjukkan sedikit
penurunan konsistensi feses
yaitu 2.62.
3 (Andayani The Effect of RCT. Kelompok intervensi diberikan 5 ml Pada kelompok intervensi,
et al., Honey with ORS Responden dalam madu tiga kali sehari dan oralit pada frekuensi BAB mengalami
2019) and a Honey penelitian ini adalah 72 setiap episode diare, sedangkan penurunan dari 11, 94 menjadi
Solution in ORS anak usia toddler yang kelompok kontrol diberi 10 ml madu 3,61 (p <0,05). Pada kelompok
on Reducing the mengalami diare akut yang ditambahkan oralit kontrol, frekuensi BAB
Frequency of dan diberikan setiap diare mengalami penurunan dari 11,81
Diarrhea and menjadi 4,08, lebih sedikit
Length of Stay for dibandingkan kelompok
Toddlers intervensi.
Jumlah hari rawat pada
kelompok intervensi lebih cepat
dibandingkan dengan kelompok
kontrol (p <0,05).
4 (Meisuri et Efek Quasi experiment. Kelompok intervensi, diberikan Terdapat penurunan frekuensi
al., 2020) Suplementasi Responden dalam madu secara oral oleh peneliti BAB lebih banyak pada
Madu terhadap penelitian ini adalah sebanyak 20 gram per hari, terbagi kelompok intervensi yaitu 6,74
Penurunan pasien anak penderita dalam dua kali pemberian (pukul dengan nilai p=0,000
Frekuensi Diare diare akut yang dibagi 07.00 dan 17.00 WIB) dengan dibandingkan dengan kelompok
Akut pada Anak menjadi dua kelompok pengenceran menggunakan aquadest kontrol yang hanya mengalami
di RSUD Dr. H. yaitu 15 orang kelompok steril 10 cc pada tiap pemberian. penurunan 2,53 dengan nilai
Abdul Moeloek intervensi dan 15 orang Kelompok kontrol tidak diberikan p=0,001.
Bandar Lampung kelompok kontrol. madu.
5 (Rathi et Randomized Randomized double blind, Kelompok A adalah anak-anak yang Frekuensi BAB pada kelompok
al., 2020) Clinical Study To placebo controlled menderita diare dan menerima A terjadi penurunan dari 5,133
Evaluate The clinical study. pengobatan konvensional dan madu menjadi 1,1 sedangkan
Efficacy Of Pro- Responden dalam Probiotik. Kelompok B adalah anak- kelompok B terjadi penurunan
Biotic Honey penelitian ini adalah 30 anak yang menderita diare dan dari 5,400 menjadi 2,067
Containing orang anak yang dibagi menerima pengobatan konvensional (p<0,001).
Bacillus dalam 2 kelompok yaitu dan madu biasa sebagai plasebo. Perubahan konsistensi feces
141
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare

Penulis, Desain dan Sampel Intervensi


No Judul Hasil
Tahun
Coagulans In kelompok A terdapat 15 pada kelompok A adalah 2
Children orang anak dan kelompok sedangkan B adalah 1,6
Suffering From B terdapat 15 orang anak. (p<0,001).
Acute Diarrhea

6 (Simarmat Pengaruh Terapi Quasy experiment melalui Seluruh responden dalam penelitian Ada pengaruh terapi madu
a et al., Madu Terhadap rancangan time series ini diberikan madu. Frekuensi BAB terhadap penurunan frekuensi
2021) enurunan design. dilihat sebelum dan setelah BAB pada anak. Berdasarkan
Frekuensi Buang Responden dalam diberikan madu. hasil uji statistik; p ≤ dari 0,05
Air Besar Pada penelitian ini adalah 10 yaitu p= 0,001.
Anak Usia 0 – 2 orang balita yang
tahun yang mengalami diare
Mengalami Diare
di Rumah Sakit
Umum Deli
Serdang Lubuk
Pakam Tahun
2020
7 (Maftucha Upaya Quasy Eksperiment. Kelompok intervensi diberikan Lama penyembuhan pada
h et al., Mempercepat Responden dalam puding kelompok intervensi adalah 7,35.
2021) Penyembuhan penelitian ini adalah 20 Madu, zink, dan oralit. Pada Sedangkan lama penyembuhan
Diare Pada Balita orang balita yang kelompok kontrol pada kelompok kontrol adalah
dengan Pemberian mengalami diare, dibagi diberikan zink dan oralit. 13,65 dengan p-value 0,010
Puding Madu menjadi dalam 2
kelompok yaitu 10 balita
kelompok intervensi dan
10 balita kelompok
kontrol.
8 (Mahyar et The Effect of RCT Kelompok intervensi diberikan Setelah pengobatan, durasi diare
al., 2022) Adding Honey to Responden dalam madu dan zinc, dan kelompok pada kelompok intervensi secara
Zinc in penelitian ini adalah 80 kontrol hanya diberikan zinc. Madu signifikan lebih pendek
the Treatment of orang anak yang diberikan dengan dosis 1,5 mL dibandingkan pada kelompok
Diarrhea in mengalami diare akut. 40 setiap kontrol (18 ± 25 versus
Children orang anak dalam 6 jam untuk anak usia 1-3 tahun dan 24,5±57 jam, P=0,02).
kelompok intervensi, dan 2 mL setiap 6 jam untuk anak
40 orang anak dalam usia 3–5 tahun. Agar mudah ditelan,
kelompok kontrol. madu diencerkan dalam 15 mL air
setiap kali. Sirup zinc
diberikan dengan dosis 5 mL (setara
dengan 5 mg unsur zinc) setiap
6 jam (20 mg setiap hari).
9 (Nurjanah Madu dapat Quasi Eksperiment. Kelompok intervensi diberikan Frekuensi BAB pada kelompok
et al., Menurunkan Responden dalam madu, sedangkan kelompok kontrol intervensi rata – rata 1,70 dengan
2022) Frekuensi Diare penelitian ini adalah 20 tidak diberikan madu. pvalue=0,003. Frekunesi BAB
pada Anak orang anak yang pada kelompok kontrol rata –
mengalami diare, dibagi rata 1,50 dengan pvalue=0,004.
dalam 2 kelompok yaitu
10 orang anak kelompok
intervensi, dan 10 orang
anak kelompok kontrol.

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
142
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare
E.Pembahasan
Diare adalah kejadian umum pada balita, dengan efek yang cukup besar pada
kesehatan mereka. Penanganan diare pada anak menggunakan madu dan pemberian Oral
Rehydration Solution (ORS) atau yang lebih dikenal dengan oralit. Madu mengandung
beberapa zat yang berkontribusi terhadap penyembuhan diare. Kandungan hidrogen
peroksida, osmolalitas tinggi, kadar air rendah, dan rendah pH berkontribusi pada aktivitas
bakterisida, aktif melawan spesies bakteri, termasuk sub-spesies Salmonella, Shigella,
Escherichia coli, jamur dan virus. Selain itu, unsur probiotik yang terdapat pada madu dapat
mencegah kolonisasi dari bakteri patogen yang mungkin terkait dengan diare. Interaksi
antara monosakarida dan molekul air meningkatkan penyerapan air di usus dan
meningkatkan konsistensi feses (Pecoraro et al., 2021).
Efektivitas pemberian madu oral terhadap derajat dehidrasi pada anak diare akut
ditunjukkan dengan penurunan tingkat dehidrasi sebelum dan sesudah diberikan madu pada
kelompok intervensi. Tingkat dehidrasi menurun sebelum dan sesudah tindakan
farmakologis (pemberian terapi intravena) juga terjadi pada kelompok kontrol. Pemberian
terapi standar tanpa madu pada penderita diare akut juga dapat menurunkan tingkat
dehidrasi namun tidak seefektif penambahan madu (Marsaid et al., 2019). Komponen
mineral dan karbohidrat dalam madu dapat bertindak sebagai terapi rehidrasi yang dapat
mengurangi diare. Kandungan glukosa pada madu dapat membantu meningkatkan
reabsorpsi air dan elektrolit yang tersekresi ke usus saat diare. Hal ini dapat terjadi karena
mekanisme ko-transpor antara natrium dan glukosa. Selain itu, kondisi tersebut juga
meningkatkan reabsorpsi air yang tersekresi ke dalam usus karena ion mengurangi kadar
air dalam lumen usus yang menghasilkan perbaikan pada konsistensi feses pada kejadian
diare (Kalanarky et al., 2019).
Madu memberikan pengaruh pada konsistensi feces pada anak diare, dan sangat
signifikan terutama terhadap perubahan frekuensi BAB pada anak di kelompok intervensi
yang mengalami diare (Nurmaningsih & Rokhaidah, 2019). Penurunan Frekuensi BAB pada
anak yang diberikan madu juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh (Simarmata et
al., 2021). Penelitian yang dilakukan oleh (Andayani et al., 2019) mengungkapkan bahwa
frekuensi diare di kelompok yang diberi madu 5 ml tiga kali sehari sebanyak 3,61 kali,
sedangkan kelompok yang diberi madu 5 ml sebanyak tiga kali sehari kelompok yang diberi
10 ml madu ditambah 200 ml oralit adalah 4,08 kali. Perbedaan frekuensi diare adalah 0,47;
ini mungkin disebabkan oleh kadar glukosa yang lebih tinggi berasal dari madu yang tidak
larut. Madu adalah larutan glukosa tak jenuh (84% campuran fruktosa dan glukosa) yang
mempunyai interaksi kuat antara monosakarida dan molekul air meningkatkan air
penyerapan dalam usus dan meningkatkan konsistensi tinja.
Apalagi pH asam pada madu membantu mencegah pertumbuhan patogen yang
mempengaruhi diare. Madu yang dilarutkan dalam oralit akan memiliki pH yang kurang
asam. Menambahkan 10 ml madu ke dalam oralit menghasilkan oralit yang lebih manis,
membuatnya lebih disukai di kalangan balita. Madu dilarutkan dalam oralit memiliki
osmolalitas yang lebih tinggi dari 245 mOsmol/L pada oralit biasa menjadi 310 mOsmol/L
dalam ORS yang ditambahkan dengan madu, lebih efektif pada menghambat patogen yang
terkait dengan diare. Selain itu, peningkatan kadar glukosa saat madu ditambahkan ke ORS,
meningkat dari 75 mmol/L menjadi 109 mmol/L, yang meningkatkan penyerapan natrium dan
air di usus sehingga terjadi peningkatan konsistensi feses.
Pemberian madu akan mengalami proses yang bertahap begitu juga dengan manfaat
yang diberikan, proses itu belum sepenuhnya maksimal di hari pertama pemberian.
Efektivitas pemberian madu memberikan perbedaan yang signifikan pada pemberian hari
ketiga dan keempat. Pada pengukuran frekuensi diare di hari ketiga dan keempat
menghasilkan rerata perbedaan frekuensi diare antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol (Meisuri et al., 2020). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Rathi et al., 2020) tidak
ada kerugian yang terlihat dalam hal subyektif maupun obyektif pada kelompok A yang
diberikan probiotik madu dan kelompok B yang diberikan madu murni sebagai plasebo.
Walaupun demikian, pemulihan yang signifikan pada hari ke-4 terjadi pada anak-anak
Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
143
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare
kelompok A dibandingkan dengan kelompok B yang diberi madu murni sebagai plasebo.
Pada terapi cairan rehidrasi, madu meningkatkan penyerapan kalium dan air tanpa
meningkatkan penyerapan natrium. Madu juga memperbaiki mukosa usus yang rusak,
merangsang pertumbuhan jaringan baru dan juga bekerja sebagai agen anti inflamasi.
Dengan demikian, madu baik untuk memperbaiki flora usus, mengurangi durasi pengobatan
dengan adanya perbaikan dini pada diare (Schell et al., 2022).
Menurut (Mahyar et al., 2022) pemulihan pada kelompok yang menerima larutan rehidrasi
oral dan madu secara signifikan lebih pendek dari pada di kelompok yang hanya menerima
larutan rehidrasi oral. Demikian juga dengan hasil yang diperoleh pada penelitian lainnya, yaitu
rata-rata frekuensi diare setelah diberikan madu adalah 0,00 kali sedangkan rata-rata frekuensi
diare pada kelompok kontrol adalah 0,30 kali. Kemampuan madu untuk membantu memperbaiki
kerusakan permukaan usus dan efek madu sebagai prebiotik yang dapat menumbuhkan kuman
komensal dalam usus dengan kemampuan melekat pada enterosit mukosa usus dapat
menghambat kolonisasi sejumlah bakteri penyebab diare termasuk virus. Mukosa usus yang
baik akan berdampak pada penyerapan makan, bising usus, penurunan frekuensi diare hingga
mengurangi durasi lama rawat pada anak dengan diare (Nurjanah et al., 2022).
Pemberian madu juga diberikan dalam bentuk puding madu. Kandungan gizi pada
puding dengan penambahan madu, selain rasanya yang enak, disukai anak-anak, juga
memiliki kandungan gizi yang baik. Puding selain memiliki tekstur yang lembut dan rasa
enak, kandungan nutrisi puding terdiri dari lemak, mineral, kalsium dan zat besi. Mineral
(17,8%) dan kalsium (4%) bermanfaat menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan yang
dibutuhkan ketika diare. Nutrisi yang dibutuhkan ketika diare dapat memperbaiki ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit, menganti kehilangan zat-zat gizi dan memperbaiki status
gizi yang kurang serta mencegah dehidrasi pada balita diare. Pemberian pudding madu
terbukti mengurangi lama penyembuhan diare pada balita (Maftuchah et al., 2021).

F.Kesimpulan

Madu mengandung beberapa zat yang berkontribusi terhadap penyembuhan diare.


Kandungan hidrogen peroksida, osmolalitas tinggi, kadar air rendah, dan rendah pH
berkontribusi pada aktivitas bakterisida, aktif melawan spesies bakteri, termasuk sub-spesies
Salmonella, Shigella, Escherichia coli, jamur dan virus. Selain itu, unsur probiotik yang
terdapat pada madu dapat mencegah kolonisasi

G. Bahasan dan Analisa Pembahasan

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada anak. Ada pengaruh pemberian
madu pada anak yang mengalami diare . Pengaruh itu dibuktikan dengan adanya penurunan
derajat dehidrasi yang lebih besar pada anak yang diberikan madu dan terapi standar, frekuensi
BAB pada anak yang diberikan madu mengalami penurunan, demikian juga dengan konsistensi
feces yang semakin baik. Waktu penyembuhan pada anak diare yang diberikan madu dan
terapi standar lebih cepat dibandingkan dengan anak yang hanya mendapatkan terapi standar.

3. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Kelebihan Jurnal
a. Penulisan artikel jurnal berutan mulai dari judul, abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil,
pembahasan dan kesimpulan.
b. Kaidah penulisan jurnal sudah sesuai
c. Penulisan yang digunakan mengikuti kaidah penulisan imiah pada umumnya.

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
144
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare
d. Artikel ini telah mencatumkan secara jelas sumber yang dikutip sehingga
mempermudahpembaca untuk mencari literatur yang digunakan
e. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi yaitu pada anak mengalami diare sehingga dapat
mepercepat proses penyembuhan serta menhindari dehidrasi .
f. Referensi jurnal cukup banyak dan beragam serta tahun jurnal sudah up to date
Kekurangan Jurnal
a. Pada literatur jurnal ini sebaiknya dijelaskan lagi berap jumlah sample yang diambil dan hasil
penelitian sebaiknya dijabarkan lebih terperinci lagi yang menguatkan adanya pengaruh pemberian
madu pada anak yang mengalami diare.
4. Implikasi dalam Kebidanan
Penelitian ini memberikan keuntungan dan dampak positif dalam memberikan pelayanan
kebidanan khususnya pada bayi, balita dan anak yang terkena diare sehingga dapat mengurangi
gejala dan dapat mempercepat waktu penyembuhan diare. Serta memberikan alternatif pengobatan
yang lebih beragam dan dengan harga terjangkau.
5. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Penelitian Pengaruh pemberian madu pada anak diare terbukti dapat mempercepat penyembuhan diare
pada anak.
Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah wawasan khususnya
tentang manfaat pemberian madu pada anak diare.
2. Bagi penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dengan memberikan informasi kepada orang tua
pasien untuk bisa menangani dan membantu menangani pasien anak yang terkena diare.
3. Bagi Pasien
Dapat melakukan penanganan dini pada anak jika terkena diare sehingga dapat memperkecil
resiko terjadinya dehidrasi pada anak.
4.Bagi pelayanan kesehatan
Menambah pengalaman bagi pelayanan dalam memberikan metode dalam penanganan anak
yang terkena diare.

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
145
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare
6. Lampiran Jurnal

Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk


Anak Diare

(Literature Review: The Effect of Honey for Children with Diarrhea)

Desak Putu Kristian Purnamiasih1*, C.Ermayani Putriyanti2

1,2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngesti Waluyo

*Email: desakkristian@gmail.com

Abstract
Diarrhea is an endemic disease that has the potential to cause Extraordinary Events (Kejadian Luar
Biasa/KLB) and is still a contributor to mortality in Indonesia, especially in toddlers. The common
management of diarrhea is using oral rehydration therapy (ORS) to prevent dehydration. Moreover, honey
could be useful also in handling diarrhea since it has anti-bacterial elements in it. The purpose of this study
was to determine the effect of giving honey in children with diarrhea. The method used was literature
review. There were 9 research articles obtained, and they revealed that there is an effect of giving honey to
children who have diarrhea. This effect was proven by a greater decrease in the degree of dehydration in
children who were given honey and standard therapy, the frequency of bowel movements in children who
were given honey, as well as the stool consistency which was getting better. Healing time for children with
diarrhea who were given honey and standard therapy was faster than children who only received standard
therapy.

Keywords: Children; Diarrhea; Honey

Abstrak
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
masih menjadi penyumbang angka kematian di Indonesia terutama pada balita. Penanganan diare selain
menggunakan oralit untuk mencegah dehidrasi, juga menggunakan madu karena unsur anti bakteri yang
ada di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian madu pada anak
yang mengalami diare. Metode yang digunakan adalah literature review. Hasil dari literature review
menggunakan 9 artikel penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian madu pada anak yang
mengalami diare. Pengaruh itu dibuktikan dengan adanya penurunan derajat dehidrasi yang lebih besar
pada anak yang diberikan madu dan terapi standar, frekuensi BAB pada anak yang diberikan madu
mengalami penurunan, demikian juga dengan konsistensi feces yang semakin baik. Waktu penyembuhan
pada anak diare yang diberikan madu dan terapi standar lebih cepat dibandingkan dengan anak yang
hanya mendapatkan terapi standar.

Kata Kunci: Anak – Anak; Diare; Madu

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
146
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare

endemis yang berpotensi menimbulkan Kejadian


Luar Biasa (KLB) dan masih menjadi penyumbang
LATAR BELAKANG angka kematian di Indonesia terutama pada balita.
Diare adalah salah satu gejala infeksi pada Pada tahun 2020 angka kesakitan diare 3.252.277
saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh (pada semua kelompok umur) sedangkan angka
beberapa organisme seperti bakteri, virus, dan kesakitan diare pada kelompok balita mencapai
parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya 1.140.503 (Minister of Health Republic of Indonesia,
menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui 2020). Menurut data pada tahun 2020 di provinsi
makanan dan minuman yang tercemar oleh Jawa Tengah, kelompok balita yang
organisme tersebut (IDAI, 2012).
Penyakit Diare merupakan penyakit

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
mengalami diare sejumlah 118.909 sedangkan angka diare.
kejadian diare pada semua kelompok umur adalah
409.696 (Jateng, 2020).
Diare yang tidak ditangani dengan cepat akan METODE
berakibat langsung pada gangguan keseimbangan Jenis penelitian ini merupakan Literature
cairan, dan elektrolit. Unsur makanan seperti sorbitol, Review. Pencarian literatur didapatkan dari artikel
fruktosa, magnesium yang sukar diserap bersifat aktif publikasi di database bereputasi diantaranya melalui
di usus halus sehingga dapat menarik cairan ke google scholar, PubMed, dan Science Direct.
lumen usus, diikuti dengan masuknya natrium dalam Penelusuran literatur dibatasi dengan penggunaan
kadar normal, hal inilah yang akhirnya menimbulkan kata kunci dalam bahasa Indonesia yaitu madu,
diare. Enterotoksin bakteri, ataupun bahan kimia diare, anak – anak dan kata kunci dalam bahasa
meningkatkan sekresi cairan bersama ion Cl-, natrium Inggris yaitu honey, diarrhea, children. Jumlah artikel
di lumen usus, dan menyebabkan diare. Pengeluaran yang termasuk kedalam inklusi adalah 9 artikel.
cairan, dan sejumlah ion pada diare menimbulkan Artikel yang dicari adalah artikel dengan bahasa
dehidrasi pada anak maupun kondisi asidosis Inggris dan bahasa Indonesia dalam rentang tahun
metabolik yang memerlukan penanganan yang cepat 2019-2022.
dan tepat supaya tidak terjadi akibat terburuk yaitu
kematian (Silbernagl, S., & Lang, 2013).
Salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi HASIL
angka kejadian dan kematian akibat diare yaitu Artikel-artikel yang dieksklusi adalah artikel
program tatalaksana penderita diare di tatanan yang bersifat komentar, studi kualitatif dan systematic
rumah tangga dengan lima langkah yaitu rehidrasi, review. Terdapat 9 artikel penelitian yang digunakan
pengobatan dengan zink, pemberian ASI dan dalam literature review ini. Sebagian besar artikel
makanan tambahan, antibiotik selektif dan merupakan penelitian dengan menggunakan metode
pengenalan kasus kegawatdaruratan (Kemenkes RI, quasy experiment non randomized controlled trial. 2
2022). (dua) artikel penelitian menggunakan pengambilan
WHO juga merekomendasikan untuk sampel dengan RCT (Randomized Controlled Trial).
mengendalikan diare menggunakan cairan rehidrasi Responden dalam artikel penelitian adalah anak
sebagai penanganan utama. Meskipun larutan garam yang dirawat di RS karena diare akut dengan rentang
oralit secara signifikan mengurangi risiko kematian usia 0 – 10 tahun. Hasil penelusuran artikel akan
yang disebabkan oleh diare, tetapi tidak berpengaruh ditampilkan pada Tabel 1 berikut ini:
pada frekuensi diare. Salah satu metode yang
ditekankan dalam obat tradisional untuk pengobatan
diare adalah madu. Madu adalah salah satu nutrisi
yang kaya yang mengandung karbohidrat, enzim,
asam amino, asam organik, mineral, dan senyawa
aromatic (ÇOŞKUN & ÇOŞKUN, 2022). Madu
memiliki efek anti- bakteri pada bakteri usus yang
menyebabkan diare, seperti Salmonella, Shigella,
Ecoli, dan Vibrio Cholerae (Al-Masaudi et al., 2020).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
madu dapat mengurang periode diare akut pada
anak-anak. Melalui literature review ini akan dapat
diketahui beberapa pengaruh madu pada anak
yang mengalami
Tabel 1
Matriks Hasil Tinjauan Literatur

Penulis, Desain dan Sampel Intervensi


No Judul Hasil
Tahun
1 (Marsaid The Effectiveness Quasy Experiment. 12 orang anak pada kelompok Terjadi penurunan tingkat
et al., Of Administering Responden dalam intervensi mendapat terapi standar dehidrasi sebelum dan sesudah
2019) Oral Honey penelitian ini adalah 24 (cairan infus) dan terapi madu oral diberikan madu pada kelompok
Against The anak yang mengalami dengan dosis pemberian intervensi dengan nilai ρ = 0,006
Degree Of diare akut, dibagi dalam 2 suplementasi madu secara oral oleh < 0,05. Pada kelompok kontrol
Dehydration In kelompok yaitu 12 anak petugas 22 ml per hari, dibagi rata 3 juga terjadi penurunan tingkat
Children With kelompok intervensi dan kali masing-masing 7,5ml (pukul dehidrasi antara sebelum dan
Acute Diarrhea In 12 anak kelompok kontrol 07.00, 15.00, 21.00) dengan sesudah mendapatkan terapi
Malang, pengenceran menggunakan air standar dengan p-value = 0,005
Indonesia mineral steril sebanyak 10 cc pada < 0,05
setiap pemberian. 12 orang anak
pada kelompok kontrol tidak
mendapatkan suplemen madu oral
dan hanya mendapatkan terapi
standar (cairan infus)
2 (Nurmanin Madu sebagai Quasy Experiment. Kelompok intervensi mendapatkan Frekuensi BAB pada kelompok
gsih & Terapi Sampel dalam penelitian terapi standar dari puskesmas intervensi terdapat penurunan
Rokhaidah Komplementer ini adalah 26 orang balita ditambah dengan terapi madu 6,30 sedangkan pada kelompok
, 2019) untuk Anak yang dibagi dalam 2 selama 5 hari dengan dosis 5 cc kontrol penurunan frenueksi
dengan Diare kelompok yaitu 13 orang madu dan diberikan 3 kali sehari BAB 3,69.
Akut balita kelompok intervensi pada pukul 07.00, 15.00, dan 21.00 Pada kelompok intervensi
dan 13 orang balita wib. Sedangkan kelompok kontrol menunjukkan penurunan
kelompok kontrol mendapatkan terapi standar dari konsistensi feses sebesar 3.38
puskesmas sedangkan pada kelompok
kontrol menunjukkan sedikit
penurunan konsistensi feses
yaitu 2.62.
3 (Andayani The Effect of RCT. Kelompok intervensi diberikan 5 ml Pada kelompok intervensi,
et al., Honey with ORS Responden dalam madu tiga kali sehari dan oralit pada frekuensi BAB mengalami
2019) and a Honey penelitian ini adalah 72 setiap episode diare, sedangkan penurunan dari 11, 94 menjadi
Solution in ORS anak usia toddler yang kelompok kontrol diberi 10 ml madu 3,61 (p <0,05). Pada kelompok
on Reducing the mengalami diare akut yang ditambahkan oralit kontrol, frekuensi BAB
Frequency of dan diberikan setiap diare mengalami penurunan dari 11,81
Diarrhea and menjadi 4,08, lebih sedikit
Length of Stay for dibandingkan kelompok
Toddlers intervensi.
Jumlah hari rawat pada
kelompok intervensi lebih cepat
dibandingkan dengan kelompok
kontrol (p <0,05).
4 (Meisuri et Efek Quasi experiment. Kelompok intervensi, diberikan Terdapat penurunan frekuensi
al., 2020) Suplementasi Responden dalam madu secara oral oleh peneliti BAB lebih banyak pada
Madu terhadap penelitian ini adalah sebanyak 20 gram per hari, terbagi kelompok intervensi yaitu 6,74
Penurunan pasien anak penderita dalam dua kali pemberian (pukul dengan nilai p=0,000
Frekuensi Diare diare akut yang dibagi 07.00 dan 17.00 WIB) dengan dibandingkan dengan kelompok
Akut pada Anak menjadi dua kelompok pengenceran menggunakan aquadest kontrol yang hanya mengalami
di RSUD Dr. H. yaitu 15 orang kelompok steril 10 cc pada tiap pemberian. penurunan 2,53 dengan nilai
Abdul Moeloek intervensi dan 15 orang Kelompok kontrol tidak diberikan p=0,001.
Bandar Lampung kelompok kontrol. madu.
5 (Rathi et Randomized Randomized double blind, Kelompok A adalah anak-anak yang Frekuensi BAB pada kelompok
al., 2020) Clinical Study To placebo controlled menderita diare dan menerima A terjadi penurunan dari 5,133
Evaluate The clinical study. pengobatan konvensional dan madu menjadi 1,1 sedangkan
Efficacy Of Pro- Responden dalam Probiotik. Kelompok B adalah anak- kelompok B terjadi penurunan
Biotic Honey penelitian ini adalah 30 anak yang menderita diare dan dari 5,400 menjadi 2,067
Containing orang anak yang dibagi menerima pengobatan konvensional (p<0,001).
Bacillus dalam 2 kelompok yaitu dan madu biasa sebagai plasebo. Perubahan konsistensi feces
Penulis, Desain dan Sampel Intervensi
No Judul Hasil
Tahun
Coagulans In kelompok A terdapat 15 pada kelompok A adalah 2
Children orang anak dan kelompok sedangkan B adalah 1,6
Suffering From B terdapat 15 orang anak. (p<0,001).
Acute Diarrhea

6 (Simarmat Pengaruh Terapi Quasy experiment melalui Seluruh responden dalam penelitian Ada pengaruh terapi madu
a et al., Madu Terhadap rancangan time series ini diberikan madu. Frekuensi BAB terhadap penurunan frekuensi
2021) enurunan design. dilihat sebelum dan setelah BAB pada anak. Berdasarkan
Frekuensi Buang Responden dalam diberikan madu. hasil uji statistik; p ≤ dari 0,05
Air Besar Pada penelitian ini adalah 10 yaitu p= 0,001.
Anak Usia 0 – 2 orang balita yang
tahun yang mengalami diare
Mengalami Diare
di Rumah Sakit
Umum Deli
Serdang Lubuk
Pakam Tahun
2020
7 (Maftucha Upaya Quasy Eksperiment. Kelompok intervensi diberikan Lama penyembuhan pada
h et al., Mempercepat Responden dalam puding kelompok intervensi adalah 7,35.
2021) Penyembuhan penelitian ini adalah 20 Madu, zink, dan oralit. Pada Sedangkan lama penyembuhan
Diare Pada Balita orang balita yang kelompok kontrol pada kelompok kontrol adalah
dengan Pemberian mengalami diare, dibagi diberikan zink dan oralit. 13,65 dengan p-value 0,010
Puding Madu menjadi dalam 2
kelompok yaitu 10 balita
kelompok intervensi dan
10 balita kelompok
kontrol.
8 (Mahyar et The Effect of RCT Kelompok intervensi diberikan Setelah pengobatan, durasi diare
al., 2022) Adding Honey to Responden dalam madu dan zinc, dan kelompok pada kelompok intervensi secara
Zinc in penelitian ini adalah 80 kontrol hanya diberikan zinc. Madu signifikan lebih pendek
the Treatment of orang anak yang diberikan dengan dosis 1,5 mL dibandingkan pada kelompok
Diarrhea in mengalami diare akut. 40 setiap kontrol (18 ± 25 versus
Children orang anak dalam 6 jam untuk anak usia 1-3 tahun dan 24,5±57 jam, P=0,02).
kelompok intervensi, dan 2 mL setiap 6 jam untuk anak
40 orang anak dalam usia 3–5 tahun. Agar mudah ditelan,
kelompok kontrol. madu diencerkan dalam 15 mL air
setiap kali. Sirup zinc
diberikan dengan dosis 5 mL (setara
dengan 5 mg unsur zinc) setiap
6 jam (20 mg setiap hari).
9 (Nurjanah Madu dapat Quasi Eksperiment. Kelompok intervensi diberikan Frekuensi BAB pada kelompok
et al., Menurunkan Responden dalam madu, sedangkan kelompok kontrol intervensi rata – rata 1,70 dengan
2022) Frekuensi Diare penelitian ini adalah 20 tidak diberikan madu. pvalue=0,003. Frekunesi BAB
pada Anak orang anak yang pada kelompok kontrol rata –
mengalami diare, dibagi rata 1,50 dengan pvalue=0,004.
dalam 2 kelompok yaitu
10 orang anak kelompok
intervensi, dan 10 orang
anak kelompok kontrol.

terhadap

PEMBAHASAN
Diare adalah kejadian umum pada balita,
dengan efek yang cukup besar pada kesehatan
mereka. Penanganan diare pada anak menggunakan
madu dan pemberian Oral Rehydration Solution
(ORS) atau yang lebih dikenal dengan oralit. Madu
mengandung beberapa zat yang berkontribusi
penyembuhan diare. Kandungan hidrogen
peroksida, osmolalitas tinggi, kadar air rendah,
dan rendah pH berkontribusi pada aktivitas
bakterisida, aktif melawan spesies bakteri,
termasuk sub-spesies Salmonella, Shigella,
Escherichia coli, jamur dan virus. Selain itu, unsur
probiotik yang terdapat pada madu dapat
mencegah kolonisasi dari bakteri patogen yang
mungkin terkait dengan diare. Interaksi antara
152
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare

monosakarida dan molekul air meningkatkan Apalagi pH asam pada madu membantu mencegah
penyerapan air di usus dan meningkatkan pertumbuhan patogen yang mempengaruhi diare.
konsistensi feses (Pecoraro et al., 2021). Madu yang dilarutkan dalam oralit akan memiliki pH
Efektivitas pemberian madu oral terhadap yang kurang asam. Menambahkan 10 ml madu ke
derajat dehidrasi pada anak diare akut ditunjukkan dalam oralit menghasilkan oralit yang lebih manis,
dengan penurunan tingkat dehidrasi sebelum dan membuatnya lebih disukai di kalangan balita. Madu
sesudah diberikan madu pada kelompok intervensi. dilarutkan dalam oralit memiliki osmolalitas yang
Tingkat dehidrasi menurun sebelum dan sesudah lebih tinggi dari 245 mOsmol/L pada oralit biasa
tindakan farmakologis (pemberian terapi intravena) menjadi 310 mOsmol/L dalam ORS yang
juga terjadi pada kelompok kontrol. Pemberian terapi ditambahkan dengan madu, lebih efektif pada
standar tanpa madu pada penderita diare akut juga menghambat patogen yang terkait dengan diare.
dapat menurunkan tingkat dehidrasi namun tidak Selain itu, peningkatan kadar glukosa saat madu
seefektif penambahan madu (Marsaid et al., 2019). ditambahkan ke ORS, meningkat dari 75 mmol/L
Komponen mineral dan karbohidrat dalam madu menjadi 109 mmol/L, yang meningkatkan
dapat bertindak sebagai terapi rehidrasi yang dapat penyerapan natrium dan air di usus sehingga terjadi
mengurangi diare. Kandungan glukosa pada madu peningkatan konsistensi feses.
dapat membantu meningkatkan reabsorpsi air dan Pemberian madu akan mengalami proses yang
elektrolit yang tersekresi ke usus saat diare. Hal ini bertahap begitu juga dengan manfaat yang diberikan,
dapat terjadi karena mekanisme ko-transpor antara proses itu belum sepenuhnya maksimal di hari
natrium dan glukosa. Selain itu, kondisi tersebut juga pertama pemberian. Efektivitas pemberian madu
meningkatkan reabsorpsi air yang tersekresi ke memberikan perbedaan yang signifikan pada
dalam usus karena ion mengurangi kadar air dalam pemberian hari ketiga dan keempat. Pada
lumen usus yang menghasilkan perbaikan pada pengukuran frekuensi diare di hari ketiga dan
konsistensi feses pada kejadian diare (Kalanarky et keempat menghasilkan rerata perbedaan frekuensi
al., 2019). diare antara kelompok intervensi dan kelompok
Madu memberikan pengaruh pada konsistensi kontrol (Meisuri et al., 2020). Pada penelitian yang
feces pada anak diare, dan sangat signifikan dilakukan oleh (Rathi et al., 2020) tidak ada kerugian
terutama terhadap perubahan frekuensi BAB pada yang terlihat dalam hal subyektif maupun obyektif
anak di kelompok intervensi yang mengalami diare pada kelompok A yang diberikan probiotik madu dan
(Nurmaningsih & Rokhaidah, 2019). Penurunan kelompok B yang diberikan madu murni sebagai
Frekuensi BAB pada anak yang diberikan madu juga plasebo. Walaupun demikian, pemulihan yang
terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh signifikan pada hari ke-4 terjadi pada anak-anak
(Simarmata et al., 2021). Penelitian yang dilakukan kelompok A dibandingkan dengan kelompok B yang
oleh (Andayani et al., 2019) mengungkapkan bahwa diberi madu murni sebagai plasebo. Pada terapi
frekuensi diare di kelompok yang diberi madu 5 ml cairan rehidrasi, madu meningkatkan penyerapan
tiga kali sehari sebanyak 3,61 kali, sedangkan kalium dan air tanpa meningkatkan penyerapan
kelompok yang diberi madu 5 ml sebanyak tiga kali natrium. Madu juga memperbaiki mukosa usus yang
sehari kelompok yang diberi 10 ml madu ditambah rusak, merangsang pertumbuhan jaringan baru dan
200 ml oralit adalah 4,08 kali. Perbedaan frekuensi juga bekerja sebagai agen anti inflamasi. Dengan
diare adalah 0,47; ini mungkin disebabkan oleh kadar demikian, madu baik untuk memperbaiki flora usus,
glukosa yang lebih tinggi berasal dari madu yang mengurangi durasi pengobatan dengan adanya
tidak larut. Madu adalah larutan glukosa tak jenuh perbaikan dini pada diare (Schell et al., 2022).
(84% campuran fruktosa dan glukosa) yang Menurut (Mahyar et al., 2022) pemulihan pada
mempunyai interaksi kuat antara monosakarida dan kelompok yang menerima larutan rehidrasi
molekul air meningkatkan air penyerapan dalam
usus dan meningkatkan konsistensi tinja.

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
153
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare

oral dan madu secara signifikan lebih pendek dari dari bakteri patogen yang mungkin terkait dengan
pada di kelompok yang hanya menerima larutan diare.
rehidrasi oral. Demikian juga dengan hasil yang Melalui zat yang terkandung di dalamnya, madu
diperoleh pada penelitian lainnya, yaitu rata-rata mempunyai pengaruh yang signifikan pada anak
frekuensi diare setelah diberikan madu adalah 0,00 yang mengalami diare. Efek perbaikan yang
kali sedangkan rata-rata frekuensi diare pada ditunjukkan setelah pemberian madu adalah
kelompok kontrol adalah 0,30 kali. Kemampuan penurunan derajat dehidrasi, frekuensi BAB yang
madu untuk membantu memperbaiki kerusakan berkurang, konsistensi feces semakin baik, dan
permukaan usus dan efek madu sebagai prebiotik waktu penyembuhan diare lebih cepat.
yang dapat menumbuhkan kuman komensal dalam
usus dengan kemampuan melekat pada enterosit
mukosa usus dapat menghambat kolonisasi sejumlah REFERENSI
bakteri penyebab diare termasuk virus. Mukosa usus
yang baik akan berdampak pada penyerapan makan, Al-Masaudi, S. B., Hussain, M. B., Al-Maaqar,
bising usus, penurunan frekuensi diare hingga S. M., Al Jaouni, S., & Harakeh, S. (2020). In
mengurangi durasi lama rawat pada anak dengan vitro antibacterial activity of honey against
diare (Nurjanah et al., 2022). multidrug-resistant Shigella sonnei.
Pemberian madu juga diberikan dalam bentuk Complementary Therapies in Clinical
puding madu. Kandungan gizi pada puding dengan Practice, 41(October), 101257.
penambahan madu, selain rasanya yang enak,
disukai anak-anak, juga memiliki kandungan gizi https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2020.101257
yang baik. Puding selain memiliki tekstur yang lembut
Andayani, R. P., Nurhaeni, N., & Agustini, N. (2019).
dan rasa enak, kandungan nutrisi puding terdiri dari
The Effect of Honey with ORS and a Honey
lemak, mineral, kalsium dan zat besi. Mineral (17,8%)
Solution in ORS on Reducing the Frequency of
dan kalsium (4%) bermanfaat menjaga
Diarrhea and Length of Stay for Toddlers.
keseimbangan elektrolit dan cairan yang dibutuhkan
Comprehensive Child and Adolescent Nursing,
ketika diare. Nutrisi yang dibutuhkan ketika diare
42(sup1), 21–28.
dapat memperbaiki ketidak seimbangan cairan dan
https://doi.org/10.1080/24694193.2019.157
elektrolit, menganti kehilangan zat-zat gizi dan
7922
memperbaiki status gizi yang kurang serta mencegah
dehidrasi pada balita diare. Pemberian pudding ÇOŞKUN, Z. G., & ÇOŞKUN, F. (2022). Balın
madu terbukti mengurangi lama penyembuhan diare İnsan Vücuduna Etkileri Üzerine Bir
pada balita (Maftuchah et al., 2021). Derleme. Journal of Apitherapy and
Nature, 5(1), 35–68.

KESIMPULAN https://doi.org/10.35206/jan.963498
Madu mengandung beberapa zat yang IDAI, U.-G.-H. (2012). Buku ajar
berkontribusi terhadap penyembuhan diare.
gastroenterologi – hepatologi anak.
Kandungan hidrogen peroksida, osmolalitas tinggi,
kadar air rendah, dan rendah pH berkontribusi pada Badan Penerbit IDAI.
aktivitas bakterisida, aktif melawan spesies bakteri, Jateng, P. P. (2020). Profil Kesehatan Provinsi
termasuk sub-spesies Salmonella, Shigella,
Jawa Tengah Tahun 2020. 3517463(24).
Escherichia coli, jamur dan virus. Selain itu, unsur
probiotik yang terdapat pada madu dapat mencegah https://ppid.jatengprov.go.id/rkpd-
kolonisasi pemerintah-provinsi-jawa-tengah-tahun-
2020/
Kalanarky, R. S. M. K., Prasetya, F., & Annisa,
N. (2019). Uji Aktivitas ANtidiare Madu
dan Kombinasi Madu dengan Infusa Daun
Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
154
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare
Jambu Biji )Psidium guajava L.) terhadap
Mencit. Proceeding of Mulawarman
Pharmaceuticals Conferences, April
2021, 135–138.

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
155
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare

http://prosiding.farmasi.unmul.ac.id/index. php/mpc/article/view/416/399
Kemenkes RI. (2022). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit.
Maftuchah, M., Kusyati, E., & Laksana, T. W.
N. (2021). Upaya Mempercepat Penyembuhan Diare pada Balita dengan Pemberian Makanan Tambahan
Puding Madu. Jurnal SMART Kebidanan, 8(2), 169. https://doi.org/10.34310/sjkb.v8i2.506
Mahyar, A., Ayazi, P., Shaftaroni, M. R., Oveisi, S., Dalirani, R., & Esmaeili, S. (2022). The Effect of Adding Honey to
Zinc in the Treatment of Diarrhea in Children. Korean Journal of Family Medicine, 43(3), 188–192.
https://doi.org/10.4082/kjfm.21.0080
Marsaid, Sulastyawati, & Ain, H. (2019). The Effectiveness Of Administering Oral Honey Against The
Degree Of Dehydration In Children With Acute Diarrhea In Malang, Indonesia. International Journal
of Advanced Research and Publications, 3(1), 3–6. www.ijarp.org
Meisuri, N., Perdani, R., Mutiara, H., & Sukohar, A. (2020). Efek Suplementasi Madu terhadap Penurunan Frekuensi
Diare Akut pada Potential Effects of Honey Suplementation on Decreasing Frequency of Children Acute
Diarrhea In Dr . H Abdoel Moeloek Hospital Bandar Lampung. Jurnal Majority, 9(2), 26–32.
Minister of Health Republic of Indonesia. (2020). Indonesia Health Profile 2020. In Jakarta.
Nurjanah, S., Susaldi, & Danismaya, I. (2022). Madu dapat Menurunkan Frekuensi Diare pada Anak.
02(01), 179–184.
Nurmaningsih, D., & Rokhaidah. (2019). Madu Sebagai Terapi Komplementer untuk Anak dengan Diare Akut. Jurnal
Kesehatan Holistik, 3(1), 1–10.
Pecoraro, L., Flore, A. I., Dalle Carbonare, L., Piacentini, G., & Pietrobelli, A. (2021). Honey and children: only a
grandma’s

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
156
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare

panacea or a real useful tool? International Journal of Food Sciences and Nutrition, 72(3),
300–307.
https://doi.org/10.1080/09637486.2020.181 1958
Rathi, R., Rathi, B., Desai, P., & of, M. D.-E. J. (2020). Randomized Clinical Study To Evaluate The
Efficacy Of Pro-Biotic Honey Containing Bacillus Coagulans In Children Suffering
From Acute Diarrhea. Researchgate.Net, 07(11).
https://www.researchgate.net/profile/Renu- Rathi- 2/publication/351733263_European_Journ
al_of_Molecular_Clinical_Medicine_Rand omized_Clinical_Study_To_Evaluate_The
_Efficacy_Of_Pro- Biotic_Honey_Containing_Bacillus_Coagu lans_In_Children_Suffering_From_Acute_ D
Schell, K. R., Fernandes, K. E., Shanahan, E., Wilson, I., Blair, S. E., Carter, D. A., & Cokcetin, N. N. (2022). The
Potential of Honey as a Prebiotic Food to Re-engineer the Gut Microbiome Toward a Healthy State. Frontiers
in Nutrition, 9(July), 1–10. https://doi.org/10.3389/fnut.2022.957932
Silbernagl, S., & Lang, F. (2013). Teks dan atlas berwarna: Patofisiologi. EGC.
Simarmata, J. M., Ani, P., Astuti, D., Suhaimi, S., Tarigan, B. S., Ginting, S., Ginting, R., & Siregar, W. W. (2021).
Pengaruh Terapi Madu Terhadap Penurunan Frekuensi Buang Air Besar Pada Anak Usia 0-2 Tahun Yang
Mengalami Diare Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2020. Jurnal Pengmas
Kestra (Jpk), 1(1), 147–152.
https://doi.org/10.35451/jpk.v1i1.755

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007
157
Desak Putu Kristian Purnamiasih1, C.Ermayani Putriyanti2
Tinjauan Literatur: Pengaruh Pemberian Madu untuk Anak Diare

Jurnal Kesehatan, vol 11, no. 2, Edisi Desember 2022, pISSN: 2301-783X, eISSN: 2721-8007

Anda mungkin juga menyukai