Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tanggal : ...............................
ii
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Ditetapkan di : Depok
iii
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
iv
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Fanuva Endang Tri Setyaningsih
NPM : 0906510823
Program Studi : Profesi Ners
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis : Karya Ilmiah Akhir
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 11 Juli 2014
Yang menyatakan
v
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Gagal ginjal kronis merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di
perkotaan. Pasien gagal ginjal kronis biasanya mengalami xerosis yang merupakan
gangguan pada integritas kulit dan berpengaruh pada kualitas hidup. Tujuan
penulisan ini adalah untuk melakukan analisis praktik mengenai pemakaian minyak
zaitun untuk mengatasi xerosis pada pasien gagal ginjal. Hasil dari pemakaian
minyak zaitun sebagai emolien mendapatkan hasil yang baik dalam mengatasi
xerosis. Rekomendasi dari penulisan ini adalah agar perawat menganjurkan
pemakaian minyak zaitun sebagai emolien untuk mengatasi xerosis pada pasien
gagal ginjal kronis.
Kata kunci: gagal ginjal kronis, keperawatan kesehatan masalah perkotaan, minyak
zaitun, xerosis
vi
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
ABSTRACT
Chronic kidney disease is one of urban health nursing problem. Chronic kidney
disease patients usually has xerosis as one of manifestations in skin integrity that
can influence quality of life. This article has purpose to analysis clinical practice
about using olive oil to solve xerosis in chronic kidney disease patients. Applying
olive oil as emollient is good treatment to solve xerosis. So, recommendation from
this article is nurse supposed to suggest the chronic kidney disease patient using
olive oil regularly for xerosis treatment.
Key words: chronic kidney disease, olive oil, urban health nursing, xerosis
vii
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
1.3.1 Tujuan umum .................................................................. 2
1.3.2 Tujuan khusus ................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Pelayanan Keperawatan ................................................. 3
1.4.2 Pendidikan ....................................................................... 3
1.4.3 Penelitian Selanjutnya .................................................... 3
viii
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Analisis Kasus Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ..... 28
4.2 Analisis Kasus .................................................................................... 31
4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitan Terkait ............... 36
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan ..................................... 38
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 40
5.2 Saran .................................................................................................... 40
ix
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
x
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
xi
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Global epidemik dari gagal ginjal telah diakui sebagai masalah besar pada
kesehatan, tidak hanya pada negara maju, tetapi juga terjadi di Asia. Data
dari Western Australia menunjukkan bahwa glomerulonephritis, nefropati
diabetikum dan hipertensi terhitung sebanyak 80% menyebabkan CKD
(Departement of Health State of Western Australia, 2008). Hal ini
menunjukkan bahwa masalah gagal ginjal ini terbentuk dari campuran
masalah diabetes dan hipertensi, dimana angka kejadian diabetes dan
hipertensi sangat besar di Asia. Angka pertumbuhan populasi dan tingkat
urbanisasi mendukung Indonesia sebagai negara tertinggi ketiga di Asia
dengan angka CKD tertinggi setelah India dan China (Phillip et al, 2011).
Angka prevalensi CKD di Indonesia tahun 2013 tidak diketahui secara pasti
karena keterbatasan penelitian. Sedangkan kejadian CKD di RSUPN Cipto
Mangunkusumo sendiri mencapai pada tahun. Angka kejadian CKD
terhitung dari 1 Januari 2014 hingga 18 Juni 2014 telah terdapat sebanyak
1 Univeritas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
2
Angka kejadian gagal ginjal di perkotaan terjadi seiring adanya faktor resiko
gagal ginjal kronik yang terjadi pada masyarakat urban. Faktor resiko ini
berawal pada gaya hidup masyarakat perkotaan. Perubahan gaya hidup
perkotaan seperti aktivitas rendah, obesitas, perilaku merokok dan pola
makan minum meningkatkan resiko terjadinya penurunan fungsi ginjal.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
3
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
6
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
9
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
10
b) Xerosis
Xerosis merupakan kondisi kutan yang abnormal (kasar dan
bersisik) yang paling banyak ditemukan pada pasien CKD dengan
intensitas sedang hingga berat. Xerosis dominan terlihat pada
permukaan extensor dari lengan bawah, kaki dan paha (Sanai et al,
2010). Xerosis merupakan faktor penting yang berpengaruh pada
kejadian pruritus dan xerosis intensitas sedang hingga berat
meningkatkan 50-100% kejadian pruritus (Szepietowski, Reich,
Schwartz, 2004). Angka kejadian xerosis pada pasien CKD dengan
dialisis ditemukan sekitar 50-85% dan xerosis dengan proporsi
lebih besar ditemukan pada pasien dengan peritoneal dialisis
dibandingkan dengan hemodialisa (Szepietowski, Reich, Schwartz,
2004). Pada penelitian lain, ditemukan xerosis menjadi manifestasi
dermatologis kedua terbanyak setelah pruritus yaitu sebanyak 52%
dari populasi studi (Kolla, et al., 2012). Berbeda dengan penelitian
sebelumnya, penelitian oleh Mirza R, Wahid Z, & Talat H (2012)
menemukan bahwa xerosis merupakan temuan terbanyak dari
manifestasi dermatologis yaitu sebanyak 90,6%. Beberapa faktor
yang berkontribusi dalam memunculkan xerosis diantaranya adalah
penurunan ukuran dan fungsi kelenjar keringat ekrin serta atropi
kelenjar sebasea (Gagnon, & Desai, 2013; Mirza, Wahid, & Talat
H, 2012), penggunaan diuretik dosis tinggi dan perubahan
metabolisme vitamin A (Mirza, Wahid, & Talat, 2012).
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
11
Gambar 2.1. kiri xerosis kutis. Sumber: Gagnon, A.L, & Desai,
T, 2013, kanan xerosis uremic parah, terlihat bersisik dengan
beberapa fisura, Sumber Szepietowski, J.C., Reich, A, Schwartz,
RA, 2004
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
12
d) Perubahan Pigmentasi
Perubahan pigmentasi dapat terlihat pada pasien gagal ginjal
melalui dua tipe yaitu hitam kecoklatan dan kekuningan.
Penyebaran hiperpigmentasi hitam kecoklatan pada terik matahari
dapat bersifat retensi dari kromogen dan deposisi melanin pada
lapisan dasar dan superficial dermis terkait kegagalan ginjal
mengekskresikan beta melanocyte stimulating hormone (-MSH)
(Sanai et al, 2010). Bercak hiperpigmentasi pada telapak tangan
dan kaki telah dilaporkan oleh Pico et al dan juga berhubungan
dengan peningkatan sirkulasi -MSH (Sanai et al, 2010).
Sedangkan diskolorasi kekuningan pada kulit ditemukan pada 40%
pasien di berbagai penelitian. Diskolorasi kekuningan berhubungan
dengan akumulasi karotenoid dan pigmen nitrogen (urochromes)
pada kulit. Pada penelitian Mirza R, Wahid Z, & Talat H (2012)
ditemukan bahwa 54% pasien terjadi perubahan pigmentasi dengan
jumlah yang sama antara pasien dengan hemodialisa maupun
dengan peritoneal dialisis.
e) Pallor
Pallor pada kulit terjadi akibat anemia yang terjadi pasien CKD.
Pada pasien CKD terjadi penurunan eritropoesis dan peningkatan
hemolisis yang berdampak pada pucat (Sanai et al, 2010).
f) Uremic Frost
Pada waktu sebelum ada penanganan berupa dialisis, banyak
ditemukan uremic frost sebagai temuan dematologis. Pasien CKD
dengan uremic frost menunjukkan kadar blood urea nitrogen
(BUN) lebih dari 250-300 mg/dl (Sanai et al, 2010). Hal ini
menyebabkan konsentrasi urea pada keringat meningkat dan
setelah evaporasi, terjadi deposisi kristal urea pada permukaan
kulit. Kondisi ini sekarang jarang ditemukan karena telah
dilakukan intervensi awal dan hemodialisa.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
13
Gambar 2.3 uremic frost, Kristal putih yang rapuh disekitar wajah
Sumber: Chin-Chi, K et al (2010)
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
14
2) Manifestasi Gastroenterologis
Manifestasi yang dapat ditemukan diantaranya adalah nausea,
vomitus, penurunan selera makan, hiccup, stomatitis dan fetor
uremikum (Smeltzer & Bare, 2000). Manifestasi ini berasal dari
kondisi uremia sehingga menyebabkan penurunan selera makan,
nausea, vomitus, fetor uremikum.
3) Manifestasi Kardiovaskular
Manifestasi kardiovaskular yang dapat terjadi diantaranya adalah
peningkatan tekanan darah/hipertensi, anemia, heart failure dan
adanya perikarditis akibat iritasi toksin uremic (Smeltzer & Bare,
2000).
4) Manifestasi Neurologis
Manifestasi neurologis yang dapat terjadi yaitu penurunan
kesadaran, gangguan konsentrasi akibat ketidakseimbangan
elektrolit maupun gangguan asam basa, tremor dan kejang
(Smeltzer & Bare, 2000).
5) Manifestasi pada Sistem Perkemihan
Manifestasi pada system perkemihan yaitu ditemukannya oliguri,
anuria, dan proteinuria. Proteinuria menyebabkan kurangnya jenis
protein dalam tubuh, salah satunya yaitu albumin. Rendahnya
albumin termanifestasikan dengan adanya edema pada tubuh.
2.2.3. Komplikasi
1) Anemia
Anemia didefinisikan sebagai keadaan dimana kadar hemoglobin
kurang dari 11 g/dL atau menerima terapi erythropoiesis
stimulating agent (ESA). Anemia pada gagal ginjal kronik
terutama disebabkan oleh defisiensi eriptropoietin sebagai
penyebab utama. Faktor lain yang menyebabkan anemia pada gagal
ginjal diantaranya yaitu berkurangnya masa hidup eritrosit, serta
defisiensi zat besi dan vitamin. Anemia terobservasi muncul pada
tahap awal gagal ginjal (stage 3) dan prevalensinya semakin
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
15
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
16
2.2.4. Penanganan
Penatalaksanaan pada gagal ginjal berupa terapi spesifik pada
penyakit dasarnya, pencegahan dan terapi terhadap kondisi
komorbid, memperlambat perburukan fungsi ginjal, pencegahan dan
terapi terhadap penyakit kardiovaskular, pencegahan dan terapi pada
komplikasi, terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy)
(Suwitra, 2009). Terapi pengganti ginjal seperti hemodialisa dan
peritoneal dialisis merupakan penanganan yang sering digunakan.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
18
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
19
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
BAB 3
TINJAUAN KASUS KELOLAAN
3.1. Pengkajian
Pasien dengan inisial Ny SM, 48 tahun, seorang wanita pekerja dengan
jumlah anak dua orang. Pasien bekerja sebagai pegawai di salah satu
institusi pemerintah di Jakarta. Pasien beragama Islam. Pasien tinggal
dengan suami dan anak-anaknya di Cijantung, Jakarta Timur. Pasien datang
ke UGD RSCM dengan keluhan sesak nafas sejak dua hari sebelum masuk
Rumah Sakit, kaki bengkak sejak Oktober 2013, dan buang air kecil sedikit
sejak dua minggu sebelum masuk rumah sakit. Ketika masuk ke Ruang
Perawatan Penyakit Dalam RSCM, klien mengeluh sesak dan bengkak
seluruh tubuh masih ada tetapi sudah berkurang dibandingkan sewaktu
masuk UGD, serta buang air kecil masih sedikit. Pasien mengaku sesak
sudah berkurang, tidak seperti awal masuk Rumah Sakit, tidak ada riwayat
bronchitis, emfisema, pneumonia. Pasien tidak mempunyai kebiasaan
merokok, respiration rate 24x/menit, tidak ada penggunaan otot bantu nafas,
tidak ada nafas cuping hidung.
Hasil pemeriksaan tanda vital pada hari pertama masuk Ruang Perawatan
Penyakit dalam RSCM ditemukan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
84x/menit kuat teratur, napas 24x/menit dan suhu 37 oC. Pada pemeriksaan
fisik, ditemukan edema derajat 2 pada ekstremitas, edema pada wajah dan
20 Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
21
periorbital, capillary refill time (CRT) 3detik, tidak ada distensi vena
juguler, akral hangat.
Pasien merupakan ibu bagi dua orang putri dan juga seorang istri, tinggal
bersama suami dan kedua anaknya. Saat ini peran dalam struktur keluarga
adalah sebagai istri dan ibu. Interaksi dengan keluarga dan lingkungan baik.
Tidak ada gangguan bicara, bicara jelas dan dapat dimengerti.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
22
Pasien mengatakan kebiasaan buang air besar setiap hari, tetapi semenjak
masuk Rumah Sakit (14 Mei 2014) pasien belum pernah buang air besar.
Klien mengaku tidak ada riwayat perdarahan, tidak ada riwayat hemoroid,
tidak ada keluhan rasa terbakar/nyeri saat buang air kecil. Saat dilakukan
pengkajian klien terpasang kateter folley, karakter urin kuning keruh.
Abdomen supel, nyeri tekan negatif, tidak ada massa, terlihat membesar,
bising usus positif dalam batas normal 6x/menit, hasil perkusi dullness.
Pasien makan mendapatkan diet 1700 kkal makanan nasi biasa dan lauk
pauk serta sayur tiga kali sehari dengan selingan cemilan. Saat dilakukan
pengkajian klien mengaku tidak ada penurunan selera makan lagi, mual dan
muntah sudah tidak ada, serta tidak ada gangguan menelan dan mengunyah.
Klien mengatakan tidak ditimbang berat badan bahkan ketika dilakukan
hemodialisa, berat badan terakhir yang diketahui klien 65kg dengan tinggi
badan 150 cm. Terlihat membrane mukosa kering, turgor kulit kurang
elastis, terlihat kulit ekstremitas bawah kering dan bersisik, terdapat edema
derajat 2 pada ekstremitas, tidak terdapat distensi vena jugularis.
Pasien mengatakan tidak ada nyeri yang dirasakan, hanya perutnya terasa
sedikit kurang nyaman karena kembung.Meskipun tidak merasakan nyeri,
klien terlihat berubah posisi dengan hati-hati karena pasien masih sedikit
takut dengan pengalaman pertama hemodialisa.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
23
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
24
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
26
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
27
b. Konstipasi
Kondisi ini bermula ketika pasien masuk di rumah sakit tanggal 14 Mei.
Ketika dikaji lebih jauh, pola normal pasien BAB setiap hari akan tetapi
pasien mengaku menemukan kesulitan untuk buang air besar di tempat
yang tidak biasa bagi pasien. Hingga hari terakhir perawatan, klien
masih belum dapat defekasi meskipun sudah merasa mulas.
c. Resiko infeksi
Selama perawatan, tidak terjadi infeksi pada klien, tidak ada peningkatan
suhu melebihi batas normal, terpantau tidak ada tanda infeksi pada area
alat invasif maupun dari pemantauan hasil laboratorium tidak terjadi
peningkatan leukosit yang menandakan infeksi.
d. Resiko kerusakan integritas kulit
Kondisi kulit pada pasien di hari pertama perawatan adalah kulit kering
bersisik pada ekstremitas bawah, terdapat edema dan pasien
mengeluhkan gatal pada badan. Setelah dilakukan intervensi pemakaian
minyak zaitun, klien menunjukkan perubahan kondisi kulit. Kulit kering
bersisik berkurang, terdapat proses pembentukan kulit yang baru pada
kaki kiri dan sisik sudah berkurang. Kulit kering masih terdapat di
beberapa bagian tungkai bawah, tetapi kelembaban kulit terjaga dengan
pengolesan minyak zaitun secara teratur oleh pasien.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
29
perwarna, pengawet dan perasa, serta makanan minuman siap saji lebih
banyak dikonsumsi.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
30
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
32
Curhan et al pada pria dan wanita menunjukkan bahwa intake cairan yang
rendah secara terus menerus dalam waktu yang lama dapat meningkatkan
resiko pembentukan batu ginjal (Siener, 2006).
Batu ginjal yang dialami klien kemungkinan berupa batu ginjal yang berasal
dari kombinasi batu kalsium oksalat dan asam urat. Berdasarkan
komponennya batu kalsium oksalat merupakan jenis batu yang sering terjadi
yaitu dengan insidensi sebanyak 50-70% (Bartoletti, et al., 2007). Dari hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa kadar asam urat pasien di atas
normal yaitu sebesar 7,4 mg/dL. Konsentrasi asam urat yang tinggi ini
merupakan faktor terbesar pembentukan uric acid lithiasis. Batu asam urat
ini terdapat pada 6% batu ginjal dan biasanya didapatkan dari diet tinggi
protein dan sejalan dengan tingginya konsentrasi asam urat (Porena, Guggi,
Micheli, 2007). Pasien terbiasa mengkonsumsi protein, protein hewani, dan
karbohidrat dalam jumlah yang besar. Konsumsi protein terutama protein
hewani yang tinggi meningkatkan kalsium urin dan oksalat dalam urin,
sedangkan intake tinggi purin meningkatkan kalsium urin dan asam urat
dalam urin (Ferrari, et al, 2007).
Hipertensi merupakan penyebab kedua dari end stage renal disease atau
gagal ginjal tahap akhir. Pada empat penelitian lain di Australia,
Washington, US menunjukkan orang dengan hipertensi mempunyai resiko
yang lebih besar untuk berkembang menjadi CKD dibandingkan orang
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
34
Pada pasien terdapat edema sebagai salah satu tanda kelebihan volume
cairan. Edema yang terjadi disebabkan oleh menurunnya tekanan onkotik
kapiler dan menumpuknya natrium di cairan ekstraseluler. Penurunan laju
filtrasi glomerulus menyebabkan reabsorpsi cairan di tubulus menurun yang
berdampak pada proteinuria dan berujung pada penurunan tekanan onkotik
kapiler. Sedangkan penurunan perfusi renal mengaktivasi sistem rennin-
angiotensin-aldosteron berdampak terjadinya reabsorpsi natrium dan
menjadikan peningkatan kadar natrium di cairan ekstreseluler. Penurunan
tekanan onkotik kapiler dan peningkatan kadar natrium di cairan
ekstreseluler menyebabkan volume cairan ekstreseluler meningkat. Inilah
yang menyebabkan terjadinya edema pada pasien gagal ginjal kronik.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
35
Resiko penyebaran infeksi dapat terjadi pada pasien ini. Hal ini ditandai
dengan klien mengatakan terpasang CDL untuk hemodialisa, IV line, dan
kateter urin, serta hasil pemeriksaan laboratorium berupa leukosit 5,53
ribu/L. Selain itu, resiko kerusakan integritas kulit juga dimiliki pada
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
36
Kelebihan cairan harus segera diatasi dengan bekerja sama dengan dokter
untuk melakukan pemberian diuretik maupun tindakan dialisis. Pemberian
diuretik pada pasien perlu mendapatkan perhatian dan monitoring dari
perawat seperti monitoring tekanan darah. Inisiasi dialisis digunakan untuk
menjaga kondisi optimal pasien, mencegah ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, dan meminimalkan resiko komplikasi gagal ginjal (Smeltzer &
Bare, 2000). Meskipun pasien sebelumnya menolak untuk dilakukan
hemodialisa, setelah diberikan penjelasan lebih lanjut pasien dan keluarga
setuju untuk menjalani hemodialisa.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
37
Proses dialisis, terjadi aliran darah sirkuler keluar tubuh yang memerlukan
aktivasi sistem koagulasi pada pelaksanaannya. Sehingga pada saat pasien
menjalani hemodialisa, perlu diberikan heparin (Suwitra, 2009). Selain itu,
untuk hemodialisa diperlukan akses khusus yang biasanya berupa fistula
mengambil vena lengan ataupun femoral. Belum adanya akses khusus untuk
hemodialisa dapat digantikan sementara dengan pemasangan catheter
double lumen (CDL). Pemasangan CDL pada pasien gagal ginjal
meningkatkan adanya resiko infeksi.
Masalah keperawatan lain dari gagal ginjal kronik yang ditemukan pada
pasien adalah gangguan pada integritas kulit. Kulit xerosis turut
berpartisipasi menurunkan kualitas hidup seseorang dengan gagal ginjal
kronik, sehingga berdasarkan tersebut dilakukan perawatan integritas kulit
xerosis pada pasien gagal ginjal kronik menggunakan minyak zaitun. Pasien
dan keluarga telah kooperatif terhadap tindakan, sehingga tanpa diawasi pun
keluarga dan pasien akan mengoleskan minyak zaitun sebagai emolien dua
kali sehari.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
38
Asam lemak esensial dan derivatnya dibutuhkan pada kutan agar dapat
berfungsi secara normal (Freedman, Patel, & Yosipovitch, 2007). Minyak
zaitun sebagai emolien/pelembab melalui asam lemaknya meminimalkan
interaksi dan kerusakan pada barrier lemak pada stratum korneum. Selain itu
juga menumpuk sejumlah asam lemak pada kulit sehingga membantu
hidrasi dengan menahan air di stratum korneum (Hoffman, et al., 2008).
Selain asam linoleat, kandungan -linoleic acid (GLA) pada minyak zaitun
meningkatkan sintesis anti-inflamasi eikosanoid, mengurangi proliferasi
limfosit dan produksi limpokin yang berperan pula dalam menurunkan rasa
gatal. Hal ini menguntungkan bagi penderita gagal ginjal kronis yang
mengalami pruritus, seperti yang dialami oleh pasien. Sehingga, setelah
menggunakan minyak zaitun sebagai emolien, xerosis yang dialami pasien
mengalami perbaikan dan pruritus berkurang.
Terapi yang sudah dicoba berupa pengaplikasian minyak zaitun pada kulit
xerosis mempunyai kendala dimana perawat tidak selalu dapat
mendampingi pasien ketika menggunakan minyak zaitun sebagai emolien.
Akan tetapi hal ini tidak menjadi masalah serius, karena telah dilakukan
penjelasan kepada keluarga untuk memotivasi dan mengingatkan klien
untuk mengoleskan minyak zaitun dua kali sehari. Selain itu dengan
diberikannya penjelasan mengenai manfaat tindakan memudahkan pasien
kooperatif menerima dan menimbulkan keinginan pasien untuk mengikuti
intervensi tersebut.
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
39
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan pada pasien gagal ginjal kronis di ruang penyakit dalam lantai 7
gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah sebagai berikut:
1. Penyakit gagal ginjal merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi
pada masyarakat perkotaan.
2. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi mengakibatkan perubahan
gaya hidup masyarakat kota berupa perubahan pola dan jenis makan
serta minuman, pola aktivitas. Hal ini meningkatnya faktor resiko gagal
ginjal pada masyarakat perkotaan yaitu kejadian diabetes, hipertensi,
obesitas, infeksi HIV, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok.
3. Pada pasien terjadi masalah kelebihan cairan, konstipasi, dan integritas
kulit. Gangguan integritas kulit ini berpengaruh pada kulitas hidup klien.
Integritas kulit merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena
kulit merupakan barier tubuh serta berperan dalam pengaturan suhu.
Oleh karena itu, gangguan integritas kulit pada pasien CKD perlu segera
mendapat penanganan. Sehingga untuk mengatasi hal ini, digunakan
minyak zaitun sebagai emolien dalam mengatasi xerosis dan juga
mengurangi pruritus.
5.2. Saran
Berdasarkan keterbatasan dan pembahasan hasil penulisan ini, maka penulis
memberikan beberapa rekomendasi kepada penulis selanjutnya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik dengan
gangguan integritas kulit.
1. Penulis selanjutnya dapat menggunakan derajat xerosis dan pruritus
dalam memberikan tindakan, sehingga asuhan keperawatan dapat terukur
secara objektif. Selain itu, penulis selanjutnya dapat mencari referensi
40 Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
41
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Daftar Pustaka
Bartoletti, R., et al. (2007). Epidemiology and risk factors in urolithiasis. Urologia
International, vol 79: 3-7
Basu, S, et al (2013). Relationship of soft drink consumption to global overweight,
obesity, and diabetes: a cross-national analysis of 75 countries. American Journal
Public Health, vol 103: 2071-2077
Biagio, A.D., et al (2011). Risk factors for chronic kidney disease among human
immunodeficiency virus-infected patients: a European case control study. Clinical
Nephrology, vol 75: 518-523
Bomback, A.S. et al. (2010). Sugar-sweetened soda consumption, hyperuricemia, and
kidney disease. Kidney International, vol 77: 609-616
Cheung, W.W., Palk, K.H., & Mak, R.H. (2009). Inflammation and cachexia in
chronic kidney disease. Pediatric Nephrology, 25: 711-724
Chin-chi, K, et al. (2010). Uremic frost. Canadian Medical Association Journal, vol
17: E800
Department of Health State of Western Australia. (2008). Chronic Kidney Disease
Model of Care. Perth: Health Networks Branch, Department of Health Western
Australia
Etter, L. & Myers, S.A. (2002). Pruritus in systemic disease: mechanisms and
management. Dermatological Clinic, vol 20: 459-472
Ferrari, P., et al. (2007). Lithiasis and risk factors. Urologia Internationalis, vol 79:
8-15
Freedman, B.I., Patel, T.S., & Yosipovitch, G. (2007). An update on priritus
associated with CKD. American Journal of Kidney Diseases, 50: 11-20
Gagnon, A.L. & Desai, T. (2013). Dermatological disease in patients with chronic
kidney disease. Journal of Nephropathology, volume 2(2): 104-109
Gillen, D.L., et al. (2005). Decreased renal function among adults with a history of
nephrolithiasis: a study of NHANES III. Kidney International, vol 67: 685-690
42
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
43
Hoffman, L., et al. (2008). Benefits of an emollient body wash for patients with
chronic winter dry skin. Dermatologic Therapy, vol 21: 416-421
Iseki, K., & Kohagura, K. (2007). Anemia as a risk factor for chronic kidney disease.
International Society of Nephrology, vol 72: S4-S9
Keller, J.J., Chen, Y., Lin, H.C., (2012). Association between chronic kidney disease
and urinary calculus by stone location: a population-based study. BJU
International, vol 110: 1074-1078
Khalatbary, A.R. (2013). Olive oil phenols and neuroprotection. Nutritional
Neurscience, vol 16: 243-250
Kolla, P.K., et al. (2012). Clinical study: cutaneous manifestations in patients with
chronic kidney disease on maintenance hemodialysis. International Scholarly
Research Network Dermatology, volume 2012: 4 halaman
Malik, V.S., Schulze, M.B., & Hu, F.B. (2006). Intake of sugar-sweetened beverages
and weight gain: a systematic review. American Journal Clinical Nutrition, vol 84:
274-288
Mirza, R., Wahid, Z., & Talat, H. (2012). Dermatological manifestations in chronic
renal failure patients on haemodialysis. JLUMHS, volume 11: 24-28.
Molitch, M.E., et al. (2004). American diabetes association: nephropathy in diabetes.
Diabetes Care, vol 27: 79-83.
Monhart, V. (2013). Hypertension and chronic kidney diseases. Science Direct. July
2013, 397-402
NANDA International. (2012). Nursing Diagnosis: Definition aand Classification
2012-2014. UK: Wiley-Blackwell
National Kidney Foundation (2013). Kidney international supplements: kidney diease
improving global outcomes 2012 clinical practice guideline for the evaluation and
management of chronic kidney disease. Official Journal of the International
Sociaety of Nephrology, vol 3: 1-163
Novoa, J.M.L., et al. (2010). Common pathophysiological mechanisms of chronic
kidney disease: therapeutic perspectives. Pharmacology & Therapeutics 128, 61-81
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
44
Peck, L.W., Monsen E.R., & Ahmad, S. (1996). Effect of three sources of long-chain
fatty acids on the plasma fatty acid profile, plasma prostaglandin E2 concentrarions,
and pruritus symptoms in hemodialysis patients. American Journal Clinical
Nutrition, vol 64: 210-214
Porena, M., Guiggi, P., & Micheli, C. (2007). Prevention of stone diasease. Urologia
International, vol 79: 37-46
Prodjosudjadi, W., et. al. (2009). Detection and prevention of chronic kidney disease
in Indonesia: initial community screening. Nephrology, 14: 669-674
Philip, K.T.L, et al. (2011). Asian chronic kidney disease best practice
recommendations: Positional statements for early detection of chronic kidney
disease from Asian Forum for Chronic Kidney Disease Initiatives (AFCKDI).
Nephrology 16: 633641
Roswati, E. (2013). Pruritus pada pasien hemodialisis. CDK-203, vol 40: 260-264
Sanai, M et al. (2010). Dermatologic manifestasions in patients of renal disease on
hemodialysis. Journal of Pakistan Association of Dermatologists, 20: 163-168.
Sassen, S. (2001). The global city. New Jersey: Pricenton University Press
Savica, V., et al. (2013). An update on calcium metabolism alterations and
cardiovascular risk in patients with chronic kidney disease: questions, myths and
facts. Journal of Nephrology, vol 26: 456-464
Schwartz, I.F. & Ialna, A. (2000). Management of uremic pruritus. Seminar in
Dialysis, vol 13: 177-180
Siener, R. (2006). Impact of dietary habits on stone incidence. Urol Res, vol 34: 131-
133
Siener, R., et al. (2005). The role of overweight and obesity in calcium oxalate stone
formation. Obes Res, vol 12: 106
Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. (2000). Brunner and Suddarths textbook of medical
surgical nursing: 9th edition. Philadelphia: Lippincott.
Suwitra, K. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
45
Szepietowski, J.C., Reich, A, Schwartz, RA. (2004). Efficacy and tolerance of the
cream containing structured physiological lipid with endocannabinoids in the
treatment of uremic pruritus: a preliminary study. Acta Dermatovenereol, vol 13:
97-103
Szepietowski, J.C. et al. (2011). Quality of life in patients with uraemic xerosis and
pruritus. Journal Complication Acta Derm Venereol, vol 91: 313-317
Stompor, T., Zablocki, M., & Lesiow, M. (2013). Osteoporosis in mineral and bone
disorder of chronic kidney disease. Polskie Archiwum Medycyny Wewnetrznej, vol
123: 314-320
Suryana, A., Ariani, M., & Lokollo, E.M. (2008). The role of modern markets in
influencing lifestyles in Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, vol 27: 11-15
Tadei, S., et al. (2011). Hypertension, left ventriculat hypertrophy and chronic kidney
disease. Heart Fail Rev, vol 16: 615-620
Taqwa, M.R. (2011). Kapitalisme dan gaya hidup konsumen di perkotaan. Jurnal
Wacana Indonesia, vol 3: 93-104
Taylor, E.N., Stampfer, M.J., & Curhan, G.C. (2005). Obesity, weight gain, and the
risk of kidney stones. JAMA, vol 293: 455
The National Collaborating Centre for Chronic Conditions. (2008). Chronic kidney
disease: national clinical guideline for early identification and management in
adults in primary and secondary care. London: Royal College of Physicians
Thomas, R, Kanso, A., & Sedor, J.R. (2008). Chronic kidney diasease and its
complications. Prim Care, vol 35: 329-344
Udayakumar, P., et al. (2006). Cutaneous manifestations in patients with chronic
renal failure on haemodialysis. Indian Journal Dermatol Venereol Leprol, 72: 119-
125.
Wijayanti, K. (2009). Fenomena pusat kebugaran dalam perkembangan kota. Skripsi
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 1
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Hasil Pemeriksaan Radiologi Thorax 13 Mei 2014
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Hasil Pemeriksaan USG Ginjal 30 Desember 2013
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Tabel Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Pemeriksaan Darah Nilai Normal dan Hasil Pemeriksaan
Lengkap Satuan 19/5 21/5 22/5 23/5
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Protein total 6-8 gm/dL 6,1
Mikroalbuminuria 769,3
30-299
sewaktu
pH 7,35-7,45 7,418
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 2
Tujuan/Krite
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
ria Hasil
Kelebihan volume cairan Tujuan: - Timbang dan catat berat badan setiap hari - Grafik berat badan dapat menunjukkan keefektifan
berhubungan dengan setelah jika memungkinkan terapi dan kelebihan cairan
kerusakan mekanisme dilakukan - Kaji dan pantau tanda vital, denyut dan - Tekanan darah meningkat kaerna kelebihan cairan.
regulatori (gagal ginjal), asuhan irama jantung, auskultasi suara jantung, Tekanan darah turun, takikardi, aritmia, S3
penurunan urin output, keperawatan merupakan tanda gagal jantung
klien tidak - Auskultasi suara nafas, observasi adanya - Adanya crakles, sesak dispnea saat istirahat
Ditandai dengan: mengalami sesak dan dispnea menunjukkan kongesti pulmonal
Data Subjektif: kelebihan - Kulit, wajah, area edema. Evaluasi derajat - Edema merupakan tanda kelebihan cairan, edema
kencing sedikit 2-3x/hari volume edema, observasi membran mukosa. beresiko terjadinya ulkus dan iskemi jaringan
masing-masing 20cc, cairan. - Kaji adanya distensi vena jugularis - Peningkatan vena jugular tanda peningkatan cairan
klien mengatakan kaki Kriteria hasil - Batasi intake cairan sesuai indikasi, - Mencegah kelebihan volume cairan yang lebih
bengkak sejak Oktober volume cairan anjurkan pembatasan sodium, diskusikan parah. Diskusi restriksi cairan meningkatkan
2013, sesak nafas sejak dua stabil dengan mengenai restriksi cairan dan sodium kooperatifan pasien dan keluarga
hari sebelum masuk rumah intake dan - Motivasi perawatan mulut ketika restriksi - Menjaga kelembaban mukosa mulut, kelembaban
sakit, sekarang sudah output cairan atau anjurkan alternatif lain seperti mukosa mulut mengurangi stimulasi rangsang rasa
berkurang seimbang, memakai es haus
Data Objektif: tanda vital - Pantau hasil pemeriksaan laboratorium - BUN, kreatinin, Hb, Ht, elektolit dapat
edema +2 pada seluruh dalam batas seperti BUN, kreatinin, Hb, Ht, albumin menunjukkan ketidakseimbangan cairan dan
ekstremitas, wajah sedikit normal, berat dan elektrolit elektrolit
bengkak, oliguri, hasil badan normal - Masukkan/pertahankan kateter tak menetap, - Kateterisasi memberikan pengawasan urin output
rontgen thorax bendungan dan stabil sesuai indikasi secara ketat
awal paru serta bebas - Berikan medikasi sesuai indikasi - Medikasi mengatasi ketidakseimbangan cairan
edema. elektrolit
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan/Kriteria
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
Konstipasi berhubungan Tujuan; setelah - Evaluasi medikasi untuk pasien - Medikasi tertentu dapat menyebabkan
dengan kurang aktivitas dilakukan konstipasi
fisik, perubahan intervensi - Kaji pola diet, motivasi untuk makan - Diet kurang serat dapat menyebabkan kosntipasi
lingkungan konstipasi teratasi. makanan berserat
Kriteria hasil klien - Kaji energi dan pola aktivitas, - sedentary lifestyle berpengaruh pada motilitas
Ditandai dengan: dapat defekasi motivasi pasien untuk aktivitas sesuai usus yang berdampak pada konstipasi
Data Subjektif: klien sesuai pola normal, dengan batas kemampuan
mengeluh belum BAB klien memahami - Palpasi abdomen, kaji adanya distensi - menentukan adanya penumpukan feses
semenjak masuk rumah penyebab dan dan massa, auskultasi bising usus
solusi yang tepat - Kaji kebiasaan eliminasi dan masalah - menentukan alternatif solusi mengatasi
sakit (14 Mei)
untuk masalah yang dihadapi sekarang konstipasi
indivisu, serta klien - Kolaborasi pemberian laxative - membantu mengatasi konstipasi
Data Objektif: bising
menunjukkan - Bantu menyusun jadwal untuk - menyediakan waktu khusus untuk klien dapat
usus positif 6x/menit,
perilaku dan sikap defekasi merespon desakan untuk konstipasi
perut terlihat membesar,
pencegahan
perkusi abdomen
konstipasi.
dullness
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan/Kriteria
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
Resiko infeksi Tujuan: - Lakukan cuci tangan 5 moment hand - Mengurangi resiko infeksi dan
berhubungan dengan Setelah hygiene, ajarkan pada pasien dan kontaminasi silang, pengajaran cuci
pemasangan alat invasif dilakukan keluarga untuk mencuci tangan tangan yang benar pada pasien dan
intervensi infeksi dengan 6 benar keluarga agar meningkatkan kebiasaan
Ditandai dengan: dan perluasannya cuci tangan dengan benar
Data Subjektif: tidak terjadi. - Berikan lingkungan yang bersih dan - Lingkungan bersih mengurangi resiko
klien mengatakan terpasang Kriteria hasil: ventilasi yang baik perkembangbiakan bakteri
CDL untuk hemodialisa, sekitar luka tidak - Pantau tanda vital, terutama suhu - Memberikan informasi dasar, peningkatan
pucat, edema suhu tanda infeksi
Data Objektif: berkurang, tidak - Kaji integritas kulit, mukosa oral - Kerusakan integritas kulit dapat menjadi
klien terpasang CDL, IV ada demam, entry point bakteri dan menjadi infeksi
line, dan kateter urin, tanda vital stabil, - Bersihkan dan potong kuku jika - Mengurangi resiko transmisi pathogen
leukosit 5,53 ribu/L Hb 10 g/dL, Ht panjang melalui kulit
40-48%, leukosit - Periksa adanya luka atau tanda - Identifikasi dan perawatan awal dari
5000-1000. inflamasi kondisi sekitar alat invasif infeksi
- Ganti pemasangan alat invasif sesuai - Mengurangi resiko infeksi akibat
indikasi seperti IV line tiap tiga hari penggunaan alat invasif terlalu lama
- Jaga kebersihan dan kekeringan - Mengurangi resiko infeksi dari
sekitar alat invasif penggunaan alat invasif
- Motivasi untuk makan nutrisi sesuai - Meningkatkan imunitas dan perlawanan
kebutuhan tubuh terhadap bakteri
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan/Kriteria
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
Kerusakan integritas kulit Tujuan: setelah - Kaji kulit secara rutin seperti tingkat - Menjadi data dasar terhadap perubahan
berhubungan dengan dilakukan kelembaban, warna, elastisitas, sirkulasi atau dekubitus
perubahan status cairan dan intervensi tidak keutuhan kulit, inspeksi permukaan
edema terjadi kerusakan kulit dan titik tekan
integritas kulit - Pantau hidrasi kulit dan membran - Hidrasi berlebihan berpengaruh pada
Ditandai dengan: dengan kriteria mukosa sirkulasi dan integritas jaringan tingkat
Data Subjektif: hasil kulit seluler
klien mengatakan gatal lembab, tidak - Kaji dan pantau keluhan gatal, - Gatal dapat menjadi rute ekskresi produk
yang awalnya hanya di kering dan anjurkan pasien untuk tidak sisa
ekstremitas, tetapi bersisik, serta menggaruk area yang gatal,
kemudian menyebar, pasien - Menganjurkan dan memotivasi - Mengatasi kekeringan kulit
lengan dan kaki bengkak. menunjukkan penggunaan minyak zaitun untuk
partisipasi pada emolien pada kulit kering
Data Objektif: pencegahan dan - Anjurkan pembatasan penggunaan - Mengurangi kekeringan kulit akibat
terlihat bengkak +2 pada intervensi. sabun atau lotion berparfum dan pemakaian sabun dan lotion berparfum
ekstremitas, terlihat kulit beralkohol dan beralkohol
kering bersisik di - Anjurkan memakai pakaian katun - Mencegah iritasi dermal
ekstremitas bawah, terlihat yang longgar
sesekali klien menggaruk - Anjurkan mengelevasikan ekstremitas - Mengurangi formasi edema,
area yang gatal. yang edema meningkatkan venous return
- Pertahankan linen kering dan bebas - Mengurangi resiko kerusakan integritas
lipatan. kulit dekubitus
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 3
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
21/5 Kelebihan volume S: kaki dan tangan bengkak, ada batuk tapi jarang, dahak putih, sesak
Mengkaji tanda vital, denyut dan irama
cairan berhubungan jantung, mengauskultasi suara jantung sudah berkurang
dengan kerusakan Mengauskultasi suara nafas,
O: compos mentis, TD 130/80mmHg, N 84x/menit, RR 24x/menit, S:
mekanisme regulatori mengobservasi adanya sesak dan 37oC, BJ1 BJ2 reguler, suara napas vesikuler, ronki ada di apeks,
(gagal ginjal), dispnea wheezing tidak ada, tidak ada penggunaan otot bantu napas dan
penurunan urin Mengobservasi derajat dan lokasi cuping hidung, tidak ada distensi vena juguler, edema +4 di
output edema ekstremitas, kulit kaki kering bersisik, mukosa bibir lembab
Mengkaji adanya distensi vena juguler
A; kelebihan volume cairan
Mengobservasi membrane kulit dan P: kaji dan pantau tanda vital, irama dan bunyi jantung, auskultasi paru,
mukosa mulut kaji adanya sesak dan dispnea, observasi edema, observasi status
Menyiapkan dan menemani pasien hidrasi, motivasi pasien dan keluarga patuh pada restiksi cairan,
USG ginjal pantau intake-output cairan, timbang berat badan, pantau hasil
laboratorium
21/5 Konstipasi Mengkaji bising usus S: belum buang air besar
berhubungan dengan Melakukan palpasi abdomen untuk O: bising usus positif 3x dalam satu menit, distensi positif, massa tak
kurang aktivitas fisik, menentukan adanya distensi, massa teraba
perubahan A: kosntipasi
lingkungan P: kolaborasi dietisien untuk menyediakan makanan berserat, motivasi
beraktivitas sesuai toleransi, diskusikan masalah eliminasi, kaji
bowel sound, palpasi abdomen, kolaborasi pemberian laxatif
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
21/5 Resiko infeksi Mencuci tangan 5 moments hand S: tidak merasa demam
berhubungan dengan hygiene O: TD 130/80mmHg, N 84x/menit, RR 24x/menit, S: 37 oC, kulit tidak
pemasangan alat Mengkaji tanda vital ada ulkus, terdapat venplon di lengan kanan, CDL femoral dextra
invasif Mengkaji integritas kulit balutan CDL tidak ada rembesan, kering dan bersih, tidak ada
Mengobservasi tanda infeksi di area bengkak dan nyeri di sekitar IV line,
sekitar pemasangan alat invasif A: resiko infeksi
Mengajarkan cara cuci tangan 6 benar P: cuci tangan 5 moments hand hygiene
pada pasien dan keluarga pantau tanda vital
jaga kebersihan sekitar alat invasif
ganti pemasangan alat invasif sesuai jadwal
pantau hasil laboratorium
motivasi klien makan cukup nutrisi
pertahankan prinsip septik aseptik saat tindakan.
21/5 Kerusakan integritas Mengkaji integritas kulit, kelembaban, S: kaki tangan bengkak, gatal awalnya di kaki sekarang menyebar ke
kulit berhubungan titik tekan tangan dan badan
dengan perubahan Mengkaji keluhan gatal O: kulit ekstremitas kering bersisik terutama di kaki, tidak ada uremic
status cairan dan Mengelevasikan ekstremitas yang frost, edema pada ekstremitas, terdapat bercak kehitaman di
edema edema ekstremitas dan badan, terdapat easy bruishing di lipatan siku lengan
kanan.
A: kerusakan integritas kulit
P: observasi integritas kulit, edema, area titik tekan,
Pantau keluhan gatal, elevasi ekstremitas edema, anjurkan perawatan
kulit dengan minyak zaitun sebagai emolien
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
22/5 Kelebihan volume Mengkaji tanda vital, denyut dan irama S: kaki dan tangan bengkak, ada batuk tapi sangat jarang, sesak tidak
cairan berhubungan jantung, mengauskultasi suara jantung ada
dengan kerusakan Mengauskultasi suara nafas, O: compos mentis, TD 120/80mmHg, N 80x/menit, RR 24x/menit, S:
mekanisme regulatori mengobservasi adanya sesak dan 37,5oC, BJ1 BJ2 reguler, suara napas vesikuler, ronki masih ada,
(gagal ginjal), dispnea wheezing tidak ada, tidak ada penggunaan otot bantu napas dan
penurunan urin Mengobservasi derajat dan lokasi cuing hidung, tidak ada distensi vena juguler, edema +2 di
output edema ekstremitas bawah dan tangan kiri, edema +1 di tangan kanan, kulit
Mengkaji adanya distensi vena juguler kaki kering bersisik, mukosa bibir lembab, intake cairan 537cc/shift
Mengobservasi membrane kulit dan siang, output 150 cc/shift siang. Nilai laboratorium: Hb 7g/dL, Ht
mukosa mulut 22,3%, Ur darah 152 mg/dL, Cr darah 7,9 mg/dL, albumin 2,5 g/dL,
Mengukur intake dan output cairan A; kelebihan volume cairan belum teratasi
Memotivasi pasien dan keluarga patuh P: kaji dan pantau tanda vital, irama dan bunyi jantung, auskultasi paru,
pada program restriksi cairan kaji adanya sesak dan dispnea, observasi edema, observasi status
Memantau nilai laboratorium hidrasi, motivasi pasien dan keluarga patuh pada restiksi cairan,
Memberikan transfusi darah PRC 217 pantau intake-output cairan, timbang berat badan, pantau hasil
cc laboratorium
22/5 Konstipasi Mengkaji bising usus S: masih belum bias buang air besar
berhubungan dengan Melakukan palpasi abdomen untuk O: abdomen supel, bising usus positif 3x dalam satu menit, massa tak
kurang aktivitas fisik, menentukan adanya distensi, massa teraba
perubahan Memotivasi pasien makan kaya serat A: konstipasi belum teratasi
lingkungan Membantu menyusun jadwal defekasi P: kolaborasi dietisien untuk menyediakan makanan berserat, motivasi
dan memotivasi defekasi sesuai jadwal beraktivitas sesuai toleransi, diskusikan masalah eliminasi, kaji
Memotivasi pasien beraktivitas sesuai bowel sound, palpasi abdomen, kolaborasi pemberian laxatif
dengan toleransi
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
22/5 Resiko infeksi Mencuci tangan 5 moments hand S: tidak merasa demam
berhubungan hygiene O: TD 120/80mmHg, N 80x/menit, RR 24x/menit, S: 37,5oC, kulit tidak
dengan Mengkaji tanda vital, terutama ketika ada ulkus, terdapat venplon di lengan kanan, CDL femoral dextra
pemasangan alat transfusi balutan CDL tidak ada rembesan, kering dan bersih, tidak ada bengkak
invasif Mengkaji integritas kulit dan nyeri di sekitar IV line, transfusi jam 18.03 tidak ada reaksi alergi
Mengobservasi tanda infeksi di area Jam 18.00 TD 130/80mmHg, N 92x/mnt, S 37,6 oC, RR 16x/mnt
sekitar pemasangan alat invasif Jam 18.15 TD 130/70mmHg, N 86 x/mnt, S 37,5 oC, RR 20 x/mnt
Mengajarkan cara cuci tangan 6 benar Jam 19.40 TD 130/80mmHg, N 88 x/mnt, S 37,9oC, RR 16 x/mnt,
pada pasien dan keluarga transfusi stop diberikan paracetamol oral 100mg
Memberikan edukasi perineal hygiene A: resiko infeksi
pada pasien dan keluarga serta P: cuci tangan 5 moments hand hygiene, pantau tanda vital, jaga kebersihan
perawatan kateter urin sekitar alat invasive, ganti pemasangan alat invasif, ganti IV line 24/5,
kateter 25/5, pantau hasil laboratorium, motivasi klien makan cukup
nutrisi, pertahankan prinsip septik aseptik saat tindakan.
22/5 Kerusakan Mengkaji integritas kulit, kelembaban, S: kaki tangan bengkak, masih ada gatal
integritas kulit titik tekan, status hidrasi O: kulit ekstremitas kering bersisik terutama di kaki, tidak ada uremic
berhubungan Mengkaji keluhan gatal frost, edema pada ekstremitas, terdapat bercak kehitaman di ekstremitas
dengan perubahan Mengelevasikan ekstremitas yang dan badan, terdapat easy bruishing di lipatan siku lengan kanan
status cairan dan edema berkurang.
edema Menganjurkan dan memotivasi A: kerusakan integritas kulit
pemakaian minyak zaitun sebagai P: observasi integritas kulit, edema, area titik tekan,
emolien Pantau keluhan gatal, elevasi ekstremitas edema
Menganjurkan pembatasan penggunaan anjurkan perawatan kulit dengan minyak zaitun sebagai emolien
sabun dan lotion berparfum dan
beralkohol
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
23- Kelebihan Mengkaji tanda vital, denyut dan irama S: sesak tidak ada
24/5 volume cairan jantung, mengauskultasi suara jantung O: compos mentis, TD 130/80mmHg, N 92x/menit, RR 22x/menit, S:
berhubungan Mengauskultasi suara nafas, 37,1oC, BJ1 BJ2 reguler, suara napas vesikuler, ronki masih ada,
dengan kerusakan mengobservasi adanya sesak dan wheezing tidak ada, tidak ada penggunaan otot bantu napas dan cuing
mekanisme dispnea hidung, tidak ada distensi vena juguler, edema +2 di ekstremitas
regulatori (gagal Mengobservasi derajat dan lokasi edema bawah, edema +1 di tangan, mukosa bibir lembab, BB 61,7 kg TB 150
ginjal), penurunan Mengkaji adanya distensi vena juguler cm, intake cairan 910cc/24jam, output 610 cc/24 jam. Nilai
urin output Mengobservasi membrane kulit dan laboratorium (22/5) Hb 7,1g/dL, Ht 22,8%, Ur darah 99 mg/dL, Cr
mukosa mulut darah 5,9 mg/dL, albumin 2,5 g/dL, Na+ 142, K+ 3,85, Cl- 105,7 tgl
Mengukur intake dan output cairan 23/5 post transfusi Hb 8,3 g/dL, Ht 26,6%
Memotivasi pasien dan keluarga patuh A; kelebihan volume cairan teratasi sebagian
pada program restriksi cairan P: kaji dan pantau tanda vital, irama dan bunyi jantung, auskultasi paru,
Memantau nilai laboratorium post kaji adanya sesak dan dispnea, observasi edema, observasi status
transfusi hidrasi, motivasi pasien dan keluarga patuh pada restiksi cairan, pantau
Menimbang berat badan intake-output cairan, timbang berat badan, pantau hasil laboratorium
23- Konstipasi Mengkaji bising usus S: masih belum bisa buang air besar
24/5 berhubungan Melakukan palpasi abdomen untuk O: abdomen supel, bising usus positif 4x dalam satu menit, massa tak
dengan kurang menentukan adanya distensi, massa teraba
aktivitas fisik, Memotivasi pasien makan kaya serat A: konstipasi belum teratasi
perubahan Memotivasi defekasi sesuai jadwal P: kolaborasi dietisien untuk menyediakan makanan berserat, motivasi
lingkungan Memotivasi pasien beraktivitas sesuai beraktivitas sesuai toleransi, diskusikan masalah eliminasi, kaji bowel
dengan toleransi sound, palpasi abdomen, kolaborasi pemberian laxatif
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
23- Resiko infeksi Mencuci tangan 5 moments hand S: tidak merasa demam
24/5 berhubungan dengan hygiene O: kulit tidak ada ulkus, terdapat venplon di lengan kiri, CDL femoral
pemasangan alat Mengkaji tanda vital, dextra balutan CDL tidak ada rembesan, kering dan bersih, tidak ada
invasif Mengkaji integritas kulit bengkak dan nyeri di sekitar IV line,
Mengobservasi tanda infeksi di area Jam 21.00 TD 130/80mmHg, N 92x/mnt, S 37,1oC, RR 22x/mnt
sekitar pemasangan alat invasif Jam 18.15 TD 130/80mmHg, N 78 x/mnt, S 36,5oC, RR 18 x/mnt
Mengganti IV line baru A: resiko infeksi
P: cuci tangan 5 moments hand hygiene, pantau tanda vital, jaga kebersihan
sekitar alat invasif, ganti pemasangan alat invasif, kateter 25/5, pantau
hasil laboratorium, motivasi klien makan cukup nutrisi, pertahankan
prinsip septik aseptik saat tindakan.
23- Kerusakan integritas Mengkaji integritas kulit, S: kulitnya sudah mendingan, masih ada gatal tapi sudah berkurang
24/5 kulit berhubungan kelembaban, titik tekan, status O: kulit ekstremitas kering di kaki sebagian sudah terkelupas dengan
dengan perubahan hidrasi jaringan kulit yang baru sebagian sudah tidak bersisik, tidak ada uremic
status cairan dan Mengkaji keluhan gatal frost, edema +1 pada ekstremitas bawah, terdapat bercak kehitaman di
edema Memotivasi pemakaian minyak ekstremitas dan badan, kulit di tangan lembab.
zaitun sebagai emolien A: kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
Menganjurkan pembatasan P: observasi integritas kulit, edema, area titik tekan,
penggunaan sabun dan lotion Pantau keluhan gatal, elevasi ekstremitas edema
berparfum dan beralkohol anjurkan perawatan kulit dengan minyak zaitun sebagai emolien
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
26/5 Kelebihan volume Mengkaji tanda vital, denyut dan irama S: sesak tidak ada
cairan berhubungan jantung, mengauskultasi suara jantung O: compos mentis, TD 130/80mmHg, N 78x/menit, RR 18x/menit, S:
dengan kerusakan Mengauskultasi suara nafas, 36,1oC, BJ1 BJ2 reguler, suara napas vesikuler, wheezing tidak ada,
mekanisme regulatori mengobservasi adanya sesak dan tidak ada penggunaan otot bantu napas dan cuing hidung, tidak ada
(gagal ginjal), dispnea distensi vena juguler, edema tidak ada, mukosa bibir lembab, intake
penurunan urin Mengobservasi derajat dan lokasi cairan 150cc/shift pagi, output 110 cc/shift pagi.
output edema A; kelebihan volume cairan teratasi
Mengkaji adanya distensi vena juguler P: kaji dan pantau tanda vital, irama dan bunyi jantung, auskultasi paru,
Mengobservasi membrane kulit dan kaji adanya sesak dan dispnea, observasi edema, observasi status
mukosa mulut hidrasi, motivasi pasien dan keluarga patuh pada restiksi cairan,
Mengukur intake dan output cairan pantau intake-output cairan, timbang berat badan, pantau hasil
Memotivasi pasien dan keluarga patuh laboratorium
pada program restriksi cairan
26/5 Konstipasi Mengkaji bising usus S: masih belum bisa buang air besar
berhubungan dengan Melakukan palpasi abdomen untuk O: abdomen supel, bising usus positif 6x dalam satu menit, massa tak
kurang aktivitas fisik, menentukan adanya distensi, massa teraba
perubahan Memotivasi pasien makan kaya serat A: konstipasi belum teratasi
lingkungan Membantu menyusun jadwal defekasi P: kolaborasi dietisien untuk menyediakan makanan berserat, motivasi
dan memotivasi defekasi sesuai jadwal beraktivitas sesuai toleransi, motivasi defekasi sesuai jadwal, kaji
Memotivasi pasien beraktivitas sesuai bowel sound, palpasi abdomen, kolaborasi pemberian laxatif
dengan toleransi
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
26/5 Resiko infeksi Mencuci tangan 5 moments hand S: tidak merasa demam
berhubungan dengan hygiene O: TD 130/80mmHg, N 78x/menit, RR 18x/menit, S: 36,1oC, kulit tidak
pemasangan alat Mengkaji tanda vital, terutama ada ulkus, CDL femoral dextra balutan CDL tidak ada rembesan,
invasif ketika transfusi kering dan bersih, tidak ada bengkak dan nyeri di sekitar IV line, tidak
Mengkaji integritas kulit ada kemerahan dan rabas di area perineal,
Mengobservasi tanda infeksi di area A: resiko infeksi
sekitar pemasangan alat invasif P: cuci tangan 5 moments hand hygiene, pantau tanda vital, jaga kebersihan
Melakukan bladder training dan sekitar alat invasif, ganti pemasangan alat invasif, pantau hasil
pelepasan kateter folley laboratorium, motivasi klien makan cukup nutrisi, pertahankan prinsip
septik aseptik saat tindakan.
26/5 Kerusakan integritas Mengkaji integritas kulit, S: gatal sudah mendingan
kulit berhubungan kelembaban, titik tekan, status O: edema tidak ada, terdapat bercak kehitaman di ekstremitas dan badan,
dengan perubahan hidrasi kulit yang kering menunjukkan perbaikan dengan adanya jaringan kulit
status cairan dan Mengkaji keluhan gatal baru, sebagian yang lain masih sedikit bersisik, kulit tangan lembab,
edema Memotivasi pemakaian minyak turgor kulit baik.
zaitun sebagai emolien A: kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
Menganjurkan pembatasan P: observasi integritas kulit,
penggunaan sabun dan lotion Pantau keluhan gatal,
berparfum dan beralkohol anjurkan perawatan kulit dengan minyak zaitun sebagai emolien
anjurkan pembatasan penggunaan sabun dan lotion berparfum dan
beralkohol
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 5
DAFTAR MEDIKASI
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 6
I. BIODATA DIRI
Nama : Fanuva Endang Tri Setyaningsih
Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 15 November 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Golongan Darah :A
Alamat : Sumur Pakis Rt 01 Rw 02 Pakisrejo,
Kec. Banyu Urip, Purworejo, Jawa Tengah
Email : nuva3ets@gmail.com
Universitas Indonesia
Minyak zaitun ..., Fanuva Endang Tri Setyaningsih, FIK UI, 2014