Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOKIMIA

ANABOLISME DAN KATABOLISME MAKROMOLEKUL PADA


PELARI MARATON

Dosen Pengampu :
Sri Royani, M.sc.

Disusun Oleh :
Kelompok 10

Julia Pungki Astuti Firi ( 180105047 )


Khofifatul Muamanah ( 1801050 )
Linda Nur Azizah ( 1801050 )
Umi Sangadah ( 1801050 )
Zulfa Fadhilah ( 180105110 )

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga Makalah ini
kami harapkan bisa menjadi refrensi bagi mahasiswa lain untuk belajar tentang
“Anabolisma dan Katabolisme pada Pelari Maraton”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata mata kuliah
‘’Biokimia’’ yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Purwokerto, Desember 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

2.1 Anabolisme....................................................................................................2

2.2 Katabolisme...................................................................................................4

2.3 Anabolisme dan Katabolisme Makromolekul Pada Pelari Maraton.............8

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1 Kesimpulan .................................................................................................11

Daftar Pustaka......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Metabolisme adalah keseluruhan reaksi kimia dan fisik dan pengubahan
energi dalam tubuh yang menopang dan mempertahankan kehidupan (sloane,
2004). Metabolisme dalam tubuh memungkinkan sel melangsungkan
kehidupannya (Guyton, 1999). Metabolisme dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah merupakan proses sintesis
molekul komplek dari molekul sederhana, dan katabolisme adalah pemecahan
atau penguraian molekul komplek besar menjadi molekul sederhanan yang lebih
kecil (pocock, 2004).
Anabolisme meliputi reaksi-reaksi kimia untuk membentuk kompleks
molekul yang diperlukan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan
yang disintesis dari zat yang lebih simpel dengan penggunaan energi. Katabolisme
meliputi reaksi-reaksi kimia molekul menjadi molekul yang berukuran kecil
disertai dengan pelepasan energi. Reaksi anabolisme dan katabolisme berlangsung
dalam sel-sel tubuh secara bersamaan dan berkelanjutan (sloane, 2004).

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian anabolisme
2. Bagaimana pengertian katabolisme
3. Bagaimana anabolisme dan katabolisme makromolekul pada pelari
maraton
I.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari anabolisme
2. Mengetahui pengertian dari katabolisme
3. Mengetahui bagaimana anabolisme dan katabolisme makromolekul pada
pelari maraton

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Anabolisme
Anabolisme adalah proses pembentukan atau penyusunan senyawa
organik sederhana menjadi senyawa organik kompleks. Senyawa kompleks
tersebut dapat berupa karbohidrat, lemak, dan protein. Senyawa kompleks tersebut
merupakan zat makanan yang diperlukan makhluk hidup. Anabolisme dapat
terjadi melalui fotosintesis dan kemosintesis, (Poedijadi, 2007).
1. Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses pembentukan karbohidrat dari karbon dioksida
(CO2) dan air (H2O) pada kloroplas dengan bantuan cahaya matahari.
Fotosintesis dapat dilakukan oleh tumbuhan, alga, dan bakteri yang memiliki
kloroplas. Hasil dari fotosintesis adalah molekul glukosa yang disimpan dalam
bentuk pati, amilum, atau tepung. Secara garis besar, reaksi fotosintesis dapat
dituliskan sebagai berikut:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Pada beberapa aspek, proses fotosintesis dapat dikatakan sebagai kebalikan proses
respirasi seluler. Fotosintesis membentuk glukosa dan menggunakan energi
matahari, sedangkan respirasi memecah glukosa untuk menghasilkan energi,
(Poedijadi, 2007).
a. Cahaya Matahari
Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi. Mata manusia dapat
melihat cahaya tampak dengan panjang gelombang 400 nm (ungu) hingga 730 nm
(merah). Cahaya matahari sebenarnya merupakan campuran panjang gelombang
yang berbeda dan cahaya tampak hanyalah sebagian kecil gelombang yang
dipancarkan matahari. Cahaya tampak terdiri atas warna pelangidari ungu hingga
merah, (Poedijadi, 2007).
Permukaan benda akan tampak hitam jika menyerap semua panjang
gelombang cahaya tampak. Adapun benda yang tampak putih memantulkan
semua panjang gelombang cahaya tampak. Benda yang berwarna menyerap
sebagian warna dan memantulkan warna yang terlihat mata. Jika benda berwarna

2
merah, ia memantulkan cahaya merah dan menyerap cahaya lainnya, (Poedijadi,
2007).
b. Pigmen Fotosintesis
Pada sel eukariot, proses fotosintesis terjadi dalam organel yang disebut
kloroplas. Organel ini memiliki dua lapis membran luar. Di dalam kloroplas
terdapat tumpukan membran yang disebut tilakoid. Tilakoid merupakan membran
yang mirip kantung dan pada beberapa bagian tersusun bertumpuk membentuk
grana. Bagian matriks dari kloroplas disebut stroma, (Poedijadi, 2007).
Membran tilakoid memiliki protein penting dan berperan sebagai
pembawa elektron. Akan tetapi, fungsi penting dari membran ini dalam
fotosintesis adalah kandungan pigmen yang terdapat di dalamnya, yakni pigmen
klorofil. Klorofil adalah pigmen yang menyerap cahaya dengan efisiensi tinggi.
Seperti pigmen lainnya, klorofil hanya dapat menyerap sebagian cahaya tampak.
Klorofil dapat menyerap cahaya merah dan biru sangat baik, sedangkan cahaya
hijau sangat sedikit diserap. Oleh karena itulah tumbuhan yang mengandung
klorofil terlihat berwarna hijau oleh mata kita karena cahaya hijau lebih banyak
dipantulkan.
Tumbuhan juga memiliki pigmen lain, terutama karotenoid. Pigmen
karotenoid termasuk karoten dan xantofil. Pigmen warna kuning, jingga, merah,
dan ungu ini menyebabkan bakteri, tomat dan daun memiliki warna beraneka
ragam. Terdapat beberapa jenis klorofil, yaitu klorofil a, b, c, dan d. Klorofil a
merupakan jenis klorofil yang paling penting dalam fotosintesis. Klorofil ini
terdapat pada semua makhluk hidup yang dapat berfotosintesis. Klorofil a dapat
menyerap cahaya maksimal dengan panjang gelombang 430 nm dan 662 nm.
Klorofil b juga berperan dalam fotosintesis. Klorofil b menyerap cahaya maksimal
dengan panjang gelombang 453 dan 642 nm, (Poedijadi, 2007).
c. Mekanisme Fotosintesis
Pada awal abad ke-20, para ilmuwan menyadari bahwa fotosintesis dapat
dibedakan menjadi dua proses reaksi yang memerlukan cahaya dan reaksi yang
tidak memerlukan cahaya. Reaksi yang memerlukan cahaya disebut juga reaksi
terang. Reaksi ini secara langsung berhubungan dengan pigmen dan tilakoid di

3
kloroplas. Adapun reaksi yang tidak memerlukan cahaya disebut juga reaksi
gelap, terjadi di stroma dan matriks klorofil, (poedijadi, 2007).

II.2 Katabolisme
Metabolisme dalam makhluk hidup dapat dibedakan menjadi katabolisme
dan anabolisme. Katabolisme adalah proses penguraian atau pemecahan senyawa
organik kompleks menjadi senyawa sederhana. Dalam proses katabolisme, terjadi
pelepasan energi sebagai hasil pemecahan senyawa-senyawa organik kompleks
tersebut. Adapun anabolisme adalah proses pembentukan atau penyusunan
senyawa organik sederhana menjadi senyawa kompleks. Kebalikan dari
katabolisme, proses anabolisme ini memerlukan energi. Kali ini akan dibahas
mengenai proses katabolisme. Contoh dari proses katabolisme adalah respirasi
selular. Berbeda dengan pengertian respirasi pada umumnya (proses pengikatan
O2), respirasi selular diartikan sebagai reaksi oksidasi molekul berenergi tinggi
untuk melepaskan energinya. Respirasi selular terjadi pada semua sel tubuh hewan
maupun tumbuhan terutama di mitokondria. Pada respirasi selular, molekul
glukosa (karbohidrat) dan bahan makanan lain diuraikan atau dipecah menjadi
karbon dioksida (CO2), air (H2O), dan energi dalam bentuk ATP. Berdasarkan
keterlibatan oksigen dalam prosesnya, respirasi selular terbagi menjadi respirasi
aerob dan respirasi anaerob, (Toha, 2001).
1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah proses respirasi yang menggunakan oksigen. Secara
sederhana, proses respirasi aerob pada glukosa dituliskan sebagai berikut.
C6H12O6 + 6O2 6H2O + 6CO2 + energi
Proses respirasi aerob melewati tiga tahap, yaitu:
a. Glikolisis
Glikolisis merupakan serangkaian reaksi yang terjadi di sitosol pada
hampir semua sel hidup. Pada tahap ini, terjadi pengubahan senyawa glukosa
dengan 6 atom C, menjadi dua senyawa asam piruvat dengan 3 atom C, serta
NADH dan ATP. Tahap glikolisis belum membutuhkan oksigen. Glikolisis yang
terdiri atas sepuluh reaksi, dapat disimpulkan dalam dua tahap:
1) Reaksi penambahan gugus fosfat. Pada tahap ini digunakan dua molekul ATP.

4
2) Gliseraldehid-3-fosfat diubah menjadi asam piruvat. Selain itu, dihasilkan 4
molekul ATP dan 2 molekul NADH. Pada tahap glikolisis dihasilkan energi
dalam bentuk ATP sebanyak 4 ATP. Namun karena 2 ATP digunakan pada awal
glikolisis maka hasil akhir energi yang didapat adalah 2 ATP (Toha, 2001).

b. Siklus Krebs
Dua molekul asam piruvat hasil dari glikolisis ditransportasikan dari
sitoplasma ke dalam mitokondria, tempat terjadinya siklus Krebs. Akan tetapi,
asam piruvat sendiri tidak akan memasuki reaksi siklus Krebs tersebut. Asam
piruvat tersebut akan diubah menjadi asetil koenzim A (asetil koA). Tahap
pengubahan asam piruvat menjadi asetil koenzim A ini terkadang disebut tahap
transisi atau reaksi dekarboksilasi oksidatif. Berikut ini gambar proses
pengubahan satu asam piruvat menjadi asetil koenzim A, (Toha, 2001).

Siklus Krebs dijelaskan pertama kali oleh Hans Krebs pada sekitar 1930-
an. Dalam siklus Krebs, satu molekul asetil KoA akan menghasilkan 4 NADH, 1
GTP, dan 1 FADH. GTP (guanin trifosfat) merupakan salah satu bentuk molekul
berenergi tinggi. Energi yang dihasilkan satu molekul GTP setara dengan energi
yang dihasilkan satu molekul ATP. Molekul CO2 juga dihasilkan dari siklus
Krebs ini. Selain dihasilkan energi pada siklus Krebs, juga dihasilkan hidrogen

5
yang direaksikan dengan oksigen membentuk air. Molekul-molekul sumber
elektron seperti NADH dan FADH2 dari glikolisis dan siklus Krebs, selanjutnya
memasuki tahap transpor elektron untuk menghasilkan molekul berenergi siap
pakai (Toha, 2001).
c. Sistem Transfer Elektron
Tahap terakhir dari respirasi seluler aerob adalah sistem transfer elektron.
Tahap ini terjadi pada ruang intermembran dari mitokondria. Pada tahap inilah
ATP paling banyak dihasilkan. Seperti Anda ketahui, sejauh ini hanya dihasilkan
4 molekul ATP dari satu molekul glukosa, yaitu 2 molekul dari glikolisis dan 2
molekul dari sikluk Krebs. Akan tetapi, dari glikolisis dan siklus Krebs dihasilkan
10 NADH (2 dari glikolisis, 2 dari tahap transisi siklus Krebs, dan 6 dari iklus
Krebs) dan 2 FADH2. Molekul-molekul inilah yang akan berperan dalam
menghasilkan ATP. Jika Anda perhatikan, meskipun glikolisis dan siklus Krebs
termasuk tahap respirasi aerob, namun sejauh ini belum ada molekul oksigen yang
terlibat langsung dalam reaksi. Pada tahap transfer elektron inilah oksigen terlibat
secara langsung dalam reaksi. Pada reaksi pertama, NADH mentransfer sepasang
elekron kepada molekul flavoprotein (FP). Transfer elektron mereduksi
flavoprotein, sedangkan NADH teroksidasi kembali menjadi ion NAD+. Elektron
bergerak dari flavoprotein menuju sedikitnya enam akseptor elektron yang
berbeda. Akhirnya, elektron mencapai akseptor protein terakhir berupa sitokrom a
dan a3 (Campbell, 2009).

6
Akseptor terakhir dari rantai reaksi merupakan oksigen. Elektron berenergi
tinggi dari NADH dan FADH2 memasuki sistem reaksi. Dalam perjalanannya,
energi elektron tersebut mengalami penurunan energi yang digunakan untuk
proses fosforilasi ADP menjadi ATP sehingga satu molekul NADH setara dengan
3 ATP dan satu molekul FADH2 setara dengan 2 ATP, (Campbell, 2009).

2. Respirasi Anaerob
2. Respirasi anaerob
Respirasi anaerob adalah proses respirasi yang tidak memerlukan oksigen.
Salah satu contoh proses ini adalah proses fermentasi. Respirasi anaerob dapat
terjadi pada manusia dan hewan jika tubuh memerlukan energi secara cepat. Pada
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, respirasi anaerob dilakukan karena
keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan dan belum memiliki sistem
metabolisme yang kompleks. Pada tahap tersebut, glukosa dapat dipecah untuk
menghasilkan total 2 ATP dan tidak memerlukan oksigen. Meskipun energi yang
dihasilkannya jauh lebih kecil daripada respirasi aerob, jumlah ini cukup bagi
mikroorganisme dan energi awal bagi hewan. Selain menghasilkan ATP,
glikolisis juga menghasilkan NADH dan NAD+. Tanpa suplai NAD+ yang
memadai, proses glikolisis pada respirasi anaerob dapat terhenti. Oleh karena itu,
organisme yang melakukan respirasi anaerob harus mampu mengoksidasi NADH
menjadi NAD+ kembali. Berdasarkan hal tersebut terdapat dua cara respirasi
anaerob yang dilakukan organisme, (Campbell, 2009).

II.3 Anabolisme dan Katabolisme Makromolekul pada Pelari Maraton


Seorang pelari harus memperhitungkan efisiensi dan kemudahan dalam
melakukan gerakan. Telah diketahui bahwa penurunan penggunaan energi sebesar

7
1% akan memperpendek waktu lari kurang lebih sebanyak 2 menit. Keperluan
energi ini mengakibatkan keperluan oksigen meningkat (Hughes, 2008). Pada
setiap stride dalam berlari, gravitasi dan energi kinetik tubuh diabsorpsi dan
disimpan di otot (Cavagna, 1988). Energi untuk terjadinya kontraksi otot dapat
melalui 3 sistem, yaitu: sistem phosphocreatine (creatine phosphate atau sistem
phosphagen), sistem glikogenasam laktat (anaerobik) dan sistem aerobik (Guyton
and Hall, 2000).
Energi menstimulasi produksi glukosa dan oksidasi makanan. Energi yang
diperlukan untuk berolah raga tergantung dari intensitas dan durasi olah raga.
Untuk olah raga dengan durasi yang pendek (10-15 detik), misalnya lari 100
meter, energi cukup berasal dari simpanan creatine phosphate dan ATP, yaitu
sekitar 50 kkal/menit (Berne and Levy, 2000; Guyton and Hall, 2000). Kombinasi
ATP dan creatine phosphate disebut phosphagen energy system. Kontraksi otot
tidak terjadi bila tidak terdapat ATP untuk membentuk energi (Guyton and Hall,
2000b). Ketika simpanan habis dan olah raga intensif masih berlanjut sampai 2
menit, maka energi lebih banyak diperoleh secara anaerobik dari pemecahan
glikogen dalam otot menjadi glukosa 6 phosphate (Berne and Levy, 2000). Proses
ini disebut glikolisis (Guyton and Hall, 2000).
Tiap molekul glukosa pecah menjadi 2 molekul asam piruvat dan energi.
Energi yang dihasilkan dari proses ini adalah sekitar 30 kkal/menit. Energi yang
dilepas membentuk 4 molekul ATP. Normalnya, asam piruvat akan memasuki
mitokondria sel otot dan bereaksi dengan oksigen untuk membentuk lebih banyak
ATP. Namun karena kurangnya oksigen pada tahap ini, maka banyak asam
piruvat yang diubah menjadi asam laktat. Asam ini kemudian berdifusi keluar sel
dan kemudian berada dalam cairan interstitial dan darah. Oleh karena itu, banyak
glikogen otot yang menjadi asam laktat. Dalam keadaan optimal, aktivitas otot
maksimal dari sistem glikogen-asam laktat ini adalah 1,3 – 1,6 menit. Energi yang
berasal dari sistem glikogen laktat dapat diubah kembali phosphocreatine dan
ATP (Guyton and Hall, 2000).
Setelah beberapa menit melakukan olah raga anaerobik, maka dihasilkan
pinjaman volume oksigen (oxygen depth) sebesar 10 – 12 l. Creatine phosphate
dan ATP harus terdapat lagi di dalam otot dan jumlah oksigen dalam paru-paru,

8
cairan tubuh, myoglobin dan hemoglobin harus dilengkapi kembali hingga normal
(Berne and Levy, 2000). Pinjaman tersebut harus dikembalikan sebelum olah raga
dapat dilanjutkan. Cara untuk mengembalikan pinjaman tersebut adalah dengan
memindahkan asam laktat yang terakumulasi. Karena asam laktat yang
terakumulasi akan mengakibatkan kelelahan. Pemindahan ini dilakukan dengan
merubah kembali asam laktat menjadi asam piruvat dan kemudian dioksidasi oleh
jaringan tubuh. Cara kedua adalah dengan merubah kembali asam laktat yang
tersisa menjadi glukosa terutama di hati (Berne and Levy, 2000; Guyton and Hall,
2000). Glukosa kemudian digunakan untuk mengembalikan simpanan glikogen di
otot (Guyton and Hall, 2000).
Bagi olah raga dengan intensitas rendah tapi memiliki periode lebih
panjang, energi diperoleh dari metabolisme aerobik dominan. Proses ini
memerlukan energi kurang lebih 12 kkal/menit (Berne and Levy, 2000).
Metabolisme tubuh pada pelari marathon meningkat sampat 2000% di atas normal
(Guyton and Hall, 2000). Lari merupakan gerakan terstruktur yang memerlukan
ketrampilan. Ketrampilan dapat didefinisikan sebagai gerakan sederhana.
Diperlukan latihan dan tehnik yang tepat untuk meningkatkan ketrampilan
tersebut agar gerakan menjadi efisien. Terdapat 4 cara untuk mengoptimalkan
pemakaian energi agar dapat berlari dengan efisien, yaitu peningkatan
keseimbangan dan koordinasi, menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak
diperlukan, menghaluskan gerakan- 20 gerakan yang penting agar berada dalam
posisi yang benar dengan kecepatan optimum dan energi minimal serta
penggunaan otot-otot prime mover secara efektif (Hughes, 2008).
Pada prinsipnya, gaya harus diaplikasikan untuk merubah kecepatan
gerakan suatu objek, misalnya seorang pelari akan kehilangan kecepatannya saat
berada di udara. Pelari kehilangan kecepatannya selama berada di udara, dan
untuk mempertahankan kelangsungan gerakan, gaya harus diaplikasikan oleh kaki
penopang saat takeoff (Hughes, 2008). Prinsip selanjutnya adalah bahwa perlu
dilakukan integrasi gerakan linier dan angular agar tercipta pola gerakan yang
optimum. Ini dapat terlihat melalui fleksi dan ekstensi ekstremitas inferior dan
kerja sama gerakan-gerakan tersebut dengan rotasi, abduksi, aduksi panggul dan
vertebra (Hughes, 2008). Semakin panjang pengungkit, maka semakin besar

9
potensi kecepatan linier. Ini merupakan prinsip ketiga. Keadaan tersebut terbalik
pada lari, dimana ekstremitas memendek agar dapat bergerak maju dengan
menggunakan sedikit energi (Hughes, 2008). Prinsip keempat menyatakan bahwa
untuk setiap aksi, terdapat reaksi yang seimbang dalam jumlah tapi berlawanan
dalam arah. Hal tersebut dapat diobservasi pada setiap stride, permukaan
mendarat memberikan gaya kembali yang seimbang dengan beban sehingga
mengarahkan pelari maju ke depan dan atas dalam arah yang berlawanan dengan
beban (Hughes, 2008).

10
BAB III

III.1 KESIMPULAN
Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel
tersebut mampu untuk tetap bertahan hidup, tumbuh, dan melakukan reproduksi
semua sel penyusun tubuh makhluk hidup memerlukan energi agar proses
kehidupan dapat berlangsung. Se-sel menyimpan energi kimia dalam bentuk
makanan kemudian mengubahnya dalam bentuk energi lain pada proses
metabolisme. Metabolisme dibedakan atas anabolisme dan katabolisme.

11
Daftar Pustaka

Berne, R., Levy, MN. 2000. Principles of Physiology. 3rd. Ed. USA: Mosby Inc.
p. 503.

Cavagna, GA., et al. 1988. The Determinants of The Step Frequency in Running,
Trotting and Hopping in Man and Other Vertebrates. Journal of
Physiology, 399:81-92.

Ethel Sloane, (2004), anatomi dan fisiologi, Jakarta : EGC Kedokteran

Gillian Pocock, (2004). Human Physiology the basis of medicine, Oxford

Guyton, AC., Hall, JE. 2000. Textbook of Medical Physiology. 10th. Ed.
Philadelphia: W. B. Saunders Company. p. 968-73.

Hughes, D. 2008. The Art of Running: A Biomechanical Look at Efficiency.

Poedijadi, Supriyanti. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Bandung: UI Press

Toha, Abdul Hamid. 2001. Biokimia : Metabolisme Molekul. Alfabeta. Bandung.


University Press. London

12

Anda mungkin juga menyukai