1
SISTEM SURVEILANS
NOVITA SEKARWATI
1
Uraian sistem..... 3
2
Tingkat pemanfatan... 5
• Kesederhanaan (Simplicity)
• Fleksibilitas (Flexibility)
• Akseptabilitas (Acceptability)
• Sensitivitas (Sensitivity)
• Nilai prediktif positif (Predictive value
positive)
• Kerepresentatifan (Representativeness)
• Ketepatan waktu (Timeliness)
3
Kesederhanaan (Simplicity) 7
Cara/yang dipertimbangkan:
4
Fleksibilitas (Flexibility) 9
Cara
Fleksibilitas, paling baik ditentukan secara, retrospektif, dengan
mengamati bagaimana suatu sistem dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan baru.
Akseptabilitas (Acceptability) 10
5
Cara/yang dipertimbangkan:
11
• Angka keikutsertaan dari perorangan atau instansi.
• Bila angka keikutsertaan tinggi, seberapa cepat angka
tersebut tercapai.
• Angka kelengkapan wawancara dan angka penolakan
pertanyaan (bila sistem menggunakan wawancara
untuk mengumpulkan data).
• Kelengkapan formulir pelaporan.
• Angka pelaporan dari dokter, laboratorium atau
rumah sakit/fasilitas kesehatan.
• Ketepatan waktu dari pelaporan.
Sensitivitas (Sensitivity) 12
Sensitivitas dari suatu sistem surveilans dapat dilihat pada
dua tingkatan. Pertama, pada tingkat pengumpulan data,
proporsi kasus dari suatu penyakit/ masalah kesehatan yang
dideteksi oleh sistem surveilans.
sensitivitas adalah proporsi orang yang benar-benar sakit
dalam populasi yang juga diidentifikasi sebagai orang sakit
oleh tes skrining/penapisan/penapisan. Sensitivitas adalah
kemungkingkinan kasus terdiagnosa dengan benar atau
probabilitas setiap kasus yang ada teridentifikasi dengan uji
skrining/penapisan/penapisan.
6
13
14
7
contoh: Sensitivitas dari Telephone Based
Surveillance System, morbiditas atau faktor 15
risikonya dipengaruhi oleh :
8
Contoh : Di Amerika Serikat, 17
9
Kerepresentatifan
(Representativeness) 19
Sumber-sumber data
Misal: - angka mortalitas, untuk dibandingkan dengan data
insidens;
- laporan laboratorium. untuk dibandingkan
dengan laporan dokter.
10
Ketepatan waktu (Timeliness) 21
Contoh
Suatu studi mengenai sistem surveilans infeksi Shiggela menunjukkan
bahwa kasus Shigellosis yang tipikal, baru mendapat perhatian dari
petugas kesehatan 11 hari setelah timbulnya gejala. Suau periode
yang cukup untuk menimbulkan terjadinya kasus sekunder dan
transmisi tersier.
SUMBER-SUMBER UNTUK
MELAKSANAKAN SISTEM 22
Sumber-sumber lain
• Disini termasuk biaya untuk perjalanan, pelatihan, peralatan,
perlengkapan dan pengeluaran-pengeluaran lain (telepon, pos, komputer,
dsb)
• Penggunaan sumber-sumber ini pada semua tingkatan sistem kesehatan
masyarakat dari petugas kesehatan lokal, Kabupaten/Kota, propinsi
maupun pusat harus dipertimbangkan.
11
KESIMPULAN DAN SARAN 23
CONTOH KASUS 24
• Sebuah skrining/penapisan Malaria dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi X pada populasi anak < 5
tahun (terdapat 624 anak) di Kecamatan A Kab.
Provinsi X pada bulan Oktober 2019, adanya
kejadian luar biasa pada kelompok anak-anak pada
tahun 2018 menjadi alasan dilakukannya
skrining/penapisan. Gejala klinis malaria adalah
panas lebih dari 5 hari, batuk-batuk, kesulitan
dalam bernafas dan peningkatan ritme pernapasan.
Untuk mengkonfirmasi kasus dilakukan
pemeriksaan darah mikroskopik untuk menemukan
adanya parasit malaria di dalam darah. Hasilnya
sebanyak 463 orang yang menunjukkan gejala klinis
malaria dan 220 diantaranya positif parasitemia.
Selanjutnya 161 orang tidak ditemukan gejala
klinis namun 32 sampel darah anak menunjukkan
positif parasitemia
12
25
26
13
27
INTERPRETASI 28
14
29
30
• Hasil nilai prediktif positif lebih tinggi dari
nilai prediktif negatif.
• Hasil ini menunjukkan hasil tes mikroskopis
positif dapat memprediksi anak-anak dengan
gejala Malaria cukup tinggi,
• sedangkan hasil tes mikroskopis negatif dapat
benar-benar memprediksi anak-anak bebas
dari Malaria cukup rendah, dengan kata lain
banyak kasus negatif berdasarkan hasil
skrining/penapisan, pada kenyataannya
memiliki penyakit malaria.
•
15