Anda di halaman 1dari 15

Pokok bahasan

1. Persiapan lapangan
2. Kriteria KLB
3. Pemastian diagnosa etiologi
4. Mengidentifikasi kasus dan paparan
Persiapan penelitian lapangan
• Sebelum penyelidikan KLB dilaksanakan perlu
adanya persiapan dan rencana kerja.
• Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat
mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah adanya
informasi (Kelsey., 1986), Greg (1985) dan Bres
(1986) mengatakan bah-wa persiapan penelitian
lapangan meliputi :
1.  Pemantapan (konfirmasi) informasi :
• Asal informasi adanya KLB. Di Indonesia informasi adanya KLB
dapat berasal dari fasilitas kesehatan primer (laporan W1),
analisis sistem kewaspadaan dini di daerah tersebut (laporan
W2), hasil laboratorium, laporan Rumah sakit (Laporan KD-
RS) atau masyarakat (Laporan S-0).
Persiapan penelitian lapangan (lanjutan)

• Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi


gejala klinis, pemeriksaan yang telah dilakukan untuk
menegakan diagnosis dan hasil pemeriksaannya, komplikasi
yang terjadi (misal kematian, kecacatan, Kelumpuhan dan
lainnya).
• Keadaan geografi dan transportasi yang dapat digunakan di
daerah/lokasi KLB.
2. Pembuatan rencana kerja (proposal) :
• Tujuan penyelidikan KLB
• Definisi kasus awal
• Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), cara dan
sumber penularan
• Macam dan sumber data yang diperlukan
• Strategi penemuan kasus
• Sarana dan tenaga yang diperlukan.
Persiapan penelitian lapangan (lanjutan)

• Definisi kasus :
– definisi kasus sangat berguna untuk arahan pada pencarian
kasus nantinya. Mengingat informasi yang didapat mungkin
hanya merupakan persangkaan penyakit tertentu atau gejala
klinis yang ditemui, maka definisi kasus sebaiknya dibuat
longgar, dengan kemungkinan kasus-kasus lain akan masuk.
Perbaikan definisi kasus akan dilakukan setelah pemastian
diagnose, pada langkah identifikasi kasus dan paparan.
• Hipotesis awal :
– hendaknya meliputi penyakit penyebab KLB, sumber dan cara
penularan. Untuk membuat hipotesis awal ini dapat dengan
mempelajari gejala klinis, ciri dan pola epidemio-logis penyakit
tersangka. Hipotesis awal ini dapat berubah atau lebih spesifik
dan dibuktikan pada waktu penyelidikan (Bres, 1986).
Persiapan penelitian lapangan (lanjutan)

• Tujuan penyelidikan KLB selalu dimulai dengan tujuan utama


mengadakan penanggulangan dan pengendalian KLB, dengan
beberapa tujuan khusus, di antaranya :
– Memastikan diagnosis penyakit
– Menetapkan KLB
– Menentukan sumber dan cara penularan
– Mengetahui keadaan penyebab KLB

Pada penyelidikan KLB diperlukan beberapa tujuan tambahan


yang berhubungan dengan penggunaan hasil penyelidikan.
Misalnya untuk mengetahui pelaksanaan program imunisasi,
mengetahui kemampuan sistem surveilans, atau mengetahui
pertanda mikrobiologik yang dapat digunakan (Goodman et
al., 1990).
Persiapan penelitian lapangan (lanjutan)

• Strategi penemuan kasus :


– strategi penemuan kasus ini sangat penting
kaitannya dengan pelaksanaan penyelidikan
nantinya. Pada penyelidikan KLB pertimbangan
penetapan strategi yang tepat tidak hanya
didasarkan pada bagaimana memperoleh
informasi yang akurat, tetapi juga harus
dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
• Sumber daya yang ada (dana, sarana, tenaga)
• Luas wilayah KLB
• Asal KLB diketahui
• Sifat penyakitnya.
Persiapan penelitian lapangan (lanjutan)

Strategi penemuan kasus (P.Bres, 1986)


No Strategi Keuntungan Kerugian
1 Penggunaan data fasilitas Cepat Terjadi bias seleksi kasus
kesehatan
2 Kunjungan ke RS atau fasilitas Lebih mudah untuk Hanya kasus-kasus yang berat
kesehatan mengetahui kasus dan
kontak
3 Penyebaran kuesioner pada Cepat, tidak ada bias Kesalahan interpretasi
daerah yang terkena menaksir populasi pertanyaan
4 Kunjungan ke tempat yang diduga Mudah untuk menge-tahui Terjadi bias seleksi dan
sebagai sumber penularan hubungan kasus dan keadaan sudah spesifik
kontak
5 Survai masyarakat (survai rumah Dapat dilihat keadaan Memerlukan waktu lama,
tanggal, total survai) yang sebenarnya memerlukan organisasi tim
dengan baik
6 Survai pada penderita Jika diketahui kasus Memerlukan waktu lama, hasil
dengan pasti hanya terbatas pada kasus
yang diketahui
7 Survai agent dengan isolasi atau Kepastian tinggi, di- Mahal, hanya dilakukan jika
serologi gunakan pada penya-kit pemerik saan lab dapat
dengan carrier dikerjakan
Persiapan penelitian lapangan (lanjutan)

• Pertemuan dengan pejabat setempat.


– Pertemuan dimaksudkan untuk membicarakan
rencana dan pelaksanaan penyelidikan KLB,
kelengkapan sarana dan tenaga di daerah,
memperoleh izin dan pengamanan.
Pemastian diagnosa

• Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat


dilakukan dengan mencocokan gejala/tanda
penyakit yang terjadi pada individu, kemudian
disusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.
– Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-
tanda dan gejala-gejala yang ada pada kasus
adalah sebagai berikut :
• Buat daftar gejala yang ada pada kasus
• Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut
• Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya
Pemastian diagnosa (lanjutan)

Contoh :
KLB dengan jumlah kasus 50 orang, diketahui kasus dengan gejala panas
50 orang, nyeri sendi 48 orang, diare 45 orang. Distribusi gejala klinis
adalah sebagai berikut :

No. Gejala klinis Jumlah kasus Frekuensi (%)

1 Panas 50 100

2 Nyeri sendi 48 96

3 Diare 45 90

Penetapan KLB :
• Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit
yang tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa
(endemik), pada populasi yang dianggap berisiko, pada tempat dan waktu
tertentu.
Pemastian diagnosa (lanjutan)

• Dalam membandingkan insidensi penyakit berdasarkan


waktu harus diingat bahwa beberapa penyakit dalam
keadaan biasa (endemis) dapat bervariasi menurut
waktu (pola temporal penyakit).
– Penggambaran pola temporal penyakit yang penting untuk
penetapan KLB adalah, pola musiman penyakit (periode 12
bulan) dan kecenderungan jangka panjang (periode tahunan –
pola maksimum dan minimum penyakit).
– Dengan demikian untuk melihat kenaikan frekuensi penyakit
harus dibandingkan dengan frekuensi penyakit pada tahun
yang sama bulan berbeda atau bulan yang sama tahun
berbeda (CDC, 1979).
 
Pemastian diagnosa (lanjutan)

•Kriteria kerja untuk penetapan KLB yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan 3 kali atau
lebih selama tiga minggu berturut-turut atau lebih.
2.Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan, menunjukkan
kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun
sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut itu.
3.Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu penyakit menular di
suatu kecamatan, menjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata
bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di kecamatan yang sama pula.
4.Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan di suatu kecamatan,
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama dalam bulan yang lalu
di kecamatan tersebut.
5.Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan
dengan proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama selama periode waktu yang
sama dari tahun yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.
6.Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :
1.Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas, di suatu daerah endemis yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas.
2.Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut di atas. Di suatu kecamatan
yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.
7.Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat.
8.Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/dikenal.
Pemastian diagnosa (lanjutan)

• KLB tersembunyi, sering terjadi pada penyakit yang


belum dikenal atau penyakit yang tidak mendapat
perhatian karena dampaknya belum diketahui.
• Sebagai contoh adalah suatu KLB penyakit Fog di
London. Kejadian penyakit tersebut telah dimulai
pada tahun 1952, tetapi tidak mendapat perhatian
karena dampak penyakit tersebut belum diketahui.
Perhatian terhadap penyakit ini baru dimulai setelah
adanya informasi peningkatan jumlah kematian di
suatu masyarakat. Hasil penyelidikan KLB
mengungkapkan bahwa peningkatan tersebut karena
penyakit Fog (Mausner and Kramer, 1985).
Pemastian diagnosa (lanjutan)

• KLB palsu (pesudo-epidemic), terjadi oleh karena :


1. Perubahan cara mendiagnosis penyakit
2. Perubahan perhatian terhadap penyakit tersebut, atau
3. Perubahan organisasi pelayanan kesehatan,
4. Perhatian yang berlebihan.
Untuk mentetapkan KLB dapat dipakai beberapa definisi
KLB yang telah disusun oleh Depkes. Pada penyakit
yang endemis, maka cara menentukan KLB bisa
menyusun dengan grafik Pola Maksimum-Minimum 5
tahunan atau 3 tahunan.

Anda mungkin juga menyukai