Anda di halaman 1dari 9

KISI 2 SURVEILANS EPIDEMIOLOGI – SKRINING PENYAKIT

FIELD & HOME STUDY COURSE 3030-G – ABDUL BARRY

Menurut buku manual, sebuah hipotesa ialah


Sebuah pernyataan yang belum terbukti

Untuk mendapatkan interval yang sesuai pada waktu membuat kurva epidemik,
periode inkubasi rata-rata dikalikan dengan :
Dari 1/8 sampai 1/4
Skrining untuk pengendalian penyakit adalah
Pemeriksaan orang- orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka
ke dalam kategori yang dianggap mengidap atau dianggap tidak mengidap
penyakit yang menjadi objek skrining
Tindakan prevensi sekunder mencakup
Deteksi dini dan pengobatan
Program skrining terutama ditujukan bagi
Penyakit tidak menular
Kriteria bagi uji skrining yang baik adalah sebagai berikut, kecuali
Menguntungkan secara ekonomis bagi instansi pelaksana
Lead time adalah
Periode dari saat deteksi penyakit ( dengan skrining ) sampai dengan saat
diagnosis seharusnya dibuat jika tidak ada skrining
Sensitivitas suatu uji diagnostik adalah
Proporsi yang hasil ujinya positif diantara yang sakit
Spesifisitas suatu uji diagnostik adalah
Proporsi yang hasil ujinya negatif diantara yang sehat
Nilai prediksi positif suatu uji diagnostik adalah
Proporsi yang sakit diantara yang hasil ujinya positif
Nilai prediksi negatif suatu uji diagnostik adalah
Proporsi yang sehat diantara yang hasil ujinya negatif

Prevalensi penyakit jantung koroner ( PJK ) diantara pengunjung Rumah


Sakit Jantung “Harapan Kita Semua” adalah 70%. Uji toleransi pembebanan fisik
( exercise tolerance test ) terhadap 1462 pengunjung Rumah Sakit memberikan
hasil positif pada 932 orang. Pemeriksaan lebih lanjut terhadap mereka yang uji
toleransinya positif, menunjukkan bahwa hanya 818 orang yang benar- benar
menderita PJK

Sensitifitas uji toleransi pembebanan fisik untuk mendeteksi PJK adalah


80 %
Spesifisitas uji toleransi pembebanan fisik untuk mendeteksi PJK adalah
74 %
Nilai prediksi positif PJK pada uji toleransi pembebanan fisik adalah
88 %
Nilai prediksi negatif PJK pada uji toleransi pembebanan fisik adalah
61 %

Pemeriksaan USG memiliki sensitifitas 80 % dan spesifisitas 60 % untuk


mendeteksi karsinoma pankreas. Prevalensi kanker pankreas adalah 10 % diantara
pengunjung Rumah Sakit kanker “Suka Sehat”
Nilai prediksi positif kanker pankreas pada pemeriksaan USG terhadap pengunjung
Rumah Sakit tersebut adalah
18 %
Nilai prediksi negatif kanker pankreas pada pemeriksaan USG terhadap pengunjung
Rumah Sakit tersebut adalah
82 %
Yang tidak termasuk definisi surveilans penyakit :
Berhubungan dengan laporan kasus dari dokter

Surveilans penyakit adalah suatu proses yang sistimatik tentang :Pengumpulan


data, pengolahan data, analisa data dan penyebaran informasi sehubungan
terjadinya penyakit.

Penerapan penanggulangan penyakit yang efektif dan efisien berdasarkan


pengetahuan tentang :
Besarnya masalah infeksi dalam masyarakat dan risiko transmisi
kepada orang lain.
Alasan-alasan pokok bagi suatu unit kesehatan yang melaksanakan surveilans
terhadap suatu penyakit yang tidak mernpunyai tindakan-tindakan
pemberantasan adalah :
Penting untuk mengetahui kapan suatu epidemi berkembang.

Pengolahan data surveilans dapat dilaksanakan secara produktif di :


Tingkat Propinsi
Tingkat Nasional
Tingkat Internasional

Suatu segi yang biasa terdapat dari peraturan pelaporan morbiditas adalah
penentuan dari :
- Penyakit yang harus dilaporkan setelah ditetapkan diagnosisnya.
- Siapa yang wajib melaporkan kasus-kasus penyakit yang harus
dilaporkan.
- Bagaimana dan kepada siapa laporan kasus dikirimkan.

Tujuan akhir pengumpulan data surveilans penyakit dari suatu masyarakat tertentu
berguna bila :
Dipergunakan untuk penanggulangan penyakit.

Analisa data surveilans mutlak dilakukan untuk semua yang disebut di bawah ini
dengan satu kekecualian :
Pengolahan data

Satu-satunya informasi yang paling penting pada suatu formulir pelaporan kasus
bila ditinjau dari segi penentuan tindakan yang perlu kita lakukan : Diagnosis

Pengolahan data surveilans, fungsi kedua dari surveilans penyakit, sebagian besar
adalah proses :
Mempersiapkan tabel, grafik dan "charts" dari data yang dikumpulkan
Dari kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah suatu investigasi
terhadap kasus penyakit yang dilaporkan perlu dilakukan atau tidak, satu-satunya
kriteria yang secara otomatis akan mengharuskan kita melakukan penyelidikan
adalah :
Diwajibkan oleh surveilans dan program pemberantasan penyakit

Agar kriteria investigasi "Apakah infeksi itu luar biasa ........ ?" dapat dipergunakan,
maka kita perlu :
Mengetahui pola penyakit yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan orang pada suatu daerah.
Analisa data surveilans pada dasarnya melibatkan atau memerlukan prosedur-
prosedur :
- Identifikasi perbedaan antara data yang ada sekarang dan yang
diperkirakan (normal)
- Menilai arti perbedaan antara data yang ada bila dibandingkan
dengan data yang diperkirakan.
- Membandingkan data morbiditas yang ada sekarang dengan
suatu nilai nomal yang diperkirakan.

Dalam analisa data surveilans meskipun jumlah absolut kasus yang dilaporkan
ada manfaatnya, akan tetapi sering lebih baik mengubah angka penyakit ini
menjadi "insiden-rate" dengan alasan:
Dengan memperhitungkan besarnya populasi, rate merupakan cara
pengukuran lebih baik dari resiko pada suatu sub populasi.

Agar dapat mengidentifikasi perubahan dalam pola penyakit dalam suatu wilayah
kerja dinas kesehatan, (misalnya Kabupaten), data morbiditas sekarang perlu
dibandingkan dengan data yang sama diperoleh :
- Dalam periode pelaporan yang baru lalu pada populasi yang
sama dari mana data diambil.
- Dalam peniode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

Bila membandingkan data surveilans dari waktu dan tempat yang berbeda, harus
diingat bahwa perbedaan yang nampak dapat memberi kesan yang menyesatkan,
karena beberapa hal. Sistem surveilans sendiri mungkin ikut bertanggung jawab
terutama disebabkan karena :
Bervariasinya sensitivitas dan ketepatan data yang dilaporkan.

Identifikasi dari kecenderungan epidemiologik yang penting tergantung dari


analisa data morbiditas yang telah dikumpulkan selama beberapa tahun. Semakin
lama jangka waktu periode tersebut, semakin besar kemungkinan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang dapat menyebabkan data kurang dapat dibandingkan.
Yang terutama diantara peristiwa-peristiwa itu, adalah perubahan dalam :
Kriteria diagnostik dan sumbangan relatif dari berbagai macam sumber
data.

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan, tanpa ada
pencatatan dan pelaporan kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak
akan terlihat wujudnya, karena pencatatan dan pelaporan adalah :
- Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan
informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode
yang tepat dan benar.
- Tujuan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas) adalah agar semua data hasil kegiatan Puskesmas
dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai
kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang
pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

Salah satu tujuan khusus dari pencatatan dan pelaporan pemberantasan penyakit
menular dan tidak menular adalah seperti yang dibawah ini, kecuali :
Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil guna
dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan
informasi lain yg menunjang.

Pencatatan yang dibuat di luar gedung Puskesmas adalah data yang dibuat
berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti
Kegiatan program yandu, kesehatan lingkungan, UKS, dan lain-lain. Pencatatan dan
Pelaporan ini perlu menggunakan :
- Menggunakan kartu register dan kartu murid.
- Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas
dikombinasi menjadi laporan terpadu puskesmas atau yang
disebut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu
Puskesmas (SP2TP).

Edisi pertama ICD ( International Classification of Diseases ) memuat klasifikasi


data :
Morbiditas

Edisi ICD yang pertama kalinya diresmikan penggunaannya oleh WHO adalah:
ICD – 6

Keuntungan penyajian grafik dibandingkan dengan table ialah :


Grafik lebih mudah dan lebih cepat dipahami daripada table

Dengan menghubungkan titik – titik tengah puncak batang pada histogram akan
diperoleh :
Poligon frekuensi

Judul laporan survey/ penyelidikan harus memuat jawaban terhadap pertanyaan


berikut, kecuali :
Apa alasan untuk melaksanakan survey/ penyelidikan?

Karakteristik yang perlu diuraikan dalam latar belakang laporan survey/


penyelidikan adalah :
- Karakteristik geografi
- Karakteristik demografi
- Karakteristik sosial-ekonomi

Yang harus dijelaskan dalam bagian metode survey/ penyelidikan adalah sebagai
berikut :
- Batasan mengenai penyakit/ penderita
- Siapa saja yang akan dijadikan responden
- Waktu pelaksanaan survey/ penyelidikan

Hasil survey/ penyelidikan yang diperoleh dalam bentuk angka, dalam


pembahasan sebaiknya diperbandingkan dengan :
- Angka “nasional”
- Angka “harapan”

Ringkasan laporan survey/ penyelidikan yang baik antara lain :


Hanya mencantumkan hasil- hasil yang diperoleh pelaksana

Persyaratan penulisan kepustakaan laporan survey/ penyelidikan, yaitu :


Hanya mencantumkan sumber tertulis
Hanya mencantumkan dokumen yang telah dipublikasikan
Tatacara penulisan disesuaikan dengan kebiasaan penulis
Semuanya salah

Bentuk Formulir Pelaporan sesuai dengan ketentuan SK Menkes nomor


1479/menkes/sk/x/2003 tentang pedoman penyelenggaraan sistem surveilans
epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular terpadu antara lain :
Formulir LB 1 untuk data kesakitan dari kasus lama dan kasus baru

Untuk setiap kasus digolongkan pada golongan umur 0 – 7 hari, 8 – 28 hari, > 1
tahun, 1-4 tahun, 5-9 tahun, 10 - 14 tahun, 15-19 tahun, 20 - 44 tahun, 45 – 54
tahun, 55 – 59 tahun, 60 – 69 tahun, 70 tahun lebih dan total menurut jenis kelamin,
merupakan variabel pencatatan dan pelaporan berdasarkan :
Variabel Umur dan Jenis Kelamin
Kasus - kasus yang dikelompokkan menurut periode waktu mingguan dan bulanan
merupakan :
Variabel Waktu Kunjungan Kasus

Setiap laporan disertai data kelengkapan dan ketepatan waktu laporan sumber data
surveilans. Kelengkapan dan ketepatan laporan surveilans Kabupaten/Kota terdiri
dari kelengkapan dan ketepatan laporan unit pelayanan Puskesmas, Rumah Sakit
dan Laboratorium. Hal tersebut merupakan indikator dari sistem pencatatan dan
pelaporan surveilans terpadu dari :
- Kelengkapan dan ketepatan laporan dari unit surveilans Propinsi
- Kelengkapan dan ketepatan laporan dari unit surveilans Nasional
- Kelengkapan dan ketepatan laporan dari unit surveilans pelayanan
Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium serta Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (STP Puskesmas, Rumah Sakit dan


Laboratorium) pada tahap Pengumpulan dan Pengolahan data, adalah :
- Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengumpulkan
dan mengolah data penyakit potensial KLB bersumber dari data
PWS penyakit potensial KLB Puskesmas, Rumah Sakit dan
Laboratorium.
- Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengumpulkan
dan mengolah data STP Puskemas, Rumah Sakit dan
Laboratorium bersumber data Puskesmas (STP.PUS), Puskesmas
Sentinel (STP.PUS.SEN), Rumah Sakit Pemerintah, termasuk TNI
dan POLRI, Rumah Sakit Swasta (STP.RS), Rumah Sakit Sentinel
(STP.RS.SEN), Laboratorium (STP.LAB.1 dan STP.LAB.2), serta
data mingguan PWS penyakit potensial KLB dari unit Pelayanan
Kesehatan bukan Puskesmas.

Yang dimaksud tahap Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut dalam sistem
pencatatan dan pelaporan surveilans terpadu penyakit adalah,
Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan analisis
mingguan, bulanan, serta tahunan penyakit potensial KLB di daerahnya
dalam bentuk tabel dan peta menurut daerah puskesmas/kecamatan dan
grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan
hasilnya ke Puskesmas, Rumah Sakit, dan program terkait di lingkungan
Dinas Kesehatan, serta Dinas Kesehatan daerah berbatasan, sebagai
pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem
kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di daerahnya.

Termasuk dalam Manajemen Surveilans Terpadu Penyakit Puskesmas, Puskesmas


Sentinel, Rumah Sakit, Rumah Sakit Sentinel, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes melaksanakan manajemen
surveilans adalah sebagai berikut, kecuali :
- Advokasi dan Sosialisasi
- Pembentukan Kelompok Kerja
- Penerbitan Buletin Epidemiologi

Indikator kinerja Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit yang merupakan


kebutuhan epidemiologi sebagai berikut :
Kelengkapan laporan bulanan STP unit pelayanan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebesar 90%.

Sedangkan Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke


Dinas Kesehatan Propinsi sebesar :
90%
Pernyataan yang paling benar dari definisi kelengkapan laporan bulanan Surveilans
Terpadu Penyakit adalah :
Kelengkapan Laporan bulanan STP Unit Pelayanan adalah prosentase
dari jumlah semua laporan unit pelayanan dan unit-unit pelayanan
yang berada di wilayah kerjanya yang diterima unit surveilans
Kabupaten/Kota dibagi dengan jumlah semua laporan unit-unit
pelayanan dan unit-unit pelayanan yang berada dibawah koordinasinya
yang seharusnya diterima unit surveilans dalam periode bulan yang
sama.

Pernyataan dibawah ini benar, kecuali :


Ketepatan Laporan bulanan STP Propinsi adalah prosentase dari
jumlah semua laporan STP Propinsi yang diterima unit surveilans
Ditjen PPM&PL Depkes pada 3 bulan pertama bulan berikutnya dibagi
dengan jumlah semua laporan STP Propinsi yang seharusnya diterima
unit surveilans Ditjen PPM&PL Depkes dalam periode bulan yang
sama.

perhatikan cerita berikut “Hari SENIN tanggal 6 Mei 2013 sepulang


menghadiri sidang acara perceraiannya di Pengadilan Agama, bu bidan Desy
Ratnasari didatangi seorang kadernya yang melaporkan telah menemukan
beberapa balita yang menderita panas, batuk, pilek dan bercak merah
sebanyak 2 orang di wilayahnya. Setelah dilakukan penyelidikan awal,
ternyata ada tambahan kasus serupa terutama pada anak balita tetangganya
sebanyak 17 kasus. Masalah tersebut secepatnya dilaporkan Bidan Desy
Ratnasari dan Pak Carik Purwa Sentosa.
Akhirnya hari SELASA, tanggal 7 Mei 2013, masalah tersebut dilaporkan ke
Puskesmas oleh Bidan Desa Desy Ratnasari tentang beberapa penderita
Campak di Dukuh Sanusi dan Sinusa - Desa Remen – Kecamatan
(Puskesmas) Jenu. Sebanyak 25 penderita yang dilaporkan dan 1 orang
meninggal. Penderita umumnya panas, bercak merah dan koplik spot.
Setelah menerima laporan Petugas Surveilans Epidemiologi Puskesmas Jenu
yang sudah tua sekali ( 1 bulan lagi pensiun) bernama Pak Doel, saat itu juga
secepatnya melakukan penyelidikan epidemiologi dengan menggunakan form
Campak-1 dan dari hasil pengumpulan dan pengolahan data didapatkan
jumlah kasus campak berdasarkan definisi operasional kasus yang sudah
ditetapkan adalah 42 penderita dengan kematian karena komplikasi gejala
diare 2 anak ( case fatality rate = 4,8 % ).
Data hasil penyelidikan lapangan petugas Surveilans Puskesmas Jenu sbb :
 Karena Bu Bidan Desy Ratnasari sering di supervisi oleh petugas SE dari
Puskesmas ( Doel ), dampaknya catatan imunisasi bayi di wilayahnya
cukup lengkap demikian juga dengan catatan surveilans penyakitnya.
Sayangnya data surveilansnya belum ada yang dianalisis.
 Setelah dilacak oleh Tim Kabupaten yang dikomandani oleh Pak Cepreq
bersama petugas Surveilans puskesmas ( Doel ) dan Bidan Desy selama
4 hari maka seluruh kasus dapat dicatat.

Berapa jumlah kasus campak seluruhnya yang harus dicatat dan


dilaporkan oleh Bidan Desy ?
42 penderita dengan 2 kematian

Sehubungan dengan total kasus dan kematian yang dicatat dan


dilaporkan ke unit surveilans sebagaimana jawaban dari soal nomor
39, pada saat itu dipastian jumlah kasus dan kematian ditemukan
seluruhnya. Yang mana pernyataan dibawah ini yang paling benar :
Pak Doel selaku petugas surveilans puskesmas jenu saat itu juga
secepatnya melakukan penyelidikan epidemiologi dengan
menggunakan form Campak-1 dan dari hasil pengumpulan dan
pengolahan data didapatkan jumlah kasus campak berdasarkan
definisi operasional kasus

Perhatikan histogram di bawah ini yang menggarnbarkan jumlah kasus


keracunan makanan yang dilaporkan selama beberapa minggu berturut-
turut, kemudian identifikasikan minggu-minggu dimana terjadi insidens yang
lebih tinggi dari pada biasa (yang pada peristiwa ini adalah setiap insidens
mingguan yang lebih dari 2 X dari jumlah rata-rata kasus yang dilaporkan
setiap minggunya).

Jumlah kasus Keracunan di desa Prunggahan Wetan


Kec. Semanding Kab. Tuban Minggu 1 - 13 tahun 2008
10
9
8
7
juml. kasus

6
5
kasus
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

minggu mulainya sakit

Minggu ke 7

Periksalah data statistik surveilans minggu berikut ini dari jumlah penderita
hepatitis viral, menurut golongan umur dan minggu mulainya sakit dan
tentukanlah minggu-minggu yang menunjukkan keadaan yang mungkin
memerlukan penyelidikan (dengan menggunakan ambang lebih dari dua kali
frekwensi rata-rata atau frekwensi yang biasa

Jumlah kasus perminggu Jumlah rata-rata


Golongan
/Minggu utk 8 ming
Umur
gu yang sama tahun
(Tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8
lalu.
0 - 14 0 2 2 0 0 2 1 0 1
15 - 29 4 2 3 7 8 2 4 9 3
30 - 0 3 4 2 0 1 1 2 2
Jumlah 4 7 9 9 8 5 6 11 6

Minggu ke 4, 5, dan 8

Pada pertanyaan 19, kelompok-kelompok umur yang ambang epideminya


lebih sering dilampaui adalah :
Golongan umur 15 - 29 tahun

Sehubungan dengan pertanyaan diatas, minggu pertama dimana terjadinya


suatu problem dapat dipastikan adalah minggu ke : 4

Periksa tabulasi data surveilans tentang salmonellosis (jumlah kasus,


menurut kota dan minggu mulainya sakit) dan tentukan minggu-minggu yang
menunjukkan adanya kejadian yang mungkin memerlukan penyelidikan
(dengan menggunakan ambang insiden yang lebih dari 2 X insiden yang
normal).

Jumlah rata-rata minggu


Kota Jumlah kasus per minggu
untuk 8 minggu yang sama
pada tahun lalu
1 2 3 4 5 6 7 8
Green 1 0 2 4 5 7 3 1 1
Peach 0 1 0 0 3 4 5 1 1
Harvey 1 2 1 3 2 2 1 3 2
Lake 7 5 6 8 7 4 4 7 6
Anvil 2 8 13 17 7 2 4 2 3
Jumlah 11 16 21 32 25 19 17 14 12
.
Minggu2,3,4,5,6 & 7

Sehubungan dengan pertanyaan diatas, masalah jumlah kasus yang


berlebihan saat ini agaknya terdapat pada desa :
Green, Peach dan Anvil

Sehubungan dengan pertanyaan diatas, dengan menganggap bahwa 5 desa


tersebut merupakan seluruh kota dari 1 wilayah puskesmas, minggu pada
waktu mana suatu kemungkinan terjadinya masalah untuk pertama kalinya
dapat diidentifikasi adalah minggu ke : 4

Tujuan utarna kegiatan surveilans yang khusus paling tepat dapat dijelaskan
sebagai :
Berguna untuk rnemantau faktor potensial dari penyakit pada
manusia.

Kegiatan surveilans khusus yang difokuskan pada populasi hewan tidak biasa
ditujukan untuk :
Menggantikan laporan morbiditas pada manusia

Kegiatan surveilans khusus terhadap populasi manusia tertentu biasanya


dimaksud untuk :
- Menentukan kerentanannya
- Menemukan orang-orang yang terinfeksi

Alasan untuk membuat dan menyebarkan laporan surveilans secara berkala


terutama untuk :
Memberikan kepada mereka yang membutuhkan, informasi
mengenai kejadian-kejadian penyakit.

Selain memberi informasi yang teliti, jika diinginkan untuk dibaca luas dan
dimanfaatkan, laporan surveilans harus juga :
Tepat waktunya/teratur

Tujuan utama dari suatu penyelidikan wabah biasanya untuk :


Menemukan cara pencegahan penyebaran agen penyebab lebih lanjut.

Menentukan diagnosa kasus penyakit yang dilaporkan dan yang diduga


sebagai epidemi
Dibutuhkan konfirmasi laboratorium

Suatu wabah biasanya dikonfirmasikan oleh :


Angka kesakitan saat ini yang menunjukkan peningkatan secara
bermakna dari biasanya

Penggambaran ciri-ciri suatu KLB dengan memperhatikan waktu, tempat, dan


orang terutama dilakukan untuk
Menemukan fakta yang dapat membimbing ke arah suatu hipotesa
tentang sumber infeksi dan cara penyebarannya.
Sumber suatu infeksi dan cara penularan dalam suatu KLB dapat dianggap telah
diketahui jika :
Informasi tambahan menguatkan hipotesa peneliti
Ungkapan "orang-orang yang menanggung risiko infeksi paling besar" seringkali
digunakan untuk menggambarkan kelompok orang-orang yang :
Sangat rentan dan memiliki kecenderungan besar untuk kontak dengan
sumber infeksi.
Jika memungkinkan, diagnosa sebaiknya didukung oleh pemeriksaan laboratorium
sebab :
- Gambaran klinis beberapa penyakit tidak jejas atau tidak khas.
- Beberapa species dari agen penyebab penyakit terdiri dari
beberapa subtype, yang masing-masing dapat saja menjadi
penyebab
- Beberapa orang yang menderita suatu penyakit mungkin saja tidak
memiliki semua gejala-gejala dan keluhan-keluhan yang klasik

Dari antara yang berikut ini, manakah yang tidak ikut menentukan angka insidens
suatu penyakit yang ada pada saat ini
Mengenali pengalaman masa lalu dari populasi yang menanggung resiko

Kurva epidemic adalah suatu grafik yang menggambarkan kasus – kasus penyakit
yang terjadi selama periode wabah tertentu menurut tanggal :
Mulai sakit

Kurva epidemik bertujuan untuk :


- Merangsang pemikiran tentang kemungkinan sumber infeksi
- Menemukan periode paparan yang diperkirakan paling mungkin.

Kurva epidemi di bawah ini memperlihatkan kemungkinan kasus yang disebabkan


oleh
Common source, dengan
lamanya paparan tidak
lebih dari satu hari.
Jumlah kasus

Waktu ( hari )
Jumlah kasus

Kurva epidemi dibawah ini memperlihatkan kasus dari


Propagated source.

Waktu ( minggu )

Kurva di bawah ini kemungkinan dihasilkan dari


Sumber penularan yang
Jumlah kasus

sifatnya tidak dapat


ditentukan dengan
informasi yang ada.

Waktu ( minggu )

Anda mungkin juga menyukai