Anda di halaman 1dari 33

P ENYELIDIK AN KA SUS

DI FTERI D AN CAM PAK


D ENG AN KEC URIG AAN
K EJA DIAN LUAR BIASA
(K LB)

Muhammad Nugra Anggono P


102014227
SKENARIO 2

• Dokter Mega bekerja di sebuah Puskesmas Kecamatan berpenduduk 38.000 jiwa,


dengan letak desa-desa wilayah kerja yang agak sulit ditempuh. Minggu ini ia
dikejutkan dengan meningkatnya kasus yang mirip dengan difteri dan campak.
Laporan hasil program imunisasi dasar DPT ternyata telah mencapai 85%, campak
85%. Ia bermaksud untuk mengadakan penyelidikan epidemiolgis atas peristiwa
tersebut sekaligus penanganannya, apakah benar kejadian tersebut adalah KLB difteri
dan campak.”
RUMUSAN MASALAH

Terdapat peningkatan kasus difteri dan campak dengan


kecurigaan KLB
PENYELIDIKAN EPIDEMOLOGI

Adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik sedang


berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui
pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data,
membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam bentuk laporan. Pengertian
4
istilah-istilah dalam penyelidikan epidemiologi KLB, antara lain:

Infektifita Patogenes
Virulensi Reservoir KLB/wabah Kasus Carrier
s is
MACAM-MACAM EPIDEMOLOGI

• Epidemiologi observasional (dimana peneliti hanya mengamati dan tidak


melakukan intervensi)
• Epidemiologi eksperimental (pembuktian bahwa suatu faktor sebagai
penyebab terjadinya suatu keluaran penyakit dengan diuji kebenarannya di 5
laboratorium).

Dibagi menjadi dua, yaitu untuk menjelaskan masalah kesehatan digunakan pendekatan
epidemiologi deskriptif, sedangkan untuk mencari faktor penyebab digunakan pendekatan
epidemiologi analitik
K E G I ATA N P E N Y E L I D I K A N
EPIDEMIOLOGI
 Penyelidikan epidemiologi dilakukan untuk mengetahui gambaran kelompok rentan dan penyebaran
kasus agar mendapatkan arah penanggulangan.
• Menegakan • Identifikasi kasus • Lakukan pengelolaan data
diagnosi • Tentukan agen menurut variable, ukuran,
• Memastikan penyebab frekuensi, morbiditas,
mortalitas, dan nilai
adanya KLB • Menentukan statistic
• Membuat hipotesa kelompok • Analisa dan bandingkan
penyebab rentan/beresiko • Interpretasikan
• Buat laporan
6
Tahap survei Tahap pengumpulan Tahap pengolahan
pendahuluan data data

• Tindakan
penanggulangan
• Tindakan
pengobatan

Tentukan tindakan
penanggulangan
dan pencegahan
Mengacu pada Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-
I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan
KRITERIA KLB Epidemiologi dan Penanggulangan KLB. Menurut aturan
itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa bila terdapat
unsur:

Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.

Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu


berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
7

Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan


dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.

Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 % atau
lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
PROGRAM PENGENDALIAN KLB

Perencanaan: merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur oleh
perencanaan tersebut. Dalam menyusun perencanaan untuk pengendalian KLB dapat mengikuti tahapan
penyusunan perencanaan berikut
1. Lakukan analisis masalah : Yaitu dengan mempelajari secara cermat permasalahan yang ada terkait
dengan pengendalian KLB yang selama ini terjadi di suatu wilayah. Analisis dapat diawali dengan
kegiatan mengumpulkan semua data yang terkait dengan KLB tersebut kemudian data itu diolah dalam
bentuk berbagai tampilan dan perhitungan- perhitungan.
2. Penetapan masalah prioritas : Secara sederhana, penetapan prioritas dapat dipertimbangkan beberapa
hal ;Keseriusan masalah, yang dapat diukur dari dampak yang ditimbulkan misalnya angka kematian dan
kecepatan penularan
• Ketersediaan teknologi atau kemudahan mengatasi masalah tersebut
• Sumberdaya yang tersedia.
3. Inventarisasi alternatif pemecahan masalah : Untuk alternatif pemecahan masalah perlu diawali
dengan identifikasi berbagai alternative pemecahan masalah, kemudian ditetapkan alternatif yang paling
prioritas.
4. Menyusun dokumemn perencanaan : Dokumen perencanaan sebaiknya ditulis secara detail/rinci, agar setiap orang
dapat memahami dengan mudah isinya. Target yang akan dicapai (sebaiknya memenuhi SMART : specific, measurable,
achievable, reliable, timely)
• Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan
• Dimana kegiatan akan dilaksanakan
• Kapan kegiatan akan dilaksanakan (jadwal waktu pelaksanaan)
• Satuan setiap kegiatan
• Volume setiap kegiatan
• Rincian kebutuhan biaya setiap kegiatan dan dari mana sumber biaya akan diperoleh
• Ada petugas yang bertanggungjawab terhadap setiap kegiatan Metoda pengukuran keberhasilan
Pelaksanaan :Pada prinsipnya tahap pelaksanaan adalah tahap implementasi dari dokumen perencanaan. Oleh karena itu,
pada tahap pelaksanaan yang terpenting adalah menggerakkan seluruh komponen perencanaan sesuai dengan jadwal waktu
yang telah ditetapkan.
Monitoring/Evaluasi: Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang dapat mengancam pencapaian tujuan dari perencanaan
tersebut selama kegiatan berlangsung. Setiap kegiatan harus dilakukan supervise secara rutin dan berkesinambungan supaya
seluruh kegiatan benar-benar dilaksanakan. 
DEFINISI

• Surveilans Kesehatan  kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus


menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan 10

penanggulangan secara efektif dan efisien.


• Kejadian Luar Biasa (KLB) timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus kepada terjadinya wabah.
MEKANISME KERJA

Identifikasi kasus dan


Perekaman,
masalah kesehatan Analisis dan 11
pelaporan, dan Studi epidemiologi
serta informasi interpretasi data
pengolahan data
terkait lainnya

Penyebaran Membuat
informasi kepada unit rekomendasi dan
Umpan balik.
yang alternatif tindak
membutuhkannya lanjut
SI STE M S URVEI L ANS

12
TA H A P P E R S I A PA N
1. Menetapkan tujuan surveilans
 Umum :
• Melakukan deteksi dini dan mengetahui gambaran epidemiologi untuk penegndalian
penyakit difteri dan campak

13
 Khusus :
• Terlakasananya pengumpulan data berdasarkan waktu, tempat dan orang
• Terdeteksinya kasus difteri dan campak secara dini
• Terlakasanya penyelidikan epidemiologi setiap KLB difteri dan campak dan
konfirmasi laboratorium
• Terlaksananya analisis data difteri dan campak berdasarkan variabel epidemiologi
sebagai bahan monitoring dampak program imunisasi difteri dan campak
• Terdisseminasinya hasil analisis terhadap unit terkait
• Terwujudnya pengambilan keputusan untuk penegndalian penyakit difteri dan campak
TA H A P P E R S I A PA N

2. Tetapkan definisi kasus


3. Tentukan sumber data :
Laporan puskesmas
4. Tentukan instrumen yang dipakai : 14

Manual atau elektronik


5. Bagaimana sistemnya
Menunggu laporan rutin
Diambil rutin kebawah
Network-komputer
6. Tentukan indikator, teknik analisis dan sistem desiminasi informasi
TA H A P A N A L I S I S D A N I N T E R P R E TA S I
Data yang sudah terkumpul

Pengolahan, analisis

15

Dibandingkan dengan “cut of


point”

Disimpulkan

Interpretasikan (tren,
bandingkan dengan daerah
lain)
M A N FA AT S U RV E I L A N S

Menjelaskan pola penyakit yang sedang berlangsung

Melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis


16
Mempelajari riwayat alamiah penyakit

Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi yankes dimasa datang

Memantau pelaksanaan dan daya guna program pengendalian

Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas (frekuensi kejadian, kegawatan, biaya, dapat dicegah, dapat
dikomunikasikan, public interest

Dapat mengidentifikasi kelompok resiko tinggi


K E G I ATA N S U RV E I L A N S
Di tingkat puskesmas

Penemuan kasus Pengambilan Pencatatan dan Pengolahan dan


Spesimen Pelaporan analisis data

• memenuhi kriteria • Kasus difteri • Puskesmas • Jumlah kasus


klinis difteri dan dapat juga mencatat setiap berdasarkan
campak didiagnosa secara kasus difteri dan kelompok umur
• Bila kasus laboratoris campak ke dalam • Status imunisasi
memenuhi kriteria dengan format list dan DPT- HB – Hib 17
klinis difteri dan mengambil dilaporkan ke atau DPT - HB
campak, catat sampel berupa dinas kesehatan penderita
dalam format hapus tenggorok kab/kota setiap • Angka CFR total
laporan difteri dan pemeriksaan bulan. dan menurut
dan campak darah lengkap kelompok umur
seperti dalam pada campak • Angka insidensi
lampiran dan menurut
lakukan kelompok umur
penyelidikan dan jenis kelamin
epidemiologi berdasarkan bulan
• Bila memenuhi dan tahun
kriteria KLB
maka dilakukan
penyelidikan
KLB
18
PUSKESMAS

• Menurut DEPARTEMEN KESEHATAN RI 1987 :


• Puskesmas adalah : suatu unit organisasi fungsional yang secara profesional
melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta
masyarakat secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu.
DEPARTEMEN KESEHATA RI 1991 :
Organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pembangunan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu pada masyarakat di suatu wilayah
kerja tertentu dalam bentuk usaha kesehatan pokok .
Fungsi puskesmas
• Ada 3 fungsi pokok Puskesmas yaitu :
• Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya
• Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat
• Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya
Manajemen Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan dengan misi sebagai
pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang tugasnya melaksanakan pembinaan,
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di suatu wilayah
tertentu. Pelayanan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi aspek-aspek;
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
• Struktur Organisasi Puskesmas
• Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:
• (1) Kepala Puskesmas
• (2) Sub Bagian Tata Usaha
• (3) Pokja Upaya Kesehatan Masyarakat
• (4) Pokja Upaya Pelayanan Kesehatan
• (5) Pokja Upaya Penanggulangan Masalah Kesehatan dan Bencana; dan
• (6) Kelompok Jabatan Fungsional
PUSKESMAS PEMBANTU

(Pustu) merupakan jaringan pelayanan


Puskesmas yang memberikan pelayanan
kesehatan secara permanen di suatu lokasi
dalam wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas
Pembantu merupakan bagian integral Fungsi :Meningkatkan akses dan jangkauan Mendukung pelaksanaan pelayanan
Puskesmas, yang harus dibina secara berkala pelayanan dasar di wilayah kerja Puskesmas. kesehatan terutama UKM.
oleh Puskesmas. Tujuan Puskesmas
Pembantu adalah untuk meningkatkan
jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan
bagi masyarakat di wilayah kerjanya.

Mendukung pelaksanaan kegiatan Posyandu,


Imunisasi, KIA, penyuluhan kesehatan, Mendukung pelayanan promotif dan
Mendukung pelayanan rujukan.
surveilans, pemberdayaan masyarakat, dan preventif.
lain-lain.
Puskesmas keliling adalah kegiatan puskesmas yang
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
terutama yang berhubungan dengan promotif dan preventif.
Puskesmas Keliling merupakan jaringan pelayanan
Puskesmas yang sifatnya bergerak (mobile), untuk
meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan bagi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum
terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas.
Kegiatan Puskesmas Keliling adalah :
• Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh pelayanan
Puskesmas atau Puskesmas Pembantu.
• Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa.
• Dipergunakan sebagai alat transpor penderita dalam
rangka rujukan bagi kasus gawat darurat.
• Melakukan penyuluhan kesehatan.
• Fungsi Puskesmas Keliling (PUSLING)
• Fungsi dari Puskesmas Keliling adalah sebagai:
• Sarana transportasi petugas;

PUSKESMAS • Sarana transportasi logistik;


• Sarana pelayanan kesehatan; dan
KELILING • Sarana pendukung promosi kesehatan.
PONDOK BERSALIN DESA (POLINDES)

• Polindes, atau kepanjangan dari pondok bersalin desa, adalah salah satu bentuk
partisipasi atau peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan
persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk KB yang mana tempat dan
lokasinya berada di desa. Polindes hanya dapat dirintis di desa yang telah mempunyai
bidan yang tinggal di desa tersebut
P O S L AYA N A N T E R PA D U ( P O S YA N D U )
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Jumlah Posyandu yaitu informasi mengenai jumlah pos pelayanan terpadu
(posyandu) yang menjadi binaan puskesmas yang bersangkutan yang dirinci berdasarkan tingkatannya (pratama,
madya, purnama, dan mandiri). Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan
memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini.
Posyandu dibedakan atas
• Posyandu pratama, adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan
kader aktifnya terbatas, 
• Posyandu madya, adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan
rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan
Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%,
• Posyandu purnama, adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas
5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%,
• Posyandu mandiri, adalah posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program
utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya
adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.
Difteri Campak
• Inkubasi 2-5 hari • Menyebar di lingkungan penduduk padat
• Wanita > pria • Lebih banyak di negara berkembang
• Di daerah tropik & hygiene buruk • Inkubasi 7-18 hari
• Masa penularan 2-4 minggu • Banyak terjadi pada anak-anak

Etiologi
Etiologi
• Corynebacterium diphtheriae • Paramyxoviridae

Distribusi Distribusi
• Penularan terjadi secara droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin, • penyebarannya sama melalui batuk dan bersin, serta kontak
muntah, melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit langsung dengan penderita. Masa penularan 4 hari sebelum rash
sampai 4 hari setelah timbul rash
Gejala Klinis
Gejala Klinis
• Mengalami infeksi pada faring, laring, trakhea • Stadium prodromal (demam ≥ 38C, batuk, pilek, koplik’s spot
• Muncul selaput berwarna putih keabu-abuan (pseudomembran) yang • Stadium erupsi (batuk pilek berat, suhu badan naik, rash 4-8 hari)
tidak mudah lepas pada tenggorokan, amandel, rongga mulut, atau
hidung • Stadium konvalesens (gejala mereda dan dapat menjadi bekas/tdk)
• Pembengkakan kelenjar limfa pada leher (bullneck)
• Demam yang tidak tinggi (< 38,5˚C)
• Mengeluarkan bunyi saat menarik napas (stidor)
• Kesulitan bernapas.
PENANGGULANGAN DIFTERI

Preventif
1. Penguatan imunisasi rutin Difteri Kuratif
Promotif 2. Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus Difteri. a. ADS (Antidiphteria Serum),
• Penyuluhan kesehatan masyarakat 3. Semua kasus Difteri harus dilakukan penyelidikan merupakan antitoksin yang dapat
• Peningkatan gizi epidemiologi. mengikat toksin dalam darah.
• Pemeliharaan kesehatan 4. Semua kasus Difteri dirujuk ke Rumah Sakit dan dirawat
di ruang isolasi. b. Antibiotik berupa eritromisin
perseorangan
5. Pengambilan spesimen dari kasus dan kasus kontak erat atau penisilin diberikan untuk
• Pemeliharaan kesehatan
kemudian dikirim ke laboratorium rujukan Difteri untuk terapi dan profilaksis.
lingkungan
dilakukan pemeriksaan kultur atau PCR. c. Kortikosteroid, untuk mencegah
6. Menghentikan transmisi Difteri dengan pemberian dan mengurangi peradangan.
prophilaksis terhadap kontak dan karier.
P E N A N G G U L A N G A N C A M PA K

Kuratif
Preventif 1. Jika suhu tinggi beri (antipiretik)
Promotif 1. Tata laksana kasus 2. Jika ada infeksi sekunder beri
2. Lakukan komunikasi risiko kepada masyarakat dan para (antibiotic)
• Penyuluhan kesehatan masyarakat pengambil keputusan
• Peningkatan gizi 3. Jika terjadi kejang diberi
3. Pelaksanaan Respon Imunisasi segera (Outbreak Response (antikonvulsi)
• Pemeliharaan kesehatan Immunization/ORI) dilakukan untuk menghentikan
perseorangan transmisi campak dengan cara meningkatkan kekebalan 4. Kasih cairan yang cukup
• Pemeliharaan kesehatan masyarakat terhadap kedua penyakit tersebut sehingga 5. Pemberian vitamin A
lingkungan KLB dapat ditanggulangi. ORI dilaksanakan melalui dua 6. Suplemen nutrisi
strategi yaitu selektif dan massal. Indikasi rawat inap jika hiperpireksia
(suhu > 39˚c, dehidrasi, kejang, susah
menelan atau komplikasi
Syarat imunisasi

• diberikan pada bayi atau anak yang sehat


• vaksin yang diberikan harus baik
• disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya
• pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat
• mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima
• meneliti jenis vaksin yang diberikan
• memberikan dosis yang akan diberikan
• mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi
• memberikan informed concent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan
imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek
samping yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.
Kekebalan kelompok atau kekebalan kawanan (
bahasa Inggris: herd immunity) adalah suatu bentuk
perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang
terjadi ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap
infeksi, baik melalui infeksi sebelumnya atau  vaksinasi,
sehingga individu yang tidak kebal ikut terlindungi. Dalam
populasi yang sebagian besar individunya memiliki
kekebalan (mereka ini tidak mungkin berkontribusi pada  
penularan penyakit ), rantai infeksi kemungkinan besar
terganggu sehingga penyebaran penyakit akan terhenti atau
terhambat. Semakin besar proporsi individu yang kebal
dalam suatu populasi, semakin kecil kemungkinan individu
HERD yang tidak kebal akan bersentuhan dengan individu yang
terinfeksi. Hal ini akan membantu melindungi individu yang
tidak kebal dari infeksi.
IMMUNITY Seseorang dapat menjadi kebal dengan cara pulih dari infeksi
sebelumnya atau melalui vaksinasi.Beberapa individu tidak
dapat menjadi kebal karena alasan medis, seperti 
imunodefisiensi atau imunosupresi, sehingga bagi orang-
orang seperti ini, kekebalan kelompok merupakan cara
perlindungan yang sangat penting. Setelah ambang atau
angka tertentu tercapai, kekebalan kelompok akan
menghilangkan penyakit dari suatu populasi secara
bertahap.Penghilangan penyakit ini, jika terjadi di seluruh
dunia, dapat mengurangi jumlah infeksi menjadi nol secara
permanen, yang disebut eradikasi atau pemberantasan
penyakit.
KESIMPULAN

Untuk menentukan sebuah peristiwa merupakan KLB harus didasarkan pada kriteria
KLB yang telah ditetapkan. Apabila sudah terjadi penyakit/peristiwa yang mengarah
ke KLB atau bahkan wabah harus segera ditangani sejak dini.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai