Infektifita Patogenes
Virulensi Reservoir KLB/wabah Kasus Carrier
s is
MACAM-MACAM EPIDEMOLOGI
Dibagi menjadi dua, yaitu untuk menjelaskan masalah kesehatan digunakan pendekatan
epidemiologi deskriptif, sedangkan untuk mencari faktor penyebab digunakan pendekatan
epidemiologi analitik
K E G I ATA N P E N Y E L I D I K A N
EPIDEMIOLOGI
Penyelidikan epidemiologi dilakukan untuk mengetahui gambaran kelompok rentan dan penyebaran
kasus agar mendapatkan arah penanggulangan.
• Menegakan • Identifikasi kasus • Lakukan pengelolaan data
diagnosi • Tentukan agen menurut variable, ukuran,
• Memastikan penyebab frekuensi, morbiditas,
mortalitas, dan nilai
adanya KLB • Menentukan statistic
• Membuat hipotesa kelompok • Analisa dan bandingkan
penyebab rentan/beresiko • Interpretasikan
• Buat laporan
6
Tahap survei Tahap pengumpulan Tahap pengolahan
pendahuluan data data
• Tindakan
penanggulangan
• Tindakan
pengobatan
Tentukan tindakan
penanggulangan
dan pencegahan
Mengacu pada Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-
I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan
KRITERIA KLB Epidemiologi dan Penanggulangan KLB. Menurut aturan
itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa bila terdapat
unsur:
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 % atau
lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
PROGRAM PENGENDALIAN KLB
Perencanaan: merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur oleh
perencanaan tersebut. Dalam menyusun perencanaan untuk pengendalian KLB dapat mengikuti tahapan
penyusunan perencanaan berikut
1. Lakukan analisis masalah : Yaitu dengan mempelajari secara cermat permasalahan yang ada terkait
dengan pengendalian KLB yang selama ini terjadi di suatu wilayah. Analisis dapat diawali dengan
kegiatan mengumpulkan semua data yang terkait dengan KLB tersebut kemudian data itu diolah dalam
bentuk berbagai tampilan dan perhitungan- perhitungan.
2. Penetapan masalah prioritas : Secara sederhana, penetapan prioritas dapat dipertimbangkan beberapa
hal ;Keseriusan masalah, yang dapat diukur dari dampak yang ditimbulkan misalnya angka kematian dan
kecepatan penularan
• Ketersediaan teknologi atau kemudahan mengatasi masalah tersebut
• Sumberdaya yang tersedia.
3. Inventarisasi alternatif pemecahan masalah : Untuk alternatif pemecahan masalah perlu diawali
dengan identifikasi berbagai alternative pemecahan masalah, kemudian ditetapkan alternatif yang paling
prioritas.
4. Menyusun dokumemn perencanaan : Dokumen perencanaan sebaiknya ditulis secara detail/rinci, agar setiap orang
dapat memahami dengan mudah isinya. Target yang akan dicapai (sebaiknya memenuhi SMART : specific, measurable,
achievable, reliable, timely)
• Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan
• Dimana kegiatan akan dilaksanakan
• Kapan kegiatan akan dilaksanakan (jadwal waktu pelaksanaan)
• Satuan setiap kegiatan
• Volume setiap kegiatan
• Rincian kebutuhan biaya setiap kegiatan dan dari mana sumber biaya akan diperoleh
• Ada petugas yang bertanggungjawab terhadap setiap kegiatan Metoda pengukuran keberhasilan
Pelaksanaan :Pada prinsipnya tahap pelaksanaan adalah tahap implementasi dari dokumen perencanaan. Oleh karena itu,
pada tahap pelaksanaan yang terpenting adalah menggerakkan seluruh komponen perencanaan sesuai dengan jadwal waktu
yang telah ditetapkan.
Monitoring/Evaluasi: Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang dapat mengancam pencapaian tujuan dari perencanaan
tersebut selama kegiatan berlangsung. Setiap kegiatan harus dilakukan supervise secara rutin dan berkesinambungan supaya
seluruh kegiatan benar-benar dilaksanakan.
DEFINISI
Penyebaran Membuat
informasi kepada unit rekomendasi dan
Umpan balik.
yang alternatif tindak
membutuhkannya lanjut
SI STE M S URVEI L ANS
12
TA H A P P E R S I A PA N
1. Menetapkan tujuan surveilans
Umum :
• Melakukan deteksi dini dan mengetahui gambaran epidemiologi untuk penegndalian
penyakit difteri dan campak
13
Khusus :
• Terlakasananya pengumpulan data berdasarkan waktu, tempat dan orang
• Terdeteksinya kasus difteri dan campak secara dini
• Terlakasanya penyelidikan epidemiologi setiap KLB difteri dan campak dan
konfirmasi laboratorium
• Terlaksananya analisis data difteri dan campak berdasarkan variabel epidemiologi
sebagai bahan monitoring dampak program imunisasi difteri dan campak
• Terdisseminasinya hasil analisis terhadap unit terkait
• Terwujudnya pengambilan keputusan untuk penegndalian penyakit difteri dan campak
TA H A P P E R S I A PA N
Pengolahan, analisis
15
Disimpulkan
Interpretasikan (tren,
bandingkan dengan daerah
lain)
M A N FA AT S U RV E I L A N S
Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi yankes dimasa datang
Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas (frekuensi kejadian, kegawatan, biaya, dapat dicegah, dapat
dikomunikasikan, public interest
• Polindes, atau kepanjangan dari pondok bersalin desa, adalah salah satu bentuk
partisipasi atau peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan
persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk KB yang mana tempat dan
lokasinya berada di desa. Polindes hanya dapat dirintis di desa yang telah mempunyai
bidan yang tinggal di desa tersebut
P O S L AYA N A N T E R PA D U ( P O S YA N D U )
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Jumlah Posyandu yaitu informasi mengenai jumlah pos pelayanan terpadu
(posyandu) yang menjadi binaan puskesmas yang bersangkutan yang dirinci berdasarkan tingkatannya (pratama,
madya, purnama, dan mandiri). Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan
memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini.
Posyandu dibedakan atas
• Posyandu pratama, adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan
kader aktifnya terbatas,
• Posyandu madya, adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan
rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan
Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%,
• Posyandu purnama, adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas
5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%,
• Posyandu mandiri, adalah posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program
utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya
adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.
Difteri Campak
• Inkubasi 2-5 hari • Menyebar di lingkungan penduduk padat
• Wanita > pria • Lebih banyak di negara berkembang
• Di daerah tropik & hygiene buruk • Inkubasi 7-18 hari
• Masa penularan 2-4 minggu • Banyak terjadi pada anak-anak
Etiologi
Etiologi
• Corynebacterium diphtheriae • Paramyxoviridae
Distribusi Distribusi
• Penularan terjadi secara droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin, • penyebarannya sama melalui batuk dan bersin, serta kontak
muntah, melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit langsung dengan penderita. Masa penularan 4 hari sebelum rash
sampai 4 hari setelah timbul rash
Gejala Klinis
Gejala Klinis
• Mengalami infeksi pada faring, laring, trakhea • Stadium prodromal (demam ≥ 38C, batuk, pilek, koplik’s spot
• Muncul selaput berwarna putih keabu-abuan (pseudomembran) yang • Stadium erupsi (batuk pilek berat, suhu badan naik, rash 4-8 hari)
tidak mudah lepas pada tenggorokan, amandel, rongga mulut, atau
hidung • Stadium konvalesens (gejala mereda dan dapat menjadi bekas/tdk)
• Pembengkakan kelenjar limfa pada leher (bullneck)
• Demam yang tidak tinggi (< 38,5˚C)
• Mengeluarkan bunyi saat menarik napas (stidor)
• Kesulitan bernapas.
PENANGGULANGAN DIFTERI
Preventif
1. Penguatan imunisasi rutin Difteri Kuratif
Promotif 2. Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus Difteri. a. ADS (Antidiphteria Serum),
• Penyuluhan kesehatan masyarakat 3. Semua kasus Difteri harus dilakukan penyelidikan merupakan antitoksin yang dapat
• Peningkatan gizi epidemiologi. mengikat toksin dalam darah.
• Pemeliharaan kesehatan 4. Semua kasus Difteri dirujuk ke Rumah Sakit dan dirawat
di ruang isolasi. b. Antibiotik berupa eritromisin
perseorangan
5. Pengambilan spesimen dari kasus dan kasus kontak erat atau penisilin diberikan untuk
• Pemeliharaan kesehatan
kemudian dikirim ke laboratorium rujukan Difteri untuk terapi dan profilaksis.
lingkungan
dilakukan pemeriksaan kultur atau PCR. c. Kortikosteroid, untuk mencegah
6. Menghentikan transmisi Difteri dengan pemberian dan mengurangi peradangan.
prophilaksis terhadap kontak dan karier.
P E N A N G G U L A N G A N C A M PA K
Kuratif
Preventif 1. Jika suhu tinggi beri (antipiretik)
Promotif 1. Tata laksana kasus 2. Jika ada infeksi sekunder beri
2. Lakukan komunikasi risiko kepada masyarakat dan para (antibiotic)
• Penyuluhan kesehatan masyarakat pengambil keputusan
• Peningkatan gizi 3. Jika terjadi kejang diberi
3. Pelaksanaan Respon Imunisasi segera (Outbreak Response (antikonvulsi)
• Pemeliharaan kesehatan Immunization/ORI) dilakukan untuk menghentikan
perseorangan transmisi campak dengan cara meningkatkan kekebalan 4. Kasih cairan yang cukup
• Pemeliharaan kesehatan masyarakat terhadap kedua penyakit tersebut sehingga 5. Pemberian vitamin A
lingkungan KLB dapat ditanggulangi. ORI dilaksanakan melalui dua 6. Suplemen nutrisi
strategi yaitu selektif dan massal. Indikasi rawat inap jika hiperpireksia
(suhu > 39˚c, dehidrasi, kejang, susah
menelan atau komplikasi
Syarat imunisasi
Untuk menentukan sebuah peristiwa merupakan KLB harus didasarkan pada kriteria
KLB yang telah ditetapkan. Apabila sudah terjadi penyakit/peristiwa yang mengarah
ke KLB atau bahkan wabah harus segera ditangani sejak dini.
THANK YOU