Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah

sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran

sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,

kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri

(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat (Kementrian Kesehatan RI,

2011). Pembinaan PHBS diluncurkan oleh Pusat Penyuluhan

Kesehatan (sekarang Pusat Promosi Kesehatan) pada tahun 1996

dengan menggunakan pendekatan tatanan sebagai strategi

pengembangannya. Masing-masing tatanan ditetapkan indikator

guna mengukur pencapaian PHBS-nya (Kementrian Kesehatan RI,

2011).

Fokus pembinaan PHBS adalah tatanan rumah tangga.

Berdasarkan Rapat Koordinasi Promosi Kesehatan Tingkat

Nasional, pada tahun 2007 indikator PHBS rumah tangga yaitu

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI

eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih,

mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat,


2

memberantas jentik nyamuk, mengonsumsi buah dan sayur setiap

hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dantidak merokok di

dalam rumah (Kementrian Kesehatan RI, 2011). PHBS di rumah

tangga terdiri dari 4 kriteria, yaitu sehat pratama, sehat madya,

sehat utama, dan sehat paripurna. Keempat kriteria tersebut diukur

dari pemenuhan indikator PHBS (Tim Field Lab UNS, 2013).

Upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat di

rumah tangga belum sepenuhnya menunjukkan hasil optimal. Data

yang mendukung pernyataan bahwa upaya PHBS rumah tangga

belum menunjukkan hasil optimal adalah data dari Dinkes

Semarang 2013 yang menyebutkan perkembangan strata PHBS

tatanan rumah tangga paripurna sebesar 19,71%, rumah tangga

madya 9,50%, rumah tangga utama 69,16%, dan rumah tangga

pratama 1,62%. Kemudian data dari Dinkes Semarang 2014

menyebutkan perkembangan strata PHBS tatanan rumah tangga

paripurna sebesar 23,25%, rumah tangga madya 7,95%, rumah

tangga utama 67,65%, dan rumah tangga pratama 1,15%. Berikut

adalah data penyakit dalam 3 tahun terakhir yang didapatkan dari

Puskesmas Pembantu Desa Kandangan, Kecamatan Bawen,

Kabupaten Semarang.
3

Tabel 1.1 Data Penyakit Tahun 2014, 2015, dan 2016 di Desa
Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang
Tahun Jenis Penyakit Jumlah Kasus
2014 ISPA 29
Diare 5
Gatal-gatal 5
Sesak nafas 1
2015 (Bulan Juni – ISPA 10
Desember) Diare 3
Gatal-gatal 0
Sesak nafas 1
2016 (Bulan Januari ISPA 18
– Maret) Diare 6
Gatal-gatal 2
Sesak nafas 1
Sumber :Data Puskesmas Pembantu Desa Kandangan Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang 2016

Dari data pada tabel 1.1 diketahui, setiap tahun berturut-

turut selalu terjadi kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

sebagai urutan pertama diikuti oleh penyakit lainnya. Kejadian

penyakit terkait dengan minimnya alat proteksi diri pada pekerja

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan polusi dari pabrik di sekitar

Desa Kandangan. Petugas kesehatan puskesmas pembantu Desa

Kandangan telah memberikan penyuluhan tentang perilaku hidup

bersih dan sehat kepada warga maupun kader, namun petugas

kesehatan puskesmas pembantu Desa Kandangan tidak

mengetahui apakah warga maupun kader melaksanakan

himbauan-himbauan yang disampaikan (Puskesmas Pembantu

Desa Kandangan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, 2016).


4

TPAmerupakan tempat sampah mencapai tahap terakhir

dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,

pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA

merupakan tempat sampah diisolasi secara aman agar tidak

menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya oleh

karena itu TPA memerlukan penyediaan fasilitas dan perlakukan

yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik

(SATKER PLPP Jateng, 2016).

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat,

karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme

penyebab penyakit (bakteri dan virus patogen), dan juga binatang

serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit atau vektor

(Notoadmodjo, 2007 dalam Purwati, 2013). Sampah dapat menjadi

malapetaka jika tidak diolah dan dibuang pada tempatnya, demikian

pula halnya dengan keberadaan TPA. Dampak lingkungannya

berupa polusi air (meresapnya air lindi ke air tanah), polusi udara

(bau), estetika, dan membawa vektor penyakit (Safitri, 2002).

TPA Blondo adalah salah satu lokasi pembuangan akhir

sampah yang berlokasi di Dusun Blondo, Desa Kandangan,

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Lokasi TPA berjarak

kurang lebih 2,5 km dari jalan regional Semarang –Bawen. Salah

satu dusun yang ada di paling dekat lokasinya dengan TPA Blondo

adalah Dusun Deres. Dari data yang telah peneliti dapatkan, Dusun
5

Deres memiliki 5 Rukun Tetangga (RT), 181 Kepala Keluarga (KK),

dan 629 penduduk. Sebanyak 49 orang berprofesi sebagai

pemulung di TPA Blondo. Berdasarkan wawancara yang telah

dilakukan saat studi pendahuluan kepada perwakilan warga yang

bekerja sebagai pemulung yang dipilih secara acak dari Dusun

Deres, terdapat beberapa indikator PHBS rumah tangga yang tidak

dipenuhi oleh warga. Sedangkan PHBS penting dilakukan, terkait

dengan pekerjaan warga yang sebagian besar menjadi pemulung

yang setiap hari berhubungan dengan sampah yang dapat menjadi

vektor penyakit.

Menurut Depkes 2009 dalam Purwati 2013, penyakit dapat

menular bukan hanya pada warga yang bekerja sebagai pemulung

di TPA tapi juga pada anggota keluarga yang lain. Beberapa

anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena

penyakit menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu

untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu

diberdayakan untuk melaksanakan PHBS. Maka dari itu peneliti

ingin mengetahui gambaran PHBS rumah tangga pada warga

Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA Blondo

Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) di Dusun Deres Desa Kandangan

Kecamatan Bawen.
6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan kajian latar belakang tersebut maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran PHBS

Rumah Tangga Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai

Pemulung di TPA Blondo Dengan Kejadian ISPA?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran PHBS rumah tangga warga Dusun

Deres yang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo dengan

kejadian ISPA.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikangambaran PHBS rumah tangga warga

Dusun Deres yang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo

dengan kejadian ISPA.

b. Mendokumentasikan gambaran PHBS rumah tangga warga

Dusun Deres yang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo

dengan kejadian penyakit ISPA dalam kehidupan sehari-hari.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Membantu memberikan informasi tentang PHBSrumah

tangga yang benar sehingga masyarakat khususnya warga

Dusun Deresyang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo

dapat lebih memperhatikan kesehatan untuk

keberlangsungan hidup yang berkualitas sehubungan dengan

kejadian penyakit ISPA.

2. Bagi Instansi Kesehatan

Memberikan informasi dan saran kepada instansi terkait

khususnya Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat

mengenai PHBS masyarakat khususnya warga Dusun Deres

yang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo berhubungan

dengan kejadian penyakit ISPA.

3. Bagi Peneliti

Sebagai bentuk aplikasi terhadap ilmu yang didapat dari

bangku perkuliahan.

4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan acuan atau referensi untuk melakukan

penelitian yang lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai