Anda di halaman 1dari 27

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu (Aswar,2010)
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang semua
orang yang penyebabnya mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang
organ paru-paru. WHO memperkirakan sepertiga penduduk dunia terinfeksi
oleh Mycobacterium tuberculosis.Tuberkulosis paru merupakan penyebab
kematian ketiga terbesar di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit
saluran pernapasan, serta merupakan penyebab kematian nomor satu.
terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.
Global Tuberculosis Report tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi
kasus TB di Indonesia diperkirakan 506 orang per 100.000 penduduk. Angka
insiden diperkirakan 220 orang per 100.000 penduduk, dan angka mortalitas
sekitar 48 orang per 100.000 penduduk. Lima provinsi dengan TB paru
tertinggi adalah Jawa Barat, Papua, DKI Jakarta, Gorontalo, dan Papua Barat.
Untuk provinsi Sulawesi Utara, didapatkan prevalensi TB paru sebanyak 0,3%
(Riskesdas, 2013).
Determinan penyakit TB paru adalah kependudukan dan faktor lingkungan.
Kependudukan meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial
ekonomi. Sedangkan faktor lingkungan meliputi kepadatan hunian, lantai
rumah, ventilasi, pencahayaan, kelembaban.
Di Puskesmas Upai program Pemberantasan Penyakit TB Paru berjalan
cukup baik. Akan tetapi dalam rangka mencapai tujuan dan fungsinya dari
bidang pemberantasan penyakit TB Paru itu sendiri menemukan berbagai
kendala mulai dari tenaga kerja,sampai pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit TB Paru.

1
1.2 Tujuan Magang
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah mampu
dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di FKM Unsrat, serta memperoleh
gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab Sarjana Kesehatan
Masyarakat di instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta (Panduan
Magang, 2016).

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Bagi Peserta Magang
1. Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi, sistem
manajemen, prosedur kerja dan ruang lingkup pelayanan di Puskesmas
Upai Kota Kotamobagu.
2. Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan
alternatif pemecahan masalah (problem solving) yang ada di tempat
magang.
3. Mampu melakukan tindakan-tindakan standar yang umum dilaksanakan
dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, ditekankan pada bidang minat
yang digeluti.
4. Mampu bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh
manfaat bersama baik bagi peserta magang maupun instansi tempat
magang (FKM Unsrat, 2016).

1.2.2.2 Bagi Fakultas dan Tempat Magang


1. Fakultas mendapat masukan yang berguna untuk penyempurnaan
kurikulum dalam upaya mendekatkan diri dengan kebutuhan pasar kerja.
2. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi tempat magang.
3. Membina dan meningkatkan kerja sama antara FKM dengan instansi atau
unit kerja pemerintah maupun swasta tempat mahasiswa melaksanakan
magang.

2
4. Membuka peluang kerja bagi para lulusan untuk berkarir di instansi atau
unit kerja pemerintah maupun swasta (FKM Unsrat, 2016).

1.3 Manfaat Magang


1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan
bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai bidang peminatan yaitu
Epidemiologi.
2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat
terhadap permasalahan yang ditemukan di tempat magang.
4. Memperkaya kajian dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama
sesuai bidang minat yang digeluti.
5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan
masalah kesehatan.
6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat.
7. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi atau karya ilmiah (FKM Unsrat,
2016).

1.3.2 Bagi Tempat Magang


1. Tempat magang dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu
menyelesaikan tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan di unit kerja masing-
masing.
2. Tempat magang mendapatkan alternatif calon pegawai atau karyawan yang
telah dikenal kualitas dan kredibilitasnya.
3. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi
dalam menciptakan lulusan yang berkualitas, terampil dan memiliki
pengalaman kerja (FKM Unsrat, 2016).

1.3.3 Bagi Fakultas


1. Laporan magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal kualitas
pengajaran.
2. Memperkenalkan program kepada stakeholders terkait.

3
3. Mendapatkan masukan bagi pengembangan program.
4. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik
dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat (FKM Unsrat, 2016).

4
BAB II. GAMBARAN UMUM

2.1 Analisis Situasi Umum


2.1.1 Visi
Mewujudkan masyarakat Kota Kotamoabgu yang sehat dan sadar kesehatan
dengan memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, terjangkau, berkualitas dan
memuaskan.
2.1.2 Misi
Yang menjadi misi dari puskesmas Upai adalah :
1. Senantiasa menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
lingkungan
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
3. Memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
mengutamakan prilaku hidup sehat
4. Senantiasa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat secara
profesional dan mengutamakan kepuasaan masyarakat
5. Mengembangkan puskesmas Upai sebagai puskesmas santun usila

2.1.3 Program pokok yang di jalan oleh Puskesmas Upai


Puskesmas telah disusun program upaya pokok dan program upaya
pengembangan. Program upaya pokok (Wajib) yaitu :
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan Lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
Program Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dikembangkan berdasarkan
permasalahan yang ditemukan di masyarakat yang disesuaikan dengan

5
kemampuan puskesmas, di puskesmas Upai program upaya pengembangan yang
dijalankan adalah :

1. Upaya kesehatan gigi dan mulut


2. Upaya kesehatan sekolah
3. Upaya kesehatan jiwa
4. Upaya kesehatan usia lanjut
5. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Dari program-program yang sudah dijalankan di Puskesmas upai, semua program
sudah berjalan dengan baik tapi ada beberapa beberapa program yang belum
capai target, dimana permasalahan ini ada karena :

1. Pelayanan puskesmas belum maksimal karena masih sebatas rawat jalan


2. Belum tercapainya Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular dalam ini hal Program imunisasi yang belum semuanya capai
target
3. Kurangnya peran aktif masyarakat dalam hal pembangunan kesehatan

2.1.4 Keadaan Geografis dan cuaca


Puskesmas Upai adalah salah satu Puskesmas yang di resmikan pada tanggal 03
Februari 2007, berada di wilayah Kecamatan Kotamobagu Utara diantara 5 (lima)
Puskesmas di Kota Kotamobagu. Puskesmas Upai adalah puskesmas pertama
yang dikembangkan menjadi Puskesmas santun Usila. Puskesmas upai memiliki
5 wilayah kerja, 2 kelurahan dan 3 desa yaitu :
1. Kelurahan Upai
2. Kelurahan Biga
3. Desa Sia
4. Desa Pontodon
5. Desa Pontodon Timur

Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :


1. Sebelah Timur :

6
Berbatasan dengan Desa Poopo wilayah kerja Puskesmas Passi Timur
Kabupaten Bolaang Mongondow.
2. Sebelah Selatan :
Berbatasan dengan Kelurahan Kotobangon, wilayah kerja Puskesmas
Kotobangon.
3. Sebelah Utara :
Berbatasan dengan Desa Pangian dan Desa Bilalang I, wilayah kerja
Puskesmas Bilalang dan Puskesmas Pangian
4. Sebelah Barat:
Berbatasan dengan Kelurahan Genggulang dan Kelurahan Gogagoman,
wilayah kerja Puskesmas Gogagoman dan Puskesmas Bilalang

Puskesmas Upai membawahi Puskesmas Pembantu yaitu Pustu Biga, dan


membina 2 Poskesdes yaitu Poskesdes Pontodon Timur dan Poskesdes Sia.

Kondisi jalan pada umumnya baik, dikarenakan wilayah kerja Puskesmas


Upai berada di sekitar Pusat perkotaan. Kondisi ini sangat menunjang pelaksanaan
pelayanan kesehatan wilayah kerja puskesmas.

2.1.5 Kependudukan
Berdasarkan data Pusdaktin dan data real puskesas upai, jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Upai tahun 2015 adalah 9.287 jiwa. Penyebaran
penduduk belum secara merata. Terlampir Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk,
Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur Menurut Desa / Kelurahan
Tahun 2015.

7
Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
JUMLAH MENURUT

NO. WILAYAH JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1. Kel. Upai 1.189 1.184 2.373

2. Kel. Biga 1.951 1.951 3.902

3. Desa Pontodon 855 824 1.679

4. Desa Pontodon Timur 539 492 1.031

5. Desa Sia 158 144 302

Jumlah 4.692 4.595 9287

Sumber Profil Puskesmas 2015

2.1.6 Ketenagaan
Tabel 2. Jenis tenaga kerja yang ada di Puskmas Upai
No. Jenis Tenaga Jumlah Status
1. Magister Kesehatan Masyarakat 1 PNS
2. Dokter Umum 1 PNS
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 2 PNS
4. Perawat 17 14PNS/3 Sukarela
5. Bidan 8 4 PNS/ Honorer
6. D3 Farmasi 1 PNS
7. Perawat Gigi 2 PNS
8. Ahli Gizi 1 PNS
9. SMK 2 Honorer

8
10. Pekarya 1 PNS
11. Jumlah 38
Sumber Profil Puskesmas 2015

2.1.7 Data Kunjungan dan data Penyakit


Tabel 3. Data Kunjungan pasien 3 Bulan terakhir
Bulan
Jenis Kunjungan November Desember January

Rawat Jalan 518 518 565


Sumber Profil Puskesmas 2015

Tabel 4. Data Rekapitulasi 10 Penyakit yang Menonjol 2015


No Nama Penyakit N %

1 Ispa 2.215 46,54

2 Gastritis 601 12,62

3 Dermatitis 542 11,38

4 Hipertenis 441 9,26

5 Myalgia 228 4,79

6 Diare 199 4,23

7 Rhinitis 190 3,99

8 Obs. Febris 137 2,87

9 Arthritis 126 2,64

10 Diabetes Melitus 80 1,68

9
Total 4.759 100

Sumber Profil Puskesmas 2015

2.1.8 Kebijakan Program


2.1.8.1 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Kegiatan :
a. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
b. Peningkatan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan
terutama untuk penduduk miskin
c. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
d. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

2.1.8.2 Program upaya kesehatan Masyarakat


Kegiatan :
a. Pelayanan kesehatan penduduk miskin
b. Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
c. Pemeliharaan dan peningkatan sarana dan prasarana Puskesmas
d. Peningkatan kesehatan masyarakat
e. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana
f. Monitoring dan Evaluasi

2.1.8.3 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


Tujuan :
a. Pengembangan Media promosi dan informasi sadar hidup sehat
a. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
b. Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan
c. Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan
d. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

10
2.1.8.4 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Kegiatan :
a. Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi
b. Pemberian makanan tambahan dan vitamin
c. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi dan
kekurangan gizi mikro lainnya
d. Penanggulangan gizi lebih
e. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

2.1.8.5 Program Pengembangan Lingkungan Sehat


Kegiatan :
a. Pengkajian pengembangan Lingkungan sehat
b. Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat
c. Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat
d. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

2.1.8.6 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit Menular


Kegiatan :
a. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk
b. Pembagian bubuk Abate
c. Spot survei pemberantasan tempat perindukan jentik
d. Pelayanan vaksinasi penyakit menular
e. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah

2.1.8.7 Program peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Kegiatan :
a. Penyuluhan kesehatan anak balita
b. Imunisasi bagi anak balita
c. Rekrutmen tenaga pelayanan kesehatan anak balita
d. Pelatihan dan pendidikan perawatan bagi anak balita

11
e. Pembangunan sarana dan prasarana khusus pelayanan perawatan
anak balita.
f. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

2.2 Analisis Situasi Khusus


Pelaksanaan magang yang berlangsung selama 2 minggu 4 hari di Puskesmas
Upai Kota Kotamobagu, peserta di tempatkan dibagian rekam medik, apotik,
klinik anak, klinik umum,dan posyandu/imunisasi serta peserta magang juga
melaksanakan observasi lapangan dalam rangka kegiatan pengamatan
epidemiologi (PE) khususnya gizi buruk. Namun peserta mengambil kasus di
bagian Program Pemberantasan Penyakit Menular. Dalam melaksanakan
tugasnya, bidang pemberantasan penyakit menular Tuberculosis Paru yaitu
untuk menekan angka kematian yang diakibatkan oleh bakteri Mycobacterium
sp di wilayah kerja Puskesmas Upai Kota Kotamobagu.

2.2.1 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di bidang pemberantasan penyakit TB Paru hanya satu orang.
Dalam melaksanakan fungsinya staf di bidang pemberantasan penyakit TB
dibantu oleh staf-staf yang lain baik dari divisi pemberantasan penyakit
menular maupun dari pemegang-pemegang program yang lain.

2.2.2 Kegiatan Pelaksanaan surveilans TB paru


Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan di bagian surveilans TB Paru
Puskesmas Upai Kota Kotamobagu dari bulan Januari sampai Desember 2015
terdapat 32 kasus baru penderita TB Paru BTA positif.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data di lakukan melalui pemeriksaan TB paru pertama, yaitu
pasien mengambil nomor indeks kemudian menuju ke poliklinik umum
untuk pemeriksaan, Pasien yang datang dengan keluhan batuk selama 2
minggu berturut-turut, sesak napas, berkeringat malam, suhu badan naik,

12
petugas poliklinik umum mengarahkan pasien menuju ke petugas program
TB paru untuk memeriksakan sputum.
a. Sputum diambil sewaktu (datang pertama) pada pagi hari
b. Sputum diambil sewaktu ( datang kedua) pada pagi hari

b. Pengolahan Data
Pada tahap ini petugas program TB Paru mencatat semua pasien yang
datang memeriksakan sputum. Pasien BTA Positif dianjurkan untuk
melakukan pengobatan.
c. Analisis Data
Analisis data di lakukan secara deskriptif berdasarkan variabel orang,
tempat dan waktu sehingga di peroleh gambaran yang sistematis tentang
penyakit TB Paru.

Hasil analisis menunjukan bahwa:


Tabel 5. Jumlah Penderita TB berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Upai
No Wilayah Kerja n %
1 Kel. Upai 8 25
2 Kel. Biga 12 37,6
3 Desa Pontodon 5 15,6
4 Desa Pontodon Timur 2 6,2
5 Desa Sia 5 15,6
7 Jumlah 32 100
Sumber Profil Puskesmas 2015

Tabel 5. Menunjukan jumlah penderita TB Paru Berdasarkan wilaya kerja


Puskesmas Upai. Hasilnya menunjukan bahwa kel.Biga memiliki jumlah
yang paling tinggi yaitu 12 orang (37,6%) kemudian yang paling sedikit
adalah Desa pontodon Timur yaitu 2 orang (6,2%).

Tabel 6. Penderita TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin.


Jenis Kelamin n (%)

13
Laki-laki 23 71,8
Perempuan 9 28,2
Total 32 100
Sumber Profil Puskesmas 2015

Tabel 6. Menunjukan jumlah penderita TB paru Berdasarkan jenis


kelamin. Hasilnya menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki
jumlah yang lebih tinggi yaitu 23 orang (71,8%) kemudian diikuti dengan
jenis kelamin perempuan yaitu 9 orang (28,2%).

Tabel 7. Penderita TB Paru Berdasarkan Umur.


Kategori Umur n (%)
18-27 tahun 6 18,8
28-37 tahun 5 15,6
38-47 tahun 5 15,6
48-57 tahun 7 21,9
58-67 tahun 4 12,5
≥ 68 tahun 5 15,6
Total 32 100
Sumber Profil Puskesmas 2015

Tabel 7. Menunjukan bahwa Penderita TB Paru Berdasarkan umur yaitu


48-57 tahun dengan jumlah 7 orang (21,9%), dan diikuti urutan kedua
dalam kategori umur adalah 18-27 tahun dengan jumlah 6 orang (18,8%),
dan diikuti urutan ketiga yaitu 28-37 tahun dengan jumlah 5 orang (15,6%)
dan yang paling rendah dalam kategori ini adalah umur 58-67 tahun yaitu
4 orang (12,5%).

14
Tabel 8. Jumlah Pasien yang mmeriksakan TB Paru
NO Bulan Jumlah Suspek
1 Januari 42
2 Februari 44
3 Maret 34
4 April 32
5 Mei 32
6 Juni 30
7 Juli 11
8 Agustus 18

9 September 17
10 Oktober 18
11 November 19
12 Desember 37
Sumber: Profil Puskesmas 2015

Tabel 8. Menunjukan jumlah pasien yang meriksakan TB Paru hasilnya


menunjukan pasien berkunjung paling tinggi yaitu pada bulan Februari
yaitu 44 orang dan yang paling rendah ada pada bulan juli yaitu 11 orang.

d. Output
Hasil dari pengamatan ini sangat bermanfaat untuk mengadakan
pencegahan dan pengobatan bagi seluruh pasien. Dan hasilnya bisa di
laporkan ke Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu.

15
BAB III. HASIL KEGIATAN

3.1 Uraian Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan magang yang berlangsung dari tanggal 18 Januari
sampai dengan 04 Juli 2016 di Puskesmas Upai secara umum meliputi:
1. Pertemuan dengan Kepala Puskesmas Upai, maksud dari pertemuan ini
adalah:
a. Mengutarakan maksud dari kegiatan magang.
b. Membicarakan mengenai kegiatan magang yang akan dilakukan.
c. Menentukan dosen pembimbing lapangan.
d. Meminta data gambaran umum dari puskesmas Upai (Profil
Puskesmas).
2. Mengikuti apel pagi setiap hari bersama-sama dengan pegawai puskesmas.
3. Melakukan kerja bakti bersama-sama dengan pegawai Puskesmas setiap
hari jumat.
4. Mengikuti rapat staff( staff meeting) bersama dengan kepala puskesmas
dan pegawai puskesmas.
5. Partisipasi diruang registrasi dan rekam medic diantaranya mendata
pasien yang datang berkunjung di Puskesmas.
6. Partisipasi pada kegiatan Posyandu dan Poswindu.
7. Partisipasi bersama program gizi dalam pelaksanaan PE balita gizi buruk.
8. Partisipasi di ruang apotek diantaranya mengambil resep obat yang telah
diberikan oleh dokter.
9. Partisipasi diruang klinik anak.
10. Partisipasi di ruang tata usaha menginput data masing-masing program.
11. Partisipasi di ruang klinik umum diantaranya merekap data pasien.

3.2 Identifikasi Masalah

16
Dalam proses mengidentifikasi masalah di Puskesmas Upai Kota
Kotamobagu peserta magang menggunakan data sekunder yang ada di
Program TB Paru sebagia acuan untuk menentukan masalah kesehatan
yang akan di kaji dan dianalisis dan yang menjadi prioritas masalahnya
adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB.

3.3 Alternatif Pemecahan Masalah


Alternatif pemecahan masalah mengenai keterlambatan dalam
pengumpulan data. Di tentukan dengan menggunakan mentode analisis
Problem tree.

Jumlah Menghambat Derajat


Kematian kemajuan suatu kesehatan
meningkat Negara menurun

Kurangnya Pengetahuan Masyarakat


Mengenai TB Paru

Kurangnya Tidak
tenaga mengerti
khususnya tanda tanda
Masyarakat Tidak TB
belum terlalu mengerti
familiar tanda tanda
tentang TB TB

program TB

Masyarakat
menganggap TB
adalah penyakit
degenaratif

17
Gambar 1. Problem tree analysis

Berdasarkan akar penyebab masalah, alternatif pemecahan masalah mengenai


Kurangnya Pengetahuan Masyarakat Mengenai TB Paru.

1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar supaya memberikan pengetahuan


yang lebih tentang penyakit tersebut.
2. Memberikan pemahan bahwa penyakity TB itu penyakit menular bukan penyakit
degeneratif.
3. Menambah tenaga kerja khususnya di program TB Paru
4. Petugas sebaiknya datang mengujungi rumah-rumah pendeirta TB dan memeriksa
yang tinggal satu rumah dengan penderita agar supaya dapat menaggulanginya
dengan cepat.

3.4 Kontribusi bagi Instansi dan Peserta Magang


3.4.1 Bagi tempat Magang
1. Puskesmas Upai dapat memanfaatkan tenaga terdidik (mahasiswa
magang) dalam membantu penyelesaian tugas-tugas yang ada sesuai
kebutuhan di unit kerja masing-masing.
2. Puskesmas Upai turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas
pendidikan perguruan tinggi dalam menciptakan lulusan yang
berkualitas, terampil dan memiliki pengalaman kerja

3.4.2 Bagi mahasiswa


1. Mahasiswa mendapat pengalam dan keterampilan yang berhubungan
dengan bidang ilmu kesehatan masyarakat.
2. Mahasiswa mengetahui kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
3. Mahasiswa dapat memperkaya kajian dalam bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat terutama sesuia dengna bidang minat masing-masing.
4. mahasiswa mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/karya ilmiah.

18
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Definisi Surveilans


Suatu kegiatan perhatian yang terus menrus pada distribusi dan
kecenderungan penyakit melalui pengumpulan data, konsolidasi, evaluasi
laporan mortalitas dan morbiditas, dan data lain yang sesuia kemudian
disebarkan kepada mereka yang ingin tahu.
4.1.1 Surveilans Epidemiologi
Terjemahan dari epidemiologi surveilans ialah pekerjaan praktis yang
utama dari “ahli epidemiologi” perkembangan surveilans epidemiologi
dimulai dengan surveilans penyakit menular, yang meluas ke penyaki yang
tidak menular. Saat ini surveilans epidemiologi digunakan untuk menilai,
memonitor, mengawasi, dan dan merencanakan program-program
kesehatan pada umumnya.
4.1.2 Tujuan surveilans
a.Tujuan umum
1. Menilai status kesehatam masyarakat
2. Menentukan prioritas kesehatan masyarakat
3. Mengevaluasi program
4. Melksanakan riset
b. Tujuan khusus
1. Menganalisis keadaan penyakit yang ditelitinya. Jika dalam pengamatan
masih di dapat kasus baru, berarti keadaan penyakit belum dapat diatasi
2. Pekerjaan surveilans di hentikan bila dalam waktu dua kali masa tunas
tidak ditemukan lagi kasus tersebut (Rajab,2009)

4.2 Tuberculosis

19
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuma TB (Mycobacterium Tuberulosis). Sebagian besar kuma TB
menyerang paru-paru. Tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Kuman ini berbentuk batang. Mempunyai sifat khusus. Yaiut ntahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu,disebut pula sebagai basil
tahan asama (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembap.
Dalam jaringan, tubuh kuman ini dapat dorman atau tertidur lama selama
beberapa tahun.
Sumber penularan penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar
dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya. Melalui sistem peredaran darah,
saluran limpa, saluran napas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita di tentukan oleh banyaknya kuman
yangdikeluarkan dari paru-parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemriksaan dahak. Makin menular penyakit penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatigf (tidak terlihat kuman). Penderita tersebut
dianggao tidak menularkan penyakit
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Suryo,2010)

4.3 Penyebab Tuberculosis


TB disebabkan oleh Mycobacterium sp., bakteria Gram Positif, berbentuk
batang halus, mempunyai sifat tahan asam, dan aerobik. Ada tiga jenis
Mycobacterium yang sering menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia,
yakni mc.bovis pada sapi, anjing dan babi; Mc. Avium pada unggas, babi dan

20
domba; Mc. Tuberculosis pada manusia, satwa primate, sapi, anjing, babi, dan
burung family Psittacidae.
Disamping tiga penyebab yang disebut di atas, ada pula Mc. Marimum, Mc.
Fortuitum, Mc. Platipolcitis yang ditemukan pada ikan. Pada manusia, Mc.
Tuberculosis paling banyak ditemukan menimbulkan penyakit
(Soeharjono,2005).

4.4 Gejala
Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya di rasakan malam hari
disertai keringat malam.Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan danberat
badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah),
perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.
Agar bias mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-gejala
penyakit tuberculosis yang perlu anda ketahui
Gejala utama :
Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pecan atau lebih.
Gejala tambahan yang sering dijumpai :
a. Dahak bercampur darah atau batuk darah
b. Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
c. Demam atau meriang lebih dari sebulan
d. Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
e. Badan lemah dan lesu
f. Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan

4.5 Pengobatan
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik,
terutama di daerah paru-paru atau dada, lalu dapat meminta pemeriksaan
tambahan berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah,
juga tes tuberculin(mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan

21
jangka panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam
obat.
Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk
meminum obat dan control ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi
biasanya setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang
sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan control ke dokter.
Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena
sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBCtidak mempan pada
kuma TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan obat-obatan yang biasa
digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman TBC (resoisten). Akibatnya,
harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan “keras” hal ini harus
dihindari dengan pengobatan TBC sampai tuntas.
Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan
menibulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya
terjadi pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan dan pendengaran
terganggu, kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal dan
kemerahan kulit, rasa panas di kaki atau tangan, lemas, sampai mata atau kulit
kering.
Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul
pada dokter setiap kali control sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis,
mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium
jika diperlukan.
Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun
sebaikmya harus di atur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih
serius dan berbahaya.

4.6 Pencegahan
a. Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif
b. Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan
yang sehat, dan berolahraga.
c. Memberikan vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat).
Vaksin ini secara rutin diberikan padas emua balita.

22
d. Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati,
dapat kembali terkena penyakit yang sama TBC dan diobati, dapat
kembaliu terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan
menjaga kesehatan tubuhnya.

Tindakan pencegahan TBC paru-paru oleh penderita agar tidak menular:

Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi penderita TBC aktif tindakan yang
bias dilakukan adalah menjaga kuman (bakteri) dari diri sendiri. Hal ini
biasanya membutuhkan waktu lama sampai beberapa minggu untuk masa
pengobatan dengan obat TBC hingga penyakit TBC sudah tidak bersifat
menular lagi. Berikut ini adalah beberapa tips dan cara membantu menjaga
pencegahan TBC agar infeksi bakteri tidak menular kepada orang-orang di
sekitar anda baik itu teman atau keluarga di rumah.

1. Selama beberapa minggu menjalani pengobatan sebaiknya tidak beprgian


kemana pun baik itu sekolah, tidak melakukan aktifitas di tempat kerja
(ngantor), dan tidak tidur sekamar dengan orang lain meskipun keluarga
sendiri sebagai usaha pencegahan TBC agar tidak menular.
2. Sifat dari kuman (bakteri) TBC adalah memiliki kemampuan menyebar
lebih mudah di dalam ruangan yang tertutup di mna udara tidak bergerak.
Jika ventilasi ruangan untuk sirkulasi udara kurang, bukalah jendela dan
nyalakan kipas angina unutk meniupkan uddara dari dalam ke luar
ruanagan.
3. Selalu menggunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ketika
didiagnosa TBC. Hal ini merupakan langkah pencegahan TBC secara
efektif dan jangan membuang masker yang sudah tidak dipakai lagi pada
tempat yang tepat dan aman dari kemungkinan terjadinya penularan TBC
dilingkungan sekitar.
4. Jangan meludah di sembarangan tempat, meludah hendaknya pada wadah
atau tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan atau air sabun.
5. Menghindari udara dingin atau selalu mengusahakan agar pancaran sinar

23
matahari dan udara segar dapat masuk secukupnya ke ruangan tempat
tidur. Usahakan selalu menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama
di pagi dan di tempat yang tepat.
6. Tidak melakukan kebiasaan sharing penggunaan barangatau alat. Semua
barang yang digunakan penderita TBC harus terpisah dan tidak boleh
digunakan oleh orang lain baik itu teman bahkan anak, istri dan keluarga.
Perlu diingat dan diperhatiakan bahwa mereka yang sudah mengalami
terkena penyakit infeksi TBC dan menjadi penderita kemudian diobati
dan sembuh kemungkinan bias terserang infeksi kembali jika tidak
melakukan pencegahan TbC dan menjaga kesehatan tubuh.
7. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kadar karbohidrat
dan protein tinggi (andareto,2015)

24
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan magang yang telah dilaksanakan di Puskesmas Upai selama
kurang lebih dua minggu terhitung sejak tanggal 18 Januari s/d 4 Februari
2015, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat 32 kasus baru penderita TB Paru
BTA positif
2. Kekurangan tenaga kerja di program pemberatasan penyakit TB paru.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru

5.2 Saran
1. Diperlukan adanya tambahan tenaga kerja di bagian program
pemberantasan TB Paru.
2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit TB
Paru.
3. Melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk berperilaku bersih dan
sehat.
4. Pencatatan dan pelaporan TB paru masih menggunakan sistim manual
belum terkomputerisasi oleh sebab itu untuk mempermudah petugas
sebaiknya diberikan 1 unit computer , untuk program TB Paru agar supaya
lebih mudah untuk mengontrol pasien yang masih dalam pengobatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Andareto, O. 2015. Penyakit Menular di sekitar anda (begitu mudah menular dan
berbahaya, kenali, hindari, dan jauhi, jangan sampai tertular). Jakarta :
Pustaka Ilmu Semesta.
Azwar A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Anonim. 2015. Profil Puskesmas Upai. Kotamobagu : Puskesmas Upai.

Budioarto, anggaeni, D. 2003. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC.

Dotulong, J et al. 2015. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin Dan
Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit Tb Paru Di Desa Wori
Kecamatan Wori. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 3(2):57-65.
(Online) diakses dari pada 24 Januari 2016

FKM UNSRAT .2016. Panduan Magang Fakultas Kesehatan Masyarakat.


Manado.

Rajab, W. 2009. Buku ajar Epidemiologi Untuk mahasiswa Kebidanan. Jakarta.


EGC.

Soeharjono. 2005. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia Volume 2.


Yogyakarta : Kanisius.

Suryo, J.2010. Herbal Penyembuh gangguan sistem pernapasan. Yogyakarta : B


First (PT Bentang Pustaka).

Silo, W. 2015. Angka Kejadian Merokok Pada Pasien Tb Paru Yang Berobat Di
Poliklinik Dots Pada Bulan November 2014. Jurnal e-Clinic (eCl).
3(1):408-411.
(Online) diakses dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/
view/7396/6939  pada 24 Januari 2016

26
LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai