PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu (Aswar,2010)
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang semua
orang yang penyebabnya mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang
organ paru-paru. WHO memperkirakan sepertiga penduduk dunia terinfeksi
oleh Mycobacterium tuberculosis.Tuberkulosis paru merupakan penyebab
kematian ketiga terbesar di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit
saluran pernapasan, serta merupakan penyebab kematian nomor satu.
terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.
Global Tuberculosis Report tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi
kasus TB di Indonesia diperkirakan 506 orang per 100.000 penduduk. Angka
insiden diperkirakan 220 orang per 100.000 penduduk, dan angka mortalitas
sekitar 48 orang per 100.000 penduduk. Lima provinsi dengan TB paru
tertinggi adalah Jawa Barat, Papua, DKI Jakarta, Gorontalo, dan Papua Barat.
Untuk provinsi Sulawesi Utara, didapatkan prevalensi TB paru sebanyak 0,3%
(Riskesdas, 2013).
Determinan penyakit TB paru adalah kependudukan dan faktor lingkungan.
Kependudukan meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial
ekonomi. Sedangkan faktor lingkungan meliputi kepadatan hunian, lantai
rumah, ventilasi, pencahayaan, kelembaban.
Di Puskesmas Upai program Pemberantasan Penyakit TB Paru berjalan
cukup baik. Akan tetapi dalam rangka mencapai tujuan dan fungsinya dari
bidang pemberantasan penyakit TB Paru itu sendiri menemukan berbagai
kendala mulai dari tenaga kerja,sampai pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit TB Paru.
1
1.2 Tujuan Magang
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah mampu
dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di FKM Unsrat, serta memperoleh
gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab Sarjana Kesehatan
Masyarakat di instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta (Panduan
Magang, 2016).
2
4. Membuka peluang kerja bagi para lulusan untuk berkarir di instansi atau
unit kerja pemerintah maupun swasta (FKM Unsrat, 2016).
3
3. Mendapatkan masukan bagi pengembangan program.
4. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik
dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat (FKM Unsrat, 2016).
4
BAB II. GAMBARAN UMUM
5
kemampuan puskesmas, di puskesmas Upai program upaya pengembangan yang
dijalankan adalah :
6
Berbatasan dengan Desa Poopo wilayah kerja Puskesmas Passi Timur
Kabupaten Bolaang Mongondow.
2. Sebelah Selatan :
Berbatasan dengan Kelurahan Kotobangon, wilayah kerja Puskesmas
Kotobangon.
3. Sebelah Utara :
Berbatasan dengan Desa Pangian dan Desa Bilalang I, wilayah kerja
Puskesmas Bilalang dan Puskesmas Pangian
4. Sebelah Barat:
Berbatasan dengan Kelurahan Genggulang dan Kelurahan Gogagoman,
wilayah kerja Puskesmas Gogagoman dan Puskesmas Bilalang
2.1.5 Kependudukan
Berdasarkan data Pusdaktin dan data real puskesas upai, jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Upai tahun 2015 adalah 9.287 jiwa. Penyebaran
penduduk belum secara merata. Terlampir Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk,
Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur Menurut Desa / Kelurahan
Tahun 2015.
7
Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
JUMLAH MENURUT
LAKI-LAKI PEREMPUAN
2.1.6 Ketenagaan
Tabel 2. Jenis tenaga kerja yang ada di Puskmas Upai
No. Jenis Tenaga Jumlah Status
1. Magister Kesehatan Masyarakat 1 PNS
2. Dokter Umum 1 PNS
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 2 PNS
4. Perawat 17 14PNS/3 Sukarela
5. Bidan 8 4 PNS/ Honorer
6. D3 Farmasi 1 PNS
7. Perawat Gigi 2 PNS
8. Ahli Gizi 1 PNS
9. SMK 2 Honorer
8
10. Pekarya 1 PNS
11. Jumlah 38
Sumber Profil Puskesmas 2015
9
Total 4.759 100
10
2.1.8.4 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Kegiatan :
a. Penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi
b. Pemberian makanan tambahan dan vitamin
c. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi dan
kekurangan gizi mikro lainnya
d. Penanggulangan gizi lebih
e. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
11
e. Pembangunan sarana dan prasarana khusus pelayanan perawatan
anak balita.
f. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
2.2.1 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di bidang pemberantasan penyakit TB Paru hanya satu orang.
Dalam melaksanakan fungsinya staf di bidang pemberantasan penyakit TB
dibantu oleh staf-staf yang lain baik dari divisi pemberantasan penyakit
menular maupun dari pemegang-pemegang program yang lain.
12
petugas poliklinik umum mengarahkan pasien menuju ke petugas program
TB paru untuk memeriksakan sputum.
a. Sputum diambil sewaktu (datang pertama) pada pagi hari
b. Sputum diambil sewaktu ( datang kedua) pada pagi hari
b. Pengolahan Data
Pada tahap ini petugas program TB Paru mencatat semua pasien yang
datang memeriksakan sputum. Pasien BTA Positif dianjurkan untuk
melakukan pengobatan.
c. Analisis Data
Analisis data di lakukan secara deskriptif berdasarkan variabel orang,
tempat dan waktu sehingga di peroleh gambaran yang sistematis tentang
penyakit TB Paru.
13
Laki-laki 23 71,8
Perempuan 9 28,2
Total 32 100
Sumber Profil Puskesmas 2015
14
Tabel 8. Jumlah Pasien yang mmeriksakan TB Paru
NO Bulan Jumlah Suspek
1 Januari 42
2 Februari 44
3 Maret 34
4 April 32
5 Mei 32
6 Juni 30
7 Juli 11
8 Agustus 18
9 September 17
10 Oktober 18
11 November 19
12 Desember 37
Sumber: Profil Puskesmas 2015
d. Output
Hasil dari pengamatan ini sangat bermanfaat untuk mengadakan
pencegahan dan pengobatan bagi seluruh pasien. Dan hasilnya bisa di
laporkan ke Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu.
15
BAB III. HASIL KEGIATAN
16
Dalam proses mengidentifikasi masalah di Puskesmas Upai Kota
Kotamobagu peserta magang menggunakan data sekunder yang ada di
Program TB Paru sebagia acuan untuk menentukan masalah kesehatan
yang akan di kaji dan dianalisis dan yang menjadi prioritas masalahnya
adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB.
Kurangnya Tidak
tenaga mengerti
khususnya tanda tanda
Masyarakat Tidak TB
belum terlalu mengerti
familiar tanda tanda
tentang TB TB
program TB
Masyarakat
menganggap TB
adalah penyakit
degenaratif
17
Gambar 1. Problem tree analysis
18
BAB IV PEMBAHASAN
4.2 Tuberculosis
19
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuma TB (Mycobacterium Tuberulosis). Sebagian besar kuma TB
menyerang paru-paru. Tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Kuman ini berbentuk batang. Mempunyai sifat khusus. Yaiut ntahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu,disebut pula sebagai basil
tahan asama (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembap.
Dalam jaringan, tubuh kuman ini dapat dorman atau tertidur lama selama
beberapa tahun.
Sumber penularan penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara
pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar
dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya. Melalui sistem peredaran darah,
saluran limpa, saluran napas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita di tentukan oleh banyaknya kuman
yangdikeluarkan dari paru-parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemriksaan dahak. Makin menular penyakit penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatigf (tidak terlihat kuman). Penderita tersebut
dianggao tidak menularkan penyakit
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Suryo,2010)
20
domba; Mc. Tuberculosis pada manusia, satwa primate, sapi, anjing, babi, dan
burung family Psittacidae.
Disamping tiga penyebab yang disebut di atas, ada pula Mc. Marimum, Mc.
Fortuitum, Mc. Platipolcitis yang ditemukan pada ikan. Pada manusia, Mc.
Tuberculosis paling banyak ditemukan menimbulkan penyakit
(Soeharjono,2005).
4.4 Gejala
Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya di rasakan malam hari
disertai keringat malam.Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan danberat
badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah),
perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.
Agar bias mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-gejala
penyakit tuberculosis yang perlu anda ketahui
Gejala utama :
Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pecan atau lebih.
Gejala tambahan yang sering dijumpai :
a. Dahak bercampur darah atau batuk darah
b. Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
c. Demam atau meriang lebih dari sebulan
d. Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
e. Badan lemah dan lesu
f. Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
4.5 Pengobatan
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik,
terutama di daerah paru-paru atau dada, lalu dapat meminta pemeriksaan
tambahan berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah,
juga tes tuberculin(mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan
21
jangka panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam
obat.
Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk
meminum obat dan control ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi
biasanya setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang
sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan control ke dokter.
Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena
sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBCtidak mempan pada
kuma TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan obat-obatan yang biasa
digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman TBC (resoisten). Akibatnya,
harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan “keras” hal ini harus
dihindari dengan pengobatan TBC sampai tuntas.
Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan
menibulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya
terjadi pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan dan pendengaran
terganggu, kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal dan
kemerahan kulit, rasa panas di kaki atau tangan, lemas, sampai mata atau kulit
kering.
Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul
pada dokter setiap kali control sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis,
mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium
jika diperlukan.
Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun
sebaikmya harus di atur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih
serius dan berbahaya.
4.6 Pencegahan
a. Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif
b. Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan
yang sehat, dan berolahraga.
c. Memberikan vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat).
Vaksin ini secara rutin diberikan padas emua balita.
22
d. Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati,
dapat kembali terkena penyakit yang sama TBC dan diobati, dapat
kembaliu terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan
menjaga kesehatan tubuhnya.
Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi penderita TBC aktif tindakan yang
bias dilakukan adalah menjaga kuman (bakteri) dari diri sendiri. Hal ini
biasanya membutuhkan waktu lama sampai beberapa minggu untuk masa
pengobatan dengan obat TBC hingga penyakit TBC sudah tidak bersifat
menular lagi. Berikut ini adalah beberapa tips dan cara membantu menjaga
pencegahan TBC agar infeksi bakteri tidak menular kepada orang-orang di
sekitar anda baik itu teman atau keluarga di rumah.
23
matahari dan udara segar dapat masuk secukupnya ke ruangan tempat
tidur. Usahakan selalu menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama
di pagi dan di tempat yang tepat.
6. Tidak melakukan kebiasaan sharing penggunaan barangatau alat. Semua
barang yang digunakan penderita TBC harus terpisah dan tidak boleh
digunakan oleh orang lain baik itu teman bahkan anak, istri dan keluarga.
Perlu diingat dan diperhatiakan bahwa mereka yang sudah mengalami
terkena penyakit infeksi TBC dan menjadi penderita kemudian diobati
dan sembuh kemungkinan bias terserang infeksi kembali jika tidak
melakukan pencegahan TbC dan menjaga kesehatan tubuh.
7. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kadar karbohidrat
dan protein tinggi (andareto,2015)
24
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan magang yang telah dilaksanakan di Puskesmas Upai selama
kurang lebih dua minggu terhitung sejak tanggal 18 Januari s/d 4 Februari
2015, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat 32 kasus baru penderita TB Paru
BTA positif
2. Kekurangan tenaga kerja di program pemberatasan penyakit TB paru.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru
5.2 Saran
1. Diperlukan adanya tambahan tenaga kerja di bagian program
pemberantasan TB Paru.
2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit TB
Paru.
3. Melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk berperilaku bersih dan
sehat.
4. Pencatatan dan pelaporan TB paru masih menggunakan sistim manual
belum terkomputerisasi oleh sebab itu untuk mempermudah petugas
sebaiknya diberikan 1 unit computer , untuk program TB Paru agar supaya
lebih mudah untuk mengontrol pasien yang masih dalam pengobatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Andareto, O. 2015. Penyakit Menular di sekitar anda (begitu mudah menular dan
berbahaya, kenali, hindari, dan jauhi, jangan sampai tertular). Jakarta :
Pustaka Ilmu Semesta.
Azwar A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Dotulong, J et al. 2015. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin Dan
Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit Tb Paru Di Desa Wori
Kecamatan Wori. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 3(2):57-65.
(Online) diakses dari pada 24 Januari 2016
Silo, W. 2015. Angka Kejadian Merokok Pada Pasien Tb Paru Yang Berobat Di
Poliklinik Dots Pada Bulan November 2014. Jurnal e-Clinic (eCl).
3(1):408-411.
(Online) diakses dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/
view/7396/6939 pada 24 Januari 2016
26
LAMPIRAN
27