Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN

“PERSALINAN SPONTAN B (PREMATUR)”

Di Susun Oleh :

TRI AGUSTINA WULANDARI

(191210020)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Pada Pasien “Persalinan Spontan B (Prematur)” sesuai dengan


Praktik Keperawatan Maternitas di ruang Drupadi II di RSUD jombang disusun oleh :
Nama : Tri Agustina Wulandari
NIM : 191210020
Prodi : Diploma III Keperawatan
Sebagai syarat kebutuhan pemenuhan Tugas Praktik Keperawatan Maternitas
semester V Diploma III Keperawatan STIKES ICME Jombang.
Disetujui Pada :
Hari/ Tanggal :

Jombang, Desember 2021

Mahasiswa

(……………………………)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan/ CI

(….………..……………...) (……………………………….)

Kepala Ruangan

(…………………………..…….)
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya
kontraksi uterus yang teratus yang disertai pendataran dan atau dilatasi servix serta
turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu
(kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir ( Liva Maita 2016).
persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin
kurang dari 2500 gram.partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan
sebelum kehamilan 37 minggudari hari pertama menstruasi terakhir
Menurut Rukiyah (2015), partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan yaitu partus prematurus
Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda
tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan
berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram ( Liva Maita 2016).

2. Klasifikasi
Prematur Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi
beberapa, yaitu:
a. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
b. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur (very
preterm)
c. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur
(extremely preterm)
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:
a. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
b. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Sangat Rendah (BBLSR)
c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Ekstrim Rendah (BBLER) (Krisnadi, 2016)
3. Etiologi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan prematur. Kombinasi dari keadaan
obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya persalinan preterm. Tak jarang pula hanya risiko tunggal seperti
distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma. Banyak kasus
persalinan prematur sebagai akibat patogenik yang merupakan mediator biokimia
yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks,
yaitu:
a. Aktivasi aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) baik pada ibu maupun
janin, akibat strea pada ibu maupun janin
b. Inflamasi desidua korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari
traktus genitourinaria atau infeksi sistemik
c. Perdarahan desidua
d. Peregangan uterus patologik.

4. Faktor Resiko
menurut Nugroho (2015) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus
prematurus yaitu:
a. Faktor resiko mayor : Kehamilan multipel, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II
lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm,riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II,riwayat abortus pada trimester I lebih
dari 2 kali.
5. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani
jalur persalinan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini.
Empat jalur terpisah, yaitu stress,infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2015)
Enzim sitokinin dan prostagladin, ruptur membran, ketuban pecah,aliran
darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktivitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada
janin, menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjadilah
imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjadilah maturitas paru yang
menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada
kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan
mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat
kehamilan.
6. Pathway

Sosial ekonomi penyakit ibu anatomi genital faktor kebidanan faktor umur

Persalinan prematur resti cedera janin

Kontraksi uterus

Partus Viskositas pembuluh darah


Uterus
Resiko perdarahan
Metabolisme anaerob
Trauma jaringan laserasi Penimbulan asam laktat

Resiko infeksi Nyeri akut

Informasi tidak adekuat

Kesalahan interpretasi

Kurang pengetahuan

Ansietas
7. Manifestasi Klinis
Partus prematurus imenien ditandai dengan :
a. Kontraksi uterus dengan tanpa rasa sakit
b. Rasa berat dipanggul
c. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
d. Keluarnya cairan pervaginam
e. Nyeri panggul
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis.
Menurut Manuaba (2015), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda
klinik sebagai berikut:
a. Kontarksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam 1 jam
b. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan
sekitar 75-80% bahkan terjadi penipisan serviks.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultarasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500
gram)
b. Tes nitazin : Menentukan KPD
c. Jumlah sel darah putih : Jka mengalami peningkatan, maka itu menandakan
adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S)
mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik
d. Pemantauab elektronik : memfalidasi aktivitas uterus/status janin.

9. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan kehamilan prematur adalah menunda persalinan
dan mempersiapkan organ janin, terutama paru-paru, janin, sehingga janin dapat
lahir pada usia kehamilan dengan mendekati cukup bulan sehingga morbiditas
dan mortalitas janin dapat menurun.
Penatalaksanaan kehamilan prematur mengancam pada beberapa faktor
dimana persalinan tidak dapat dihambat bila kondisi selaput ketuban pecah,
pembukaan servik yang lebih dari 4 cm, usia kehamilan dengan tafsiran berat
janin > 2.000 gr atau kehamilan > 34 minggu, terjadi penyulit / komplikasi
persalinan prematur, terutama kurangnya fasilitas neonatal intensive care. oleh
karena itu perlu dilakukan mencegahan persalinan prematur dengan pemberian
tokolitik, pematangan surfaktan pada paru janin yaitu kortikosteroid serta
mencegah terjadinya infeksi.
Ada 2 prinsip penatalaksanaan persalinan prematur yaitu penundaan
persalinan dengan menghentikan kontraksi uterus atau persalinan berjalan terus
dan siap penanganan selanjutnya.
a. Tirai Baring
Kepentingan istirahat rebah disesuaikan kebutuhan ibu, namun secara statistik
tidak terbukti dapat mengurangi kejadian persalinan prematur
b. Hidrasi dan sedasi
Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah persalinan
preterm, karena sering terjadi hipovalemik pada ibu dengan kontraksi
prematur, walaupun mekanisme biologisnya belum jelas
c. Pemberian tokolitik Adapun tokolitik yang digunakan pada kasus dengan
persalinan prematur adalah:
1) Nifedipine
Nifedipine adalah antagonis kalsium, diberikan per oral. Dosis insial 20 mg,
dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan aktifitas uterus
sampai 48 jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi yang dapat terjadi
adalah sakit kepala dan hipotensi
2) COX (cyclo-oxygenase)-2-inhibitors
Indomethacine. Dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 mg peroral setiap 6 jam
untuk 8 kali pemberian.
3) Magnesium sulfat
Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yangdiberikan secara parenteral.
Dosis awal 4-6 gr IV diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram per jam
tergantung dari produksi urine dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik
berikan kalsium glukonas 1 gram secara IV perlahanlahan.
4) Beta2-sympathomimetics
Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa dipakai adalah
ritodrine, terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol dan hexoprenaline.
Dosis : 50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. Dimulai dengan 10 tetes
per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai kontraksi hilang.
Infus harus dilanjutkan 12-48 jam setelah kontraksi hilang. Selanjutnya
diberikan dosis pemeliharaan 1 tablet (10 mg) setiap 8 jam setelah makan.
5) Progesterone
Progesterone dapat mencegah persalinan prematur. Injeksi 1-
alphahydroxprogesterone caproate menurunkan persalinan prematur
berulang. Dosis 250 mg (1 mL) IM tiap minggu sampai 37 minggu atau
sampai persalinan. Pemberian dimulai 16-21 minggu kemudian.
(Cunningham, 2015)
6) Pemberian kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru janin, menurunkan insiden RDS, mencegah perdarahan intra
ventricular yang akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid
perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 3 minggu.
7) Pemberian antibiotik
Antibiotik hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi. Obat yang diberikan eritromisin 3 x 500 mg selama 3
hari

10. Komplikasi
Menurut Nugroho (2016), komplikasi partus prematurus imineans Yang
terjadi pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan
infeksi endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya
penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko
infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal,
necrotizing enterocolitis dan perdarahan intra ventikuler.
Menurut Benson (2016), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongetif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2015), prognosis yang dapat terjadi pada
persalinan prematuritas adalah :
a. Anoreksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
b. Gangguan respirasi
c. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
d. Perdarahan intracranial 5kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi
aterm
e. Cerebral palsy

11. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Biodata
Yang meliputi nama, Ttl, umur, alamat, pekerjaan dan pendidikan
2) Keluhan utama
Keluhan utama : Nyeri perut tembus ke belakang Tgl 13 Desember 2021
pada pukul 12 :00 malam hari
3) Riwayat kesehatan yang lalu
a) Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.
b) Tidak ada ketergantungan obat, alkohol dan rokok.
c) Ibu tidak pernah menderita penyakit yang serius dan harus dioperasi.
4) Riwayat kesehatan keluarga
a) Tidak ada riwayat penyakit menular.
b) Tidak ada riwayat DM, Hipertensi, jantung, asma.
5) Riwayat Reproduksi
a) Riwayat menstruasi
Ny. S : 22 tahun
Siklus : 28 – 30 hari
Durasi : 5 – 6 hari
Dismenorhoe : Tidak ada
6) Riwayat Ginekologi
Tidak pernah mengalami suatu kelainan.
7) Riwayat KB
Ibu tidak pernah pernah KB
8) Riwayat pemenuhan kebutuhan Dasar
a) Pola Nutrisi
1) Makan 3 kali sehari, porsi sedang, dan nafsu makan baik.
2) Minum 6 – 7 gelas sehari.
9) Pola Eliminasi
a) BAB : 1 kali sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak.
b) BAK : Kurang lebih 6 – 7 kali sehari, warna kuning, bau amoniak.
10) Pola Istirahat
a) Kebiasaan 1)
Tidur siang ± 1 – 2 jam sehari.
Tidur malam ± 7 – 8 jam sehari.
b) Saat hamil
Tidur siang ± 1 jam sehari.
Tidur malam ± 7 – 8 jam sehari.
11) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum ibu
2) Kesadaran
3) Tinggi badan
4) Berat badan sebelum hamil
5) Berat badan sekarang
6) Lingkar lengan atas
7) Tanda-tanda vital
b) Pemeriksaan khusus
1) Kepala Inspeksi : Rambut hitam bersih dan tidak rontok.
Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan.
2) Mata Inspeksi : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
3) Hidung Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip dan
peradangan. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
4) Telinga Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
5) Mulut dan gigi Inspeksi : Bibir lembab, tidak ada sariawan,
6) Leher Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar
limfe, dan vena jugularis. 76 g.
7) Dada Inspeksi : Payudara simetris kiri dan kanan, puting susu
terbentuk, hiperpigmentasi pada areola mammae
Palpasi : Colostrum ada saat areola dipencet, tidak ada massa dan
nyeri tekan.
8) Abdomen Inspeksi : agak menonjol
9) Ekstremitas atas/bawah Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, terpasang
infus RL 28 tts/menit pada tangan kanan, tidak ada varices.
Palpasi : Tidak ada oedema dan nyeri tekan. 77 Perkusi : Reflex
patella (+) kiri dan kanan.
10) Genitalia : Tidak ada varises, tidak ada oedema, nampak
pengeluaran lendir dan darah, terdapat nyeri di bekas luka jahitan

b. Dignosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agens cedera biologis
2) Resiko infeksi
c. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agens  Tingkat nyeri  Manajemen nyeri
cedera biologis Setelah dilakukan 1. Lakukan
tindakan pengkajian nyeri
keperawatan selama komprehensif
2x24 jam pasien yang meliputi
mampu men lokasi,
capai kriteria hasil : karatkteristik,
1. Nyeri yang onset/durasi,
dilaporan (3) frekuensi,
2. Panjangnya kualitas,
episode nyeri (3) intensitas atau
3. Ekspresi nyeri beratnya nyeri
wajah (3) 2. Ajarkan prinsip
4. Mengeluarkan – prinsip
keringat (3) manajemen
5. Ketegangan otot nyeri
(3) 3. Dorong pasien
6. Intoleransi untuk
makanan (3) memonitor
nyeri dan
menangani
nyeri dengan
tepat
4. Berikan
informasi
mengenai
nyeri, seperti
penyebab
nyeri, berapa
nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyama
nan akibat
prosedur
5. Gunakan
strategi
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri
6. Dukung
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk
membantu
penurunan
nyeri
7. Kolaborasi
dengan tim
medis

2 Resiko Infeksi  Keparahan  Kontrol infeksi


infeksi : baru lahir 1. Bersihkan
Setelah dilakukan lingkuingan
tindakan dengan baik
keperawatan selama setelah
2x24 jam pasien digunakan
mampu men untuk setiap
capai kriteria hasil : pasien
1. Ketidakstabilan 2. Ganti
suhu (4) peralatan pern
2. Hipotensi (4) pasien sesuai
3. Wajah pucat (3) protokol
4. Distensi institusi
abdomen (3) 3. Batasi jumlah
5. Gelisah (3) pengunjung
6. Peningkatan 4. Anjrkan
jumlah sel darah pasien
putih (3) mengenai
teknik cuci
tangan
dengan tepat
5. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
kegiatan
perawatan
pasien pakai
pakaian ganti
atau scort saat
menangani
bahan –bahn
yang
infeksius
6. Tingkatkan
intake nutrisi
yang tepat
7. Dorong
intake cairan
yang sesuai
8. Ajarkan
pasien dang
anggota
keluaraga
mengenai
bagaiman
menghindari
infeksi

d. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah sebuah tindakan atau proses gagasan yang sudah
disusun dengan begitu cermat dan detail. Implementasi ini umumnya tuntas
sesudah di anggap permanen.

e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah
sebuah kegiatan atau program dilaksanakan sesuai perencanaan dan berhasil
mencapai tujuan atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil
akhir dengan apa yang seharusnya dicapai.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam berharap
pasien ada perubahan dari pada sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Liva Maita. 2016. Faktor Ibu yang Mempengaruhi Persalinan Prematur di RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas. Vol. 2. No. 1. (diakses pada

tanggal 13 Desember 2021 jam 19:41WIB)

Dinas Kesehatan DI Yogyakarta. Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2017. (Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta, 2017).

Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Ketujuh. (Jakarta, YB-PSP, 2007).

7. Wagura, P. M. Prevalence and Factors Associated With Preterm Birth At

Kenyatta National Hospital. 2–9 (2018).

Kartikasari, R. I. Hubungan Paritas dengan Persalinan Preterm di RSUD Dr. Soegiri

Lamongan. Surya 01, 61–66 (2015). 9. Wahyuni, R. & Rohani, S. Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Persalinan Preterm. J. Ilmu Kesehat. 2, 61–68 (2017).

Buku Nanda Tahun 2015-2017

Buku NOC NIC Edisi Kelima dan Keenam

Anda mungkin juga menyukai