Anda di halaman 1dari 4

Materi Koneksi Antar Materi TK 1

Filosofi Pendidikan Indonesia


Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

Jer Basuki Mawa Bea Segala usaha untuk mencapai cita-cita dalam Pendidikan memerlukan
beaya berupa materi, waktu, tenaga.

Saat ini saya adalah salah satu mahasiswi PPG Prajabatan gelombang 1 tahun 2024 di LPTK
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Saya adalah seseorang yang sedang belajar untuk dapat
menjadi calon guru yang professional. Saya memilih menjadi guru karena saya ingin menjadi salah satu
individu yang ikut menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan menjadi guru yang
berpihak pada perserta didik. Seorang guru yang berpihak pada peserta didik adalah seorang pendidik
yang berdedikasi untuk memberikan pendidikan yang bermakna dan membantu peserta didik mencapai
potensi maksimal mereka. Strategi yang saya akan lakukan untuk membangun keterlibatan guru yang
berpihak pada peserta didik adalah, pertama memahami karakteristik dari setiap peserta didik sehingga
saya mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk mereka. Kedua, menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman bagi peserta didik. Ketiga, memberikan dukungan yang dibutuhkan,
dukungan ini dapat berupa waktu tambahan, sumber daya tambahan atau pendekatan pengajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Ketika memberikan dukungan kepada peserta didik guru
harus tetap bersikap adil dan konsisten, sehingga fase memberikan dukungan tambahan ini tidak akan
menjadi konflik yang tidak diinginkan dalam proses pembelajaran. Terakhir, agar saya dapat menjadi
guru yang berpihak pada peserta didik maka saya harus terus belajar dan berkembang.

Alasan saya mengikuti mata kuliah Filosofi Pendidikan Nasional yaitu karena saya ingin dapat memahami
tujuan dari mendidik, memahami alasan dasar seorang pendidik mengajar dan mengetahui apa yang
menurut saya akan memberikan pendidikan terbaik bagi peserta didik di dalam kelas. Langkah-langkah
konkrit yang akan saya jalankan yaitu berusaha dan belajar dengan giat serta bersungguh-sungguh
dalam mengikuti perkuliahan PPG yang didalamnya termasuk megikuti mata kuliah Filosofi Pendidikan.
Saya akan memaksimalan kesempatan yang sudah saya dapatkan agar saya memiliki kompetensi yang
bagus dan mempuni untuk menjadi seorang guru yang professional.

Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889, beliau memiliki nama asli Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat dan lahir serta besar di lingkungan keratin.

Bersama Douwes Dekker ( Dr. Danudirja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkosoemo beliau mendirikan
Indische Partij (Partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia). Indische Partij berdiri pada
tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan untuk emncapai Imdonesia Merdeka.

Pada tanggal 3 Juli 1922 berdirilah Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan NAsional
TAmansiswa. Dalam Pendidikan ini, sangat menekankan Pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta
didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang memperoleh kemerdekaan.
Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang
pertama. Nama Ki Hajar Dewantara tidak hanya dijadikan sebagai bapak Pendidikan yang tanggal
lahirnya dijadikan sebagai hari Pendidikan nasional pada 2 Mei tetapi juga ditetapkan menjadi Pahlawan
Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959, Pada Tanggal 28
November 1959.

Penghargaan lain yang diterima oleh beliau adalah gelar Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada
pada tahun 1957. Ki Hajar Dewantara meninggal pada 28 April 1959 dan dimakamkan di Yogyakarta.

Maka dari itu Ki Hajar Dewantara dalam pidatonya “wasita” Jilid 11 no. 1-2-Juli-Agustus 1930
menyampaikan tentang tiga fatwa Pendidikan yakni: 1) Tetep,antep,mantep, 2) Ngandel, kandel, kendel,
bandel,dan 3) Neng, ning, nung, nang.

Tri Pusat Pendidikan, yang mengatakan bahwa pendidikan yang diterima oleh peserta didik terjadi
dalam tiga ruang lingkup, yakni lingkungan keluarga, lingkungan perguruan dan lingkungan masyarakat.
Ketiga lingkungan tersebut memiliki pengaruh edukatif dalam pembentukan kepribadian peserta didik.

Sistem Among Sistem Among Ki Hadjar Dewantara merupakan metode yang sesuai untuk pendidikan
karena merupakan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care
and dedication based on love). Pendidikan sistem Among bersendikan pada dua hal yaitu: kodrat alam
sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan
kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak
hingga dapat hidup mandiri. Sistem Among sering dikaitkan dengan asas yang berbunyi: 1) Ing Ngarso
Sung Tuladha yang memiliki arti Di depan guru harus memberikan teladan seluruh aspek kehidupannya.
Hal ini, mencerminkan bahwa menjadi seorang guru harus bisa memberikan sebuah keteladanan dan
menjadi teladan. 2) Ing Madya Mangun Karsa Seorang guru harus bisa membangun semangat, motivasi,
dan gairah hidup untuk menuju masa depan yang lebih baik. Hal ini menjelaskan bahwa menjadi seorang
guru harus mampu memberikan dorongan serta motivasi bagi peserta didik untuk dapat
mengembangkan kemampuan dan potensi dirinya. 3) Tut Wuri Handayani seorang harus dapat
mengikuti dengan baik terhadap para murid yang telah menunjukkan sikap perilaku yang benar
(baik,jujur,cerdas).

MERDEKA BELAJAR

Di tengah keluhan publik terhadap sistem pendidikan di masa lalu, Mendikbudristek Nadiem Makarim
berusaha memberikan solusi dengan apa yang disebut program “Merdeka Belajar”.

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan belajar bagi rakyat
Indonesia menjadi dasar lahirnya konsep merdeka belajar.

Pada prinsipnya kurikulum pendidikan Merdeka Belajar itu bertujuan untuk membantu para guru
mengajar sesuai dengan kemampuan murid, sehingga menciptakan iklim belajar-mengajar yang
menyenangkan, bermakna, dan berdampak pada daya serap anak.
Harapan Mendikbudristek Nadiem Makarim adalah Platform Merdeka Belajar ini dapat mewujudkan
pembelajaran yang memerdekakan.

Program Merdeka Belajar yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir sejak pencanangannya
mendapat respons positif para pemangku pendidikan terutama masyarakat terkait.

Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia melakukan survei yang menunjukkan penilaian masyarakat
terhadap kinerja Kemendikbudristek Nadiem Makarim, termasuk program Merdeka Belajar. Sebanyak
42 persen responden dari survei itu menganggap Program Merdeka Belajar melalui salah satu
programnya KIP Kuliah Merdeka dinilai sangat bermanfaat.

Persentase 42 persen sudah cukup bagus karena belum empat tahun berjalan. Selain itu,
kemungkinan responden yang diambil tidak bersentuhan langsung dengan program Merdeka
Belajar.

Kurikulum Merdeka Belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang


beragam, di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Kurikulum ini dapat membantu guru untuk memilih berbagai perangkat ajar untuk menyesuaikan
kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka Belajar adalah mendukung kompetensi pendidikan.
Berdasarkan sumber Kemendikbudristek, karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka Belajar
meliputi:

Pertama, Kurikulum Merdeka Belajar lebih sederhana dan lebih adaptif pada muatan lokal.

Kedua, pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter. Memberi
waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.

Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai
dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan
lokal.

Keempat, guru mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik.

Walaupun di atas kertas banyak kelebihan, program ini tampaknya masih perlu diperbaiki agar
memasuki tahun kelima, semakin banyak manfaat yang dirasakan masyarakat.

Pendapat

Pendidikan di Indonesia sekarang sangat berbeda dengan pendidikan Indonesia di masa kolonial,
meskipun dua pandangan dan tiga semboyan dari Ki Hadjar Dewantara masih terus digunakan.
Bergantinya zaman, bergantinya kepemimpinan, tentu berpengaruh pula pada pergantian sistem
pendidikan yang digunakan. Pergantian sistem ini dilakukan sebagai upaya membawa pendidikan di
Indonesia menuju ke arah yang lebih baik. Meskipun dalam penerapannya masih banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki karena masih banyak pula dari teman-teman kita yang belum maksimal menikmati
pendidikan. Sebagai seorang calon guru yang saat ini sedang menempuh pendidikan professional
keguruan dan individu yang akan meneruskan gerakan transformasi pendidikan Ki Hadjar Dewantara,
pernyataan tersebut seharusnya dapat menjadi pengingat kita untuk benar-benar mengoptimalkan
pontensi yang kita miliki agar kedepannya kita juga dapat ikut memperbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia saat ini.

Refleksi

Berkaca dari pengalaman saya saat sekolah dan setelah mempelalari tentang perjalanan
pendidikan d Indonesia. Kini saya memahami bahwa saya termasuk dalam generasi yang
dibesarkan dan didik menjadi individu yang pasif, memaklumi sistem hukuman meskipun
kadang tidak sepadan dengan kesalahan yang diperbuat, dipaksa untuk memiliki kemampuan
belajar yang sama dengan individu lain, mampu menyelesaikan target belajar tanpa
memperhatkan pemahaman dan proses belajar siswa, dll. Pendapat ini saya sampaikan tentu
sesuai dengan keadaan atau situasi yang pernah saya alami. Contohnya pada saat saya SD,
saya merasa saat itu krikulum pembelajaran lebih menekankan keaktifan guru dan murid hanya
menerima apa yang diberikan oleh guru. Kurangnya penyesuaian pembelajaran dengan
kebutuhan ata kemampuan siswa, sehingga banyak anak-anak yang mengalami kesulitan
dalam proses belajar. Menyamaratakan kebutuhan dan kemampuan siswa sehingga
menghambat perkembangan kemampuan dari siswa tersebut, dan masih banyak lagi.
Mempelajari mata kuliah Filosofi Pendidikan dan memahami perjalanan pendidikan nasional
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman saya. Kini saya semakin paham dengan
perbedaan dari setiap individu terutama peserta didik, dengan memahami keberagaman
mereka secara tidak langsung juga memupuk keyakinan saya bahwa kelak saya harus dapat
menjadi seorang pendidik yang berpihak pada peserta didik dan mampu memerdekakan
mereka agar mampu mengoptimalkan perkembangan minat dan bakat mereka.
Pembelajaran harus memberi ruang keterlibatan siswa.
Tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan materi namun juga mendidik siswa.
Pendidikan berpihak pada anak dengan konsep “Merdeka Belajar” mereka diberikan kebebasan
mencari sumber pengetahan dan guru menjadi fasilitator

Anda mungkin juga menyukai