Anda di halaman 1dari 4

Ada program ini, kita akan belajar mengenai:

1. Tujuan Pendidikan
2. Konsep Merdeka Belajar
3. Pengembangan Diri Guru Merdeka Belajar
4. Kunci Pengembangan Guru Merdeka Belajar
Manfaat mengikuti program:

1. Mengenali miskonsepsi pendidikan sehingga peserta bisa berkembang menjadi Guru Merdeka
Belajar yang menjadi penggerak perubahan pembelajaran. 
2. Mengenali konsep pengembangan diri Guru Merdeka Belajar sehingga bisa melejitkan karier dan
sekaligus berkontribusi terhadap pendidikan 
3. Mendapat kesempatan dan pendampingan belajar lanjutan melalui program Kelas Merdeka
Belajar. 

tujuan kita sebagai pendidik untuk mengarahkan murid menjadi murid yang berprestasi? Apa
tujuan utama pendidikan? Bayangkan kita sedang menaiki kereta perjalanan jarak jauh. Penting
bagi kita sebagai pendidik untuk merefleksikan dan menetapkan apa tujuan utama pendidikan?

Posisikan diri sebagai murid 

Apa yang Anda rasakan sebagai murid?

Apa yang Anda pikirkan sebagai murid? 

Perilaku apa yang Anda tunjukkan sebagai murid?

Salah satu program andalan Kemendikbud-Ristek adalah program Merdeka Belajar. Konsep
Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Nadiem Makarim, tujuannya  baik, agar peserta didik
bahagia dalam menempuh pendidikan.
Para siswa diberi kebebasan untuk mengakses ilmu. Sumber ilmu bukan sebatas pada ruang
kelas, guru, tetapi bisa di luar kelas, di media online atau internet, perpustakaan, dan juga di
lingkungan sekitar. Guru tidak lagi menjadi sumber utama.

Dalam konteks ini, maka dibutuhkan kejelian guru untuk menterjemahkan konsep Merdeka
Belajar. Guru harus kreatif agar siswa bisa dibimbing dan diarahkan sesuai konsep merdeka
belajar.

Konsep merdeka belajar tidak lagi dibatasi oleh kurikulum, tetapi siswa dan guru harus kreatif,
untuk menggapai pengetahuan. Siswa benar-benar dilatih untuk mandiri.

Menurut Nadiem Makarim konsep “Merdeka Belajar” paling tepat digunakan sebagai filosofi
perubahan dari metode pembelajaran yang terjadi selama ini. Sebab dalam “Merdeka Belajar”
terdapat kemandirian dan kemerdekaan bagi lingkungan pendidikan menentukan sendiri cara
terbaik dalam proses pembelajaran. (Kompas.com).

Salah satu alasan, banyak sekolah (di daerah) masih melakukan ujian manual, karena anak-anak
belum terbiasa dengan komputerisasi. Hal ini disebabkan oleh dua alasan, pertama karena 
minimnya sarana prasarana, kedua Sumber Daya Manusia yang belum maksimal.

Konsep Ideal yang Penerapannya Belum Maksimal

Penerapan Merdeka Belajar, bukan tanpa hambatan. Ada beberapa kendala yang dihadapi di
daerah.

1. Merdeka Belajar belum maksimal diterapkan karena masalah Sumber Daya Manusia, (SDM).
Program Merdeka Belajar menuntut kreativitas guru. Kenyataannya guru–guru di pedalaman
masih minim kreativitas. Bila pendidik tidak kreatif untuk membimbing siswa maka, penerapan
Merdeka Belajar memang ideal untuk zaman sekarang, tapi kenyataannya menjadi sulit untuk
diterapkan.
2. Mentalitas siswa dan guru. Persoalan yang dihadapi sekarang masalah mental anak. Masih
banyak siswa dan guru yang harap gampang, minimnya keinginan untuk berjuang. Pengalaman
di daerah menunjukkan demikian.

Masih banyak tokoh kunci seperti guru atau murid yang harap gampang. Belum lagi akses
informasi yang terbatas, semakin menambah buram potret pendidikan di tanah air.

Dalam ajaran Ki Hadjar Dewantara, kemerdekaan dalam pendidikan berarti :

(a) tidak hidup terperintah;

(b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri;

(c) cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Tidak hidup terperintah berarti seseorang bisa
menentukan sendiri arah tujuannya, memerintah diri sendiri. Poin kedua menekankan pada
kemandirian seseorang, mencapai tujuan dengan daya upaya sendiri. Poin ketiga menekankan
pada keterampilan mengatur hidup secara tertib.

Ki Hajar Dewantara menjelaskan tujuan pendidikan dalam bukunya Pemikiran, Konsepsi,


Keteladanan, Sikap Merdeka seri Pendidikan, beliau menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya)
hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam
memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya
dalam belajar

Meski gagasan Ki Hajar Dewantara telah dikenal lama namun jarang sekali diajarkan di dunia
pendidikan Indonesia. Pada tahun 2007, Bagus Takwin menuliskan kajian gagasan Ki Hajar
Dewantara dengan konstruktivisme (bit.ly/bagustakwinKHD). Pada tahun 2016 tema Merdeka
Belajar diangkat dalam Temu Pendidik Nusantara oleh Komunitas Guru Belajar dan Kampus
Guru Cikal yang juga menerbitkan buku Merdeka Belajar di Ruang Kelas
(bit.ly/bukumerdekabelajar).  YB Mangunwijaya juga menuliskan gagasan tentang merdeka
belajar dalam buku Sekolah Merdeka, Pendidikan Pemerdekaan. 

Penting merawat kemerdekaan dalam pendidikan sebagai buah pikiran Ki Hadjar. Namun jauh
lebih penting adalah merawat tradisi berdialektika yang diteladankan. Bila bercita-cita menjadi
dan terus menjadi negara merdeka, maka kemerdekaan hendaknya tumbuh berkembang sejak di
kelas. Artinya, penting untuk kita sebagai pendidik memahami bagaimana menumbuhkan
merdeka di kelas.  

Guru Merdeka Belajar adalah guru yang senantiasa berefleksi untuk menyesuaikan pemikiran untuk
menyesuaikan pemikiran dan perbuatannya terhadap perubahan dalam upaya mencapai tujuan

Anda mungkin juga menyukai