Anda di halaman 1dari 2

Kurikulum Merdeka: Merdeka Mengajar, Merdeka Belajar

untuk Indosesia yang Lebih Baik

Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia dalam
pidatonya pada hari guru nasional tahun 2019 menekankan kepada seluruh guru bahwa perubahan
pendidikan mesti dimulai dari ruang ruang kelas. Perubahan yang bergerak bawah menurut mas
menteri lebih dapat menciptakan pondasi kokoh dalam transformasi perndidikan Indonesia. Target dari
transformasi ini adalah terwujudnya kemerdekaan belajar yang pada akhirnya diharapkan dapat
menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia dengan karakter Profil Pelajar
Pancasila.
Untuk mewujudkan target SDM Unggul Indonesia ini, Kemendikbud kemudian meluncurkan
program merdeka belajar yang terdiri dari beberapa episode. Salah satu episode dari porgram merdeka
belajar adalah pengembangan kurikulum baru yang diberi nama kurikulum merdeka. Kemdikbud
menjelaskan bahwa kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
beragam, di mana konten akan lebih optimal agar murid memiliki cukup waktu untuk mendalami
konsep dan menguatkan kompetensi.
Lalu kenapa istilah “merdeka” dimunculkan kembali dalam dunia pendidikan Indonesia?
Apakah pendidikan yang selama yang selama ini kita lakukan belum merdeka? Siapa yang diharapkan
merdeka dalam pendidikan? Banyak pertanyaan muncul dibenak kita ketika program merdeka belajar
dengan kurikulum merdekanya diluncurkan.
Jawabannya, memang benar istilah “merdeka” muncul karena penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia selama ini dianggap belum seutuhnya memerdekakan pelaku yang terlibat, terutama guru
dan murid sebagai pelaku utama. Kenapa anggapan ini muncul? Karena kurikulum yang dipakai
sebelumnya, tidak memberikan ruang gerak yang bebas bagi guru dalam merancang proses
pembelajaran sehingga semua kebutuhan murid yang bervariasi belum dapat terpenuhi. Ruang gerak
guru menjadi terbatas karena isi kurikulum tidak memberikan pilihan hal-hal yang akan diajarkan
kepada murid. Begitu pula dengan murid, proses pembelajaran yang mereka lalui tidak memberikan
banyak peluang bagi mereka untuk memilih kegiatan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Artinya, saat guru belum merdeka mengajar, dapat dipastikan, peserta didiknya juga belum merdeka
belajar. Jadi agar dapat mewujudkan merdeka belajar, penting bagi guru memikirkan strategi yang
akan dikembangkan sehingga dapat memberikan ruang bagi murid untuk bereksplorasi seluas-luasnya.
Guru perlu terus belajar agar dapat memikirkan cara-cara kreatif sehingga membuat proses
pembelajaran yang berlangsung di ruang ruang kelas menjadi berpihak pada murid. Guru mesti
terbebas dari sistem yang mengekang, bebas dari segala ikatan, seperti yang pernah dilontarkan oleh
Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantanta “Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati
mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba kepada sang anak.”
Berikut ini adalah kiat-kiat yang dapat dilakukan guru merdeka dalam menciptakan strategi
pembelajaran yang berpihak pada murid dan menjawab kebutuhan masing masing murid.
1. Berniatlah untuk Ikhlas
Menjadi seorang guru mesti kembali kepada satu kata, “ikhlas”. Nadiem pernah berkata
bahwa perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidaknyamanan. Jadi agar guru dapat
berubah dan bekerja dalam tantangan baru yang mungkin membuat ia ketidaknyamanan butuh niat
yang kuat. Niat untuk menjadi guru yang ikhlas berubah demi murid dan yakin Tuhan menghargai
setiap usaha guru untuk muridnya.
2. Guru Pembelajar Sepanjang Hayat
Kurikulum merdeka adalah kurikulum baru, maka semua guru perlu belajar untuk
mempersiapkan diri. Tidak mudah menyiapkan strategi pembelajaran yang dapat memenuhi
kebutuhan masing masing murid yang jelas berbeda. Mesti ada kreatifitas dan inovasi dalam
pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Untuk dapat
meyiapkan itu semua guru mesti belajar, baik secara mandiri maupun dengan cara berkolaborasi
serta belajar dari pengalaman rekan guru lainnya.
3. Kolaborasi
Ide bersama, biasanya lebih baik dari pada ide sendiri, karena bersama bisa saling melengkapi.
Untuk menjawab tantangan dari kurikulum baru maka kolaborasi dari antar sesama warga sekolah
sangat dibutuhkan, baik itu antar sesama guru, maupun guru dengan pihak pengambil keputusan
disekolah seperti unsur pimpinan dan komite sekolah. Berkolaborasi akan memunculkan ide
berkreasi dan berinovasi lebih banyak, jadi guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan
berkolaborasi dengan guru lainnya.
4. Terbukalah dan lakukan refleksi
Menjadi pribadi yang terbuka, dan siap mendengarkan keluhan dari murid melalui kegiatan
refleksi sangat dibutuhkan dalam merdeka belajar. Guru dan murid diawal pembelajaran
disarankan untuk membuat kesepakatan, sebagai aturan yang akan ditaati bersama. Untuk
membangun kesepakatan, maka profil guru sangat menentukan. Sikap rendah hati guru akan
membantu murid lebih terbuka menyampaikan apa yang mereka rasakan. Proses refleksi juga akan
menjadikan guru banyak belajar dari murid mereka mengenai kelebihan maupun kekurangan yang
dimiliki guru. Jadi guru merdeka adalah guru yang berani mendengarkan murid, belajar dari murid
dan berbuat untuk murid
5. Kenali murid, kerjasama dengan guru BK
Menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid artinya pembelajaran disesuaikan
dengan profil dan kebutuhan masing masing murid. Langkah awal sebelum dapat merancang
pembelajara adalah kenali dulu karakteristik masing masing murid dengan melakukan assesmen
diagnosis awal baik kognitif maupun non kognitif. Dalam rangka mengenali karateristik murid ini,
guru juga dapat bekerja sama dengan guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah, karena
biasanya guru BK punya data mengenai karakteristik murid seperti gaya belajar, kemampuan
numerasi dan numerasi serta hal spesifik lainnya
6. Manfaatkan sumber belajar beragam
Merancang pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, tentunya akan melibatkan lebih
banyak sumber belajar. Setelah guru belajar berbagai hal yang mendukung kemampuannya sebagai
guru, maka guru perlu juga mengenali lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar untuk
dijadikan sumber inspirasi, sumber belajar dan juga tempat alternatif menyelenggarakan proses
pembelajaran yang kreatif.
7. Pembelajaran Berdifferensiasi dan Berbasis Projek
Pembelajaran berdiferensiasi dituangkan dalam bentuk sejumlah strategi berbeda yang dibuat
oleh guru yang didasarkan pada kepada kebutuhan murid. Perbedaan dapat di lakukan guru pada
tiga aspek yaitu, isi, proses dan produk pembelajaran. Kiat 1 hingga 6 sejatinya berguna bagi guru
dalam mengimplementasikan pembelajaran yang berdifferensiasi. Dalam pembelajaran
berdifferensiasi guru dan siswa berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama.
8. Pembelajaran Berbasis Projec
Kurikulum Merdeka menekankan juga agar guru melaksanakan pembelajaran berbasis projek.
Model ini cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan murid yang bervariasi sekaligus diharapkan
dapat membantu dalam pembentukan karakter Profil Pelajar Pancasila/
Ditahap awal, mungkin seorang guru masih tertatih-tatih dalam mengimplementasikan
kurikulum merdeka dengan setiap aspek perubahannya. Guru masih perlu untuk belajar banyak,
termasuk lewat pengalaman. Namun melalui merdeka belajar bangsa ini menaruh harapan besar
kepada generasi muda untuk bangkit menjadi bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera. Guru
memegang peran penting sebagai ujung tombak perubahan untuk transformasi pendidikan dan
kemajuan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai