Anda di halaman 1dari 10

UPAYA PEMERINTAH DAERAH UNTUK MENINGKATKAN CAKUPAN

DESA ODF (OPEN DEFICATION FREE) DI KABUPATEN MUARO JAMBI,


SUMEDANG DAN LOMBOK BARAT
Efforts of Local Governments to Increase
(Open Defication Free) ODF Village Coverage in Muaro Jambi,
Sumedang and West Lombok Regencies

Mugeni Sugiharto1 dan Nurhayati2


Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan1,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan
Badan Litbang Kesehatan2
Email:1 mugeni_p3skk@yahoo.com dan 2nurhayati.litbangkes@gmail.com

Naskah masuk: 12 November 2018 Perbaikan: 12 Desember 2018 Layak terbit: 7 Januari 2019
http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v22i1.855

ABSTRAK
Program Stop Buang Air Besar Sembarangan dapat mewujudkan lingkungan sehat dan mencegah penyakit diare. Program
tersebut sudah dilaksanakan sejak tahun 2008, tetapi belum mengubah secara total tingkah laku masyarakat buang air besar
sembarangan di sungai dan tempat terbuka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan cakupan stop
buang air besar sembarangan dan upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan cakupan desa ODF. Jenis
penelitian semi kuantitatif, yang dianalisis secara deskriptif dan wawancara mendalam dianalisis dengan metode reduksi.
Lokasi penelitian di Kabupaten Muaro Jambi, Sumedang dan Lombok Barat, tahun 2016. Desa ODF meningkat, karena ada
dukungan pemerintah dan peran serta masyarakat melalui natural leader. Inovasi untuk mewujudkan desa ODF diantaranya
menerbitkan regulasi, pemberian hadiah, kerja sama dengan LSM dan pengusaha lokal membuat toko sanitasi dan koperasi
simpan pinjam sanitasi, dan memberikan sangsi bagi masyarakat yang melanggar kesepakatan stop buang air besar.
Upaya fasilitator membuat kegiatan inovatif telah mendapatkan dukungan pemerintah daerah, sehingga mempercepat
peningkatan cakupan desa ODF di setiap kecamatan. Fasilitator dan peran serta masyarakat sangat penting dalam
mewujudkan desa ODF.

Kata kunci: buang air besar, ODF, sanitasi

ABSTRACT
An Open Defecation Free program can create a healthy environment and prevent diarrheal diseases. The program
has been implemented since 2008, but has not totally changed the practice of people defecating carelessly in rivers and
open spaces. This study aims to know progress of open defecation free coverage and efforts by local governments to
increase the coverage of ODF villages. This type of semi-quantitative research, which was analyzed descriptively and
indepth interview was analyzed by the reduction method. Study locations are in Muaro Jambi District, Sumedang and West
Lombok, 2016. ODF village has increased, because there is government support and community participation through
natural leaders. Innovations to realize ODF villages include issuing regulations, giving prizes, collaborating with NGOs
and local entrepreneurs to create sanitation shops and sanitation savings and loan cooperatives, and providing sanctions
for people who violate open defecation free agreements.

Korespondensi:
Mugeni Sugiharto
Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Badan Litbangkes Kemenkes RI
Email: mugeni_p3skk@yahoo.com

62
Upaya Pemerintah Daerah untuk Meningkatkan Cakupan Desa ODF (Mugeni Sugiharto dan Nurhayati)

The efforts of facilitators to make innovative activities have received support from the local government, thus accelerating
the increase the coverage of ODF villages in each sub-district. Facilitators and community participation are very inportant
in realizing ODF villages.

Keywords: defecation, Open Defecation Free / ODF, sanitation

PENDAHULUAN air besar sesuai kesehatan (di jamban/kakus), namun


tingkah laku buruk masyarakat di pedesaan masih
Penyakit diare merupakan jenis penyakit menular
tetap buang air besar sembarangan. Akibatnya air
yang berbahaya dan cenderung menjadi kejadian
dan tanah menjadi tercemar oleh mikroorganisma
luar biasa (KLB), sehingga diperlukan manajemen
dan parasit dari tinja manusia, yang menyebabkan
pengendalian penyakit yang berbasis kewilayahan
diare dan disentri di India. Perbandingannya sakit
(Hamzah Hasyim. 2008). Sejalan dengan itu
diare antara penduduk yang tinggal di lingkungan
pemerintah melalui Permenkes No.852/2008 tentang
penduduknya masih BABS dengan non BABS di India
sanitasi total berbasis masyarakat melaksanakan
adalah sebanyak 75 persen penduduk terkena diare
program unggulan mengatasi penyakit diare berbasis
dan dysentry sebanyak 15,9 persen pada penduduk
kewilayahan yaitu program Stop Buang Air Besar
desa yang BABS, sementara hanya 23 persen diare
Sembarangan (SBS) atau open defecation free
dan desentri 2,72 persen terjadi pada penduduk non
(ODF) di seluruh provinsi. Program SBS didasari
BABS. (Chakma et al. 2008).
adanya kasus diare yang tinggi pada tahun 2006
Penduduk yang mengonsumsi air tercemar,
mencapai 423 per seribu penduduk yang terjadi di
menimbulkan sakit diare pada anak balita hingga
16 provinsi, hingga pemerintah saat itu menetapkan
38,8 persen. Menurut WHO akibat penduduk
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Selain itu adanya
mengonsumsi air tercemar menyebabkan 600
hasil temuan WHO (World Health Organization) pada
juta anak di dunia yang terkena diare setiap tahun
tahun 2007, bahwa dengan melakukan perbaikan
dan yang meninggal mencapai 4 juta. (Rajgire.
sanitasi dasar telah mampu menurunkan 35% kasus
2013). Di Indonesia akibat tingkah laku BABS
diare. Pelaksanaan program SBS diawali dengan
mengakibatkan kejadian diare pada anak-anak saat
penetapan Kabupaten Muoro Jambi Provinsi Jambi
ini masih tinggi dan menjadi salah satu penyebab
dan Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat
kematian anak hingga mencapai 15-34% pertahun
sebagai kabupaten percontohan (pilot project).
(Pratama.2013).
Pentingnya perbaikan sanitasi dasar di tiap
Tingkah laku BABS di Indonesia belum
wilayah melalui tingkah laku sehat, seperti BAB di
sepenuhnya hilang, meski kebijakan pemerintah
jamban/kakus, adalah untuk mencegah pencemaran
terkait program SBS sudah diimplementasikan sejak
air dan tanah dari mikroba penyebab diare. Menurut
tahun 2008 di semua provinsi. Masyarakat yang
Hamzah B et al. (2012), bahwa masih adanya tingkah
BAB di jamban menurut hasil Riskesdas 2013 baru
laku tidak sehat seperti rendahnya penggunaan
mencapai 76,2%, sementara 12,9 % masih BABS.
jamban untuk BAB di masyarakat dapat memicu
Jika dilihat berdasarkan kabupaten, maka tingkah
kasus kejadian diare pada balita. Menurut Ni’mah,
laku BABS tertinggi terjadi di Kabupaten Lombok
2007 dalam Numlil KR, dkk (2012) diare masih
Barat di NTB sebesar 37,43%. Bahkan kasus BABS
menjadi 10 besar penyakit di Indonesia dan menurut
juga masih terjadi di daerah pilot project yaitu di
Djaja Sarimawar; Soeharsono (2013) dalam Mugeni
Kabupaten Muaro Jambi di Provinsi Jambi sebesar
S dan Rika S Oktami (2018), bahwa penyakit
30,65% dan Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa
diare merupakan jenis penyakit menular yang
Barat sebesar 17,26% (Kemenkes RI; Balitbangkes.
dapat ditularkan melalui air tercemar dan menjadi
2013).
penyebab kematian, khususnya pada neonatal, bayi
Kabupaten Lombok Barat termasuk daerah
dan balita.
dengan tinggi kasus BABS, sedangkan Kabupaten
Kebijakan pemerintah untuk mencegah tingkah
Muaro Jambi dan Kabupaten Sumedang sebagai
laku BABS menuju buang air besar di suatu tempat
kabupaten percontohan SBS sejak tahun 2008, juga
(jamban/kakus) tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi
masih ada masyarakat yang BABS. Atas dasar itu,
juga di Negara berkembang lain seperti India. Hasil
maka perlu dilakukan penelitian di daerah tersebut,
penelitian Diane Coffey et al. (2014) di India, bahwa
dengan pertanyaan penelitian adalah bagaimana
meski pemerintah sudah membuat kebijakan buang

63
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 62–71

hasil pelaksanaan kebijakan stop buang air besar banyak penduduk yang BABS dan di Kabupaten
sembarangan (SBS) atau open defecation free Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat, dipilih
(ODF) di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten karena sebagai kabupaten tertinggi tingkah laku
Muaro Jambi, Kabupaten Sumedang dan bagaimana BABS. Penelitian di lakukan pada tahun 2016.
upaya pemerintah untuk meningkatkan cakupan SBS
dan desa ODF. Tujuan penelitian ini adalah untuk
HASIL
mengetahui perkembangan cakupan stop buang
air besar sembarangan dan upaya yang dilakukan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
pemerintah daerah untuk meningkatkan cakupan mempunyai 11 kecamatan yang terdiri dari 155 desa
SBS dan desa ODF. dan 22 Puskesmas, Kabupaten Sumedang Provinsi
Jawa Barat mempunyai 26 kecamatan yang terdiri
dari 234 desa dan 27 Puskesmas, Kabupaten Lombok
METODE
Barat Provinsi NTB mempunyai 10 kecamatan yang
Penelitian ini merupakan jenis penelitian semi terdiri dari 120 desa dan 19 Puskesmas.
kuantitatif, karena menggunakan data sekunder dari Menurut laporan Kepala Seksi Kesehatan
evaluasi dan monitoring perkembangan kemajuan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro
SBS mulai tahun 2012–2016 dan disertai dengan Jambi Provinsi Jambi, Kabupaten Sumedang Provinsi
wawancara kepada informan penanggung jawab Jawa Barat dan Kabupaten Lombok Barat Provinsi
program ODF yang dianalisis dengan metode reduksi NTB, bahwa upaya untuk mencegah terjadinya BABS
yaitu memilih informasi hasil wawancara yang sesuai sudah dilakukan, namun tidak semua masyarakat
dengan permasalahan. mampu memiliki jamban, sehingga sampai tahun
Terdapat 2 cakupan dalam penelitian ini yaitu 2016 kasus BABS masih ada. Laporan Kepala Seksi
cakupan SBS dan cakupan desa ODF. Cakupan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten
tingkah laku stop buang air besar (SBS) adalah Muaro Jambi terkait perkembangan cakupan
cakupan yang didasarkan pada tingkah laku individu SBS sejak tahun 2012-2016 dapat dilihat pada
SBS di wilayah kerja puskesmas, sedangkan cakupan Gambar 1.
desa ODF adalah cakupan yang didasarkan pada Perkembangan BABS di Kabupaten Muaro Jambi
tingkah laku seluruh penduduk di desa tersebut sudah sejak tahun 2012-2016, menunjukkan kemajuan
buang air besar di jamban/kakus sesuai kesehatan yaitu terjadi penurunan. Sejak tahun 2013 terjadi
yang dinyatakan oleh Dinas Kesehatan setempat. penurunan mencapai 30,65 % dan pada tahun
Lokasi penelitian di Kabupaten Muaro Jambi 2016 sebesar 21,93 % dari 97.315 Kepala Keluarga
Provinsi Jambi, di Kabupaten Sumedang Provinsi (KK), sebaliknya SBS mengalami peningkatan
Jawa Barat dipilih, karena pernah sebagai pilot tahun 2012 mencapai 69,35% dan pada tahun 2016
project desa ODF sejak tahun 2008, tetapi masih menjadi 78,07%. Perbaikan SBS menurut informan,

Data Sekunder: Laporan monitoring STBM KabupatenMuaro Jambi 2012-2016

Gambar 1. Perkembangan cakupan SBS di Kabupaten Muaro Jambi, Tahun 2012-2016

64
Upaya Pemerintah Daerah untuk Meningkatkan Cakupan Desa ODF (Mugeni Sugiharto dan Nurhayati)

45
40
35 10

30 12
5
25 10
13
14 17

6
20 10
7 10
9 2 0
7 8 2
15
4 2
3 2
2
10 20
18 17
15 15 16
12
5 11 10 10 11

0
Sungai Jambi bahar Kumpeh Bahar Taman Sungai Maro sebo Mestong Sekernan Kumpeh
Gelam Luar Kota Utara Ulu Selatan rajo Bahar
Jumlah desa/kel Desa ODF Non desa ODF

Data Sekunder: Laporan monitoring STBM Kabupaten Muaro Jambi 2016

Gambar 2. Desa ODF menurut kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi, Tahun 2016

menunjukkan adanya kesadaran masyarakat buang dari Dinkes Kabupaten Muaro Jambi, internet
air besar di jamban, tetapi belum merata di setiap dan buku-buku. Kegiatan STBM berjalan karena
desa. Akibatnya tidak semua desa di kecamatan inklud dalam tugas Subbid Kesling dan penyehatan
tersebut dapat mencapai desa ODF, karena syarat lingkungan”(Ar.40 th)
desa ODF harus semua penduduk desa sudah SBS
Perbedaan cakupan SBS dan desa ODF adalah
atau buang air besar di jamban/kakus. Cakupan desa
menurut informan:
ODF di Kabupaten Muaro Jambi baru mencapai
27,74 % dari 155 desa yang ada. Data capaian desa “Data desa ODF diperoleh dari tim verifikasi yang
ODF di Kabupaten Muaro Jambi menurut kecamatan melibatkan banyak pihak di antaranya Dinas Kesehatan
hingga tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 2. kabupaten, Provinsi, Pemda Kabupaten (instansi PU,
Dari 155 desa/kelurahan di 11 kecamatan di Bappeda, Kesejahteraan Rakyat/ Departemen Sosial)
Kabupaten Muaro Jambi, baru pada tahun 2010 dan kecamatan hingga kelurahan. Desa dinyatakan
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Muaro Jambi ODF jika desa tersebut sudah mendeklarasikan
melaporkan pertama kali adanya 1 desa ODF. sebagai desa ODF di depan masyarakat, verifikator,
Setiap kecamatan sudah ada desa ODF, terbanyak juga pejabat pemda, bahkan hingga Bupati.
di Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kecamatan Sementara data capaian SBS berasal dari laporan
Sungai Gelam masing-masing 10 desa ODF. rutin puskesmas . (Ar.40 tahun.)
Pelaksanaan program desa ODF di Kabupaten Berdasarkan pernyataan tersebut, bahwa
Muaro Jambi Provinsi Jambi, dilakukan oleh Subbid cakupan desa ODF mengikuti Permenkes No.3 Tahun
Kesehatan Lingkungan (Kesling), karena belum 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
ada yang memperoleh pelatihan fasilitator ODF. bahwa desa ODF adalah seluruh masyarakat di desa
Berikut pernyataan informan Dinkes Kabupaten tersebut sudah melaksanakan tingkah laku BAB di
Muaro Jambi: jamban/kakus, berdasarkan hasil evaluasi Dinas
“Belum ada fasilitator yang melaksanakan program Kesehatan bersama tim verifikasi desa ODF yang
ODF di Dinas Kesehatan dan seluruh Puskesmas terdiri dari Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum,
belum ada, karena belum ada sertifikat yang Bappeda, dan Departemen Sosial. Sementara
menyatakan sebagai fasilitator. Informasi desa ODF cakupan SBS adalah data yang didasarkan laporan
diperoleh dari sosialisasi STBM tingkat provinsi rutin puskesmas terhadap seluruh penduduk yang
dan pertemuan STBM tingkat nasional, sedangkan berperilaku BABS dan Non BABS di wilayah kerja
petugas kesling Puskesmas dapat informasi STBM puskesmas tersebut dan tidak berdasarkan desa.

65
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 62–71

Upaya inovasi untuk meningkatkan cakupan desa untuk memberikan punishment/ hukuman kepada
ODF yang dilakukan Dinkes Kabupaten Muaro Jambi, masyarakat yang mencoba BABS di sungai atau
menurut informan sebagai berikut ini: di tanah. Hukumannya seperti mengetepel pelaku
BABS atau menghancurkan/menghanyutkan jamban
“Upaya untuk percepatan meningkatkan cakupan
apung di sungai yang digunakan pelaku BABS.
desa ODF, adalah dengan melakukan sosialisasi
Selain Kabupaten Muaro Jambi, kegiatan SBS
pada tokoh desa seperti guru, kader kesehatan,
juga sudah berjalan di Kabupaten Sumedang.
aparat desa dan tokoh agama dan tokoh masyarakat,
Perkembangan cakupan SBS yang dilaporkan
membuat satuan tugas desa, menggunakan dana
fasilitator tahun 2012-2016, dapat dilihat pada
desa untuk pembuatan jamban sehat. Selain itu
Gambar 3.
memberikan sangsi kepada masyarakat yang BABS
Sejak tahun 2012 Kabupaten Sumedang sudah
khususnya di desa ODF, seperti pemotongan tali
ada masyarakat SBS sebanyak 62,19%, Setiap tahun
jamban yang mengapung di sungai atau mengetepel
BABS menurun, hingga tahun 2016 menjadi 20,47%
orang yang BAB di pinggir sungai oleh petugas desa,”
dari 348.547 Kepala keluarga (KK) dan SBS terus
(Ar.40 tahun.)
meningkat, pada tahun 2016 menjadi 79,53%.
Berdasarkan pernyataan tersebut, pemerintah Cakupan desa ODF sampai tahun 2016 di
Kabupaten Muaro Jambi sudah melakukan upaya Kabupaten Sumedang baru mencapai 54,77%
inovasi, untuk meningkatkan cakupan desa ODF dari 283 desa di 26 kecamatan, tetapi ada empat
melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam kecamatan yang sudah mencapai kecamatan ODF
program SBS. Salah satu upaya peningkatan peran yaitu Kecamatan Cimalaka, Ganeas, Tanjung Medar,
serta masyarakat adalah memberikan kesadaran Paseh. Keberhasilan itu tidak lepas dari tim fasilitator
pada masyarakat melalui kegiatan sosialisasi dalam yang sudah di latih oleh tim fasilitator STBM pusat
upaya untuk meningkatkan pengetahuan SBS di yang terus melakukan pemicuan secara berjenjang
masyarakat. Peran serta masyarakat melibatkan hingga ke tingkat kecamatan seperti yang disampaikan
tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah desa, informan sebagai berikut:
guru dan kader kesehatan, sebagai natural leader
“Di Kabupaten Sumedang sudah ada fasilitator
SBS.
sejak dari provinsi, hingga ke fasilitator Puskesmas.
Natural leader SBS sebagai agent perubahan
Fasilitator di Kabupaten bertugas melatih calon
dari BABS menjadi SBS, dari perubahan secara
fasilitator Puskesmas, seperti petugas sanitasi,
individu menjadi satu masyarakat di desa itu,
promosi kesehatan, gizi dan petugas kecamatan, serta
hingga terwujud desa ODF di setiap kecamatan.
ikut memberikan pendampingan fasilitator Puskesmas
Untuk mencegah kembalinya masyarakat BABS
dalam memberikan pemicuan natural leader di desa”,
di desa ODF, maka Natural leader SBS membuat
seperti kepala desa, petugas kecamatan, tokoh
kesepakatan dengan pemerintah desa, membuat
masyarakat dan kader kesehatan. (ER.38 Tahun)
satuan tugas (satgas) SBS desa, yang bertugas

Data Sekunder : Laporan monitoring STBM KabupatenSumedang 2012-2016

Gambar 3. Perkembangan cakupan BABS di Kabupaten Sumedang Tahun 2012-2016

66
Upaya Pemerintah Daerah untuk Meningkatkan Cakupan Desa ODF (Mugeni Sugiharto dan Nurhayati)

Inovasi yang dilakukan Dinkes, selain membentuk masyarakat untuk setiap keluarga memiliki jamban
natural leader, juga membuat modul yang mudah sehat dan keperluan sanitasi dasar yang lain.
di fahami, juga sosialisasi secara kelembagaan Upaya lain untuk peningkatan cakupan desa
pada rapat rencana kerja kecamatan, RPJM ODF adalah memberikan motivasi berupa pemberian
desa, musyawarah perencanaan pembangunan hadiah kepada fasilitator kecamatan dan desa yang
(Musrenbang). Dukungan swasta mewujudkan desa desanya berhasil mencapai desa ODF, seperti yang
ODF, seperti yang dinyatakan informan: disampaikan informan:
“Fasilitator membuat modul panduan yang aplikatif ”Sebagai penyemangat yaitu diberikan hadiah bagi
dan mudah di fahami masyarakat dan wira usaha fasilitator dan masyarakat yang berhasil mencapai
(swasta). Sosialisasi secara kelembagaan dapat desa ODF. Upaya itu berhasil memacu setiap desa
terjalin kerja sama dengan Dinas PU dalam program mendeklarasikan desa ODF, sehingga jumlah desa
Pamsimas dan LSM Sehat, memberikan pelatihan ODF meningkat pesat. Bukti keberhasilan pencapaian
calon fasilitator dan natural leader. Fasilitator desa ODF, Dinkes Kabupaten Sumedang memperoleh
kabupaten dan Puskesmas melibatkan pengusaha beberapa prestasi penghargaan seperti: Manggala
lokal seperti AWIRA (Asosiasi Wira Usaha Sanitasi) Karya Bhakti Husada tahun 2009, Hadiah dari Bank
Sumedang membuat minimarket sanitasi sebagai Mandiri tahun 2011, inovatif govern and award tahun
penyedia kebutuhan sanitasi dasar, membuat koperasi 2010 dari Kemendagri, Sawasti Saba Padapa tahun
simpan pinjam sanitasi, sehingga masyarakat mudah 2013, dan Swasti Saba Wiwesda.” (AR, 38 tahun)
memperoleh kebutuhan sanitasi, seperti kelengkapan
Manfaat meningkatnya jumlah desa ODF menurut
membuat jamban sehat dan sarana air bersih”.
informan sebagai berikut:
Pe n j e l a s a n i t u m e n u n j u k k a n , b a h w a
”Manfaat pencapaian desa ODF di banyak kecamatan,
Fasilitator Kabupaten Sumedang kabupaten
membuat Kabupaten Sumedang tidak ada KLB diare
terus mengembangkan pelatihan ODF dan
sejak tahun 2010,”
membuat modul pelatihan yang mudah di fahami
masyarakat. Pelatihan dilakukan berjenjang hingga Berdasarkan pernyataan tersebut, secara
tingkat kecamatan (Puskesmas) dan memberikan institusi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
pendampingan pelatihan ODF disetiap desa di telah melaporkan keberhasilan peningkatan cakupan
kecamatan, hingga terbentuk natural leader ODF ODF disetiap kecamatan diikuti dengan tidak terjadi
(fasilitator desa seperti aparat desa, tokoh desa dan kasus KLB diare lagi di Kabupaten Sumedang sejak
kader kesehatan posyandu) disetiap desa. Pelibatan tahun 2010. Pengaruh keberhasilan ODF terhadap
swasta AWIRA (Asiosiasi Wira Usaha Sanitasi) untuk tidak terjadi KLB diare, karena desa yang mencapai
menyediakan kebutuhan sarana sanitasi dasar yang ODF sudah dipastikan semua penduduk desa
murah berstandar kesehatan, turut memotivasi tersebut berperilaku sehat, seperti BAB di jamban/
kakus, sehingga air tidak tercemar oleh tinja manusia

Data Sekunder: Laporan monitoring STBM Kabupaten Lombok Barat 2012-2016

Gambar 4. Perkembangan cakupan BABS di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012-2016

67
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 62–71

Data Sekunder: Laporan monitoring STBM Kabupaten Lombok Barat 2012-2016

Gambar 5. Perkembangan hasil verifikasi Desa ODF menurut kecamatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun
2012-2016

yang mengandung e coli penyebab diare. Akibatnya “Melakukan inovasi salah satunya dukungan kebijakan
masyarakat yang tinggal di desa ODF dapat terhindar Pemerintah Daerah, dengan menerbitkan SK Bupati
dari kasus diare dan selanjutnya KLB diare tidak No 443/348/VII/2010 tentang Jamban jemaah
terjadi. haji, artinya setiap calon jemaah haji diwajibkan
Gambaran perkembangan SBS di Kabupaten membangun satu buah jamban sehat bagi keluarga
Lombok Barat dapat dilihat pada Gambar 4. yang tidak mampu dan bagi calon Jemaah haji yang
Masyarakat Kabupaten Lombok Barat pada belum punya jamban sendiri, maka wajib membuat
tahun 2012 masih ada yang BABS sebanyak 50,47%, jamban, baru bisa memperoleh ijin berangkat haji.
akan tetapi secara berangsur-angsur cakupan Memberikan kartu ODF yang digantung di setiap
BABS terus menurun hingga tahun 2016 tersisa rumah yang desanya sudah ODF. Penyebar luasan
14,84% dari 16.606 KK. Sementara masyarakat informasi melalui radio bahasa lokal (Sasak) untuk
SBS mengalami peningkatan mencapai 85,16% menjangkau penduduk Sasak. Pemberian hadiah
tahun 2016. Sementara untuk cakupan desa ODF berupa uang lima puluh juta rupiah atau wireless
mencapai 53,28% dari 122 desa di 10 kecamatan. bagi desa yang mendeklarasikan desa ODF. Bagi
Data sebaran desa ODF dapat dilihat pada kecamatan ODF akan memperoleh sepeda motor
Gambar 5. roda tiga dan bagi kabupaten ODF akan memperoleh
Hasil verifikasi desa ODF berdasarkan 1 milyar. Inovasi lain adalah arisan jamban sehat,
kecamatan di Kabupaten Lombok Barat, bahwa memasukkan materi ODF dalam khutbah jumat,
semua kecamatan di Kabupaten Lombok Barat melibatkan LSM, pembentukan kader pendamping
sudah memiliki desa ODF terverifikasi. Kecamatan desa. FS.(41 tahun)
tertinggi capaian desa ODF terdapat di Kecamatan
Berdasarkan penjelasan diatas, Fasilitator ODF
Labu Api (100%) dan terendah Kecamatan Lembar
di Kabupaten Lombok Barat sudah cukup maksimal
dan Kuripan masing-masing sebanyak 2 desa ODF.
dalam melakukan inovasi untuk percepatan SBS
Kegiatan peningkatan pencapaian desa ODF di
dan pencapaian desa ODF. Kerjasama lintas sektor
Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB, dilakukan
dalam hal ini Departemen Agama sangat mendukung
tim fasilitator di Subseksi Penyehatan Lingkungan,
program SBS dan Kepala pemerintah daerah (Bupati)
melalui kegiatan Inovatif ODF, diantaranya adalah
ikut membantu memberi dukungan kebijakan pada
terbitnya SK Bupati 443/348/VII/2010, tentang jamban
calon Jemaah haji, dan pemberian hadiah dari
jemaah haji, seperti yang disampaikan informan
tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten bagi
sebagai berikut :
yang berhasil mencapai desa ODF. Menurut informan

68
Upaya Pemerintah Daerah untuk Meningkatkan Cakupan Desa ODF (Mugeni Sugiharto dan Nurhayati)

pemberian hadiah berjenjang seperti itu, sangat pemicuan, juga menyediakan kebutuhan sanitasi
efektif memicu semangat aparat desa dan kecamatan dasar, agar setiap rumah bisa memiliki sarana air
untuk berlomba-lomba mendeklarasikan desa ODF. bersih dan jamban/kakus sehat. Ketersediaan
Selain itu Fasilitaor Kabupaten juga bekerja sama sanitasi dasar di setiap rumah yang diupayakan
dengan LSM dalam pembentukan kader desa oleh fasilitator Kabupaten Sumedang sangat penting
untuk mengubah sikap dan tingkah laku tidak sehat
menuju sikap dan tingkah laku sehat. Hal ini sejalan
PEMBAHASAN
dengan pendapat Devi Nugraheni (2012), bahwa
Masyarakat Kabupaten Muaro Jambi lebih ada hubungan ketersediaan sanitasi dasar di dalam
banyak bermukim di pinggiran sungai, sehingga keluarga dengan kejadian diare dan pentingnya
masih banyak yang bertingkah laku BAB langsung jamban, air minum, sarana pembuangan limbah yang
di sungai, meskipun sosialisasi SBS sudah dilakukan. memenuhi standard kesehatan.
Masyarakat sudah tahu program SBS, tetapi Pemberian hadiah oleh fasilitator ODF kepada
masyarakat masih tetap BABS di sungai, karena tidak natural leader yang berhasil mewujudkan desa
ada lahan di lingkungan rumah sebagai tempat untuk ODF, menjadi motivasi bagi natural leader lainnya.
membangun jamban dengan tangki septik, sementara Natural leader memberi contoh langsung dengan
jamban umum jauh dari rumah. Jika merujuk pada membangun jamban sehat di rumah dan semua
hasil penelitian Wahyu A Qudsiyah, et.al. (2015), anggota keluarganya BAB di jamban tersebut.
bahwa penyebab perilaku BABS adalah karena masih Hal ini turut mempercepat perubahan tingkah laku
rendahnya pengetahuan masyarakat hidup sehat, masyarakat untuk ikut memiliki jamban di rumah
sikap, kepemilikan jamban dan dukungan keluarga masing-masing. Keterlibatan ibu untuk BAB di
dalam bertingkah laku sehat. Kondisi Kabupaten jamban i rumah sendiri seperti itu menurut Erlinawati
Muaro Jambi sebagai daerah pilot project SBS sejak Pane (2009), disebut sebagai faktor penguat dalam
tahun 2008, dengan lingkungan pemukiman seperti percepatan penggunaan jamban sehat.
itu, menjadi masalah serius dalam peningkatan Pencapaian Kabupaten Sumedang terhadap
cakupan SBS dan desa ODF. Sampai tahun 2016 desa ODF sejak tahun 2008 hingga tahun 2016
baru 78,07% SBS dan baru 27,7% menjadi desa ODF sudah mencapai 54,8% dari 283 desa dan SBS
dari 155 desa yang ada. sudah mencapai 79,53% dari 348.547 KK. Meskipun
Kabupaten Muaro Jambi belum ada fasilitator sudah cukup tinggi cakupan SBS dan desa ODF,
ODF, sehingga hal ini turut mempersulit pelaksanaan namun program tingkah laku sehat masyarakat
program SBS dalam mewujudkan desa ODF di setiap masih menjadi fokus bagi fasilitator ODF Kabupaten
kecamatan. Merujuk pada Permenkes No.852/2008 Sumedang, karena masih ada yang belum memiliki
tentang sanitasi total berbasis masyarakat, untuk jamban dan BABS di sungai. Upaya fasilitator
melaksanakan program SBS dan desa ODF harus memberikan sosialisasi perilaku BAB di jamban
ada kegiatan pemicuan oleh fasilitator terlatih dan sehat, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
bersertifikat. Oleh karena itu upaya yang dilakukan dan menumbuhkan kesadaran berperilaku BAB di
melaksanakan program SBS hanya sesuai kegiatan jamban sehat di setiap rumah sudah benar. Hal ini
rutin program kesehatan lingkungan Puskesmas, sesuai hasil penelitian Faisal Azwinsyah, et.al (2014)
sehingga cakupan SBS dan desa ODF di Kabupaten di Desa Sei Musam Kecamatan Bahorok Kabupaten
Muaro Jambi belum maksimal. Padahal pemicuan Langkat, bahwa keluarga yang memiliki pengetahuan
sangat penting untuk percepatan program SBS, manfaat jamban terbukti mau berubah dari tidak
hal ini sesuai menurut Moh. Fajar Nugraha (2015) memiliki jamban ke pemilikan jamban, dari pada
pemicuan dapat mempercepat perubahan tingkah keluarga yang tidak memiliki pengetahuan jamban
laku sehat dari BABS jamban cemplung di pinggir sehat. Keluarga yang mengetahui jamban sehat lebih
sungai menjadi BAB yang menggunakan kloset yang mengutamakan membangun jamban dirumahnya
sehat. terlebih dahulu, ketika membangun rumah, agar
Sebaliknya Kabupaten Sumedang lebih survive keluarganya tetap sehat dengan BAB di jamban.
melaksanakan program SBS untuk mewujudkan Sejak tahun 2008 pelaksanaan program stop
desa ODF melalui pemicuan oleh fasilitator ODF buang air besar sembarangan di Kabupaten Lombok
bersertifikat. Inovasi fasilitator selain melaksanakan Barat terus digalakkan, namun praktek BABS

69
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 62–71

masyarakat yang tidak memiliki jamban masih menjadi leader untuk memiliki tingkah laku hidup bersih dan
permasalahan kesehatan. Akibat masih adanya sehat melalui kepemilikan jamban setiap keluarga.
masyarakat yang BABS, menyebabkan terjadinya Jika jamban sudah ada di setiap keluarga, maka
penurunan kualitas lingkungan, karena lingkungan diharapkan semua anggota keluarga di desa tersebut
(air dan tanah) menjadi tercemar oleh tinja. Menurut BAB di jamban. Untuk mewujudkan desa ODF,
Ady (2011) dalam I Nengah Darsana (2012), bahwa maka fasilitator memastikan ketersediaan supply
kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan kebutuhan bahan bangunan pembuatan jamban
salah satunya adalah penyediaan jamban. dan demand masyarakat secara maksimal. Jika
Pelaksanaan program SBS di Kabupaten Lombok desa ODF sudah berhasil dibentuk, maka selanjutnya
Barat hingga tahun 2016, sudah menghasilkan adalah meningkatkan menjadi kecamatan ODF
desa ODF 53,28% dari 122 desa. Percepatan hingga kabupaten ODF. Keberhasilan program Open
cakupan desa ODF, karena adanya SK Bupati No Defecation Free (ODF) di suatu wilayah berdampak
443/348/VII/2010, tentang Jamban Jemaah Haji, pada angka buang air besar di sembarang tempat
yang mewajibkan setiap calon jemaah haji memiliki (BABS) dapat menurun atau bahkan tidak ada lagi.
jamban sehat sebelum berangkat ke tanah suci
atau membangunkan 1 jamban sehat bagi keluarga
KESIMPULAN DAN SARAN
yang tidak mampu. (Pemda Lombok Barat. 2010).
Kebijakan membangunkan jamban setiap keluarga Kesimpulan
juga diikuti dengan sosialisasi jamban sehat. Hal Kabupaten Muaro Jambi, Sumedang dan Lombok
ini sangat membantu masyarakat tidak mampu Barat masih menghadapi persoalan tingkah laku
untuk memiliki jamban dan BAB di jamban. Prinsip BABS, yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas
kebijakan ini adalah untuk mengubah tingkah laku sanitasi, serta menyebabkan gangguan kesehatan oleh
keluarga BABS ke BAB di jamban, adalah harus penyakit diare. Pemukiman penduduk yang berada
terlebih dulu keluarga memiliki jamban di rumahnya. di atas sungai, menyebabkan tidak memiliki jamban
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siti Solikhah dengan tanki septik. Jika dilihat keseluruhan, maka
(2012), bahwa mengubah tingkah laku masyarakat cakupan desa ODF setiap tahun terus meningkat,
tentang dari BABS ke BAB di jamban, adalah dengan bahkan seperti kabupaten Sumedang sudah ada 3
cara masyarakat harus memiliki jamban sendiri. kecamatan yang semua desanya ODF (kecamatan
Artinya jika masyarakat sudah memilki jamban ODF). Keberhasilan desa ODF sudah dapat dirasakan
sendiri di setiap rumah, maka akan tumbuh tingkah masyarakat seperti lingkungan menjadi bersih dan
laku masyarakat di wilayah itu untuk BAB di jamban indah, juga adanya penurunan kasus diare hingga
yang ada dirumahnya. tidak ada KLB diare lagi.
Upaya peningkatan cakupan SBS dan desa ODF Upaya fasilitator ODF melaksanakan program SBS
di 3 kabupaten sudah dilakukan masing-masing dalam mewujudkan desa ODF di setiap kecamatan
dengan berbagai cara inovasi, akan tetapi tingkah adalah dengan melakukan inovasi. Program inovasi
laku masyarakat BABS masih belum sepenuhnya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Muaro Jambi,
hilang. Masih ada masyarakat yang terbiasa BABS antara lain sosialisasi aparat desa, guru dan tokoh
di sungai/ tempat terbuka dari pada di jamban/ di desa, dana desa untuk pembuatan jamban sehat,
kakus, khususnya pada masyarakat yang rumahnya dan membuat satuan tugas desa untuk memberikan
berada di pinggir sungai. Faktor kebiasaan BABS sangsi tegas kepada masyarakat yang BABS di
di sungai atau tempat terbuka memang sulit untuk sungai, seperti memotong tali jamban. Inovasi di
dihilangkan, seperti penjelasan Tapas Chakma dkk Kabupaten Sumedang adalah membuat modul
(2008) terhadap tingkah laku BAB masyarakat yang pemicuan desa ODF yang mudah difahami fasilitator
bermukim desa yang sudah menjadi desa ODF, kecamatan dan masyarakat, kerjasama dengan LSM
menunjukkan bahwa masih ada di antara masyarakat dan pengusaha lokal membangun toko sanitasi
tersebut yang BABS di tempat terbuka dan sungai, dasar, membuat koperasi simpan pinjam sanitasi,
alasannya karena sudah kebiasaan. pemberian hadiah. Inovasi di Kabupaten Lombok
Program SBS tidak hanya sebatas desa, tapi Barat, adalah mewajibkan setiap calon Jemaah
kecamatan hingga kabupaten. Pelaksanaan program haji memiliki jamban sehat atau membangunkan
SBS dimulai dari satu desa yang semua masyarakat jamban sehat kepada keluarga yang tidak mampu
di desa tersebut dipicu oleh fasilitator bersama natural dan pemberian hadiah.

70
Upaya Pemerintah Daerah untuk Meningkatkan Cakupan Desa ODF (Mugeni Sugiharto dan Nurhayati)

Saran Darsana, I.N., 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kepemilikan Jamban Keluarga Di Desa
Pentingnya setiap daerah meningkatkan kualitas Jehem Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli
sanitasi, melalui program SBS yang dilaksanakan Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4 (2),
oleh fasilitator bersertifikat untuk melaksanakan 124-133.
pemicuan tingkah laku hidup bersih dan sehat, BAB Hamzah B.H., Arsin, A., Ansar, J., 2012. Hubungan tingkah
di jamban/kakus di setiap desa. Tingkah laku tidak laku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare
sehat seperti BABS dapat menyebabkan sanitasi pada balita di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo
buruk, karena air dan tanah tercemar bakteri e coli Tahun 2012. Tersedia pada: http://repository.unhas.
ac.id/bitstream/handle/123456789/4340 /HAMZAH_
penyebab diare.
K11109015.pdf. [diakses 24 September 2019].
Pentingnya pemerintah daerah meningkatkan
Hasyim Hamzah, N.D. 2008. Jurnal Manajemen Pelayanan
pembentukan natural leader di setiap desa dan Kesehatan. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,
meningkatkan peran serta masyarakat untuk ikut 11 (02), 72-75
melaksanakan program SBS di seluruh desa. Herlinda, D., Yuliani, F., 2013. Pelaksanaan Program
Tumbuhnya kesadaran masyarakat desa untuk Pembangunan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat.
menjalankan program SBS, akan dapat mempercepat Jurnal administrasi pembangunan, 2 (1), 1–114.
peningkatan cakupan desa ODF di setiap kecamatan, Kemenkes RI. 2013. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar
sehingga diharapkan menjadi kecamatan ODF atau (Riskesdas) 2013. Jakarta
Nugraha, M.F., 2015. Dampak Program Sanitasi Total
kabupaten ODF.
Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Desa
Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang.
UCAPAN TERIMA KASIH Kebijakan dan manajemen, 3 (2) .
Nugraheni, D., 2012. Hubungan kondisi fasilitas sanitasi
Pada kesempatan ini kami mengucapkan dasar dan personal hygiene dengan kejadian diare
terima kasih kepada Kepala Pusat Humaniora dan di kecamatan semarang utara kota semarang. Jurnal
Manajemen Kesehatan yang memfasilitasi kami kesehatan masyarakat, 1 (2), 922-933 1, 12.
dalam penelitian dan penulisan artikel ini. Terima Pane, E., 2009. Pengaruh Tingkah laku Keluarga terhadap
kasih juga kami sampaikan kepada Dinas kesehatan Penggunaan Jamban. Jurnal Kesehatan masyarakat
Nasional, 3 (5 ), 229.
Kabupaten Muaro jambi, Kabupaten Sumedang dan
Pratama, R.N., 2013. Hubungan antara sanitasi lingkungan
Kabupaten Lombok Barat yang sudah berkenan
dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada
membantu kami mengumpulkan data sekunder dan balita di kelurahan sumurejo kecamatan gunungpati
wawancara, Terima kasih kami sampaikan kepada kota semarang. Jurnal kesehatan masyarakat, 2 (1) 10.
Pengelola perpustakaan Pusat Humaniora dan Putranti, D.C., 2013. Hubungan Antara Kepemilikan Jamban
Manajemen Kesehatan dan kepada semua teman Dengan Kejadian Diare Di Desa Karangagung
yang sempat terlibat dalam persiapan penelitian. Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. Jurnal
Kesehatan lingkungan, 7 (1), 54–63.
Qudsiyah, W.A., Pujiati, R.S., Ningrum, P.T., 2015. Factors
DAFTAR PUSTAKA Assosiated with High Number of Open Defecation
Azwinsyah, F., Dharma, S., Santi, N.D., 2014. Faisal Faktor (OD) in District Jember (Studies in Sumber Kalong
yg Berhubungan Rendahnya Kepemilikan Jamban Village, Kalisat Subdistrict). e-Jurnal Pustaka
Keluarga dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kesehatan, 3 (2), 8.
Diare di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok Rajgire, A.V., 2013. Open Defecation: A Prominent Source
Kabupaten Langkat Tahun 2014. Tersedia pada: Of Pollution In Drinking Water In Villages. International
https://media.neliti.com/media/publications/14548-ID- Journal of life sciences biotechnologi and Pharm
faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-rendahnya- research, 2 (1), 11.
kepemilikan-jamban-keluarga-dan.pdf. [diakses 24 Sholikhah, S., 2014. Hubungan Pelaksanaan Program ODF
september 2018]. (Open Defecation Free) Dengan Perubahan Tingkah
Chakma, T., Godfrey, S., Bhatt, J., Rao, P.V., Meshram, laku Masyarakat Dalam Buang Air Besar Di Luar
P., Kinyanjui, S.B.S., 2008. Cross-sectional health Jamban Di Desa Kemiri Kecamatan Malo Kabupaten
indicator study of open defecation-free villages in Bojonegoro Tahun 2012. Surya, 02 (XVIII), 7.
Madhya Pradesh, India. Waterlines, 27 (3) 236–247. Sugiharto M., Oktami S. Rika. 2018. Pelaksanaan klinik
Coffey, D., Gupta, A., Hathi, P., Khurana, N., Spears, D., sanitasi di Puskesmas Gucialait dan Puskesmas
Srivastav, N., Vyas, S., 2014. Revealed Preference Gambut dalam menanggulangi penyakit berbasisi
for Open Defecation. Economic & political Weekly lingkungan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 21
(EPW). XLIX (38), 43–55. (4), 261-270.

71

Anda mungkin juga menyukai