Anda di halaman 1dari 36

JUDUL

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS MEGAJAR GURU BAHASA INDONESIA DI SMP 1

KECAMATAN CJR

MELALUI PEMBINAAN KONSEPSI MODEL PEMBELAJARAN UP GRADING OLEH PENGAWAS

SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH PTS

Kualitas sumber daya menusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional, baik pada masa

sekarang atau masa mendatang yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan berperan yang

cukup besar dalam meningkatkan dan mengembangkan kualiltas SDM tersebut. Sejalan dengan hal itu,

pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan

kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran

Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini Mendikbud sedang melakukan upaya

untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang dirasa belum mampu mengimbangi

perkembanagan IPTEK dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan

pengembangan sistem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu porses interaksi antara guru

dengan siswa melalui kegiataniatan terpadu dari dua bentuk kegiataniatan, yaitu kegiataniatan belajar siswa dan

kegiataniatan mengajar guru guna mencapai tujuanua pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru dan pembelajaran dapat

diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering

ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru bahasa Indonesia dalam

proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga

mereka lebih banyak menunggu sajian daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan

atau sikap yang mereka butuhkan

Aspek peninjauan oleh supevisi pendidikan terhadap mekanisme kurikulum pendidikan di tingkat SMP

menjadi proritas bagi peneliti sekaligus pengawas SMP di kabupaten Cianjur Jawa Barat. Sehingga pelaksanaan
supervisi indivdu oleh peneliti difokuskan pada pengarahan model pembelajaran yang mampu meningkatkan

kualitas guru dalam mengajar bahasa Indonesia di sekolah juga dapat menumbuhkan semangat dan antusiasme

yang tinggi oleh siswa sebagai penerima bahan ajar bahasa Indonesia.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam pengajaran bahasa Indonesia untuk

mengaktikan siswa belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan UP grading learning. Pendekatan ini

menekankan pada menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang

memotivasi siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini diharapkan dapat

mendorong munculnya 5 betuk cara belajar siswa, yaitu

(1) Siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan infomasi yang diserap;

(2) Siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru;

(3) Siswa dapat menerapkan konsep dan informasi di depan;

(4) Siswa dapat mengkordinasikan konsep dan informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan

(5) Siswa dapat mentransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada siswa lain (Nurhadi, 2002)

Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak terealisasikan pada bentuk

pembelajaran yang tidak lagi menempatkan bahwa guru bahasa Indonesia sebagai subjek dan pusat belajar

sebagai mana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki,

terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada batas kemampuan untuk

memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti standar sendiri dan mencetuskan cara-cara baru dalam

memandang persoalan (Nur, 2001).

Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan, selama ini proses pembelajaran bahasa Indonesia yang

ditemui masih secara konvensional, seperti ekspotori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada

pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar

dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan

aktivitasivitasitastas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang

diharapkan. Dalam hal ini guru ingin memperbaiki kondisi tersebut dengan mencoba strategi pembelajaran

yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar
aktivitasif di mana siswa lebih berpartisipasi aktivitasif sehingga kegiataniatan siswa dalam belajar jauh lebih

dominan daripada kegiataniatan guru dalam mengajar.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka dilakukan PTS yang berkolaborasi dengan PTK

mencoba untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan UP GRADING

LEARNING model koperatif sebagai solusinya.

Pembinaan dan pengarahan yang objektif terhadap peningkatan kualitas mengajar guru melalui konsepsi

model pembelajaran Up grading oleh supervisor sekaligus peneliti untuk menemukan pola guru mengajar yang

inovatif

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di depan, berikut ini dikemukakan

rumusan masalahnya sebagai berikut

1. Apakah selama ini guru dalam memberikan bahan ajar kepada siswa menggunakan metode mengajar

yang konvensional di SMP 1 cbber th pembelajaran…?

2. Apakah terjadi peningkatan aktivitasivitasitastas belajar siswa dan aktivitasivitasitastas belajar guru

dengan menggunakan pendekatan UP GRADING LEARNING dalam pemberian bahan ajar di SMP?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

Untuk mengetahui lihat rumusan masalah

D. Manfaat Penelitian

PTS ini diharapkam dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain;

1. Sebagai media obsrevasi dan supervisi invidu oleh peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan

wawasan berpikir kritis

2. Sekaligus dapat memberikan sumbangsih saran edukatif kepada guru sebagai bahan pertimbangan

dalam meningkatkan KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR di sekolah


3. Memberikan motivasi siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan inovatif untuk meningkatkan prestasi

belajar dengan adanya konsepsi model pembelajaran UP GRADING LEARNING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran UP GRADING LEARNING

1. Pengertian

Pembelajaran UP GRADING LEARNING mempunyai pengertian pembelajaran yang membantu guru

menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar

menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan

masyarakat (Kasihani, 2001). Pembelajaran UP GRADING LEARNING merupakan suatu konsepsi yang

membantu guru mengaitkan konsep mata pelajaran dengan situasi dunia dan memotivasi siswa membuat

hubungan antarpengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga

negara, dan tenaga kerja (Nur, 2001). Lebih lanjur Nur menyebuntkan UP GRADING LEARNING merupakan

suatu reaksi terhadap teori yang pada dasarnya behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama

puluhan tahun. Pendekatan UP GRADING LEARNING mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses

yang kompleks dan banyak fase berlangsung jauh malampaui drill oriented dan metodelogi stimulus dan

response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori

tersebut belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk

akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya.

Dalam praktiknya, puluhan tahun proses pembelajaran berorientasi pada psikologi behavior ini melahirkan

proses pendidikan gaya bank (Freire;2001). Anak didik dianggap sebagai bejana kosong yang akan diisi sebagai

sarana tabungan atau sarana modal ilmu pengetahuan yang hasilnya akan dipetik kelak. Guru adalah subjek

aktivitas dan anak adalah objek pasif yang penurut. Lebih jauh lagi Freire (2001;240) merinci ciri

pembelajaran konvensional sebagai berikut;

(1) Guru mengajar dan murid belajar

(2) Guru tahu segalanya dan murid tidak tahu apa-apa

(3) Guru berpikir dan murid dipikirkan

(4) Guru aktivitasif bicara dan murid mendengarkan

(5) Guru mengatur dan murid diatur


(6) Guru memilihkan dan murid mengikuti

(7) Guru bertindak dan murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan kehendak gurunya

(8) Guru memilih apa yang akan diajarkan dan murid menyesuaikan diri dengan pilihan guru

(9) Guru mengacaukan ilmu pengetahuan dan wewenang profesionalismenya dengan kebebasan murid-

muridnya, dan

(10) Guru menjadi subjek pusat segala-galanya dan murid menjadi objek yang ditentukan

Pada pembelajaran UP GRADING LEARNING sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional yang

kita kenal selama ini. Beberapa perbedaan tersebut dapat kita gambar kan pada tabel sebagai berikut

Tabel…

Konvensional No UP GRADING Ket

LEARNING

1. Menyandarkan 1 Mendasarkan pada

kepada hapalan memori special

2. Pemilihan 2 Pemilihan informasi

informasi berdasarkan kebutuhan

ditentukan oleh siswa

guru

3. Cenderung 3 Cenderung

berfokus pada satu mengintegrasikan

bidang tertentu

4. Memberikan 4. Seallu mengaitkan

tumpukan informasi dengan

informasi kepada pengetahuan awal yang

siswa sampai pada telah dimiliki siswa

saatnya diperlukan

5. Penilaian hasil 5 Menerapkan penilaian

belajar hanya authentik melalui

melalui kegiatan penerapan praktik dalam

berupa
ujian/ulangan pemecahan masalah

Orang dapat belajar secara paling baik dalam konteks, dalam suatu terkait dengan kebutuhannya.,

aktivitas dan keterampilan yang dipelajari secara terpisah sulit untuk diserap, disamping akan cepat menguap

bagaikan asap. Belajar terbaik dapat dilakukan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri dalam proses

penyelaman ke dunia nyata secara kontinyu, menggunakan umpan balik, evaluasi dan refleksi.

Secara rinci Nur 92001) menguraikan 7 kata kunci dalam pembelajaran UP GRADING LEARNING

a. Penemuan (inquiry)

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara induktif, diawali dengan pengamatan dalam rangka memahami

suatu konsep. Dalam praktik, pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati, bertanya, menganalisis dan

merumuskan teori, baik secara individual/kelompok dengan teman lainnya. Penemuan juga merupakan aktivitas

untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis siswa.

b. Pertanyaan (Questioning)

Pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing dan menilai

kemampuan berpikir siswa. Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan-kegiatan

yang berbasis penemuan. Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3

- Pertanyan deskriptif yaitu pertanyaan dengan kata ganti apa

- pertanyaan ekplanatif yaitu pertanyaan yang mengarahkan pada permintaan kepada siswa untuk

menjelaskan

- Pertanyaan kritis/kreatif adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengungkap informasi yang

tersurat dan tersirat pada aktivitas dan informasi

c. Kontruktivisme (constructivism)
Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengalaman

awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar/tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk

mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang

bermakna

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

. Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi sesama siswa saling berbicara dan menyimak, berbagai

pengalaman di antara mereka. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran siswa aktivitas

lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran tradisional yang

secara tidak langsung mendidik siswanya untuk menjadi indvidu yang egoistis, tidak banyak peduli pada

lingkungannya. Kawan sekelas tidak dipandang sebagai mitra, namun dipandang sebagai pesaing. Lebih sahih

lagi jika persaingan mereka sehat.

e. Penilaian Autentuk (authentic assesment)

Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang bervariasi, yaitu pengetahuan dan

keterampilan. Penilaian ini juga mempersaratkan penerapan pengetahuan atau keterampilan. Penilaiain ini tidak

hanya melihat produk akhir tapi prosesnya.

f. Refleksi

Salah satu pembelajaran UP GRADING LEARNING dengan pendekatan tradisional yang berbentuk cara-

cara berpikir tentang sesuautu yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu siswa dapat merevisi

dan merespon kejadian, aktivitas dan pengalaman mereka. Prosedur umunya siswa mencata butir-butir materi

yang telah dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang muncul. Bentuk aktivitas refleksi

dapat berupa jurnal, diskusi, maupun hasil karya/seni.

g. Pemodelan (Modelling)

Aktivitas guru di kelas memiliki efek model bagi siswa jika guru mengajar dengan berbagai variasi metode

dan teknik pembelajaran, secara tidak lansgung siswapun akan menilai atau teknik yang dilakukan guru

tersebut. Kondisi yang demikian ini banyak memberikan banyak manfaat. Guru dapat melakukan aktivitas
mengucapkan hal-hal yang dipikirkan. Guru juga dapat memanfaatkan efek model ini dengan

mendemontrasikan cara guru menginginkan siswa belajar. Guru juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan

agar siswa melakukannya.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Up Grading Learning

Menyamppaikan pembelajaran sesuai dengan konsep tekpen dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan

kegiatan menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan menggunakan bahan, alat, dan dalam

lingkungan tertentu. Agar penyampaian tersebut efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip desain pesan

pembelajaran. Prinsip itu antara lain prinsip kesiapan dan motivasi, pengunaaan alat pemusat perhatian,

partispasi aktivitasif siswa, perulangan dan feedback

a. Kesiapan dan Motivasi

Prinsip kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap

dan mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Siap di sini bermakna siap pengetahuan prasarat, siap

mental dan fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu diadakan tes prasarat.

Selanjutnya motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk

melakukan kegiatan belajar. Dorongan bisa bersal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Motivasi juga dapat

ditingkatkan dengan memberikan hadiah dan hukuman.

b. Penggunaan alat Pemusat Perhatian

Jika dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat perhatian, hasil belajar akan meningkat.

Terpusatnya mental pada suatu objek berperan penting untuk keberhasilan proses belajar. Semakin

memperhatikan akan semakin berhasil, semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun penting pemusat

perhatian mempunyai sifat sukar dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu perlu digunakan berbagai alat dan

teknik untuk mengendalikan dan mengarahkan perhatian. Alat pengendali perhatian yang paling utama adalah

media seperti gambar, ilustrasi, bagan warna-warna audio, video, visual, atau penegas verbal. Teknik yang

paling dapat digunakan untuk mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu yang aneh,

mengagetkan, lucu, atau humor.


c. Perulangan

Jika penyampaian pesan pembelajaran di ulang-ulang, hasil belajar akan lebih baik,. Perulangan dilakukan

dengan cara dan media yang sama maupun dengan cara dan mdia yang beda. Perulanagn dapat pula dilakukan

dengan memberikan tinjauan selintas awal pada saat memulai pembelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada

akhir pembelajaran. Perulanagn dapat juga dilakukan dengan jalan menggunakan kata-kata isarat tertentu seperti

sekali saya ulang.

d. Umpan balik

Jika dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik, hasil belajar akan meningkat. Jika salah diberikan

pembetulan dan jika betul diberi konfirmasi atau penguatan. Siswa akan menjadi mantap jika betul lalu

dibetulkan. Sebaliknya siswa akan tahu letak kesalahannya jika diberi tahu kesalahannya dan dibtulkan. Secara

teknis umpan balik diberikan dalam bentuk kunci jawaban yang benar.

3. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran UP GRADING LEARNING

Agar pelaksanaan UP GRADING LEARNING dapat lebih efektif, guru harus berperan dengan baik dalam hal

merencanakan, menerapkan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran. Untuk itu strategi pengajaran

yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran UP GRADING LEARNING sebagai berikut

a. Menekankan pada pemecahan masalah. Pengajaran diawali dengan menyajikan masalah yang nyata

relevan dengan keluarga siswa, pengalaman sekolah, tepat kerja, dan masyarakat yang berarti penting

bagi siswa. Siswa didorong untuk berpikir kritis dan sistematis untuk menemukan maslah dan

menggunakan isi materi pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.

b. Mengakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi berbagai konteks seperti di rumah, masyarakat,

tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak lepas dari mana dan bagaimana siswa

mendapatkan pengetahuan dan pengethuannya semakin bertambah jika mereka mempelajari dari

lingkungan yang bevariasi.

c. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dengan cara memperkenankan

siswa selalu melakukan uji coba, sehingga pada akhirnya siswa dengan bimembimbingan yang sedikit

dapat memproses informasi, memecahkan masalah dan memanfaatkannya.


d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat memanfaatkannya sebagai daya pendorong

sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerjasama dan aktivitas kelompok

belajar yang tediri dari keragaman siswa sehingga dapat membangun keterampilan interpesonal, yaitu

berpikir melalui komunikasi dengan yang lain.

e. Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan pembimbing akademis dalam mendorong siswa untuk

melakukan kerjasama dalam belajar. Komunitas pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan

sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama menggunakan pengetahuan, memusatkan

tujuanuan pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya.

f. Menggunakan penilaian autentik. Penilaian ini tidak hanya mengukur seberapa banyak pengetahuan

yang telah dikumpulkan oleh siswa, tapi juga siswa dapat menerapkan pengetahuannya untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan nyata meskipun tarafnya amat sederhana.

4. Evaluasi Pembelajaran UP GRADING LEARNING

Untuk menentukan apakah pembelajaran UP GRADING LEARNING dapat meningkatkan hasil

belajar siswa diperlukan strategi penilaian yang beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi

penilaian UP GRADING LEARNING yang dapat membangun dan memperluas siswa dibandingkan

sebelumnya, apakah pembelajaran UP GRADING LEARNING dapat membantu siswa dalam

menyelesaikan atau memecahkan persoalan dunia nyata, atau siswa mengalami peningkatan dalam

mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana menggunakan pengetahuannya di dalam

maupun di luar kelas/sekolah.

Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata

yang diharapkan dari materi pelajaran tertentu. Dati tujuan dan out come materi pelajaran, muncul ragam

strategi penilaian yang dapat mengukur prestasi siiswa dan pengetahuan proses di dalam aktivitas pembelajaran

salah satu prinsip penilaiain pada pembelajaran UP GRADING LEARNING adalah tidak hanya menilai apa

yang diketahui oileh sisiwa, tapi juga menilai apa yang dapat dikerjakan oleh siswa. Untuk memenuhi

kebutuhan tersebut dilakukan penilaian autentik. Strategi penilaian yang dapat dikategorikan pada penilaian

autentik adalah penilaian kinerja, observasi sistematik dan portofolio (depadaikbud, 2002;24). Penilaian kinerja

digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu konteks tertentu.

Observasi sistematik digunakan untuk mengatahui dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. UP

GRADING LEARNING merupakan kumpulan dari berbagai keterampilan ide, minat, dan keberhasilan siswa
selama jangka waktu tertentu yang wujudnya berupa catatan, gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang

berwujud fisik. Jika dibandingkan dengan teknik evaluasi tradisional, strategi evaluasi otentik yang telah

disebuntkan di atas merupakan revolusi. Perubahan besar dilakukan terhadap sasaran evaluasi dan teknik

mengevaluasinya. Sasaran berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuannya untuk memecahkan

persoalan kehidupan nyata. Karena sasaran yang berubah ini, tekniknya pun beruybah dati teknik pencil and

paper test ke arah tes perbuatan dengan teknik utama observasi tindakan.

Pada tahap transisi, sebelum sosialisasi model penilaian otentik dilakukan secara kontinyu oleh

mendiknas, guru akan sulit menyesuaiakan dengan paradigma baru ini. Itulah alasannya mengapa pada buku

panduan pembelajaran UP GRADING LEARNING masih dibuntukan bahwa evaluasi kerja dapat dilakukan

dalam bentuk pilihan ganda. Masih diperbolehknnya model tersebut juga merupakan jalan tengah untuk

menyikapi kondisi-kondisi kelas di sekolah yang umumnya masih kelas besar, dengan belajar murid di atas 40

orang dalam pengawasan 1 guru. Menurut peneliti pengadaptasian model tes kinerja ke dalam benetuk tes

objektif pilihan ganda dapat dilakukan dengan sarat;

(1) setiap butir tes terdiri problem kehidupan yang direkayasa dan

(2) penilaian dengan tes objektif bukan satu-satunya cara mengukur perkembangan siswa, perlu dipadukan

dengan evaluasi pengamatan misaalnya melalui LKS. Jika kedua persyataran tersebut terpenuhi tes

objektif tersebut dapat digunakan meskirpun baru taraf semi otentik dan belum dapat dikategorikan

penialaian yang sesungguhnya

B. pembelajaran koperatif

pembelajaran koperatif mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok

kecil salaing membntu dalam belajar. Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan untuk membantu agar

dapat bekerja sama dengan baik, misalnya menjadi pendengar yang baik memberi penjelasan yang baik,

mengajukan pertanyaan dengan benar dan sebagainya.

Beberap kalimat guru yang mendorong siswa untuk bkerja koperatif adalah. Diskusikan dengan teman

kalian tugas yang diberikan. Yakinllah bahwa dengan bekerja sama kalian dapat menyelesaikan tugas dengan

baik.

Menurut Ibrahim (200:7) beberapa ciri pembelajaran yang menggunakan model koperatif adalah sebagai berikut

a. siswa bekerja dalam kelompok secara koperatif untuk menuntaskan materi belajarnya
b. kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi sedang dan rendah

c. jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku jenis kelamin yang berbeda

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu

Dalam pembelajaran koperatif terdapat 6 langkah utama yang dapat dilakukan guru. Adapun langkah-

langkahnya dapat dilihat pada tabel berikut ini table 2.2

Fase Tingkah laku guru

Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuanuan pembelajaran

Menyampaiakan tujuanuan dan motivasi siswa yang ingin dicapai pada pembelajaran tsb dan

Fase2 memotivasi belajar siswa

Menyajikan infomasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

Fase3 demontrasi atau lewat bahan bacaan

Mengoganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

belajar membentuk kelompok belajar membantu setiap

Fase4 kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

Membimembimbing kelompok bekerja dan belajar melakukan transisi secara efisien

Fase6 Guru membimembimbing kelompok-kelompok belajar

Memberi penghargaan pada saat mereka mengerjakan tugas.

Guru mengevaluasi hasil belajar materi yang telah

dipelajari masing-masing kelompok dan

mempresentasikannya

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok

Dalam kegiatan pembelajaran waktu dan tempat juga sangat bepengaruh. Secara umum pembelajaran

koperatif mengajukan tuntutan lebih kuat pada sumber daya waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim:

35). Pembelajaran ini memerlukan lebih lama lagi bagi siswa untuk berinteraksi tentang ide-ide penting dari

waktu yang diperlukan untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat

merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu untuk meminimalkan belajar waktu yang terbuang.

Demikian juga pngaturan ruangan harus dilakukan secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung

lebih efisien dan memberi suasana nyaman baik buat guru /siswa.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model pembelajaran koperatif. Beberapa

variasi pembelajaran koperatif yang paling ekstensif dideskripsikan, di anataranya tipe STAD, TAI (team

assisted individualism) CIRC (coperative integrative reading and composition) GI (group investigation).

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran koperatif

Dalam pembelajaran koperatif skor yang dihitung adalah skor individu dan skor tim. Skor didasarkan pada

peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu. Kelebihan dari penskoran ganda ini adalah

dapat menampung siswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas sekaligus siswa yang tidak melakukan

pekejaan yang seharusnya mereka lakukan. Dengan skor individu dapat terlihat bagaimana siswa terlihat dalam

proses pembelajaran. Sedangkan dengan adanya skor tim dapat memotivasi siwa yang mempunyai kemampuan

lebih untuk membantu siswa dengan kemmapuan kurang agar meningkatkan prestasinya, karena prestasi

individu sangat menentukan tim.

Menurut Slvin dalm ibrahim (2000:256) prosedur penskoran digambarkan dalam tabel sebagai berikut

Tabel 2.3

Langkah penskoran pembelajaran koperatif

Langkah Perilaku siswa

Langkah1 Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis

Menetapkan skor dasar yang lalu

Langkah 2 Siswa beroleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan

Menghitung skor kuis terkini pelajaran terkini

Langkah 3 Sisiwa mendapatkan poin perkembangan yang

Menghitung skor perkembanagn besarnya ditentukan dan apakah skor kuis terkini

mereka menyamar atu melapaui skor dasar mereka

Tabel 2.4

Skala pemberian poin pembelajaran koperatif


Uraian Poin

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin

10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 poin

Skor tim yang diperoleh diumumkan secara tertulis dan tim yang mengalami peningkataan, diberi

penghargaan /ganjaran yang sesuai. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapat

pengakuan menjadi jelas bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi mereka melakukan yang terbaik. Skor

tim dihitung dengan menbelajarkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim membagi belajar itu

dengan belajar anggota tim yang mengerjakan kuis. Untuk menghitung skor im, guru perlu mencatat nilai

perkembangan angggota tim pada lembar skor kuis


BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Aspek perencanaan penyelenggaraan kegiatan penelitian ilmiah ini peneliti sekaligus pengawas SMP th….

Menggunakan aktivitas kualitatif konseptual. Sementara jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah

penelitian tindakan kolaboratif antara PTS dan PTK. Penelitian dirancang dalam siklus tindakan. Dalam siklus

tindakan terdiri dari 4 kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian

dilaksanakan dalam 3 siklus.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di .. th pelajaran…. Subjek penelitian adalah beberapa siswa pilihan di SMP Negeri 1

Kec Cibeber Kab Cjr th pljaran … dan guru bahasa Indonesia di SMP dan 1 cbbb kec cibber cjr th 2014/2015

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

1. Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan PROSES BELAJAR MENGAJAR bahasa Indonesia melllui

pembelajaran UP GRADING LEARNING

2. Aktivitas guru bahasa Indonesia dalam pengelolan pembelajaran bahasa Indonesia melalui aktivitas UP

GRADING LEARNING

3. Dokumen observasi tentang nilai hasil belajar siswa dan kinerja guru pendidikan bahasa Indonesia.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian pengamatan {observasi},

catatan lapngan, dan dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia

dengan padaktivitas UP GRADING LEARNING. Catatan dilapangan dilakuakn dengan mencatat peristiwa

nayata yang terjadi dalam KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR, baik secara dekriptif/reflektif. Dokumentasi

berupa kegiatan mendokumentasikan data verbal tertulis pada poto.


E. Analisis Data

Analis data dilakukan dengan teknik analisis data kualitatif yang bersifat linear yang di dalamnya melibatkan

kegiatan penelaahan seluruh data yang telah terkumpulkan, reduksi data dan verifikasi, serta penyimpulan data.

Penentuan keberhasilan didasarkan pada 2 tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar. Penemuan

keberhasilan didasarkan pada deskriptor kualifikasi terhadap aktivitas belajar siswa., sedangkan penentuan

keberhasilan hasil belajar ditentukan melalui ulangan harian.


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN

A. Paparan Analisis Hasil Tindakan

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP 1, LKS 1, soal tes

formatif 1 dan alat-alat pembelajaran yang mnedukung. Selain juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan

metode pembelajaran koperatif UP GRADING LEARNING dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus 1 dilaksa pada tgl …. Dengan belajar siswa 20. Dalam

hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun PROSES BELAJAR MENGAJAR mengacu pada RPP

yang telah dipersiapkan. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan PROSES

BELAJAR MENGAJAR.

Pada akhir PROSES BELAJAR MENGAJAR siswa diberi tes formatif 1 dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam PROSES BELAJAR MENGAJAR yang telah dilakukan.

Adapun data hasil penelitan pada siklus 1 adaah sebagai berikut

Table 4.1 Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus 1

no Aspek yang diamati Penilaian Rata2

P1 P2

1. Pengamatan KEGIATAN BELAJAR

MENGAJAR

A. Pendahuluan 2 2 2
1. Memotivasi siswa 2 2 2
2. Menyampaikan tujuan

pembelajaran
3. Menghubungkan dengan

pembelajaran sebelummnya

4. Mengatur siswa dalam

kelompok-kelompok belajar

B. Kegiatan Inti

1. Mempresentasikan langkah- 3 3 3

langkah metode 3 3 3

pembelajaran kolaboratif 3 3 3

2. Membimbing siswa 3 3 3

melakukan kegiatan

3. Melatih ketrampilan

koperatif

4. Mengawasi stiap kelompok

secara bergiliran

5. Memberikan bantuan kpada

kelompok yang mengalami

kesulitan

C. Penutup 3 3 3

1. Membimbing siswa 3 3 3

membuat rangkuman

2. Memberikan evaluasi

II Pengeloaan Waktu. 2 2 2

III Antusiasme Kelas. 2 2 2

1. Siswa antusias 3 3 3

2. Guru Antusias

Belajar 32 32 32

Ket: Nilai: Kriteria


{1} tidak baik

{2} kurang baik

{3} cukup Baik

{4} Baik

Berdasarkan tabel di atas, aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi

siswa., menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat

aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada

siklus 1 dan akan dijadikan bahan-bahan kajian untuk refleksi dan revisi pada siklus II

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitasi guru dan siswa seperti pada tabel sebagai berikut.

Table 4.2 Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I

no Aktivitasi guru yang diamati presentase ket

1. Menyampaikan tujuan 5.0

2 Memotivasi siswa 8.3

3 Mengaitkan dengan pembelajaran 8.3

4 sebelumnya 6.7

5 Menyampaikan materi, langkah-langkah 13.3

6 strategi 21.7

Menjelaskan materi yang sulit

7 Membimbing dan mengamti siswa dalam 10.00

menemukan konsep

8 Meminta siswa menyajikan dan 18.3

9 mendikusikan hasil kegiatan 8.3


Memberikan umpan balik

Membimbing siswa merangkum

pembelajaran

no Aktivitas siswa yang diamati prosentase

1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan 22.5

guru
2 Membaca buku 11.5

3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 18.7

4 Diskusi antarsiswa/guru 14.4

5 Menyajikan hasil pembelajaran 2.9

6 Menaggapi pertanyaan/ide 5.2

7 Menulis yang relevan dengan KEGIATAN 8.9

8 BELAJAR MENGAJAR 6.9

9 Merangkum pembelajaran 8.9

Mengejakan tes evaluasi

Berdasakan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus 1 adalah

membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 21.7%. aktivitas lain yang presentasinya

cukup besar adalah memberi umpan balik, evaluasi, Tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu

masing-masingg sebesar 13.3%. sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah

mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 22.5%. Aktivitas lain yang prosentasinya cukup besar adalah

bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa dengan guru dan membaca buku yaitu masing-

masing 18.7% 14.4 n 11,5%.

Pada siklus 1 scara garis besar KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR dengan metode pembelajaran

koperatif dengan model UP GRADING LEARNING sudah dilaksanakan dengan baiak, walaupun peran guru

masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut dirasa baru oleh siswa.

Table 4.3 Nilai tes formatif pada Siklus I

NO SKOR KET N0 SKOR KET

T TT T TT

1. 50 v 11 80 v

2. 70 V 12 60 V

3. 80 V 13 80 v

4. 40 V 14 40 V
5 90 V 15 50 V

6 70 V 16 70 v

7 70 V 17 70 v

8 70 V 18 70 v

9 50 V 19 80 v

10 70 V 20 50 V

belaja 650 7 3 Belajar 650 6 4

r Belajar skor 1310

Belajar skor mak

ideal 2000

Rata-rata skor

tercapai 65.50

Keterangan

T= tuntas

TT= tidak tuntas

Belajar siswa yang tuntas 13

Belajar siswa yang belum tuntas 7

Klasikal belum tuntas

Table 4.4 rekapitulasi hasil tes pada siklus 1

No Uraian Hasil siklus 1 Ket

1 Nilai rata-rata tes formatif 66.50

2 Belajar siswa yang tutas 13

belajar

3 Persentase ktutasan 65.00

belajar
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa menerapkan model pembelajaran Up Grading Learning

diperoleh rata-rata siswa 65.50 dan ketuntasan belajar mencapai 65.00% ATAU ADA 13 siswa dari 20 siswa

sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada siklus 1 secara klasikal siswa belum tuntas belajar,

karena siswa yang beroleh nilai >65 hanya sebesar 65% lebih kecil daripada prosentse ketuntasan yang

dikehendaki, yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan siswa masih merasa baru dan belum paham apa yang

dimaksud oleh guru g dengan model Up Grading Learning

c. refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar didapt informasi dari hasil pengalaman sebagai berikut

1. Guru bahasa Indonesia kurang baik dalam memotivasi siswa juga dalam menyampaikan tujuan

2. Guru bahasa Indonesia kurang baik dalam pengelolaan waktu

3. Siswa kurang antusias selama proses belajar mengajar berlangsung

d. Refleksi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 ini masih terdapat kekurangan sehingga perlu adanya revisi

untuk dlakukan pada siklus berikutnya.

1. Guru bahasa Indonesia harus lebih trampil dalam memotivsi siswa dan lebih jelas dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa diajak untuk terlibat langsung dalam stiap kegiatan yang

akan dilakukan

2. Guru bahasa Indonesia perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-

informasi yang di rasa perlu dan diberi catatan

3. Guru bahasa Indonesia harus lebih trampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga

mereka lebih antusias

2. Siklus 2

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri atas RPP 2, lks 2 soal tes

formatif 2 dan alat-alat pembelajaran yang mendukung. Juga, dipersiapkan lembar observasi

pengelolaan model pembelajaran Up Grading Learning dan lembar observasi, aktivitas guru dan siswa

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan


Pelaksanaaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 2 dilaksanakan pada tgl 19 agustus

dengan belajar siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru bahasa Indonesia .

Adapun PROSES BELAJAR MENGAJAR mengacu pada RPP dengan memperhatikan revisi pada

siklus 1 sehingga kesalahan /kekurangan pada siklus 1 tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan /observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan PROSES BELAJAR

MENGAJAR.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 2 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam PROSES BELAJAR MENGAJAR yang telah dilakukan. Instrument yang

dugunakan adalah tes formatif 2. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut

Table 4.1 Pengelolaan Pembelajaran pada siklus II

NO ASPEK YANG DIAMATI PENILAIAN RATA-

RATA

P1 P2

PENGAMATAN KEGIATAN 3 3 3

BELAJAR MENGAJAR 3 4 3.5

A. Pendahuluan

1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan

pembelajaran

3. Menghubungkan dengan

pembelajaran sebelumnya
4. Mengatur ssiwa dalam

kelompok belajar

B. Kegiatan Inti 3 4 3.5

1. Mempresentasikan langkah- 4 4 4

langkah metode 4 4 4

pembelajaran koperatif 4 4 4

2. Membimbing siswa 3 3 3

melakukan kegiatan

3. Melatih ketrampilan

koperatif

4. Mengawasi setiap

kelompok secara bergiliran

5. Memberikan bantuan

kepada kelompok yang

mengalami kesulitan

C. Penutup 3 4 3.5

1. Membimbing siswa 4 4 4

membuat rangkuman

2. Memberikan evaluasi

III 1. Pengelolaan Waktu 3 3 2

Iv Antusiasme kelas

1. Siswa antusias 4 3 3.5

2. Guru antusias 4 4 4

3. Belajar 41 43 42

Ket nilai kriteria

1. tidak baik

2. kurang baik
3. cukup baik

4. baik

Dari tabel di atas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar siklus II yang

dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model UP GRADING LEARNING mendapatlan penilaian yang

cukup baik dari pengamat. Artinya dari semua penilaian tak satupun mendapat nilai kurang. Tetpi penilaian

tersebut belum merupakan hasil yang optimal. Untuk itu ada beberapa aspek yang perlu medapat perhatian

untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa,

membimbing siswa merumuskan kesimpulan, menemukan kosep dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek 1 dalam penerapan model UP GRADING LEARNING diharapkan siswa

dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan

memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa

Table 4.2 Aktivitas Guru dan Siswa pada siklus II

No Aktivitas guru yang diamati presentase Keterangan

Menyampaikan tujua

1. Memotivasi siswa 6.7

2. Meningkatkan dengan pelajaran 6.7

sebelumnya

3. Menyampaikan /langkah- 6.7

langkah strategi

4. Menjelaskan materi yang sulit 11.7

5. Membimbing dan mengamati 11.7

siswa dalam

6. menemukan konsep 25.0

mendiskusikan hasil kegiatan

7. Meminta siswa menyajikan 8.2

8. Memberikan umpan balik 16.6


9. Membimbing siswa merangkum 6.7

pelajaran

No. Aktivitasivitas siswa yang Presentase

diamati

1.. Mendengarkan/memperhatikan 17.9

penjelasan guru

2. Membaca buku 12.1

3. Bekerja sama dengan anggota 21.0

kelompok

4. Diskusi antarsiswa/antara siswa 13.8

dan guru

5. Menyajikan hasil pembelajaran 4.6

6. Menyajikan/menanggapi 5.4

pertanyaan/ide

7. Menulis yang relevan dengan 7.7

kegiatan belajar mengajar

8. Rangkum pembelajaran 6.7

9. Mengerjakan tes/evaluasi 10.8

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus 2 adalah membimbing

dan mengamati siswa dalam menentukan konsep, yaitu 25%. Jika dibadingkan dengan siklus 1, aktivitas ini

mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi.

Tanya jawab {16.6%}, menjelaskan materi yang sulit {11.7}. meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan

hasil kegiatan {8.2%} dan membimbing siswa merangkum pelajaran {6.7%}.

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang pling dominan pada siklus 2 adalah bekerja dengan sesama

anggota kelompok, yaitu {21%}. Jika dibandingkan dengan siklus 1, aktivitas ini mengalami peningkatan.

Aktivitas siswa yang mengalami penurunan mendengarkan penjelasan guru {17.9%}. Diskusi antarsiswa/antara

siswa dengan guru {13.8%}, menulis yang relevan dengan KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR {7.7%} dan

merangkum pembelajaran {6.7%}. Adapun aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku
{12.1%}, menyajikan hasil pembelajaran {4.6%}, menanggapi/mengajukan pertanyaan /ide {5.4%}, dan

mengerjakan tes evaluasi {10.8%}.

Table 4.3 nilai tes formatif pada siklus 2

NO SKOR KET N0 SKOR KET

T TT T TT

1. 60 V 11 80 v

2. 80 V 12 80 v

3 90 V TT 13 70 V

4 50 V 14 60 v

5 100 V 15 70 V

6 70 V 16 80 V

7 80 V 17 90 V

8 70 V 18 80 V

9 60 V 19 80 V

10 80 V 20 50 V

Belajar skor 740 740 8 2

1480

Belajarah skor

maksimal

ideal 2000

Rata2 skor

tercapai 74.00

Ket T: tuntas

TT: tidak tuntas

Belajar yang tuntas 15

Belajar yang belum tuntas 5


Klasikal: belum tuntas

Table 4.4 rekafituasli hasil tes formatif pada siklus II

No Uraiana Hasil silus 2

1. Nilai rata-rata tes formtif 74.00

2. Belajar siswa yang tuntas 15

belajar

3. Presentasi ktuntasan 75.00

belajar

Dari tabel di atas diperlihatkan nilai rata-rata adalah 74.00 dan ketuntasan belajar mencapai 75.00% atau ada 15

siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus ke 2 ini ketuntasan belajar

secara klasikal telah mengalami peninkatan sedikit lebih baik dari siklus 1. Adanya peningkatan kinerja guru

bahasa Indonesia karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes

sehingga di pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi lagi untuk belajar. Selain itu, siswa juga sudah mulai

mnegerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerakan pembelajaran Up Grading Learning

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR didapat informasi hasil pengamatan

sebagai berikut

1} memotivasi siswa

2} membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3} pengelolaan waktu

d. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus 2 ini masih terdapat kekurangan-

kekurangan. Makanya perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus 2 antara lain

1. Guru bahasa Indonesia dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi

selama proses belajar mengajar belangsung

2. Guru bahasa Indonesia harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri

siswa untuk menemukan pendapat atau bertanya


3. Guru bahasa Indonesia harus lebih sabar dalam membimbing siswa menemukan

kesimpulan/menemukan konsep

4. Guru bahasa Indonesia harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran

dapat berjalan sesuai yang diharapkan

5. Guru bahasa Indonesia sebaiknya lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal pada siswa untuk

dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri atas RPP 3, lks 3,soal tes

fomtif 3 dan alat-alat pembelajaran yang kondusif. Selain itu, dipersiapkan lembar observasi,

pengelolaan pembelajaran Up Grading Learning dan lembar observasi guru dan siswa.

b. Tahap Kegiatan dan Penamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus3 dilaksanakan pada tgl……

dengan belajar siswa 20. Dalam hal peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar

mengacu pada RPP dengan memperhatikan revisi pada siklus II sehingga kesalahan/kekurangan pada

siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses belajar

mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 3 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan

adalah tes formatif 3. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut

Table 4.1 Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus III

NO ASPEK YANG DIAMATI PENILAIAN RATA-

RATA

I Pengamatan KEGIATAN P1 P2

BELAJAR MENGAJAR

A. Padahuluan

1. Motivasi siswa 3 3 3

2. Menyampaikan tujuan 4 4 4
pembelajaran

3. Menghubungkan dengan

pembelajaran

sebelumunya

4. Mengatur siswa dalam

kelompok-kelompok

belajar

B. Kegiatan inti

1. Mempresentasikan 4 4 4

langkah-langkah model

pembelajaran koperatif

2. Membimbing siswa 4 4 4

melakukan kegiatan

3. Melatih ketrampilan 4 4 4

koperatif

4. Mengawasi setiap 4 3 3.5

kelompok secara

bergiliran

5. Memberikan bantuan 3 3 3

kepada kelompok yang

mengalami kesulitan

C. Penutup

1. Membimbing siswa 4 4 4

membuat rangkuman

2. Memberikan evaluasi 4 4 4

II 1. Pengelolaan waktu 3 3 3

III Antusiasme kelas

1. Siswa antusias 4 4 4

2. Guru antusias 4 4 4
Belajar 45 44 44.5

Keterangan nilai kriteria

1. Tidak baik

2. Kurang baik

3. Cukup baik

4. Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat aspek-aspek yang dialami pada kegiatan belajar mengajar {siklus

III} yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran Up Grading Learning

mendapakan penilaian cukup baik dari pengamatan adalah memotivasi siswa, membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep dan pengelolaan waktu.

Pnyempurnan aspek-aspek di atas dalam menerapkan model pembelajaran Up Grading Learning

dharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.

Table 4.2 aktivitas guru dan siswa pada siklus 3

N0 Aktivitas guru yang Presentase

diamati

Mnyampaikan tujuan

1 Memotivasi siswa 6.7

2 Mengkaitkan dengan 6.7

pembelajaran sebelum

nya

3 Menyampaikan 10.7

materi/langkah

pembelajaran

4 Menjelaskan materi 13.3

yang sulit

5 Membimbing dan 10.0

mengamati siswa dalam

menemukan konsep

6 Meminta siswa 22.6


menyajikan dan

7 mendiskusikan hasil 10.0

kegiatan

8 Memberikan umpan 11.7

balik

9 Membimbing siswa 10.0

merangkum

pembelajaran

N0 Aktivitas yang diamati prosentase

1 Mendengarkan 20.8

penjelasan guru

2 Membaca buku 13.1

3 Bekerja dengan sesama 22.1

anggota kelompok

4 Diskusi antarsiswa 15.0

5 Menyajikan hasil 2.9

pembelajaran

6 Menyajikan/ 4.2

menanggapi pertanyaan

7 Menulis yang relevan 6.1

dengan kegiatan belajar

mengajar

8 Merangkum 7.3

pembelajaran

9 Mengerjakan tes 8.5

Berdasarkan tabel di atas tampak aktivitas guru yang paling dominan pada siklus 3 adalah

membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 22.6%, sedangkan aktivitas

menjelaskan materi yang sulit memberi umpan balik, evaluasi/Tanya jawab menurun masing-

masing sebesar 10 % dan 11.7%. aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah meningkatkan

dengan pembelajaran sebelumnya 10%, menyampaikan materi/langkah-langkah 13.3 %. Meminta


siswa menyajikan dan mendisksusikan hasil kegiatan 10% dan membingbing siswa merangkum

pembelajaran 10%. Adapun aktivitas yang tidak mengalami perubahan adalah menyampaikan

tujuan 6.7% dan memotivasi siswa 6.7%

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah dengan sesama

anggota kelompok, yaitu 22.1% dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 20.8%,

aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa 13.1% dan diskusi antar siswa

dengan guru 15.0%. sedangkan aktivitas yang lainnya mengalami penurunan

Table 4.3 Nilai Tes Formatif pada siklus 3

No skor Ket N0 skr Ket

T TT T TT

1 70 V 11 V

2 80 V 12 v

3 90 V 13 v

4 60 v 14 V

5 100 V 15 v

6 80 V 16 V

7 90 V 17 v

8 80 V 18 v

9 70 V 19 v

10 80 V 20 V

belajar 800 9 1 Belajar 800 8 2

Belajar skor 1600

Belajar skor maksimal ideal 2000

Rat2 skor tercapai 80.00

Keterangan

T = Tuntas

TT = Tidak Tuntas

Belajar siswa yang tuntas 17


Belajar siswa yang belum tuntas 3

Klasikal = tuntas

Table 4.2 hasil tes formatif siswa pada sklus 3

N0 URAIAN HASIL SIKLUS 3 KET

1. Nilai rata-rata tes 80

formatif

2. Belajar siswa yang 17

tuntas belajar

3. Persentase ketuntasan 85

belajar

Berdasarkan table di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80.00 dan dari 20 siswa yang

telah tuntas sebanyak 17 siswa dan 3 siswa blum mencapai ketuntsan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar telah tercapai sebesar 85.00% termasuk kategori tuntas. Hasil pada siklus 3 ini

mengalami peningkatan lebih baik daripada siklus 2. Adanya pningkatan kinerja guru g pada

siklus 3 ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru g dalam menerapkan model

pbelajar ugl membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa

lbih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan

c. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah dilaksanakan dengan baik maupun yang

masih kurang baik dalam PBM dengan penerapan model UGL. Dari data-data yang telah diperoleh

dapat diuraikan sebagai berikut

1. Slama PBM guru tlah mlaksanakan semua pbelajar dengan bauk. Meskipun ada beberapa

aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaan untuk masing-masing aspek cukup

besar

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktivitas selama PBM

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningktan

sehingga menjadi lebih baik

4. Kinerja guru siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.


d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan model pembelajaran UGL dengan baik

dilihat dari aktivitas siswa. kinerja guru dalam pelaksanaan PBM sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak dperlukan revisi terlalu banyak, tetapi perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya

adalah meemaksimalkan dan memperhatikan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan PBM selanjutnya penerapan model ugl dapat meningkatkan PBM sehingga tujuan

dapat tercapai

B. Pembahasan hasil tindakan

1. Ketuntasan kinerja guru bahasa Indonesia

Melalui hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran ugl memiliki

dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru bahasa Indonesia . hal ini dpat dilihat dari semkin mantapnya

pemahman siswa terhadap materi yang disampaikan guru {ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1, 2 dan 3, yaitu

masing-masing 65%, 75% n 85%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah tercapai

2. Kemampuan guru bahasa Indonesia dalam mengelola pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses model pembelajaran UGL

dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positf terhadap kinrja guru yaitu dapat dtunjukan dengan

meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan

3. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran

Berdasarkan analisis data didapat aktivitas siswa dalam pbm dengan model ugl yang paling

dominn adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan penjelasan guru dan diskusi antar siswa dengan

guru. Jadi, dapat dikatakan bahwa aktivitasi siswa dapat diktegorikan aktif

Sedangkan untuk aktivitasi guru bahasa Indonesia selama pembelajaran telah melaksanakan model

pembelajarran ugl dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitasi guru yang muncul di antranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan lks/menemukan konsep, menjelaskan materi

yang sulit, sumber umpan balik/evluasi Tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitasi data cukup besar.

Bba5
a. Kesimpulan

1. Aktivitasi mengajar guru bahasa Indonesia dan siswa dapat ditentukan hasil prestasi belajar bahasa

Indonesia melalui model ugl di….. hal ini ditunjukkan adanya kualifikasi siswa dalam belajar secara

kelompok dengan predikat pada siklus 1; hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan

tidak berpredikat 2 kelompok.

Pada siklus 2; super sebanyak 1 kelompok, hebat sebnyak 2 kelompok, sedangkan siklus 3, super sebanyak 3

kelompok sebanyak 1 kelompok dan baik sebanyak 1 kelompok

2. peningkatan aktivitasi belajar mengajar g melalui model ugl dan model koperatif dapat meningkatkan

prestasi siswa dan kinerja guru dalam mengajar

b. saran

Berdasarkan simpulan di atas saran-saran sebagai berikut

1. Hendaknya guru bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran ugl sebagai alternatif tindkan

dalam mengatasi pembelajaran bahasa Indonesia khusunya peningkatan aktivitas belajar siswa

2. Untuk meraih gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya tidak hanya dilakukan tes,

melainkan beberapa teknik penilaian kinerja observasi intensif dan ugl diterapkan

3. Bagi model lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat digeneralisaikan

secara proporsional

Anda mungkin juga menyukai