KECAMATAN CJR
SEKOLAH
BAB 1 PENDAHULUAN
Kualitas sumber daya menusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional, baik pada masa
sekarang atau masa mendatang yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan berperan yang
cukup besar dalam meningkatkan dan mengembangkan kualiltas SDM tersebut. Sejalan dengan hal itu,
pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan
Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini Mendikbud sedang melakukan upaya
untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang dirasa belum mampu mengimbangi
perkembanagan IPTEK dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan
pengembangan sistem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu porses interaksi antara guru
dengan siswa melalui kegiataniatan terpadu dari dua bentuk kegiataniatan, yaitu kegiataniatan belajar siswa dan
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru dan pembelajaran dapat
diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering
ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru bahasa Indonesia dalam
proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga
mereka lebih banyak menunggu sajian daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan
Aspek peninjauan oleh supevisi pendidikan terhadap mekanisme kurikulum pendidikan di tingkat SMP
menjadi proritas bagi peneliti sekaligus pengawas SMP di kabupaten Cianjur Jawa Barat. Sehingga pelaksanaan
supervisi indivdu oleh peneliti difokuskan pada pengarahan model pembelajaran yang mampu meningkatkan
kualitas guru dalam mengajar bahasa Indonesia di sekolah juga dapat menumbuhkan semangat dan antusiasme
yang tinggi oleh siswa sebagai penerima bahan ajar bahasa Indonesia.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam pengajaran bahasa Indonesia untuk
mengaktikan siswa belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan UP grading learning. Pendekatan ini
menekankan pada menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang
memotivasi siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini diharapkan dapat
(1) Siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan infomasi yang diserap;
(4) Siswa dapat mengkordinasikan konsep dan informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan
(5) Siswa dapat mentransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada siswa lain (Nurhadi, 2002)
Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak terealisasikan pada bentuk
pembelajaran yang tidak lagi menempatkan bahwa guru bahasa Indonesia sebagai subjek dan pusat belajar
sebagai mana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki,
terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada batas kemampuan untuk
memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti standar sendiri dan mencetuskan cara-cara baru dalam
Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan, selama ini proses pembelajaran bahasa Indonesia yang
ditemui masih secara konvensional, seperti ekspotori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada
pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar
dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan
aktivitasivitasitastas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang
diharapkan. Dalam hal ini guru ingin memperbaiki kondisi tersebut dengan mencoba strategi pembelajaran
yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar
aktivitasif di mana siswa lebih berpartisipasi aktivitasif sehingga kegiataniatan siswa dalam belajar jauh lebih
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka dilakukan PTS yang berkolaborasi dengan PTK
Pembinaan dan pengarahan yang objektif terhadap peningkatan kualitas mengajar guru melalui konsepsi
model pembelajaran Up grading oleh supervisor sekaligus peneliti untuk menemukan pola guru mengajar yang
inovatif
B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di depan, berikut ini dikemukakan
1. Apakah selama ini guru dalam memberikan bahan ajar kepada siswa menggunakan metode mengajar
2. Apakah terjadi peningkatan aktivitasivitasitastas belajar siswa dan aktivitasivitasitastas belajar guru
dengan menggunakan pendekatan UP GRADING LEARNING dalam pemberian bahan ajar di SMP?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
PTS ini diharapkam dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain;
1. Sebagai media obsrevasi dan supervisi invidu oleh peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan
2. Sekaligus dapat memberikan sumbangsih saran edukatif kepada guru sebagai bahan pertimbangan
1. Pengertian
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar
menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Kasihani, 2001). Pembelajaran UP GRADING LEARNING merupakan suatu konsepsi yang
membantu guru mengaitkan konsep mata pelajaran dengan situasi dunia dan memotivasi siswa membuat
hubungan antarpengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga
negara, dan tenaga kerja (Nur, 2001). Lebih lanjur Nur menyebuntkan UP GRADING LEARNING merupakan
suatu reaksi terhadap teori yang pada dasarnya behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama
puluhan tahun. Pendekatan UP GRADING LEARNING mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses
yang kompleks dan banyak fase berlangsung jauh malampaui drill oriented dan metodelogi stimulus dan
response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori
tersebut belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk
Dalam praktiknya, puluhan tahun proses pembelajaran berorientasi pada psikologi behavior ini melahirkan
proses pendidikan gaya bank (Freire;2001). Anak didik dianggap sebagai bejana kosong yang akan diisi sebagai
sarana tabungan atau sarana modal ilmu pengetahuan yang hasilnya akan dipetik kelak. Guru adalah subjek
aktivitas dan anak adalah objek pasif yang penurut. Lebih jauh lagi Freire (2001;240) merinci ciri
(7) Guru bertindak dan murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan kehendak gurunya
(8) Guru memilih apa yang akan diajarkan dan murid menyesuaikan diri dengan pilihan guru
(9) Guru mengacaukan ilmu pengetahuan dan wewenang profesionalismenya dengan kebebasan murid-
muridnya, dan
(10) Guru menjadi subjek pusat segala-galanya dan murid menjadi objek yang ditentukan
Pada pembelajaran UP GRADING LEARNING sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional yang
kita kenal selama ini. Beberapa perbedaan tersebut dapat kita gambar kan pada tabel sebagai berikut
Tabel…
LEARNING
guru
3. Cenderung 3 Cenderung
bidang tertentu
saatnya diperlukan
berupa
ujian/ulangan pemecahan masalah
Orang dapat belajar secara paling baik dalam konteks, dalam suatu terkait dengan kebutuhannya.,
aktivitas dan keterampilan yang dipelajari secara terpisah sulit untuk diserap, disamping akan cepat menguap
bagaikan asap. Belajar terbaik dapat dilakukan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri dalam proses
penyelaman ke dunia nyata secara kontinyu, menggunakan umpan balik, evaluasi dan refleksi.
Secara rinci Nur 92001) menguraikan 7 kata kunci dalam pembelajaran UP GRADING LEARNING
a. Penemuan (inquiry)
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara induktif, diawali dengan pengamatan dalam rangka memahami
suatu konsep. Dalam praktik, pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati, bertanya, menganalisis dan
merumuskan teori, baik secara individual/kelompok dengan teman lainnya. Penemuan juga merupakan aktivitas
b. Pertanyaan (Questioning)
Pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang berbasis penemuan. Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3
- pertanyaan ekplanatif yaitu pertanyaan yang mengarahkan pada permintaan kepada siswa untuk
menjelaskan
- Pertanyaan kritis/kreatif adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengungkap informasi yang
c. Kontruktivisme (constructivism)
Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengalaman
awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar/tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk
mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang
bermakna
. Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi sesama siswa saling berbicara dan menyimak, berbagai
pengalaman di antara mereka. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran siswa aktivitas
lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran tradisional yang
secara tidak langsung mendidik siswanya untuk menjadi indvidu yang egoistis, tidak banyak peduli pada
lingkungannya. Kawan sekelas tidak dipandang sebagai mitra, namun dipandang sebagai pesaing. Lebih sahih
Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang bervariasi, yaitu pengetahuan dan
keterampilan. Penilaian ini juga mempersaratkan penerapan pengetahuan atau keterampilan. Penilaiain ini tidak
f. Refleksi
Salah satu pembelajaran UP GRADING LEARNING dengan pendekatan tradisional yang berbentuk cara-
cara berpikir tentang sesuautu yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu siswa dapat merevisi
dan merespon kejadian, aktivitas dan pengalaman mereka. Prosedur umunya siswa mencata butir-butir materi
yang telah dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang muncul. Bentuk aktivitas refleksi
g. Pemodelan (Modelling)
Aktivitas guru di kelas memiliki efek model bagi siswa jika guru mengajar dengan berbagai variasi metode
dan teknik pembelajaran, secara tidak lansgung siswapun akan menilai atau teknik yang dilakukan guru
tersebut. Kondisi yang demikian ini banyak memberikan banyak manfaat. Guru dapat melakukan aktivitas
mengucapkan hal-hal yang dipikirkan. Guru juga dapat memanfaatkan efek model ini dengan
mendemontrasikan cara guru menginginkan siswa belajar. Guru juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan
Menyamppaikan pembelajaran sesuai dengan konsep tekpen dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan
kegiatan menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan menggunakan bahan, alat, dan dalam
lingkungan tertentu. Agar penyampaian tersebut efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip desain pesan
pembelajaran. Prinsip itu antara lain prinsip kesiapan dan motivasi, pengunaaan alat pemusat perhatian,
Prinsip kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap
dan mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Siap di sini bermakna siap pengetahuan prasarat, siap
mental dan fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu diadakan tes prasarat.
Selanjutnya motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk
melakukan kegiatan belajar. Dorongan bisa bersal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Motivasi juga dapat
Jika dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat perhatian, hasil belajar akan meningkat.
Terpusatnya mental pada suatu objek berperan penting untuk keberhasilan proses belajar. Semakin
memperhatikan akan semakin berhasil, semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun penting pemusat
perhatian mempunyai sifat sukar dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu perlu digunakan berbagai alat dan
teknik untuk mengendalikan dan mengarahkan perhatian. Alat pengendali perhatian yang paling utama adalah
media seperti gambar, ilustrasi, bagan warna-warna audio, video, visual, atau penegas verbal. Teknik yang
paling dapat digunakan untuk mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu yang aneh,
Jika penyampaian pesan pembelajaran di ulang-ulang, hasil belajar akan lebih baik,. Perulangan dilakukan
dengan cara dan media yang sama maupun dengan cara dan mdia yang beda. Perulanagn dapat pula dilakukan
dengan memberikan tinjauan selintas awal pada saat memulai pembelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada
akhir pembelajaran. Perulanagn dapat juga dilakukan dengan jalan menggunakan kata-kata isarat tertentu seperti
d. Umpan balik
Jika dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik, hasil belajar akan meningkat. Jika salah diberikan
pembetulan dan jika betul diberi konfirmasi atau penguatan. Siswa akan menjadi mantap jika betul lalu
dibetulkan. Sebaliknya siswa akan tahu letak kesalahannya jika diberi tahu kesalahannya dan dibtulkan. Secara
teknis umpan balik diberikan dalam bentuk kunci jawaban yang benar.
Agar pelaksanaan UP GRADING LEARNING dapat lebih efektif, guru harus berperan dengan baik dalam hal
merencanakan, menerapkan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran. Untuk itu strategi pengajaran
yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran UP GRADING LEARNING sebagai berikut
a. Menekankan pada pemecahan masalah. Pengajaran diawali dengan menyajikan masalah yang nyata
relevan dengan keluarga siswa, pengalaman sekolah, tepat kerja, dan masyarakat yang berarti penting
bagi siswa. Siswa didorong untuk berpikir kritis dan sistematis untuk menemukan maslah dan
b. Mengakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi berbagai konteks seperti di rumah, masyarakat,
tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak lepas dari mana dan bagaimana siswa
mendapatkan pengetahuan dan pengethuannya semakin bertambah jika mereka mempelajari dari
c. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dengan cara memperkenankan
siswa selalu melakukan uji coba, sehingga pada akhirnya siswa dengan bimembimbingan yang sedikit
sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerjasama dan aktivitas kelompok
belajar yang tediri dari keragaman siswa sehingga dapat membangun keterampilan interpesonal, yaitu
e. Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan pembimbing akademis dalam mendorong siswa untuk
melakukan kerjasama dalam belajar. Komunitas pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan
sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama menggunakan pengetahuan, memusatkan
tujuanuan pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya.
f. Menggunakan penilaian autentik. Penilaian ini tidak hanya mengukur seberapa banyak pengetahuan
yang telah dikumpulkan oleh siswa, tapi juga siswa dapat menerapkan pengetahuannya untuk
belajar siswa diperlukan strategi penilaian yang beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi
penilaian UP GRADING LEARNING yang dapat membangun dan memperluas siswa dibandingkan
menyelesaikan atau memecahkan persoalan dunia nyata, atau siswa mengalami peningkatan dalam
mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana menggunakan pengetahuannya di dalam
Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata
yang diharapkan dari materi pelajaran tertentu. Dati tujuan dan out come materi pelajaran, muncul ragam
strategi penilaian yang dapat mengukur prestasi siiswa dan pengetahuan proses di dalam aktivitas pembelajaran
salah satu prinsip penilaiain pada pembelajaran UP GRADING LEARNING adalah tidak hanya menilai apa
yang diketahui oileh sisiwa, tapi juga menilai apa yang dapat dikerjakan oleh siswa. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut dilakukan penilaian autentik. Strategi penilaian yang dapat dikategorikan pada penilaian
autentik adalah penilaian kinerja, observasi sistematik dan portofolio (depadaikbud, 2002;24). Penilaian kinerja
digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu konteks tertentu.
Observasi sistematik digunakan untuk mengatahui dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. UP
GRADING LEARNING merupakan kumpulan dari berbagai keterampilan ide, minat, dan keberhasilan siswa
selama jangka waktu tertentu yang wujudnya berupa catatan, gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang
berwujud fisik. Jika dibandingkan dengan teknik evaluasi tradisional, strategi evaluasi otentik yang telah
disebuntkan di atas merupakan revolusi. Perubahan besar dilakukan terhadap sasaran evaluasi dan teknik
mengevaluasinya. Sasaran berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuannya untuk memecahkan
persoalan kehidupan nyata. Karena sasaran yang berubah ini, tekniknya pun beruybah dati teknik pencil and
paper test ke arah tes perbuatan dengan teknik utama observasi tindakan.
Pada tahap transisi, sebelum sosialisasi model penilaian otentik dilakukan secara kontinyu oleh
mendiknas, guru akan sulit menyesuaiakan dengan paradigma baru ini. Itulah alasannya mengapa pada buku
panduan pembelajaran UP GRADING LEARNING masih dibuntukan bahwa evaluasi kerja dapat dilakukan
dalam bentuk pilihan ganda. Masih diperbolehknnya model tersebut juga merupakan jalan tengah untuk
menyikapi kondisi-kondisi kelas di sekolah yang umumnya masih kelas besar, dengan belajar murid di atas 40
orang dalam pengawasan 1 guru. Menurut peneliti pengadaptasian model tes kinerja ke dalam benetuk tes
(1) setiap butir tes terdiri problem kehidupan yang direkayasa dan
(2) penilaian dengan tes objektif bukan satu-satunya cara mengukur perkembangan siswa, perlu dipadukan
dengan evaluasi pengamatan misaalnya melalui LKS. Jika kedua persyataran tersebut terpenuhi tes
objektif tersebut dapat digunakan meskirpun baru taraf semi otentik dan belum dapat dikategorikan
B. pembelajaran koperatif
pembelajaran koperatif mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok
kecil salaing membntu dalam belajar. Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan untuk membantu agar
dapat bekerja sama dengan baik, misalnya menjadi pendengar yang baik memberi penjelasan yang baik,
Beberap kalimat guru yang mendorong siswa untuk bkerja koperatif adalah. Diskusikan dengan teman
kalian tugas yang diberikan. Yakinllah bahwa dengan bekerja sama kalian dapat menyelesaikan tugas dengan
baik.
Menurut Ibrahim (200:7) beberapa ciri pembelajaran yang menggunakan model koperatif adalah sebagai berikut
a. siswa bekerja dalam kelompok secara koperatif untuk menuntaskan materi belajarnya
b. kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi sedang dan rendah
c. jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku jenis kelamin yang berbeda
Dalam pembelajaran koperatif terdapat 6 langkah utama yang dapat dilakukan guru. Adapun langkah-
Menyampaiakan tujuanuan dan motivasi siswa yang ingin dicapai pada pembelajaran tsb dan
Mengoganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
mempresentasikannya
Dalam kegiatan pembelajaran waktu dan tempat juga sangat bepengaruh. Secara umum pembelajaran
koperatif mengajukan tuntutan lebih kuat pada sumber daya waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim:
35). Pembelajaran ini memerlukan lebih lama lagi bagi siswa untuk berinteraksi tentang ide-ide penting dari
waktu yang diperlukan untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat
merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu untuk meminimalkan belajar waktu yang terbuang.
Demikian juga pngaturan ruangan harus dilakukan secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung
lebih efisien dan memberi suasana nyaman baik buat guru /siswa.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model pembelajaran koperatif. Beberapa
variasi pembelajaran koperatif yang paling ekstensif dideskripsikan, di anataranya tipe STAD, TAI (team
assisted individualism) CIRC (coperative integrative reading and composition) GI (group investigation).
Dalam pembelajaran koperatif skor yang dihitung adalah skor individu dan skor tim. Skor didasarkan pada
peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu. Kelebihan dari penskoran ganda ini adalah
dapat menampung siswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas sekaligus siswa yang tidak melakukan
pekejaan yang seharusnya mereka lakukan. Dengan skor individu dapat terlihat bagaimana siswa terlihat dalam
proses pembelajaran. Sedangkan dengan adanya skor tim dapat memotivasi siwa yang mempunyai kemampuan
lebih untuk membantu siswa dengan kemmapuan kurang agar meningkatkan prestasinya, karena prestasi
Menurut Slvin dalm ibrahim (2000:256) prosedur penskoran digambarkan dalam tabel sebagai berikut
Tabel 2.3
Menghitung skor perkembanagn besarnya ditentukan dan apakah skor kuis terkini
Tabel 2.4
Skor tim yang diperoleh diumumkan secara tertulis dan tim yang mengalami peningkataan, diberi
penghargaan /ganjaran yang sesuai. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapat
pengakuan menjadi jelas bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi mereka melakukan yang terbaik. Skor
tim dihitung dengan menbelajarkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim membagi belajar itu
dengan belajar anggota tim yang mengerjakan kuis. Untuk menghitung skor im, guru perlu mencatat nilai
Aspek perencanaan penyelenggaraan kegiatan penelitian ilmiah ini peneliti sekaligus pengawas SMP th….
Menggunakan aktivitas kualitatif konseptual. Sementara jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
penelitian tindakan kolaboratif antara PTS dan PTK. Penelitian dirancang dalam siklus tindakan. Dalam siklus
tindakan terdiri dari 4 kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian
Penelitian dilaksanakan di .. th pelajaran…. Subjek penelitian adalah beberapa siswa pilihan di SMP Negeri 1
Kec Cibeber Kab Cjr th pljaran … dan guru bahasa Indonesia di SMP dan 1 cbbb kec cibber cjr th 2014/2015
C. Sumber Data
1. Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan PROSES BELAJAR MENGAJAR bahasa Indonesia melllui
2. Aktivitas guru bahasa Indonesia dalam pengelolan pembelajaran bahasa Indonesia melalui aktivitas UP
GRADING LEARNING
3. Dokumen observasi tentang nilai hasil belajar siswa dan kinerja guru pendidikan bahasa Indonesia.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian pengamatan {observasi},
catatan lapngan, dan dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
dengan padaktivitas UP GRADING LEARNING. Catatan dilapangan dilakuakn dengan mencatat peristiwa
nayata yang terjadi dalam KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR, baik secara dekriptif/reflektif. Dokumentasi
Analis data dilakukan dengan teknik analisis data kualitatif yang bersifat linear yang di dalamnya melibatkan
kegiatan penelaahan seluruh data yang telah terkumpulkan, reduksi data dan verifikasi, serta penyimpulan data.
Penentuan keberhasilan didasarkan pada 2 tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar. Penemuan
keberhasilan didasarkan pada deskriptor kualifikasi terhadap aktivitas belajar siswa., sedangkan penentuan
1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP 1, LKS 1, soal tes
formatif 1 dan alat-alat pembelajaran yang mnedukung. Selain juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan
metode pembelajaran koperatif UP GRADING LEARNING dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus 1 dilaksa pada tgl …. Dengan belajar siswa 20. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun PROSES BELAJAR MENGAJAR mengacu pada RPP
BELAJAR MENGAJAR.
Pada akhir PROSES BELAJAR MENGAJAR siswa diberi tes formatif 1 dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam PROSES BELAJAR MENGAJAR yang telah dilakukan.
P1 P2
MENGAJAR
A. Pendahuluan 2 2 2
1. Memotivasi siswa 2 2 2
2. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
3. Menghubungkan dengan
pembelajaran sebelummnya
kelompok-kelompok belajar
B. Kegiatan Inti
1. Mempresentasikan langkah- 3 3 3
langkah metode 3 3 3
pembelajaran kolaboratif 3 3 3
2. Membimbing siswa 3 3 3
melakukan kegiatan
3. Melatih ketrampilan
koperatif
secara bergiliran
kesulitan
C. Penutup 3 3 3
1. Membimbing siswa 3 3 3
membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
II Pengeloaan Waktu. 2 2 2
1. Siswa antusias 3 3 3
2. Guru Antusias
Belajar 32 32 32
{4} Baik
Berdasarkan tabel di atas, aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi
siswa., menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat
aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada
siklus 1 dan akan dijadikan bahan-bahan kajian untuk refleksi dan revisi pada siklus II
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitasi guru dan siswa seperti pada tabel sebagai berikut.
4 sebelumnya 6.7
6 strategi 21.7
menemukan konsep
pembelajaran
guru
2 Membaca buku 11.5
Berdasakan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus 1 adalah
membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 21.7%. aktivitas lain yang presentasinya
cukup besar adalah memberi umpan balik, evaluasi, Tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu
masing-masingg sebesar 13.3%. sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah
mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 22.5%. Aktivitas lain yang prosentasinya cukup besar adalah
bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa dengan guru dan membaca buku yaitu masing-
Pada siklus 1 scara garis besar KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR dengan metode pembelajaran
koperatif dengan model UP GRADING LEARNING sudah dilaksanakan dengan baiak, walaupun peran guru
masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut dirasa baru oleh siswa.
T TT T TT
1. 50 v 11 80 v
2. 70 V 12 60 V
3. 80 V 13 80 v
4. 40 V 14 40 V
5 90 V 15 50 V
6 70 V 16 70 v
7 70 V 17 70 v
8 70 V 18 70 v
9 50 V 19 80 v
10 70 V 20 50 V
ideal 2000
Rata-rata skor
tercapai 65.50
Keterangan
T= tuntas
belajar
belajar
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa menerapkan model pembelajaran Up Grading Learning
diperoleh rata-rata siswa 65.50 dan ketuntasan belajar mencapai 65.00% ATAU ADA 13 siswa dari 20 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada siklus 1 secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa yang beroleh nilai >65 hanya sebesar 65% lebih kecil daripada prosentse ketuntasan yang
dikehendaki, yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan siswa masih merasa baru dan belum paham apa yang
c. refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar didapt informasi dari hasil pengalaman sebagai berikut
1. Guru bahasa Indonesia kurang baik dalam memotivasi siswa juga dalam menyampaikan tujuan
d. Refleksi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 ini masih terdapat kekurangan sehingga perlu adanya revisi
1. Guru bahasa Indonesia harus lebih trampil dalam memotivsi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa diajak untuk terlibat langsung dalam stiap kegiatan yang
akan dilakukan
2. Guru bahasa Indonesia perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-
3. Guru bahasa Indonesia harus lebih trampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga
2. Siklus 2
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri atas RPP 2, lks 2 soal tes
formatif 2 dan alat-alat pembelajaran yang mendukung. Juga, dipersiapkan lembar observasi
pengelolaan model pembelajaran Up Grading Learning dan lembar observasi, aktivitas guru dan siswa
dengan belajar siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru bahasa Indonesia .
Adapun PROSES BELAJAR MENGAJAR mengacu pada RPP dengan memperhatikan revisi pada
siklus 1 sehingga kesalahan /kekurangan pada siklus 1 tidak terulang lagi pada siklus II.
MENGAJAR.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 2 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam PROSES BELAJAR MENGAJAR yang telah dilakukan. Instrument yang
dugunakan adalah tes formatif 2. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut
RATA
P1 P2
PENGAMATAN KEGIATAN 3 3 3
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
3. Menghubungkan dengan
pembelajaran sebelumnya
4. Mengatur ssiwa dalam
kelompok belajar
1. Mempresentasikan langkah- 4 4 4
langkah metode 4 4 4
pembelajaran koperatif 4 4 4
2. Membimbing siswa 3 3 3
melakukan kegiatan
3. Melatih ketrampilan
koperatif
4. Mengawasi setiap
5. Memberikan bantuan
mengalami kesulitan
C. Penutup 3 4 3.5
1. Membimbing siswa 4 4 4
membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
Iv Antusiasme kelas
2. Guru antusias 4 4 4
3. Belajar 41 43 42
1. tidak baik
2. kurang baik
3. cukup baik
4. baik
Dari tabel di atas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar siklus II yang
dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model UP GRADING LEARNING mendapatlan penilaian yang
cukup baik dari pengamat. Artinya dari semua penilaian tak satupun mendapat nilai kurang. Tetpi penilaian
tersebut belum merupakan hasil yang optimal. Untuk itu ada beberapa aspek yang perlu medapat perhatian
untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa,
Dengan penyempurnaan aspek-aspek 1 dalam penerapan model UP GRADING LEARNING diharapkan siswa
dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan
Menyampaikan tujua
sebelumnya
langkah strategi
siswa dalam
pelajaran
diamati
penjelasan guru
kelompok
dan guru
6. Menyajikan/menanggapi 5.4
pertanyaan/ide
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus 2 adalah membimbing
dan mengamati siswa dalam menentukan konsep, yaitu 25%. Jika dibadingkan dengan siklus 1, aktivitas ini
mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi.
Tanya jawab {16.6%}, menjelaskan materi yang sulit {11.7}. meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang pling dominan pada siklus 2 adalah bekerja dengan sesama
anggota kelompok, yaitu {21%}. Jika dibandingkan dengan siklus 1, aktivitas ini mengalami peningkatan.
Aktivitas siswa yang mengalami penurunan mendengarkan penjelasan guru {17.9%}. Diskusi antarsiswa/antara
siswa dengan guru {13.8%}, menulis yang relevan dengan KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR {7.7%} dan
merangkum pembelajaran {6.7%}. Adapun aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku
{12.1%}, menyajikan hasil pembelajaran {4.6%}, menanggapi/mengajukan pertanyaan /ide {5.4%}, dan
T TT T TT
1. 60 V 11 80 v
2. 80 V 12 80 v
3 90 V TT 13 70 V
4 50 V 14 60 v
5 100 V 15 70 V
6 70 V 16 80 V
7 80 V 17 90 V
8 70 V 18 80 V
9 60 V 19 80 V
10 80 V 20 50 V
1480
Belajarah skor
maksimal
ideal 2000
Rata2 skor
tercapai 74.00
Ket T: tuntas
belajar
belajar
Dari tabel di atas diperlihatkan nilai rata-rata adalah 74.00 dan ketuntasan belajar mencapai 75.00% atau ada 15
siswa dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus ke 2 ini ketuntasan belajar
secara klasikal telah mengalami peninkatan sedikit lebih baik dari siklus 1. Adanya peningkatan kinerja guru
bahasa Indonesia karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes
sehingga di pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi lagi untuk belajar. Selain itu, siswa juga sudah mulai
mnegerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerakan pembelajaran Up Grading Learning
c. Refleksi
sebagai berikut
1} memotivasi siswa
3} pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
kekurangan. Makanya perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus 2 antara lain
1. Guru bahasa Indonesia dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi
2. Guru bahasa Indonesia harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri
kesimpulan/menemukan konsep
4. Guru bahasa Indonesia harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran
5. Guru bahasa Indonesia sebaiknya lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal pada siswa untuk
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri atas RPP 3, lks 3,soal tes
fomtif 3 dan alat-alat pembelajaran yang kondusif. Selain itu, dipersiapkan lembar observasi,
pengelolaan pembelajaran Up Grading Learning dan lembar observasi guru dan siswa.
dengan belajar siswa 20. Dalam hal peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada RPP dengan memperhatikan revisi pada siklus II sehingga kesalahan/kekurangan pada
siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 3 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan
adalah tes formatif 3. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut
RATA
I Pengamatan KEGIATAN P1 P2
BELAJAR MENGAJAR
A. Padahuluan
1. Motivasi siswa 3 3 3
2. Menyampaikan tujuan 4 4 4
pembelajaran
3. Menghubungkan dengan
pembelajaran
sebelumunya
kelompok-kelompok
belajar
B. Kegiatan inti
1. Mempresentasikan 4 4 4
langkah-langkah model
pembelajaran koperatif
2. Membimbing siswa 4 4 4
melakukan kegiatan
3. Melatih ketrampilan 4 4 4
koperatif
kelompok secara
bergiliran
5. Memberikan bantuan 3 3 3
mengalami kesulitan
C. Penutup
1. Membimbing siswa 4 4 4
membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
II 1. Pengelolaan waktu 3 3 3
1. Siswa antusias 4 4 4
2. Guru antusias 4 4 4
Belajar 45 44 44.5
1. Tidak baik
2. Kurang baik
3. Cukup baik
4. Baik
Dari tabel di atas dapat dilihat aspek-aspek yang dialami pada kegiatan belajar mengajar {siklus
III} yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran Up Grading Learning
mendapakan penilaian cukup baik dari pengamatan adalah memotivasi siswa, membimbing siswa
diamati
Mnyampaikan tujuan
pembelajaran sebelum
nya
3 Menyampaikan 10.7
materi/langkah
pembelajaran
yang sulit
menemukan konsep
kegiatan
balik
merangkum
pembelajaran
1 Mendengarkan 20.8
penjelasan guru
anggota kelompok
pembelajaran
6 Menyajikan/ 4.2
menanggapi pertanyaan
mengajar
8 Merangkum 7.3
pembelajaran
Berdasarkan tabel di atas tampak aktivitas guru yang paling dominan pada siklus 3 adalah
membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 22.6%, sedangkan aktivitas
menjelaskan materi yang sulit memberi umpan balik, evaluasi/Tanya jawab menurun masing-
masing sebesar 10 % dan 11.7%. aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah meningkatkan
pembelajaran 10%. Adapun aktivitas yang tidak mengalami perubahan adalah menyampaikan
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah dengan sesama
aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa 13.1% dan diskusi antar siswa
T TT T TT
1 70 V 11 V
2 80 V 12 v
3 90 V 13 v
4 60 v 14 V
5 100 V 15 v
6 80 V 16 V
7 90 V 17 v
8 80 V 18 v
9 70 V 19 v
10 80 V 20 V
Keterangan
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
Klasikal = tuntas
formatif
tuntas belajar
3. Persentase ketuntasan 85
belajar
Berdasarkan table di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 80.00 dan dari 20 siswa yang
telah tuntas sebanyak 17 siswa dan 3 siswa blum mencapai ketuntsan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar telah tercapai sebesar 85.00% termasuk kategori tuntas. Hasil pada siklus 3 ini
mengalami peningkatan lebih baik daripada siklus 2. Adanya pningkatan kinerja guru g pada
siklus 3 ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru g dalam menerapkan model
pbelajar ugl membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah dilaksanakan dengan baik maupun yang
masih kurang baik dalam PBM dengan penerapan model UGL. Dari data-data yang telah diperoleh
1. Slama PBM guru tlah mlaksanakan semua pbelajar dengan bauk. Meskipun ada beberapa
aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaan untuk masing-masing aspek cukup
besar
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktivitas selama PBM
Pada siklus III guru telah menerapkan model pembelajaran UGL dengan baik
dilihat dari aktivitas siswa. kinerja guru dalam pelaksanaan PBM sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak dperlukan revisi terlalu banyak, tetapi perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya
adalah meemaksimalkan dan memperhatikan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan PBM selanjutnya penerapan model ugl dapat meningkatkan PBM sehingga tujuan
dapat tercapai
Melalui hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran ugl memiliki
dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru bahasa Indonesia . hal ini dpat dilihat dari semkin mantapnya
pemahman siswa terhadap materi yang disampaikan guru {ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1, 2 dan 3, yaitu
masing-masing 65%, 75% n 85%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah tercapai
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses model pembelajaran UGL
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positf terhadap kinrja guru yaitu dapat dtunjukan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan
Berdasarkan analisis data didapat aktivitas siswa dalam pbm dengan model ugl yang paling
dominn adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan penjelasan guru dan diskusi antar siswa dengan
guru. Jadi, dapat dikatakan bahwa aktivitasi siswa dapat diktegorikan aktif
Sedangkan untuk aktivitasi guru bahasa Indonesia selama pembelajaran telah melaksanakan model
pembelajarran ugl dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitasi guru yang muncul di antranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan lks/menemukan konsep, menjelaskan materi
yang sulit, sumber umpan balik/evluasi Tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitasi data cukup besar.
Bba5
a. Kesimpulan
1. Aktivitasi mengajar guru bahasa Indonesia dan siswa dapat ditentukan hasil prestasi belajar bahasa
Indonesia melalui model ugl di….. hal ini ditunjukkan adanya kualifikasi siswa dalam belajar secara
kelompok dengan predikat pada siklus 1; hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan
Pada siklus 2; super sebanyak 1 kelompok, hebat sebnyak 2 kelompok, sedangkan siklus 3, super sebanyak 3
2. peningkatan aktivitasi belajar mengajar g melalui model ugl dan model koperatif dapat meningkatkan
b. saran
1. Hendaknya guru bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran ugl sebagai alternatif tindkan
dalam mengatasi pembelajaran bahasa Indonesia khusunya peningkatan aktivitas belajar siswa
2. Untuk meraih gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya tidak hanya dilakukan tes,
melainkan beberapa teknik penilaian kinerja observasi intensif dan ugl diterapkan
3. Bagi model lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat digeneralisaikan
secara proporsional