Disusun Oleh :
Sasty Lusi Febryanti / 185500048 / 2018-B
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran nikmat serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaiakan Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan
judul “Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Jigsaw
Melalui Media Zoom Meeting Pada Materi Kongruen dan Kesebangunan Kelas IX SMP
Negeri 3 Krian”.
Penulisan laporan ini sebagai pemenuhan mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Saya
ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing serta
memberikan ilmu dan informasi yang bermanfaat kepada saya dalam menyelesaikan laporan
ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Restu Ria Wantika, S.Pd., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas
2. Bapak Wantono, S.Pd., selaku guru pembimbing dalam kegiatan observasi di SMP Negeri
3 Krian
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca pada umumnya. Saya
menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian tindakan ini jauh dari sempurna untuk itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
C. Tujuan Penelitian
Meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dalam
materi Kongruen dan Kesebangunan kelas IX SMP Negeri 3 Krian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Pengertian Peningkatan
Peningkatan berasal dari tingkat yang berarti, upaya, menaiikan, mempertinggi,
cara, proses, perbuatan meningkatkan kualiatas sesuatu (produk dll). Peningkatan
berasal dari kata kerja “tingkat” yang berarti berusaha untuk naik dan mendapat
awalan “pe” dan akhiran “kan” sehingga memiliki arti menaiikan derajat, menaikan
taraf atau mempertinggi sesuatu. Peningkatan menurut Umi Chalsum adalah
menaikkan derajat, menaikkan taraf, mempertinggi dan memperbanyak produksi.
Dengan demikian peningkatan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
manaikkan sesuatu dari yang lebih rendah ketingkat yang lebih tinggi atau upaya
memaksimalkan sesuatu ketingkat yang lebih sempurna.
Peningkatan ini juga bisa diartikan sebagai prestasi siswa dalam belajar dan
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dapat dikatakan pembelajaran itu berhasil,
maka setiap guru dan siswa sebaiknya saling berinteraksi dengan baik. Guru sebagai
pendidik selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk siswanya. Tentunya dengan
macam metode dan strategi pebelajaran yang diterapkan dan sebagai siswa sebaiknya
selalu bersemangat didalam pembelajaran.
Pada bangun di atas terdapat dua segiempat yang kongruen. Sisi-sisi dan sudut
sudut yang bersesuaian memiliki ukuran yang sama.
Sisi-sisi yang kongruen (sama)
Sisi AB = sisi PQ
Sisi BC = sisi QR
Sisi CD = sisi RS
Sisi AD = sisi PS
Sudut-sudut yang kongruen (berukuran sama)
Besar sudut BAD = besar sudut QPS
Besar sudut ABC = besar sudut PQR
Besar sudut BCD = besar sudut QRS
Besar sudut ADC = besar sudut PSR
b) Kesebangunan adalah dua buah bangun datar dengan panjang sisi-sisi yang
bersesuaian mempunyai perbandingan sama besar dan mempunyai sudut-sudut
yang bersesuaian sama besar. Kesebangunan dilambangkan dengan simbol
notasi “ ~ ”. Prinsip kesebangunan dimanfaatkan pada perbesaaran foto dan
pembbuatan model benda. Dua bangun datar dikatakan sebangun apabila
memiliki sifat-sifat :
1) Pasangan sisi yang bersesuaian memiliki perbandingan panjang yang sama
2) Besar sudut yang bersesuaian sama besar
Pada bagian berikutnya akan dijelaskan mengenai kesebangunan pada segitiga
dan trapesium.
Perhatikan gambar berikut.
Pada gambar di atas terdapat dua bangun segitiga yaitu segitiga PQR dan
segitiga QST. Kedua segitiga tersebut sebangun, sehingga sudut-sudut yang
bersesuaian sama besar.
Sudut-sudut yang bersesuaian yaitu :
sudut QPR dengan sudut QST
sudut PQR dengan sudut SQT
sudut QRP dengan sudut QTS
Sisi-sisi yang bersesuaian juga memiliki perbandingan yang sama, yaitu :
sisi PR dengan sisi ST
sisi QP dengan QS
sisi QR dengan sisi QT
Diperoleh perbandingan sebagai berikut.
PR/ST = QP/QS = QR/QT
B. Kerangka Berpikir
Bahwa pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar. Terhadap
proses pembelajaran, guru dituntut kreativitasnya untuk meningkatkan kemandirian
dan keaktifan siswa dalam belajar dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencari, mengusahakan dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan. Usaha peningkatan
hasil belajar siswa bagi guru merupakan suatu kewajiban dan wujud keprofesionalan
seorang guru. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw diharapkan siswa secara aktif
membangun pengetahuannya baik secara individu maupun dengan bantuan teman
sebaya (peer teaching).
Menurut pemikiran penulis, pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang
mungkin dapat memecahkan masalah kurangnya keaktifan serta pemahaman pada
siswa kelas IX SMP Negeri 3 Krian. Sebab Pembelajaran kooperatif model Jigsaw
memiliki karakteristik-karakteristik yang berhubungan erat dengan permasalahan yang
ada. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw, selain melatih membiasakan siswa
melaksanakan tanggung jawabnya secara pribadi maupun kelompok juga melatih siswa
mau menerima saran, kritik, koreksi dari semua orang.
Penerapan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat digambarkan dalam
kerangka berpikir sebagai berikut:
Peningkatan proses
Pembelajaran tanpa belajar meliputi hasil
menggunakan media belajar kognitif, afektif,
dan psikomotor
Keaktifan siswa
Keaktifan siswa rendah
meningkat
Pemahaman materi
Students Centered
rendah
Pembelajaran dengan
menggunakan
Hasil belajar rendah
Pembelajaran kooperatif
Jigsaw
C. Hipotesis Tindakan
Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah, maka dapat diputuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut: Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Krian.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Siswa kelas IX SMP Negeri 3 Krian yang berjumlah 36 siswa dengan 20 siswa
perempuan dan 16 siswa laki-laki.
C. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Analisis dan Refleksi
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan penelitian meliputi penyusunan beberapa langkah penelitian
yang digunakan pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menyiapkan materi pembelajaran berupa file pdf pokok bahasan kesebanguan
dan kongruen
2) Menyiapkan link zoom meeting sebagai media diskusi
3) Menyiapkan lembar observasi.
4) Menyiapkan soal tes untuk evaluasi hasil belajar
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama siswa melakukan proses
pembelajaran sebagai berikut :
1) Membuka pembelajaran yang dilakukan melalui zoom meeting
2) Membagikan materi berupa file pdf kepada siswa
3) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.
4) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam file pdf, dan setiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan materi tersebut.
5) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari bahan materi yang sama dan selanjutnya
berkumpul dalam grup diskusi online untuk saling membantu mengkaji bagian
bahan tersebut. (kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar)
6) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke
kelompok semula (home teams) untuk mengajar materi yang telah dipelajari
pada kelompok pakar. Proses mengajar pada kelompok semula dilakukan secara
bergantian.
7) Setelah diadakan pertemuan online dan diskusi “home teams”, para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
c. Observasi
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan melalui zoom meeting.
Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan
masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika yang berkaitan dengan materi
tersebut.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Tahap perencanaan penelitian meliputi penyusunan beberapa langkah penelitian
yang digunakan pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Mengidentifikasi dan merumuskan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan
berdasarkan refleksi pada siklus pertama seperti kurangnya penguasaan
beberapa kelompok dalam menjelaskan dan memahami materi
2) Menyiapkan materi pembelajaran berupa file pdf pokok bahasan kesebanguan
dan kongruen
3) Menyiapkan link zoom meeting sebagai media diskusi
4) Menyiapkan lembar observasi.
5) Menyiapkan soal tes untuk evaluasi hasil belajar
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama siswa melakukan proses
pembelajaran sebagai berikut :
1) Membuka pembelajaran yang dilakukan melalui zoom meeting
2) Membagikan materi berupa file pdf kepada siswa
3) Kelas dibagi lagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen dengan kelompok yang berbeda pada Siklus I
(siswa yang sudah menjadi Tim Pakar pada Siklus I tidak boleh menjadi Tim
Pakar pada Siklus II)
4) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam file pdf, dan setiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan materi tersebut.
5) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari bahan materi yang sama dan selanjutnya
berkumpul dalam grup diskusi online untuk saling membantu mengkaji bagian
bahan tersebut. (kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar)
6) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke
kelompok semula (home teams) untuk mengajar materi yang telah dipelajari
pada kelompok pakar.
7) Setelah diadakan pertemuan online dan diskusi “home teams”, para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
c. Observasi
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan melalui zoom meeting.
Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan
masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika.