Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN


MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW MELALUI MEDIA ZOOM MEETING PADA
MATERI KONGRUEN DAN KESEBANGUNAN KELAS IX SMP NEGERI 3 KRIAN

Disusun Oleh :
Sasty Lusi Febryanti / 185500048 / 2018-B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran nikmat serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaiakan Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan
judul “Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Jigsaw
Melalui Media Zoom Meeting Pada Materi Kongruen dan Kesebangunan Kelas IX SMP
Negeri 3 Krian”.
Penulisan laporan ini sebagai pemenuhan mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Saya
ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing serta
memberikan ilmu dan informasi yang bermanfaat kepada saya dalam menyelesaikan laporan
ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Restu Ria Wantika, S.Pd., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas
2. Bapak Wantono, S.Pd., selaku guru pembimbing dalam kegiatan observasi di SMP Negeri
3 Krian
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca pada umumnya. Saya
menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian tindakan ini jauh dari sempurna untuk itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Sidoarjo, 17 April 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu wadah yang berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (UU No 20 tahun 2003). Karena menjadi salah satu
faktor yang penting dalam perkembangan suatu negara maka pendidikan yang
diberikan kepada anak harus bekualitas. Banyak hal yang mempengaruhi kualitas
dalam proses belajar anak, seperti adanya pembelajaran yang inovatif.
Pembelajaran yang inovatif sangat diperlukan untuk menumbuhkan perhatian
siswa dalam proses pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Inovasi-
inovasi tersebut dapat dikembangkan dari pembelajaran yang sebelumnya. Misal dari
pembelajaran yang guru hanya memberikan ceramah di depan kelas menjadi
menititkpusatkan siswa sebagai penyampai materi berdasarkan hasil diskusi atau
pemikirannya sendiri. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik,
melainkan pada suatu saat siswa akan merasa bosan apabila hanya guru sendiri yang
berbicara, sedangkan muridnya duduk diam mendengarkan.
Dalam mewujudkan pembelajaran yang inovatif, maka dibutuhkan keluaran
pendidikan matematika yang bukan hanya terampil dalam hal materi yang berujung
pada hasil belajar di sekolah, namun juga dibutuhkan kreativitas dalam menyelesaikan
permasalahan ataupun memberikan solusi baru untuk permasalahan matematis yang
tengah dihadapi. Melihat situasi pada saat ini, yang mana segala bentuk pembelajaran
dilakukan secara daring atau jarak jauh, kreativitas dan keterampilan tersebut
diperlukan pula untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa
tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang digunakan guru. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
proses pembelajaran, guru perlu memahami hal-hal yang mempengaruhi proses belajar
siswa, baik yang menghambat maupun yang mendukung. Serta adanya suatu kesadaran
dari guru untuk mengubah cara mengajar agar proses pembelajaran menjadi lebih hidup
dan menyenangkan juga diperlukan.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan melalui wawancara guru mata
pelajaran Matematika di kelas IX SMP Negeri 3 Krian, ditemukan permasalahan belajar
yaitu dari segi proses pembelajarannya yang berkaitan dengan kurangnya semangat
atau motivasi siswa dalam belajar. Hal tersebut terlihat pada saat berlangsungnya
pembelajaran Matematika yang dilakukan secara daring melalui media zoom meeting,
google classroom, dan whatsapp grup. Siswa menjadi semakin pasif dalam mengikuti
pembelajaran.
Pembelajaran yang diterapkan dikelas IX SMPN 3 Krian adalah pembelajaran
secara konvensional yang mana hanya dipergunakan metode ceramah dan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar saat melalui media zoom meeting. Dengan ceramah sebagai
alternatif utama secara otomatis pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered)
sehingga pembelajaran kurang melibatkan siswa, dan komunikasi antar siswa dengan
siswa atau guru dengan siswa kurang terbangun, kebermaknaan dalam belajar pun
sangat kurang dan cenderung siswa merasa bosan. Selain itu, pemberian materi melalui
google classroom dan whatsapp grup sebagai pengganti buku pegangan siswa juga
dirasa kurang maksimal sebab siswa kurang inisiatif untuk mempelajari bahan ajar
tersebut.
Seperti yang kita ketahui bahwa pembelajaran Matematika sudah umum
menggunakan metode ceramah, namun dalam mengaitkan materi dengan kehidupan
nyata juga sangat diperlukan untuk menambah wawasan serta pemahaman siswa. Guna
meningkatkan hasil belajar tersebut, membangkitkan kreatifitas dan ide-ide siswa,
menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Prabaningrum dan Mukminatun, melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat
membantu menumbuhkan peran aktif siswa sehingga mampu menambah pemahaman
mereka secara pribadi atau kelompok. Selain itu, pembelajaran ini dapat membangun
tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok juga untuk merubah
pembelajaran yang selama ini banyak dilaksanakan oleh para guru. Dimana guru tidak
merupakan satu–satunya sumber belajar (teacher centered) bagi siswa, sebab rekan
sebaya (peer teaching) juga sebagai sumber pengatahuan bagi dirinya.
Berdasarkan deskripsi yang telah dijelaskan, penulis melakukan penelitian
dengan judul “Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Jigsaw Melalui Media Zoom Meeting Pada Materi Kongruen dan
Kesebangunan Kelas IX SMP Negeri 3 Krian”.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya


1. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
Apakah dengan penggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam materi Kongruen dan Kesebangunan
kelas IX SMP Negeri 3 Krian ?
2. Pemecahan Masalah
Dari beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain (1) Metode STAD
(Student Achivement Divisions); (2) Metode Jigsaw; (3) Metode GI (Group
Investigation); (4) Metode Struktural, penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw
dipilih dalam pemecahan masalah yang terdapat di kelas dengan alasan karena model
tersebut merupakan metode yang sangat strategis bagi peningkatan keaktifan hingga
prestasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 3 Krian. Karena dalam kegiatan
pembelajaran nantinya akan terjadi saling interaksi yang aktif antara guru dengan
siswa dan siswa dengan siswa.

C. Tujuan Penelitian
Meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dalam
materi Kongruen dan Kesebangunan kelas IX SMP Negeri 3 Krian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
1. Pengertian Peningkatan
Peningkatan berasal dari tingkat yang berarti, upaya, menaiikan, mempertinggi,
cara, proses, perbuatan meningkatkan kualiatas sesuatu (produk dll). Peningkatan
berasal dari kata kerja “tingkat” yang berarti berusaha untuk naik dan mendapat
awalan “pe” dan akhiran “kan” sehingga memiliki arti menaiikan derajat, menaikan
taraf atau mempertinggi sesuatu. Peningkatan menurut Umi Chalsum adalah
menaikkan derajat, menaikkan taraf, mempertinggi dan memperbanyak produksi.
Dengan demikian peningkatan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
manaikkan sesuatu dari yang lebih rendah ketingkat yang lebih tinggi atau upaya
memaksimalkan sesuatu ketingkat yang lebih sempurna.
Peningkatan ini juga bisa diartikan sebagai prestasi siswa dalam belajar dan
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dapat dikatakan pembelajaran itu berhasil,
maka setiap guru dan siswa sebaiknya saling berinteraksi dengan baik. Guru sebagai
pendidik selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk siswanya. Tentunya dengan
macam metode dan strategi pebelajaran yang diterapkan dan sebagai siswa sebaiknya
selalu bersemangat didalam pembelajaran.

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistim pengelompokan / tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau
suku yang berbeda (heterogen). Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok dan
memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok” (Wina Sanjaya,2006 : 240).
Sedangkan Johnson (Lie,2003:17) “cooperative learning adalah kegiatan
pembelajaran secara kelompok yang terstruktur. Siswa belajar dan bekerjasama
untuk sampai kepada pengalaman kegiatan belajar yang optimal, baik secara
individu maupun kelompok”.
Nur (2005:1) “Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh
siswa,memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung
jawab.” Berdasarkan pendapat tersebut diatas, pembelajaran kooperatif dapat
menimbulkan rasa gotong royong yang tinggi, tidak membeda-bedakan antar ras dan
intelegensi, melatih siswa berpikir aktif dan kreatif.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang terstruktur untuk mencapai suatu
tujuan yaitu hasil belajar akademik, menerima terhadap keragaman dan
pengembangan terhadap ketrampilan sosial. Beberapa metode pembelajaran
kooperatif, antara lain Metode STAD (Student Achivement Divisions), Metode
Jigsaw, Metode GI (Group Investigation) dan Metode Struktural.

3. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw


Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot
Aronson di Universitas Texas dan kemudian di adopsi Slavin. Dalam penerapannya
siswa dibagi menjadi kelompok dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab
untuk mempelajari materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya dan selanjutnya
mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Anggota dari kelompok-
kelompok yang mendapat tanggung jawab sama berkumpul untuk mempelajari
materi pembelajaran, kelompok ini disebut Tim Ahli.
Adapun langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4–5)
b. Materi pelajaran dibagi kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-
bagi menjadi beberapa sub bab
c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, yang dipelajari
“memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari struktur akar dan
fungsinya”. Kelompok satunya mempelajari tentang struktur batang dan
fungsinya, siswa yang lainnya tentang struktur daun dan fungsinya dan
lainnya lagi struktur bunga dan fungsinya
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya
e. Setelah anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar temannya secara bergilir
f. Setelah seluruh siswa selesai melaporkan guru menunjukkan satu kelompok
untuk menyampaikan hasilnya, kelompok lain menanggapi dan guru
mengklarifikasi
g. Membuat kesimpulan tiap-tiap siswa dikenai tagihan secara individu

4. Kongruen dan Kesebangunan dalam Matematika


Menurut James dan James (1976), “Matematika adalah pola pikir, terorganisir,
bukti logis, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas dan akurat representasi dari simbol dan padat, lebih bahasa
simbol dari sebuah ide daripada kedengarannya”.
Menurut Kline (1973), “Matematika bukanlah pengetahuan yang dapat menjadi
sempurna untuk dirinya sendiri, tetapi matematika terutama untuk membantu orang
memahami dan mengatasi masalah Matematika sosial, ekonomi dan alam. Ini
tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu, logika adalah dasar
untuk pembentukan matematika”.
a) Kongruen adalah dua buah bangun datar yang memiliki bentuk, ukuran dan
besar sudut yang bersesuaian sama besar. Kekongruenan dilambangkan dengan
simbol notasi “ ≈ ”. Prinsip kekongruenan sering dimanfaatkan pada proses
pengubinan. Dua bangun datar dikatakan kongruen apabila memiliki sifat-sifat
:
1) Kedua bangun memiliki bentuk yang sama
2) Panjang sisi-sisinya sama besar antara dua bangun
3) Besar sudut yang sama

Perhatikan gambar berikut.

Pada bangun di atas terdapat dua segiempat yang kongruen. Sisi-sisi dan sudut
sudut yang bersesuaian memiliki ukuran yang sama.
Sisi-sisi yang kongruen (sama)
Sisi AB = sisi PQ
Sisi BC = sisi QR
Sisi CD = sisi RS
Sisi AD = sisi PS
Sudut-sudut yang kongruen (berukuran sama)
Besar sudut BAD = besar sudut QPS
Besar sudut ABC = besar sudut PQR
Besar sudut BCD = besar sudut QRS
Besar sudut ADC = besar sudut PSR

b) Kesebangunan adalah dua buah bangun datar dengan panjang sisi-sisi yang
bersesuaian mempunyai perbandingan sama besar dan mempunyai sudut-sudut
yang bersesuaian sama besar. Kesebangunan dilambangkan dengan simbol
notasi “ ~ ”. Prinsip kesebangunan dimanfaatkan pada perbesaaran foto dan
pembbuatan model benda. Dua bangun datar dikatakan sebangun apabila
memiliki sifat-sifat :
1) Pasangan sisi yang bersesuaian memiliki perbandingan panjang yang sama
2) Besar sudut yang bersesuaian sama besar
Pada bagian berikutnya akan dijelaskan mengenai kesebangunan pada segitiga
dan trapesium.
Perhatikan gambar berikut.
Pada gambar di atas terdapat dua bangun segitiga yaitu segitiga PQR dan
segitiga QST. Kedua segitiga tersebut sebangun, sehingga sudut-sudut yang
bersesuaian sama besar.
Sudut-sudut yang bersesuaian yaitu :
sudut QPR dengan sudut QST
sudut PQR dengan sudut SQT
sudut QRP dengan sudut QTS
Sisi-sisi yang bersesuaian juga memiliki perbandingan yang sama, yaitu :
sisi PR dengan sisi ST
sisi QP dengan QS
sisi QR dengan sisi QT
Diperoleh perbandingan sebagai berikut.
PR/ST = QP/QS = QR/QT

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai kesebagunan pada trapesium.

Perhatikan gambar berikut.

Pada gambar di atas terdapat dua trapesium yang sebangun.


Sudut-sudut yang bersesuaian memiliki besar sudut yang sama, yaitu :
sudut ABC dengan sudut EBC
sudut BCD dengan sudut BCF
sudut CDA dengan sudut CFE
sudut DAB dengan sudut FEB
Sisi-sisi yang bersesuaian memiliki perbandingan sama, yaitu :
sisi AD dengan sisi EF
sisi AB dengan sisi EB
sisi CD dengan sisi CF
Sehingga perbandingannya yaitu :
AD/EF = AB/EB = CD/CF
Cara cepat untuk emnentukan ukuran EF yaitu sebagai berikut.
EF = ((BC x AE) + (AD x BE))/(AE + BE)
atau
EF = ((BC x FD) + (AD x CF))/(CF + FD)

B. Kerangka Berpikir
Bahwa pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar. Terhadap
proses pembelajaran, guru dituntut kreativitasnya untuk meningkatkan kemandirian
dan keaktifan siswa dalam belajar dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencari, mengusahakan dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan. Usaha peningkatan
hasil belajar siswa bagi guru merupakan suatu kewajiban dan wujud keprofesionalan
seorang guru. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw diharapkan siswa secara aktif
membangun pengetahuannya baik secara individu maupun dengan bantuan teman
sebaya (peer teaching).
Menurut pemikiran penulis, pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang
mungkin dapat memecahkan masalah kurangnya keaktifan serta pemahaman pada
siswa kelas IX SMP Negeri 3 Krian. Sebab Pembelajaran kooperatif model Jigsaw
memiliki karakteristik-karakteristik yang berhubungan erat dengan permasalahan yang
ada. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw, selain melatih membiasakan siswa
melaksanakan tanggung jawabnya secara pribadi maupun kelompok juga melatih siswa
mau menerima saran, kritik, koreksi dari semua orang.
Penerapan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat digambarkan dalam
kerangka berpikir sebagai berikut:

Peningkatan proses
Pembelajaran tanpa belajar meliputi hasil
menggunakan media belajar kognitif, afektif,
dan psikomotor

Komunikasi antar siswa


jelek, pembelajaran hanya Pemahaman materi
berpusat pada guru meningkat
(teacher centered)

Keaktifan siswa
Keaktifan siswa rendah
meningkat

Pemahaman materi
Students Centered
rendah

Pembelajaran dengan
menggunakan
Hasil belajar rendah
Pembelajaran kooperatif
Jigsaw

Gambar diatas menunjukkan bahwa penggunaan Pembelajaran kooperatif


model Jigsawguru mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa, yang
terdiri dari kognotif, afektif dan psikomotor. Selain berpengaruh pada hasil belajar.
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw juga dapat meningkatkan proses pembelajaran.
Sebagai contoh, ketika tanpa menggunakan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw
dimana siswa hanya datang, duduk, diam, catatdan hafal seolah-olah pembelajaran
hanya oleh guru saja (teacher centered), tetapi setelah menggunakan Pembelajaran
kooperatif model Jigsaw antara guru dan siswa sama-sama dalam kondisi aktif.

C. Hipotesis Tindakan
Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah, maka dapat diputuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut: Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan belajar Matematika siswa kelas IX SMP Negeri 3 Krian.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Krian pada tanggal
22-30 Maret 2021. Selama pelaksanaan penelitian, untuk mengamati proses
pembelajaran, dan membantu pengumpulan data peneliti dibantu oleh guru mata
pelajaran Matematika.
Terdapat dua siklus yang dilakukan oleh peneliti. Berikut adalah pembagian
waktu dalam melaksanakan penelitian:
Waktu Kegiatan
22-23 Maret 2021 Tahapan perencanaan penelitian Siklus I
24 Maret 2021 Tahapan pelaksanaan penelitian Siklus I
25 Maret 2021 Tahapan Refleksi Siklus I
26-27 Maret 2021 Tahapan perencanaan penelitian Siklus II
29 Maret 2021 Tahapan pelaksanaan penelitian Siklus II
30 Maret 2021 Tahapan Refleksi Siklus II

B. Subjek Penelitian
Siswa kelas IX SMP Negeri 3 Krian yang berjumlah 36 siswa dengan 20 siswa
perempuan dan 16 siswa laki-laki.

C. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Observasi
4. Analisis dan Refleksi

1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan penelitian meliputi penyusunan beberapa langkah penelitian
yang digunakan pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menyiapkan materi pembelajaran berupa file pdf pokok bahasan kesebanguan
dan kongruen
2) Menyiapkan link zoom meeting sebagai media diskusi
3) Menyiapkan lembar observasi.
4) Menyiapkan soal tes untuk evaluasi hasil belajar

b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama siswa melakukan proses
pembelajaran sebagai berikut :
1) Membuka pembelajaran yang dilakukan melalui zoom meeting
2) Membagikan materi berupa file pdf kepada siswa
3) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.
4) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam file pdf, dan setiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan materi tersebut.
5) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari bahan materi yang sama dan selanjutnya
berkumpul dalam grup diskusi online untuk saling membantu mengkaji bagian
bahan tersebut. (kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar)
6) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke
kelompok semula (home teams) untuk mengajar materi yang telah dipelajari
pada kelompok pakar. Proses mengajar pada kelompok semula dilakukan secara
bergantian.
7) Setelah diadakan pertemuan online dan diskusi “home teams”, para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

c. Observasi
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan melalui zoom meeting.
Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan
masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika yang berkaitan dengan materi
tersebut.

d. Analisis dan refleksi


Analisis dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang
berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat
pemahaman siswa mengenai ide dan konsep mempelajari matematika dengan baik.
Begitu seterusnya sampai tindakan ini tercapai.
Pada tahap refleksi, penelitian ini menggunakan prosedur berdiskusi dengan
supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam penelitian
ini dilaksanakan kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data
berupa kuisioner, lembar observasi, dan wawancara.

2. Siklus II
a. Perencanaan
Tahap perencanaan penelitian meliputi penyusunan beberapa langkah penelitian
yang digunakan pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Mengidentifikasi dan merumuskan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan
berdasarkan refleksi pada siklus pertama seperti kurangnya penguasaan
beberapa kelompok dalam menjelaskan dan memahami materi
2) Menyiapkan materi pembelajaran berupa file pdf pokok bahasan kesebanguan
dan kongruen
3) Menyiapkan link zoom meeting sebagai media diskusi
4) Menyiapkan lembar observasi.
5) Menyiapkan soal tes untuk evaluasi hasil belajar

b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama siswa melakukan proses
pembelajaran sebagai berikut :
1) Membuka pembelajaran yang dilakukan melalui zoom meeting
2) Membagikan materi berupa file pdf kepada siswa
3) Kelas dibagi lagi menjadi beberapa tim yang anggotanya 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen dengan kelompok yang berbeda pada Siklus I
(siswa yang sudah menjadi Tim Pakar pada Siklus I tidak boleh menjadi Tim
Pakar pada Siklus II)
4) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam file pdf, dan setiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan materi tersebut.
5) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari bahan materi yang sama dan selanjutnya
berkumpul dalam grup diskusi online untuk saling membantu mengkaji bagian
bahan tersebut. (kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar)
6) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke
kelompok semula (home teams) untuk mengajar materi yang telah dipelajari
pada kelompok pakar.
7) Setelah diadakan pertemuan online dan diskusi “home teams”, para siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

c. Observasi
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan melalui zoom meeting.
Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan
masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika.

d. Analisis dan refleksi


Analisis dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang
berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat
pemahaman siswa mengenai ide dan konsep mempelajari matematika dengan baik.
Begitu seterusnya sampai tindakan ini tercapai.
Pada tahap refleksi, penelitian ini menggunakan prosedur berdiskusi dengan
supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam penelitian
ini dilaksanakan kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data
berupa kuisioner, lembar observasi, dan wawancara.
D. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan instrumen berupa soal tes
dan lembar wawancara / observasi terhadap siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes
wawancara (lembar observasi). Tes diberikan kepada siswa dengan isi sebanyak 15 soal
pilihan ganda dan uraian setelah penyampaian materi dan diskusi oleh siswa
dilaksanakan.
Lembar observasi dan wawancara digunakan untuk mengungkap sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika yang dialami. Diperoleh selama melakukan diskusi
pembelajaran dan mengamati keaktifan siswa dalam diskusi pembelajaran.

F. Teknis Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriptif kuantitatif untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat pemahaman siswa
terhadap materi matematika antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan
juga teknik analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih memadai proses
pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA

T Prabaningrum. 2016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 SIDOHARJO WONOGIRI.
https://media.neliti.com/media/publications/165033-ID-none.pdf. Diakses pada tanggal 17
April 2021, pukul 19.31 WIB.
S Mukminatun. 2010. Upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui pembelajaran
kooperatif model jigsaw. https://digilib.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 17 April 2021, pukul
21.32 WIB.
Kurniawan Aris. 2021. Pengertian Matematika – Bidang, Logika, Karakteristik,
Manfaat, Para Ahli. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-matematika/ Diakses pada
tanggal 19 April 2021, pukul 09.29 WIB.
Tanya-tanya.com. Rangkuman Materi, Contoh Soal & Pembahasan Kesebangunan
Tingkat SMP. https://tanya-tanya.com/contoh-soal-pembahasan-kesebangunan-tingkat-smp/
Diakses pada tanggal 20 April 2021, pukul 18.07 WIB.
Agustian. 2020. Kesebangunan dan Kekongruenan: Pengertian, Gambar, dan Contoh
Soal. https://rumuspintar.com/kesebangunan-kekongruenan/ Diakses pada tanggal 23 Juni
2021, pukul 06.43 WIB

Anda mungkin juga menyukai