Anda di halaman 1dari 60

PENGOPERASIAN DAN PENGGUNAAN UNIT SERVICE

TRANSFORMER (UST) PADA UBP PLTU SURALAYA

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro

Disusun Oleh:
Unggul Aribowo 12524024
M.Siagilang 12524059

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:
1. Unggul Aribowo (12524024)
2. M.Siagilang (12524059)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
DI
PT INDONESIA POWER
UNIT BISNIS PEMBANGKIT SURALAYA
Periode 12 Oktober s/d 30 Oktober 2015

Cilegon, Oktober 2015


Mengetahui/Menyetujui

Manajer Unit 1-4 Pembimbing Kerja Praktik

Subkhan
NIP : NIP :

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGOPERASIAN DAN PENGGUNAAN UNIT SERVICE

TRANSFORMER (UST) PADA UBP PLTU SURALAYA

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:
Unggul Aribowo (12524024)
M.Siagilang (12524059)

Yogyakarta, Oktober 2015


Mengetahui/Menyetujui
Dosen Pembimbing

Sisdarmanto Adinandra.Ph.D
NIP:

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktik di
PT.Indonesia Power dan penyusunan laporan kerja praktik dengan judul
Pengoperasian Dan Penggunaan Unit Service Transformer(UST) di
PT.Indonesia Power Penyusunan laporan kerja praktik ini merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Strata 1 (S1) pada
jurusan Teknik Elektro Universitas Islam Indonesia. Tujuan dari pelaksanaan kerja
praktik ini adalah agar mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan teori
yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan pada industri yang terkait.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu terlaksananya kerja praktik sampai dengan penulisan laporan ini:
1. Kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat dengan waktunya.
2. Kedua orang tua penulis yang telah banyak membantu baik segi materil
maupun doa.
3. Sisdarmanto Adinandra selaku Dosen Pembimbing kerja praktik dari
Universitas Islam Indonesia yang telah membimbing kami selama kerja
praktek di PLTU Suralaya.
4. General Manager PT.Indonesia Power UBP Suralaya.
5. Manager SDM dan HUMAS PT.Indonesia Power UBP Suralaya.
6. Bapak Cutarya selaku pelaksana humas..
7. Bapak Subkhan selaku supervisor senior teknik relay dan meter.
8. Teknisi lapangan yang telah mengajarkan kepada kami tentang alat alat
pembangkit di PLTU Suralaya.

iv
9. Rekan mahasiswi kerja praktik yang telah bekerja sama dan berdiskusi selama
melaksanakan kerja praktik serta anggota dari unit 1-4 yang telah memberikan
ilmu pada kita.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan


Kerja Praktik ini masih memiliki banyak kekurangan akibat keterbatasan
pengetahuan dan informasi yang penulis miliki. Untuk itu penulis membuka diri
untuk segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan laporan ini serta dapat lebih baik.

Dan akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat


bagi penulis sendiri khususnya maupun pembaca pada umumnya. Amin.

WassalamualaikumWr.Wb

Yogyakarta,Oktober 2015

Penulis

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
1.1 Pengertian Umum Praktik Kerja Lapangan...............................................1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan.................................................................1
1.2.2 Tujuan Umum....................................................................................1
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
1.3 Permasalahan Umum Lokasi Praktik........................................................2
1.4 Metode Penulisan......................................................................................2
1.5 Manfaat Penyusunan Laporan...................................................................3
1.5.1 Manfaat Teoritis.................................................................................3
1.5.2 Manfaat Praktis..................................................................................3
BAB II URAIAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN AREA PELAYANAN
JARINGAN RAYON SURAKARTA KOTA..........................................................4
2.1 Sejarah Singkat..........................................................................................4
2.2 Ruang Lingkup Perushaan.........................................................................7
2.3 Lokasi dan Tata Letak...............................................................................8
2.4 Struktur Oganisasi...................................................................................11
2.5 Visi - Misi Perusahaan.............................................................................12
2.6 Proses Pelayanan.....................................................................................12
2.7 Jadwal Pelayanan....................................................................................13
2.8 Sumber Daya Manusia............................................................................14
2.9 Sarana dan Prasarana...............................................................................14
BAB III SISTEM KERJA KWH METER DIGITAL............................................17
3.1 Konsep Kwh Meter Digital.....................................................................17
3.2 Pengukuran Listrik..................................................................................18
3.3 Relay........................................................................................................19
3.4 Tampilan di LCD kWh meter apabila terjadi gangguan..........................20
3.5 Type Token...............................................................................................21
3.1.1 Token Spesifik..................................................................................21
3.1.2 Token Non Spesifik..........................................................................21
3.6 KWh Meter Prabayar HXE12.................................................................22
2.7 KWh Meter Prabayar Tipe ACE9000 IBS..............................................26

vi
2.8 AP2T.......................................................................................................27
3.2.1 Operation Policy (Kebijakan Operasi)............................................29
3.2.2 Standar Definisi User ID dan Role AP2T........................................32
2.9 Proses Aktivasi Dengan Aplikasi AP2T..................................................34
2.10 Aktivasi kWh Meter Prabayar Satu Phasa...........................................44
BAB IV PENUTUP...............................................................................................47
4.1 KESIMPULAN.......................................................................................47
4.2 SARAN...................................................................................................47
AGENDA KEGATAN...........................................................................................50
LAMPIRAN...........................................................................................................52

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tema Judul dan Batasan Masalah


Laporan KP (Kerja PraktIk) ini membahas tentang Pengoperasian Dan
Penggunaan Unit Service Transformer (UST) unit 1-4 PLTU Suralaya.
Pembatasan masalah dibuat agar tidak meluas dari tema yang telah
ditentukan. Batasan masalah pembahasan laporan tentang Pengoperasian dan
penggunaan Unit Service Transformer.

1.2 Latar Belakang


Kebutuhan manusia akan energi listrik tidak akan pernah habisnya
hingga akhir zaman. Dari berbagai bentuk energi yang ada di dunia ini, energi
listrik merupakan bentuk energi yang penting dan banyak diperlukan oleh
setiap orang demi mempermudah kelangsungan kehidupannya.
Pesatnya permintaan akan kebutuhan listrik dunia dan juga khususnya di
Indonesia, membuat pemerintah senantiasa mengadakan pembangunan sarana-
sarana pembangkitan listrik. Salah satu pembangkitan listrik terbesar di
Indonesia adalah pembangkitan Listrik bertenaga uap atau yang dikenal
sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Sumber uap yang dapat
digunakan salah satunya berasal dari uap pembakaran batubara seperti PT
Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Suralaya Banten tempat
penulis melaksanakan kerja praktek.
Indonesia Power UBP Suralaya merupakan PLTU batubara terbesar di
Indonesia sekaligus juga pemasok listrik terbesar bagi Pulau Jawa Bali. Unit
pembangkitan ini dibangun dalam rangka memenuhi permintaan akan listrik
yang semakin besar saat ini yang tentu akan semakin berkembang setiap
saatnya.
Oleh karena itu, dengan adanya teknologi yang semakin berkembang
didalam proses yang panjang tersebut dibangun sebuah sistem yang berfungsi
sebagai proteksi peralatan, baik peralatan pada Transformator, generator, dan bus-
bar yang merupakan peralatan yang sangat penting bagi pembangkit tenaga listrik.

viii
Sistem proteksi ini berfungsi untuk mengamankan dari gangguan yang terjadi
pada peralatan pembangkit tenaga listrik yang mengakibatkan kerusakan pada
peralatan tersebut, sehingga terjadi Trip pada system tenaga listrik. Hal tersebut
adalah kejadian yang tidak diinginkan oleh setiap PLTU. Apalagi sampai
terjadinya pemadaman listrik total yang dikenal dengan Black Out pada sitem
tenaga listrik.

1.3 Tujuan
Tujuan dari kerja praktek ini adalah:
1. Memahami penerapan ilmu akademik teknik elektro dalam bidang listrik.
2. Memahami dan mendapatkan gambaran nyata tentang sistem pengoperasian
dan penggunaanUnit Service Transformer (UST) yang ada di unit 1-4
PLTU Suralaya.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek


Kegiatan kerja praktek telah dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober sampai
30 Oktober 2015 di unit 1-4 PT. Indonesia Power UBP (Unit Bisnis
Pembangkitan) Suralaya yang beralamatkan di desa Suralaya, Kecamatan Pulo
Merak, Cilegon, Banten.

1.5 Sistematika penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan untuk memberi gambaran yang
jelas tentang susunan materi dan alat yang akan dibuat adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang tema judul dan batasan masalah, latar belakang, lokasi
dan tujuan kerja praktek, serta sistematika penulisan laporan kerja praktek.

ix
BAB II BAHASAN UMUM
Bab ini berisi tentang profil PT. Indonesia Power, seperti sejarah PT. Indonesia
Power, Visi dan Misi PT. Indonesia Power, tujuan perusahaan, Lokasi perusahaan,
struktur organisasi, komponen utama dan komponen pendukung produksi tenaga
listrik, proses produksi listrik, bahan bakar dan pemakaiannya, kepedulian PT.
Indonesia Power terhadap lingkungan, serta data teknis komponen utama di unit
1-4 PLTU Suralaya.

BAB III LANDASAN TEORI


Bab ini berisi teori-teori tentang penjelasan umum transformator,bagian-bagian
pada transformator,dan juga system pengoperasian dan penggunaan UST pada
pembangkit PLTU Suralaya.pembahasan ini diharapkan dapat dimengerti antara
teori dan aplikasi di lapangan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisi pembahasan utama yaitu studi tentang pengoperasian dan
penggunaan UST pada di unit 1-4 PLTU Suralaya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi kesimpulan dan saran, kesimpulan diperoleh dari uraian hasil
laporan kerja praktek yang dipaparkan secara singkat, padat, dan jelas.
Saranditujukan kepada seluruh pihak yang terkait dengan kerja praktek demi

BAB II
BAHASAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan

x
Kebutuhan energi merupakan hal yang sangat penting dalam seluruh aktivitas
kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya. Salah satu kebutuhan
energi yang mungkin tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada
zaman yang serba modern ini adalah kebutuhan akan energi listrik. Energi listrik
dapat diperoleh dengan melalui suatu proses yang panjang dan rumit, namun
mengingat sifat dari energi listrik yaitu mudah untuk dikonversikan kedalam
bentuk-bentuk energi lain seperti menjadi energi cahaya, energi panas (kalor),
energi kimia, energi mekanik, suara, gambar, dan lain sebagainya, oleh karena itu
energi listrik ini banyak dipakai oleh manusia di seluruh dunia. Pemanfaatan
energi listrik dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga, komersial, instansi-
instansi pemerintah, industri, dan sebagainya.
Seiring dengan berkembangnya industri-industri serta pesatnya pertumbuhan
penduduk Indonesia, telah memberikan suatu kendala dalam pemenuhan
kebutuhan akan pasokan listrik. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara membangun pembangkit listrik dari
sumber-sumber energi alam seperti air terjun, panas bumi, angin, dan pasang surut
air laut, serta dari bahan galian (minyak bumi, batubara, gas bumi) yang dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk membentuk energi listrik.
Hal ini mendorong dibangunnya suatu pembangkit listrik dengan uap air
(PLTU) sebagai suatu media atau alat untuk memutar turbin dan menghasilkan
listrik dari perputaran poros turbin tersebut, dengan harapan pasokan listrik pada
masyarakat dan industri terpenuhi terutama di pulau Jawa dan Bali. PLTU ini
didirikan di desa Suralaya yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Indonesia
Power dan distribusi listriknya dipegang oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara).
PLTU ini menggunakan batubara sebagai bahan bakar pada boiler untuk merubah
air menjadi uap.
Adapun paradigma, visi, misi, tujuan, dan motto perusahaan PT. Indonesia
Power adalah sebagai berikut :
2.1.1 Paradigma Perusahaan
Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini.

xi
2.1.2 Misi Perusahaan
Melakukan Usaha bidang ketenaga-listrikan dan mengembangkan usaha lainnya
yang berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin
keberadaan dan pengembangan Perusahaan dalam jangka panjang.

2.1.3 Visi Perusahaan


Menjadi Perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan
lingkungan.
2.1.4 Tujuan Perusahaan
1. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus-menerus dalam
penggunaan sumber daya perusahaan.
2. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
3. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.
4. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai
standar kelas dunia dalam hal keamanan, kehandalan, efisiensi maupun
kelestarian lingkungan.
5. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat di atas saling menghargai
antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas
pribadi dan profesionalisme.

2.1.5 Moto Perusahaan


Motto dari PT. Indonesia Power adalah bersamakita maju.

2.1.6 Makna dan Bentuk Logo


Logo PT. Indonesia Power adalah seperti pada gambar 2.1

xii
Gambar 2.1. Logo PT. Indonesia Power

Makna bentuk dan warna logo PT. Indonesia Power merupakan cerminan
identitas dan lingkup usaha yang dimiliki. Secara keseluruhan nama INDONESIA
POWER merupakan nama yang kuat untuk melambangkan lingkup usaha
perusahaan sebagai power utility company di Indonesia. Walaupun bukan
merupakan satusatunya power utility company di Indonesia, namun karena
perusahaan ini memiliki kapasitas terbesar di Indonesia, di kawasannya. Maka
nama INDONESIA POWER dapat dijadikan brand name.
A. Bentuk
Karena nama yang kuat, INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan
menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat yaitu FUTURA
BOOK/REGULAR dan FUTURA BOLD
Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf O melambangkan tenaga
listrik yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
B. Warna
Merah, diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas
yang kuat dan kokoh sebagai pemilik seluruh sumber daya untuk
memproduksi tenaga listrik, untuk dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar
negeri.
Biru, diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata POWER
menunjukkan produk tenaga listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri
ciri yaitu berteknologi tinggi, efisien, aman, dan tentunya ramah lingkungan.

2.1.7 Budaya Perusahaan

xiii
Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya manusia perusahaan
adalah pembentukan budaya perusahaan. Unsur-unsur budaya perusahaan :
a. Perilaku akan ditunjukkan seseorang akibat adanya suatu keyakinan akan
nilai-nilai atau filosofi.
b. Nilai adalah bagian daripada budaya/culture perusahaan yang dirumuskan
untuk membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan tersebut. Di PT
Indonesia Power, nilai ini disebut dengan Filosofi Perusahaan.
c. Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang
menilai sesuatu.
Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku yang
didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini diwujudkan
dalam tujuh nilai perusahaan PT. Indonesia Power (IP-HaPPPI).

2.1.8 Lima filosofi Perusahaan


1. Mengutamakan pasar dan pelanggan.
Berorientasi kepada pasar serta memberikan pelayanan yang terbaik dan nilai
tambah kepada pelanggan.
2. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan.
Menciptakan keunggulan melalui sumber daya manusia, teknologi financial
dan proses bisnis yang handal dengan semangat untuk memenangkan
persaingan.
3. Memelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terdepan dalam memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara optimal.
4. Menjunjung tinggi etika bisnis.
Menerapkan etika bisnis sesuai standar etika bisnis internasional.
5. Memberi penghargaan atas prestasi.
Memberi penghargaan atas prestasi untuk mencapai kinerja perusahaan yang
maksimal.

xiv
2.1.9 Tujuh Nilai Perusahaan PT. INDONESIA POWER :
1. Integritas
Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada
perusahaan.
2. Profesional
Menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan kode etik sesuai bidang.
3. Harmoni
Serasi, selaras, seimbang, dalam :
a. Pengembangan kualitas pribadi,
b. Hubunagan dengan stakeholder (pihak terkait)
c. Hubungan dengan lingkungan hidup
4. Pelayanan Prima
Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan stake holder.
5. Peduli
Peka-tanggap dan bertindak untuk melayani stake holder serta memelihara
lingkungan sekitar.
6. Pembelajar
Terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kualitas diri
yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian berbagi dengan
orang lain.
7. Inovatif
Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam
usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses maupun
produk dengan tujuan peningkatan kinerja.

2.1.10 Sasaran dan Program Kerja Bidang Produksi


Sasaran dari bidang ini adalah mendukung pemenuhan rencana penjualan
dengan biaya yang optimal dan kompetitif serta meningkatkan pelayanan pasokan.
Untuk mencapai sasaran tersebut, strateginya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan optimalisasi kemampuan produksi terutama pembangkit beban
dasar dengan biaya murah.

xv
2. Meningkatkan efisiensi operasi pembangkit baik biaya bahan maupun biaya
pemeliharaan.
3. Meningkatkan optimalisasi pola operasi pembangkit.
4. Meningkatkan keandalan pola pembangkit.
5. Meningkatkan keandalan dengan meningkatkan availability, menekan
gangguan dan memperpendek waktu pemeliharaan.

Adapun program kerja di bidang produksi :


a. Mengoptimalkan kemampuan produksi.
b. Meningkatkan efisiensi operasi dan pemeliharaan pembangkit :
1. Efisiensi thermal.
2. Efisiensi pemeliharaan.
3. Pengawasan volume dan mutu bahan bakar.
c. Melakukan optimasi biaya bahan bakar.
d. Meningkatkan keandalan pembangkit.
e. Meningkatkan waktu operasi pemeliharaan.

2.2 Bisnis Utama PT. Indonesia Power


Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT. Indonesia Power menjalankan
bisnis pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Saat ini,
Indonesia Power memasok lebih dari separuh atau sekitar 54% kebutuhan pangsa
pasar tenaga listrik sistem Jawa-Bali. Kemampuan tersebut didukung oleh
kenyataan bahwa Indonesia Power merupakan pembangkit yang memiliki
sejumlah pembangkit yang terdiri dari 132 unit pembangkit dan fasilitas
pendukung lainnya dengan kapasitas terpasang total sebesar 9095 MW. Ini
merupakan kapasitas terbesar yang dimiliki perusahaan di Indonesia atau yang
ketiga terbesar di dunia.
PT. Indonesia Power sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per- unit
bisnis pembangkit yang dapat dilihat pada tabel 2.1

xvi
Tabel 2.1 Kapasitas Terpasang per-Unit Bisnis Pembangkit [1]
Unit Bisnis Kapasitas
Pembangkitan
Maka, Suralaya 3.400 dengan faktor
Priok 1.563
kapasitas (rata- Saguling 798 rata 58%)
maupun daya Kamojang 360 mampu
Mrica 306
pembangkit Semarang 1.469 tersebut dapat
mencerminkan Perak Grati 864 kemampuan
Bali 335
pembangkit PT. Total Indonesia Power 9.095 Indonesia
Power dalam menopang sistem ketenagalistrikan pada Sistem JAMALI (Jawa,
Madura, dan Bali).
2.3 Sejarah Singkat PT. Indonesia Power
Pada waktu terjadinya krisis energi yang melanda dunia tahun 1973 dan pada
saat itu terjadi embargo minyak oleh negara-negara Arab terhadap Amerika
Serikat dan negara-negara Industri lainnya, kemudian disusul keputusan OPEC
(Organisasi negara-negara pengekspor minyak) untuk menaikan BBM lima kali
lipat. Belajar dari pengalaman maka Pemerintah mencari sumber energi pengganti
BBM. Pemerintah menyadari akan ketergantungan pada BBM serta gas alam dan
uranium yang akan habis 40-80 tahun lagi, sehingga salah satu jalan yang
ditempuh adalah pengalihan energi minyak bumi ke batubara.
Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik
khususnya di pulau Jawa sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah serta untuk
meningkatkan pemanfaatan sumber energi primer dan diversifikasi sumber energi
primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Suralaya dibangun dengan
menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama yang merupakan sumber
energi primer kelima disamping energi air, minyak bumi dan panas bumi.
Sejarah berdirinya PT. Indonesia Power dimulai pada awal tahun 1990-an,
pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor
ketenegalistrikan. PT Indonesia Power merupakan salah satu anak perusahaan PT.
PLN (Persero) yang dahulu bernama PLN PJB I (Pembangkit Tenaga Listrik Jawa
Bali), menjalankan bisnis utama dibidang pembangkitan tenaga listrik Jawa dan

xvii
Bali serta memasok sekitar 30% - 40% dari kebutuhan tenaga listrik Jawa-Bali.
Diawali dengan berdirinya Paiton swasta I, yang dipertegas dengan
dikeluarkannya Kepres. No. 37 Tahun 1992, tentang pemanfaatan sumber dana
swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian pada akhir tahun
1993, Menteri Pertambangan dan Energi menerbitkan kerangka dasar kebijakan
(Sasaran dan kebijakan sub sektor ketenegalistrikan) yang merupakan pedoman
jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan.
Sebagai tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya dari Perum
menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 3 Oktober 1995, PLN
(Persero) membentuk dua anak perusahaan dengan tujuan untuk memisahkan misi
sosial dan misi komersial dari BUMN (Badan Usaha Milik Negara), yaitu:
1. PT. Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali yang berpusat di Surabaya
2. PT. Indonesia Power yang berpusat di Jakarta
Setelah lima tahun beroperasi PLN PJB I berganti nama menjadi PT.
Indonesia Power pada tanggal 3 Oktober 2000.
PT. Indonesia Power memiliki sejumlah unit pembangkit dan fasilitas-
fasilitas pendukungnnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan
teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam jenis energi
primer air, minyak bumi, batubara, gas alam, dan lain sebagainya. Namun
demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut ada pula pembangkit yang
termasuk paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA
Ketenger, dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun tahun 1920-an dan sampai
sekarang masih beroperasi.
Saat ini, PT. Indonesia Power merupakan pembangkit listrik terbesar di
Indonesia dengan delapan unit bisnis pembangkitan yaitu UBP Suralaya, UBP
Priok, UBP Saguling, UBP Kamojang, UBP Mrica, UBP Semarang, UBP Perak
Grati dan UBP Bali serta satu Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan terbesar di pulau
Jawa dan Bali dengan total kapasitas terpasang 8.978 MW. Pada tahun 2002
keseluruhan unit-unit pembangkitan tersebut menghasilkan tenaga listrik hampir
41.000 GWh yang memasok lebih dari 50% kebutuhan listrik Jawa Bali. Secara
keseluruhan di Indonesia total kapasitas terpasang sebesar 9.039 MW tahun 2002

xviii
dan 9.047 untuk tahun 2003 serta menghasilkan tenaga listrik sebesar 41.253
GWh.
Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik
khususnya di pulau Jawa, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk
meningkatkan pemanfaatan sumber energi primer dan diversifikasi sumber energi
primer untuk pembangkit tenaga listrik, maka PLTU Suralaya telah dibangun
dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama.
UBP Suralaya merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh
PT.Indonesia Power. Diantara pusat pembangkit yang lain, UBP Suralaya
memiliki kapasitas daya terbesar dan juga merupakan pembangkit paling besar di
Indonesia.
PLTU Suralaya dibangun melalui tiga tahapan yaitu :
Tahap I : Membangun dua unit PLTU, yaitu unit 1 dan 2 yang masing-masing
berkapasitas 400 MW. Pembangunannya dimulai pada bulan Mei
1980 sampai dengan bulan Juni 1985 dan telah beroperasi sejak
tahun 1984, tepatnya pada tanggal 4 April 1984 untuk unit 1 dan 26
Maret 1985 untuk unit 2.
Tahap II : Membangun dua unit PLTU yaitu unit 3 dan 4 yang masing-masing
berkapasitas 400 MW. Pembangunannya dimulai paada bulan Juni
1985 dan berakhir sampai dengan bulan Desember 1989. dan telah
beroperasi sejak 6 Februari 1989 untuk unit 3, kemudian 6
November 1989 untuk unit 4.
Tahap III : Membangun tiga unit PLTU, yaitu 5,6, dan 7 yang masing-masing
berkapasitas 600 MW. Pembangunannya dimulai sejak bulan Januari
1993 dan telah beroperasi pada bulan Oktober 1996 untuk unit 5.
untuk unit 6 pada bulan April 1997 dan Oktober 1997 untuk unit 7.

Saat ini telah terpasang dan siap beroperasi PLTG (Pembangkit listrik Tenaga
Gas) dengan kontraktor pembuat yaitu John Brown Engineering, England. PLTG
ini dimaksudkan untuk mempercepat suplai catu daya sebagai penggerak peralatan
bantu PLTU, apabila terjadi black out pada sistem kelistrikan Jawa-Bali.

xix
Beroperasinya PLTU Suralaya diharapkan akan menambah kapasitas dan
kehandalan tenaga listrik di Pulau Jawa-Bali yang terhubung dalam sistem
interkoneksi se-Jawa dan Bali. Mensukseskan program pemerintah dalam rangka
penganekaragaman sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik
sehingga lebih menghemat BBM, juga meningkatkan kemampuan bangsa
Indonesia dalam menyerap teknologi maju, penyediaan lapangan kerja,
peningkatan taraf hidup masayarakat dan pengembangan wilayah sekitarnya
sekaligus meningkatkan produksi dalam negeri.
Dalam pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN Proyek
Induk Pembangkit Thermal Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan konsultan asing
dari Montreal Engeneering Company (Monenco) Canada untuk unit 1 sampai 4
sedangkan untuk unit 5 sampai 7 dari Black & Veatch International ( BVI )
Amerika Serikat. Dalam melaksanakan pembangunan Proyek PLTU Suralaya
dibantu oleh beberapa kontraktor lokal dan kontraktor asing.
PLTU Suralaya terletak di desa Suralaya, Kecamatan Pulo Merak, Serang,
Banten. 120 km ke arah barat dari Jakarta menuju pelabuhan Ferry Merak, dan 7
km ke arah utara dari Pelabuhan Merak tersebut (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Lokasi PLTU Suralaya [1]

Luas area PLTU Suralaya adalah 254 ha, area tersebut ditunjukkan pada
gambar2.3 dan pembagian wilayahnya ditunjukkan pada table 2.2

Tabel 2.2 Luas Area PLTU Suralaya [1]

xx
Area Nama Lokasi Luas (Ha)

A Gedung Sentral 30

B Ash Valley 8

C Kompleks perumahan 30

D Coal Yard 20

E Tempat penyimpanan alat-alat berat 2

F Switch Yard 6.3

G Gedung kantor 6.3

H Sisanya berupa anah perbukitan dan hutan 157.4

- Jumlah 254

xxi
1. Main fuel oil tank
2. CW pump # 1-7
3. Administration building
4. Stacks
5. Boiler house # 1-7 22
6. Turbine gen. House #1-7
7. Control room #1-7
8. CW discharge cannal
9. 150 kV switch yard
10 Simulator building
11 Security building
16 17
12 PLN Prject office
13 EHV subst. Building 20
14 New storage
15 Old ST. recalimer 19
16 New ST. reclaimer Coal open storage
21
29
18
26

1 1 15
28
17 Setlement basin
2
18 Semi perm. JETTY
25
19 Oil JETTY 4 27
20 DERMAGA I 24
23
21 CW intake culverts 5 5 5 5 5 5 5
22 DERMAGA II 14 6 6
23 Ash conveyor 7 7
24 Ash disposal area 8
25 Water treatment area 3
26 Chlorination plant General Manajer 500 kV 11
27 H2 plant SY
28 Old storage UBP Suralaya
29 Coal conveyor
30 Ro-Ro Jetty 12
9
10
Manajemen
Representative
Deputi Deputi Deputi
General General General
Manajer Manajer Manajer Document
Operasi dan Bidang Bidang Control
Pemeliharaan GambarUmum
2.3. Denah PLTU Suralaya [1]
Pengelolaan
Batubara

2.3.1 Struktur Organisasi PLTU Suralaya


Dalam struktur kepemimpinan sebuah perusahaan yang besar, perlu
adanyaManajer
keteraturan dan sistematika
Manajer dari alur-alur pemerintahan agar dapat
Manajer
Pemeliharaan Ash
menjalankan sistem secaraLogistik
selaras, serasi dan seimbang. Latar belakang inilah
1-4 Handling
yang mendorong PT. Indonesia Power menentukan struktur atau bagan
Manajerseperti pada gambar 2.4.
kepemimpinannya, yang tergambar
Manajer KML Manajer
Pemeliharaan lingkungan PEP
5-7 dan K3
Manajer PIEP
Manajer Manajer
Operasi 1-4 MSDM dan
MAS
xxii
Manajer
Manajer
Operasi 5-7
Keuangan
Gambar 2.4. Bagan Organisasi PLTU Suralaya [1]

2.4 Proses Produksi Listrik


PLTU Suralaya telah direncanakan dan dibangun untuk menggunakan
batubara sebagai bahan bakar utamanya. Sedangkan sebagai bahan bakar
cadangan menggunakan bahan bakar residu, Main Fuel Oil (MFO) dan juga
menggunakan solar, High Speed Diesel(HSD) sebagai bahan bakar ignitor atau
pemantik pada penyalaan awal dengan bantuan udara panas bertekanan. Batubara
diperoleh dari tambang Bukit Asam, Sumatera Selatan dari jenis Subbituminious

xxiii
dengan nilai kalor 5000-5500 kkal/kg.Transportasi batubara dari mulut tambang
Tanjung Enim ke pelabuhan Tarahan dilakukan dengan kereta api. Selanjutnya
dibawa dengan kapal laut ke Jetty Suralaya.

Gambar 2.5. Rute Transportasi Batubara dari Tanjung Enim ke PLTU


Suralaya [1]

Batubara yang dibongkar dari kapal di Coal Jetty kemudian dikeruk dengan
menggunakan Stacker Reclaimer (1), dan selanjutnya diangkut dengan conveyor
menuju penyimpan sementara (Temporary Stock) dengan melalui Telescopic
Chute (2) untuk kemudian dikirim ke Boiler. Selanjutnya batubara tersebut
ditransfer melalui Junction House (3) ke Scrapper Conveyor (4) lalu ke Coal
Bunker (5), diteruskan ke Coal Feeder (6) yang berfungsi mengatur jumlah aliran
ke Pulverizer (7) batubara digiling sesuai kebutuhan menjadi serbuk yang sangat
halus seperti tepung. Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari
Primary Air Fan (8) dan dibawa ke Coal Burner (9) yang menghembuskan
batubara tersebut ke dalam ruang bakar untuk proses pembakaran dan terbakar
seperti gas untuk mengubah air menjadi uap. Udara panas yang digunakan oleh
P.A. Fan dipasok dari F.D. Fan (10) yang menekan udara panas setelah dilewatkan
melalui Air Heater (11). F.D. Fan juga memasok udara ke Coal Burner untuk
mendukung proses pembakaran.

xxiv
Gambar 2.6. Proses Produksi Tenaga Listrik PLTU Suralaya [1]

Keterangan :
1. Stacker Reclaimer 17. Generator
2. Telescopic Chute 18. Transformator
3. Junction House 19. Condenser
4. Scraper Conveyor
5. Coal Bunker
6. Pulverizer
7. Primary Air Fan
8. Coal Burner
9. Forced Draft Fan
10. Induced Draft Fan
11. Electrostatic Precipitator
12. Stack
13. Superheater
14. High Pressure Turbine
15. Reheater
16. Intermediate Pressure Turbin
Hasil proses pembakaran yang terjadi menghasilkan limbah berupa abu
dalam perbandingan 14:1. Abu yang jatuh ke bagian bawah boiler secara periodik
dikeluarkan dan disimpan. Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari boiler oleh
I.D. Fan (12) dan dilewatkan melalui Electric Precipitator (13) yang menyerap

xxv
99.5% dari abu terbang dan debu dengan sistem Elektrode yang dihembuskan ke
cerobong asap atau stack (14). Abu dan debu kemudian dikumpulkan dan diambil
dengan alat Pneumatic Gravity Conveyor yang digunakan sebagai material untuk
bahan pembuatan jalan, semen dan bahan bangunan (conblok).
Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa-pipa
penguap atau Waterwalls menjadi uap jenuh atau uap basah yang selanjutnya
dipanaskan dengan Superheater (15). Kemudian uap tersebut dialirkan ke turbin
tekanan tinggi H.P. Turbine (16), di mana uap tersebut ditekan melalui Nozzle ke
sudu-sudu turbin. Tenaga dari uap menghantam sudu-sudu turbin dan membuat
turbin berputar. Setelah melalui H.P. Turbine, uap dikembalikan ke boiler untuk
dipanaskan ulang di Reheater (17) sebelum uap tersebut digunakan di I.P. Turbine
(18) dan L.P. Turbine (19). Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air di
Condensor (23) dengan air laut/Sea Water (26) yang dipasok oleh C.W. Pump
(32). Air kondensasi akan digunakan kembali di boiler. Air dipompakan dari
Condensor dengan menggunakan Condensate Extraction Pump (24), dipanaskan
lagi oleh L.P. Heater (25), dinaikkan ke Deaerator (27). Tangki pemanas
kemudian dipompa oleh Boiler Feed Pump (28) melalui H.P. Heater (29), di mana
air tersebut dipanaskan lebih lanjut sebelum masuk ke boiler pada Economiser
(30), kemudian air masuk ke Steam Drum (31). Poros turbin tekanan rendah
dikopel dengan Rotor Generator (20). Rotor dalam electromagnit berbentuk
silinder ikut berputar apabila turbin berputar. Generator dibungkus dalam Stator
Generator (21). Stator ini digulung dengan menggunakan batang tembaga. Listrik
dihasilkan dalam batangan tembaga pada stator oleh elektromagnit rotor melalui
perputaran dari medan magnit. Tegangan listrik 23 KV kemudian dinaikkan
menjadi 500.000 Volt dengan Generator Transformer

2.5 Dampak Lingkungan


Menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, PLTU Suralaya
dilengkapi dengan sarana pengendalian dan pemantauan secara terus menerus agar
memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah, dalam hal ini Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 02/MENLH/1988 tanggal 19 Januari 1988

xxvi
tentang nilai ambang batas dan no. 13/MENLH/1995 tanggal 07 Maret 1995
tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak.
Oleh karena itu PLTU Suralaya dilengkapi dengan peralatan :
a. Electrostatic Precipitator, yaitu alat penangkap abu hasil sisa pembakaran
dengan efisiensi 99,5%.
b. Cerobong asap setinggi 200 meter dan 275 meter agar kandungan debu dan
gas sisa pembakaran sampai ground level masih dibawah ambang batas.
c. Sewage treatment dan Neutralizing basin yaitu pengolahan limbah cair agar
air buangan tidak mencemari lingkungan.
d. Peredam suara untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh suara
mesin produksi.
e. Alat-alat pemantau lingkungan hidup yang ditempatkan di sekitar PLTU
Suralaya.
f. CW discharge Cannal sepanjang 1,9 km dengan sistim saluran terbuka
g. Pemasangan stack emmision.

2.6 Data Teknik Komponen Utama PLTU Suralaya


2.6.1 Data teknik peralatan PLTU Suralaya unit 1 4
1. Ketel (boiler)
Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada
Tipe : Natural circulation single
drum radiant wall out door
Kapasitas : 1168 ton uap/jam
Tekanan uap keluar superheater : 169 kg/cm2
Suhu uap keluar superheater : 540oC
Tekanan uap keluar reheater : 39.9 kg/jam
Bahan bakar utama : Batubara
Bahan bakar cadangan : Minyak residu
Bahan bakar untuk penyalaaan awal : Minyak solar

xxvii
2. Turbin
Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe : Tandem coumpound double exhaust
Kapasitas : 400 MW
Tekanan uap masuk : 169 kg/cm2
Temperatur uap masuk : 538oC
Tekanan uap keluar : 56 mmHg
Kecepatan putar : 3000 rpm
Jumlah tingkat : 3 tingkat
Turbin tekanan tinggi : 12 sudu
Turbin tekanan menengah : 10 sudu
Turbin tekanan rendah 1 : 2 * 8 sudu
Turbin tekanan rendah 2 : 2 * 8 sudu

3. Generator
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Kecepatan putaran : 3000 rpm
Jumlah fasa : 3
Frekwensi : 50 Hz
Tegangan : 23 kV
KVA keluaran : 471 MVA
KW : 400.350 kW
Arus : 11.823 A
Faktor daya : 0.85
Rasio hubungan singkat : 0,5
Media pendingan : gas hidrogen
Tekanan gas : 4 kg/cm2
Volume gas : 80 cm2
Tegangan penguat medan : 500 V
Kumparan :Y

xxviii
4. Sistim eksitasi
a. Penguat medan tanpa sikat (brushless exciter)
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : total enclosed
kW keluaran : 2400 kW
Tegangan : 500 V
Arus : 4800 A
Kecepatan putar : 3000 rpm
b. Penyearah (roating rectifier)
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : penyearah silikon (silicon rectifier)
KW keluaran : 2400 kW
Tegangan : 500 V
Arus : 400 A
c. Penguat medan AC (AC exciter)
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : roating armeture
KVA keluaran : 2700 kVA
Tegangan : 410 V
Jumlah fasa :3
Frekwensi : 250 Hz
d. Penguat medan bantu (pilot exciter)
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : permanet magnetic field
KVA keluaran : 30 kVA
Tegangan : 170 V
Jumlah fasa :3
Frekwensi : 400 Hz
Arus : 102 A
Faktor daya : 0.95

xxix
e. Sistem eksitasi lainnya
dioda silikon : SR 200 DM
sekering : 1200 A, 1 detik
Kondensor : 0.6 F

5. Pulverizer (penggiling batu bara)


Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada
Tipe : MPS-89
Kapasitas : 63.000 kg/jam
Kelembaban batubara : 23.6 %
Kelembutan hasil penggilingan : 200 Mesh
Kecepatan putar : 23.5 rpm
Motor penggerak : 522 kW/6kV/706 A/50 Hz

6. Pompa pengisi ketel (boiler feed pump)


Pabrik pembuat : Ingersollrand, Canada
Tipe : 65 CHTA 5 stage
Kapasitas : 725 ton/jam
N.P.S.H : 22.2 m
Tekanan : 216 kg/cm2
Motor penggerak : 6338.5 kW/ 6 kV/ 50 Hz/3 fasa

7. Pompa air pendingin


Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe : vertical mixed flow
Kapasitas : 31.500 m2/jam
Discharge head : 12.5 m
Tekanan : 0.8 kg/cm2
Motor penggerak : 1300 kW/6 kV/50 Hz/3 fasa

xxx
8. Transformator generator
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : oil immersed two winding outdoor
Daya semu : 282.000/376.000/470.000 kVA
Tegagan primer : 23 kV
Arus primer : 7.080/9.440/11.800 A
Tegangan sekunder : 500 kV
Arus sekunder : 326/434/543 A
Frekwensi : 50 Hz
Jumlah fasa :3
Uji tegangan tinggi : 1550 kV
Uji tegangan rendah : 125 kV
Uji tegangan netral : 125 kV
Prosentasi impedansi : 11.66% 11.69%

9. Penangkap abu (electrostatic precipitator)


Pabrik pembuat : Wheelaborator , Canada
Jumlah aliran gas : 1.347.823 Nm3/jam
Temperatur gas : 195oC
Kecepatan aliran gas : 1,47 m/detik
Tipe elektroda : Isodyne & star tipe-unit 1&2, coil unit 3&4
Tegangan elektroda : 55 kV DC
Efisiensi : 99.5 %
Jumlah abu tangkapan : 11.2 ton/jam

10. Cerobong (stack)


Jumlah : 2 buah (4 unit)
Tinggi : 200 m
Diameter luar bagian bawah : 22.3 m
Diameter luar bagian atas : 14 m
Diameter pipa saluran gas buang : 5.5 m

xxxi
Suhu gas masuk cerobong : + 140oC
Kecepatan alir gas : + 2 m/detik
Material cerobong : beton dan dibagian dalamnya
terdapat 2 pipa aliran gas
berdiameter 5.5 m

2.6.2. Data teknik peralatan PLTU Suralaya unit 5 7


1. Ketel (boiler)
Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada
Tipe : Natural circulation single drum
radiant wall ou door
Kapasitas : 1.953.866 kg uap/jam
Tekanan uap keluar superheater : 169 kg/cm2
Suhu uap keluar superheater : 540oC
Tekanan uap keluar reheater : 59 kg/cm2
Bahan bakar utama : Batubara
Bahan bakar untuk penyalaaan
awal : Minyak solar

2. Turbin
Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy Industries,
Jepang
Tipe : Tandem coumpound quadruple
exhaust condensing reheat
Kapasitas : 600 MW
Tekanan uap masuk : 169 kg/cm2
Temperatur uap masuk : 538oC
Tekanan uap keluar : 68 mmHg
Kecepatan putar : 3000 rpm
Jumlah tingkat : 3 tingkat

xxxii
Turbin tekanan tinggi : 10 sudu
Turbin tekanan menengah : 7 sudu
Turbin tekanan rendah 1 : 2 * 7 sudu
Turbin tekanan rendah 2 : 2 * 7 sudu

3. Generator
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Kecepatan putaran : 3000 rpm
Jumlah fasa : 3
Frekwensi : 50 Hz
Tegangan : 23 kV
KVA keluaran : 767 MVA
kW : 651.950 kW
Arus : 19.253A
Faktor daya : 0.85
Rasio hubungan singkat : 0.58 pada 706 MVA
Media pendingan : gas hidrogen
Tekanan gas : 5 kg/cm2
Volume gas : 125 cm2
Tegangan penguat medan : 590 V
Kumparan :Y

4. Sistim eksitasi
a. penguat medan tanpa sikat (brushless exciter)
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : total enclosed
kW keluaran : 3300 kW
Tegangan : 590 V
Arus : 5593 A
Kecepatan putar : 3000 rpm
b. penyearah (roating rectifier)

xxxiii
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : penyearah silikon (silicon rectifier)
KW keluaran : 330 kW
Tegangan : 590 V
Arus : 550 A
c. penguat medan AC (AC exciter)
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : roating armeture
KVA keluaran : 3680 kVA
Tegangan : 480 V
Jumlah fasa :3
Frekwensi : 200 Hz
d. penguat medan bantu (pilot exciter)
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : permanet magnetic field
KVA keluaran : 20 kVA
Tegangan : 125 V
Jumlah fasa :3
Frekwensi : 400 Hz
Arus : 160 A
Faktor daya : 0.95
e. Sistem eksitasi lainnya
dioda silikon : FD 500 DH 60
sekering : 800 A, 1 detik
Kondensor : 0.6 F

5. Pulverizer (penggiling batu bara)


Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada
Tipe : MPS-89N
Kapasitas : 67.495 kg/jam
Kelembaban batubara : 28.3 %

xxxiv
Kelembutan hasil penggilingan : 200 Mesh
Kecepatan putar : 23.5 rpm
Motor penggerak : 522 kW/3.3 kV/158 A/50 Hz

6. Pompa pengisi ketel (boiler feed pump)


Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Tipe : Horizontal, centrifugal doble cage, 4 stage
Kapasitas : 1.410 ton/jam
Head total : 2.670 m
Tekanan : 190 kg/m2

Motor penggerak
Turbin BFP : 5.720 rpm
Motor listrik : 5.960 kW/10 kV/50 Hz/3 fasa/1.480 rpm

7. Pompa air pendingin


Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada
Tipe : -
Kapasitas : 180 m2/jam
Discharge head : 45.2 m
Tekanan : 2.0 kg/cm2
Motor penggerak : 1300 kW/10.5 kV/50 Hz/3 fasa

8. Transformator generator
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Jepang
Tipe : oil immersed two winding outdoor
Daya semu : 411.000/548.000/685.000 kVA
Tegagan primer : 23 kV
Arus primer : 17.195 A
Tegangan sekunder : 500 kV
Arus sekunder : 791 A

xxxv
Frekwensi : 50 Hz
Jumlah fasa :3
Uji tegangan tinggi : 1550 kV
Uji tegangan rendah : 125 kV
Uji tegangan netral : 125 kV
Prosentasi impedansi : 11.9% pada 685 MVA

9. Penangkap abu (electrostatic precipitator)


Pabrik pembuat : Lodge Cotrell, USA
Jumlah aliran gas : 1.347.823 Nm3/jam
Temperatur gas : 195oC
Kecepatan aliran gas : 1.47 m/detik
Tipe elektroda : square twisted element
Tegangan elektroda : 65 kV DC
Arus elektroda : 1400 mA
Efisiensi : 99.5 %
Jumlah abu tangkapan : 25 ton/jam

10. Cerobong (stack)


Jumlah : 3 buah (3 unit)
Tinggi : 275 m
Diameter luar bagian bawah : 25 m
Diameter luar bagian atas : 14 m
Diameter pipa saluran gas buang : 6.5 m
Suhu gas masuk cerobong : + 140oC
Kecepatan alir gas : + 2 m/detik

BAB III
LANDASAN TEORI

xxxvi
3.1 Transformator
Transformator atau lebih dikenal dengan nama transformer atau trafo
adalah suatu peralatan listrik yang mengubah daya listrik AC pada satu level
tegangan yang satu ke level tegangan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik
tanpa merubah frekuensinya. Tranformator biasa digunakan untuk
mentransformasikan tegangan (menaikkan atau menurunkan tegangan AC). Selain
itu, transformator juga dapat digunakan untuk sampling tegangan, sampling arus,
dan juga mentransformasi impedansi. Transformator terdiri dari dua atau lebih
kumparan yang membungkus inti besi feromagnetik. Kumparan-kumparan
tersebut biasanya satu sama lain tidak dihubungkan secara langsung. Kumparan
yang satu dihubungkan dengan sumber listrik AC (kumparan primer) dan
kumparan yang lain mensuplai listrik ke beban (kumparan sekunder). Bila
terdapat lebih dari dua kumparan maka kumparan tersebut akan disebut sebagai
kumparan tersier, kuarter, Impedansi Saluaran.

3.1.1 Prinsip Kerja Transformator


Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan
masukan bolak-balik yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang
idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini
menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua daya
pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.

3.1.2 Komponen Transformator


Komponen transformator terdiri dari dua bagian, yaitu peralatan utama dan
peralatan bantu. Peralatan utama transformator terdiri dari:

1. Kumparan Trafo: kumparan trafo terdiri dari beberapa lilitan kawat


tembaga yang dilapisi dengan bahan isolasi (karton, pertinax, dll) untuk
mengisolasi baik terhadap inti besi maupun kumparan lain. Untuk trafo dengan
daya besar lilitan dimasukkan dalam minyak trafo sebagai media pendingin

xxxvii
Gambar 3.1.Kumparan Trafo [2]

2.Inti besi : dibuat dari lempengan-lempengan feromagnetik tipis yang


berguna untuk mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
melalui kumparan. Inti besi ini juga diberi isolasi untuk mengurangi panas
(sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus eddy Eddy Current.

Gambar 3.2.Inti Besi Transformator [2]

3.Minyak trafo: berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Minyak


trafo mempunyai sifat media pemindah panas (disirkulasi) dan mempunyai daya
tegangan tembus tinggi.

Gambar 3.3.Minyak Transformator [2]

Pada power transformator, terutama yang berkapasitas besar, kumparan-kumparan


dan inti besi transformator direndam dalam minyak-trafo. Syarat suatu cairan bisa
dijadikan sebagai minyak trafo adalah sebagai berikut:

1. Ketahanan isolasi harus tinggi ( >10kV/mm )


2. Berat jenis harus kecil, sehingga partikel-partikel inert di dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat

xxxviii
3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan
pendinginan menjadi lebih baik
4. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan
5. Tidak merusak bahan isolasi padat
6. Sifat kimia yang stabil

4.Bushing: sebuah konduktor (porselin) yang menghubungkan kumparan


transformator dengan jaringan luar. Bushing diselubungi dengan suatu isolator dan
berfungsi sebagai konduktor tersebut dengan tangki transformator. Selain itu juga
bushing juga berfungsi sebagai pengaman hubung singkat antara kawat yang
bertegangan dengan tangki trafo.

Gambar 3.4.Bushing Transformator [2]


5.Tangki dan Konservator: pada
umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak trafo ditempatkan di
dalam tangki baja. Tangki trafo-trafo distribusi umumnya dilengkapi dengan sirip-
sirip pendingin ( cooling fin ) yang berfungsi memperluas permukaan dinding
tangki, sehingga penyaluran panas minyak pada saat konveksi menjadi semakin
baik dan efektif untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi
dengan konservator.

Gambar 3.5.Tangki Dan Konservator [2]

xxxix
3.2 Sistem Proteksi

Sistem proteksi tenaga listrik merupakan system pengamanan pada peralatan-


perelatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, bus bar,
transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah, dan lain
sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi system tenaga listrik tersebut.
Fungsi sistem proteksi tenaga listrik adalah :
1. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan kerusakan peralatan-peralatan pada
sistem tenaga listrik akibat terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem
yang tidak normal;
2. Mengurangi kerusakan peralatan-peralatan pada system tenaga listrik akibat
terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal;
3. Mempersempit daerah yang tidak terganggu sehingga gangguan tidak melebar
pada sistem yang lebih luas;
4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi
kepada konsumen;
5. Mengamankan manusia dari bahaya yang di timbulkan oleh tenaga listrik.
Pada sistem tenaga listrik, relai memegang paranan yang sangat vital. Proteksi
berkualiatas yang baik memerlukan relai proteksi yang baik juga. Untuk itu ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh relai proteksi, antara lain:
1. Keterandalan (Reliability) Pada kondisi normal atau tidak ada gangguan,
mungkin selama berbulan-bulan atau lebih relai tidak bekerja. Seandainya
suatu saat terjadi gangguan maka relai tidak boleh gagal bekerja dalam
mengatasi gangguan tersebut.
2. Selektivitas (Selectivity) Selektivitas berarti relai harus mempunyai daya beda
(discrimmination) terhadap bagian yang terganggu,
3. Sensitivitas (Sensitivity) Relai harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap
besaran minimal (kritis) sebagaimana direncanakan.
4. Kecepatan Kerja Relai proteksi harus dapat bekerja dengan cepat. Jika ada
gangguan, misalnya isolasi bocor akibat adanya gangguan tegangan lebih
terlalu lama sehingga peralatan listrik yang diamankan mengalami kerusakan.
5. Ekonomis. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan
relai proteksi adalah masalah harga atau biaya. Relai tidak akan diaplikasikan
dalam sistem tenaga listrik, jika harganya sangat mahal.

xl
Komponen sistem proteksi terdiri dari Transformator Arus (Current Transformer),
Transformator Tenaga (Potential Transformer), Relai, Pemutus Tenaga (Circuit
Breaker) dan Baterai.

3.3 Sistem Proteksi dan Atributnya


Suatu sistem proteksi akan merasakan keadaan yang abnormal pada bagian
dari sistem tenaga dan memberikan peringatan atau mengisolasi keadaan tersebut
dari sistem yang sehat. Pada gambar 3.6 menunjukan sebuah contoh sistem
proteksi untuk proteksi relay jarak pada saluran transimisi, yang terdiri dari
sebuah CT (Current Transformer) dan sebuah PT (Potential Transformer),
sebuah relay dan pemutus tenaga (circuit breaker). Setiap sistem proteksi akan
mempunyai komponen komponen dasar tersebut.

Gambar 3.6 Proteksi Relay Jarak Pada Saluran Transimisi [3]


Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh relay proteksi, adalah sebagai
berikut:
1. Sensitivity (sensitif)
2. Selektivity (selektif) dan discrimination (diskriminasi)
3. Reliability (keandalan)
4. Speed (kecepatan)

3.4 Organisasi Proteksi


Proteksi diorganisasi dengan cara yang sangat logis. Idenya adalah membuat
cincin pengaman mengelilingi setiap elemen dari sistem tenaga. Jika terdapat

xli
gangguan pada daerah cincin ini, relay akan memerintahkan pemutus tenaga
untuk trip dan mengamankan daerah yang sehat. Cincin pengaman ini disebut
dengan zona proteksi. Pada Gambar di bawah ditunjukan suatu zona proteksi
sederhana dari relay diferensial untuk proteksi pada transformator.

Gambar 3.7 Zona Proteksi, Gangguan Internal Dan Eksternal [3]

3.5 Zona Proteksi

Variasi zona proteksi untuk sistem tenaga secara khusus, ditunjukan oleh
gambar 3.8 Dapat diamati bahwa zona-zona yang berdekatan saling melingkupi
(overlap), dilain pihak terdapat bagian yang tidak terproteksi. Pada waktu yang
bersamaan, harus disadari bahwa jika gangguan terjadi pada daerah yang
dilingkupi maka lebih sedikit CB yang akan trip. Setiap zona akan menggunakan
prinsip relay yang berbeda beda.

Gambar 3.8 Macam-Macam Zona Proteksi Untuk Sistem Tenaga [3]

xlii
3.6 Proteksi Transformator
Current transformer (CT) atau Trafo Arus adalah peralatan pada sistem tenaga
listrik yang berupa trafo yang digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya
hingga ratusan ampere dan arus yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Di
samping untuk pengukuran arus, trafo arus juga digunakan untuk pengukuran
daya dan energi, pengukuran jarak jauh, dan rele proteksi. Kumparan primer trafo
dihubungkan seri dengan rangkaian atau jaringan yang akan dikur arusnya
sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau dengan rele
proteksi.

Gambar 3.9 Prinsip Kerja Trafo [3]

Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Bila pada kumparan
primer mengalir arus I1, maka pada kumparan timbul gaya gerak magnet sebesar
N1I1. Gaya gerak ini memproduksi fluks pada inti, dan fluks ini membangkitkan
gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Bila terminal kumparan sekunder
tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I1. Arus ini menimbulkan
gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder. Pada trafo arus biasa dipasang
burden pada bagian sekunder yang berfungsi sebagai impedansi beban, sehingga
trafo tidak benar-benar short circuit. Apabila trafo adalah trafo ideal, maka
berlaku persamaan :

N1I1 = N2I2 (3-1)

I1/I2 = N2/N1 (3-2)

Dimana:

N1 : Jumlah belitan kumparan primer

xliii
N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder

I1 : Arus kumparan primer

I2 : Arus kumparan sekunder

Dalam pemakaian sehari-hari, trafo arus dibagi menjadi jenis-jenis tertentu


berdasarkan syarat-syarat tertentu pula, adapun pembagian jenis trafo arus adalah
sebagai berikut :

Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Kumparan Primer


a) Jenis Kumparan (Wound)

Biasa digunakan untuk pengukuran pada arus rendah, burden yang besar, atau
pengukuran yang membutuhkan ketelitian tinggi. Belitan primer tergantung pada
arus primer yang akan diukur, biasanya tidak lebih dari 5 belitan. Penambahan
belitan primer akan mengurangi faktor thermal dan dinamis arus hubung singkat.

b) Jenis Bar (Bar)

Konstruksinya mampu menahan arus hubung singkat yang cukup tinggi


sehingga memiliki faktor thermis dan dinamis arus hubung singkat yang tinggi.
Keburukannya, ukuran inti yang paling ekonomis diperoleh pada arus pengenal
yang cukup tinggi yaitu 1000A.

Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Rasio


a) Jenis Rasio Tunggal

Rasio tunggal adalah trafo arus dengan satu kumparan primer dan satu
kumparan sekunder.

b) Jenis Rasio Ganda

Rasio ganda diperoleh dengan membagi kumparan primer menjadi beberapa


kelompok yang dihubungkan seri atau paralel.

xliv
Gambar 3.10 Rasio Ganda [3]

Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Inti


a) Inti Tunggal

Digunakan apabila sistem membutuhkan salah satu fungsi saja, yaitu untuk
pengukuran atau proteksi.

b) Inti Ganda

Digunakan apabila sistem membutuhkan arus untuk pengukuran dan proteksi


sekaligus.

Gambar 3.11 Inti Ganda [3]

Proteksi transformator dimaksudkan untuk mencegah transfor mator dari


kerusakan akibat gangguangangguan yang terjadi pada transformator tersebut dan
membatasi daerah pemadaman sekecil mungkin. Berbagai kemungkinan
gangguan yang terjadi pada transformator adalah sebagai berikut :
1. Hubung singkat pada kumparan transformator, yaitu antar kumparan fase, di
dalam kumparan fase dan antarfase dengan tangki atau inti.
2. Hubung singkat di luar transformator, baik simetris maupun asimetris.
3. Beban lebih.
4. Sambaran petir.
5. Gangguan sistem pendingin
Beberapa relay pengaman yang biasanya digunakan pada transformator antara lain
adalah relay Bucholz, relay suhu, relay hubung tanah (Earth Fault Relay),
relay arus lebih (Over Current Relay), relay diferensial, relay tekanan
lebih(Sudden Pressure Relay), relay tangki tanah, arrester. Berikut keterangannya:
a) Relay Bucholz
Relay Bucholz adalah relai yang berfungsi mendeteksi dan mengamankan
terhadap gangguan transformator yang menimbulkan gas. Timbulnya gas dapat
diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
Hubung singkat antar lilitan pada atau dalam phasa

xlv
Hubung singkat antar phasa
Hubung singkat antar phasa ke tanah
Busur api listrik antar laminasi
Busur api listrik karena kontak yang kurang baik.
b) Relai Tekanan Lebih
Relai ini berfungsi hampir sama seperti Relay Bucholz. Fungsinya adalah
mengamankan terhadap gangguan di dalam transformator. Bedanya relai ini hanya
bekerja oleh kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan
pemutus tenaga (PMT). Alat pengaman tekanan lebih ini berupa membran yang
terbuat dari kaca, plastik, tembaga atau katup berpegas, sebagai pengaman tangki
transformator terhadap kenaikan tekan gas yang timbul di dalam tangki yang akan
pecah pada tekanan tertentu dan kekuatannya lebih rendah dari kekuatan tangki
transformator
c) Relai Diferensial
Berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan di dalam
transformator, antara lain adalah kejadian flash over antara kumparan dengan
kumparan atau kumparan dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam
kumparan ataupun beda kumparan.
d) Relai Arus lebih
Berfungsi mengamankan transformator jika arus yang mengalir melebihi dari
nilai yang diperkenankan lewat pada transformator tersebut dan arus lebih ini
dapat terjadi oleh karena beban lebih atau gangguan hubung singkat. Arus lebih
ini dideteksi oleh transformator arus atau current transformator (CT).
e) Relai Tangki Tanah
Alat ini berfungsi untuk mengamankan transformator bila ada hubung singkat
antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada
transformator.
f) Relai Hubung Tanah
Fungsi alat ini adalah untuk mengamankan transformator jika terjadi gangguan
hubung singkat satu phasa ke tanah.
g) Relai Thermis
Alat ini berfungsi untuk mencegah/mengamankan transformator dari kerusakan
isolasi pada kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus
lebih. Besaran yang diukur di dalam relai ini adalah kenaikan suhu.

xlvi
3.7 Transformator 3 Fasa
a. Transformator Hubungan Bintang
Pada hubungan bintang terdapat titik netral dan saluran netral akan
mengalirkan arus IN yang besarnya IN = IA + IB + IC, dalam sistem yang
seimbang IN = 0.

Gambar 3.12 Hubung Bintang

Untuk hubungan bintang berlaku hubungan :

IL =IP dan VAB = atau VL = (3-3)

Besarnya daya pada hubungan bintang adalah tiga kali tiap transformator.
S = 3.Vp.Ip (3-4)

S= . IL (3-5)

Keterangan :
S = daya semu transformator tiga fasa (VA)
VP = tegangan fasa (Volt)
VL = tegangan saluran (Volt)
IL = arus saluran (A)
b. Transformator Hubungan Delta
Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan
secara delta VAB,VBC,VCA masing- masing berbeda 120.
V AB + VBC + VCA = 0 (3-6)
c. Transformator Hubungan Zig-zag
Pada hubungan zig-zag dimana masing-masing lilitan tiga fasa pada sisi
tegangan rendah dibagi menjadi dua bagian dan masing masing dihubungkan pada

xlvii
kaki yang berlainan. Hubungan silang atau zig zag digunakan untuk keperluan
khusus seperti pada ransformator distribusi dan transformator converter.
d. Vektor Grup Transformator
Vektor grup transformator atau jam trafo akan menentukan pergeseran
sudut arus primer dan sekunder pada transformator, hal ini akan menentukan
sambungan relay diferensial.

Gambar 3.13 Vektor Grup Transformator Atau Jam Trafo

Vektor tegangan dan arah arus pada transformator daya dan transformator arus.
Gambar dibawah ini menunjukkan contoh cara menentukan vector grup
transformator Yd 11 serta cara merangkai. Wiring dari kumparan sisi primer dan
sekunder transformator sehingga arah arah arusnya sesuai dengan vector grup
transformator yang kita tentukan.

Gambar 3.14 Vektor Grup Transformator Yd11.

3.8 Relay Diferensial

xlviii
Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan
kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator
arus (CT) terpasang pada terminal-terminal peralatan atau instalasi listrik yang
diamankan. Penggunaan relay differensial sebagai relay pengaman, antara lain
pada generator, transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi. Relay
differensial digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada
transformator daya yang berguna untuk mengamankan belitan transformator bila
terjadi suatu gangguan. Relay ini sangat selektif dan sistem kerjanya sangat cepat.
3.8.1 Prinsip Kerja Dari Relay Differensial
Sebagaimana disebutkan diatas, Relay differensial adalah suatu alat proteksi
yang sangat cepat bekerjanya dan sangat selektif berdasarkan keseimbangan
(balance) yaitu perbandingan arus yang mengalir pada kedua sisi trafo daya
melalui suatu perantara yaitu trafo arus (CT). Dalam kondisi normal, arus
mengalir melalui peralatan listrik yang diamankan (generator, transformator dan
lain-lainnya). Arus-arus sekunder transformator arus, yaitu I1 dan I2 bersikulasi
melalui jalur IA. Jika relay pengaman dipasang antara terminal 1 dan 2, maka
dalam kondisi normal tidak akan ada arus yang mengalir melaluinya. Dapat dilihat
pada gambar 3.15. dibawah ini:

Gambar 3.15 Pengawatan Dasar Relay Differensial [3]

Jika terjadi gangguan diluar peralatan listrik yang diamankan (external fault),
maka arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasinya akan
tetap sama dengan pada kondisi normal, sehingga relay pengaman tidak akan
bekerja untuk gangguan luar tersebut. Jika gangguan terjadi didalam (internal
fault), maka arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik, menyebabkan
keseimbangan pada kondisi normal terganggu, akibatnya arus ID akan mengalir
melalui relay pengaman dari terminal 1 menuju ke terminal 2. Selama arus-arus

xlix
sekunder transformator arus sama besar, maka tidak akan ada arus yang mengalir
melalui kumparan kerja (operating coil) relay pengaman, tetapi setiap gangguan
(antar fasa atau ke tanah) yang mengakibatkan sistem keseimbangan terganggu,
akan menyebabkan arus mengalir melalui Operating Coil relay pengaman, maka
relai pengaman akan bekerja dan memberikan perintah putus (tripping) kepada
circuit breaker (CB) sehingga peralatan atau instalasi listrik yang terganggu dapat
diisolir dari sistem tenaga listrik. Seperti gambar 3.8 dibawah ini :

Gambar 3.16 Sistem Pengaman Relay Differensial [3]

3.8.2Tinjauan Beberapa Masalah Terhadap Relay Differensial


1. Karakteristik CT
Relay differensial dalam operasinya bahwa dalam keadaan normal atau terjadi
gangguan diluar daerah pengamanannya arus pada relay sama dengan nol. Karena
itu kemungkinan salah kerja dari relay differnsial dapat terjadi, arus yang dapat
menyebabkan relay salah kerja tersebut dinamakan arus ketidakseimbangan. Bila
suatu arus yang besar mengalir melalui suatu trafo arus maka arus pada terminal
sekunder tidak lagi linear terhadap arus primer. Hal ini disebabkan kejenuhan
pada intinya. Pada relay differensial trafo arusnya harus identik, namun kejenuhan
intinya tidak dapat sama betul. Hal ini disebabkan perbedaan beban dari masing-
masing trafo arus tersebut. Karakteristik Trafo Arus pada relay differensial, seperti
gambar 3.17. berikut ini :

l
Gambar 3.17 Karakteristik Trafo Arus (CT) Pada Relay Differensial [3]

2. Perubahan Sadapan Berbeban


Pada saat ini umumnya transformator sudah dilengkapi dengan pengubah
sadapan berbeban dimana tap input dapat dirubah untuk mendapatkan output yang
dikehendaki. Penyetelan dari trafo-trafo arus pada transformator daya telah diset
pada tegangan nominal dari transformator daya tersebut. Dengan demikian bila
terjadi gangguan pada waktu operasi transformator tersebut, maka tegangan pada
sisi primernya harus dirubah agar tegangan pada sisi sekundernya tetap. Oleh
karena itu harga-harga tap trafo yang telah diset pada tegangan nominalnya tadi
tidak akan tepat lagi. Hal tersebutlah yang menyebabkan terjadinya arus ketidak
seimbangan yang dapat membuat relay salah kerja.
3. Adanya Arus Serbu Magnetisasi (Magnetising Inrush Current) Pada Trafo.
Jika trafo daya dihubungkan kesuatu sumber tenaga (jaringan) maka pada sisi
primernya akan terjadi proses transient yaitu menaiknya arus yang dinamakan
arus serbu magnetisasi (Magnetising Inrush Current) yang besarnya dapat
mencapai 8 sampai 30 kali dari arus beban penuh yang terjadi dalam waktu relatif
cepat. Peristiwa ini dapat membawa pengaruh terhadap kerja suatu relay
kendatipun pada daerah pengamanan tidak terjadi kesalahan.
Relay ini sangat selektif sehingga tidak perlu dikoordinir dengan relay lain,
disamping itu sistem kerjanya sangat cepat dan tidak memerlukan waktu
tunda (time delay). Relay diferensial ada dua jenis yaitu:

li
3.8.3 Longitudinal Differensial Relay (LDR)
Longitudinal differensial relay biasa dikenal sebagai circulating current type.
Dalam keadaan normal, maka gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanan
(zone) mengakibatkan tidak ada arus atau bahkan sangat kecil yang mengalir di
operating coil. Nilai setting longitudinal differensial relay adalah :
isetting = i = i1-i2 (3-7)

Keterangan :
isetting ,i = nilai setting longitudinal differensial relay (A)
i1 = arus sisi primer (A)
i2 = arus sisi sekunder (A)

Gambar 3.18 Longitudinal Differensial Relay [3]

3.8.4 Percentage Differensial Relay


Percentage differensial relay muncul karena kelemahan LDR yakni arus setting
harus dibuat lebih besar dari arus operasi dalam keadaan normal untuk mengatasi
arus inrush dan gangguan yang cukup besar berada diluar daerah
proteksinya. Percentage differensial relay mempunyai restraining coil yang ditap
pada bagian tengahnya, sehingga membentuk dua bagian dengan jumlah lilitan
yang sama, Nr/2. Restraining coil dihubungkan pada bagian arus yang bersikulasi,
sehingga menerima arus gangguan yang lewat (through fault current). Operating
coil mempunyai jumlah lilitan No, yang dihubungkan pada bagian spill (spill
path). Persamaan torsi untuk relay ini adalah sbb:
Gaya restraining coil pada bagian sebelah kiri adalah:

1 (3-8)

Gaya restraining coil pada bagian sebelah kanan adalah:

lii
2 (3-9)

Total gaya restraining g coil adalah:

(I1 + I2) (3-10)

Torsi pada relay elektromagnetik adalah proporsional terhadap kuadrat dari flux,
sehingga torsi yang dihasilkan oleh restrining coil adalah :

M [ Nr ]2 (3-11)

Dimana M adalah kontanta proporsional, Sedangkan torsi restraining yang


dihasilkan oleh spring adalah sebesar Tspring.

Gambar 3.19 Peralatan Yang Diproteksi [3]

Total torsi restraining : M [ Nr ] 2 + Tspring (3-12)

Torsi operating : M ( No ( I1 I2 ))2 (3-13)


Relay trip jika torsi operating lebih besar daripada torsi restraining. Relayakan
dalam operasi ambang ketika torsi operating seimbang torsi restraining.

M [ Nr ] 2 = M ( No ( I1 I2 ))2 (3-14)

Dengan menggabaikan torsi restraining yang disebabkan oleh spring, sehingga


dapat dituliskan sebagai :
Dimana:
k = Nr/No (3-15)

liii
I1 I2 = k dimana k = Nr/No (3-16)

Jika efek dari spring (Ko) diperhitungkan, maka :

I1 I2 = k + Kg (3-17)

Karakteristik operasi relai akan berupa garis lurus dari slope (Nr/No).Percentage
differensial relay mempunyai dua setting yaitu setting slope dansetting minimum
pick-up. Slope diatur dengan merubah tapping pada restraining coil. Setting
minimum pick-up diatur dengan merubah spring dari restraining.

Gambar 3.20 Blok Diagram Percentage Differensial Relay [3]

Secara umum besarnya setting slope relay diferensial dapat dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Setting % = X 100 % (3-18)

Dengan melakukan pembaharuan relay defferensial yang berdasarkan Prinsip


Sirkulasi arusnya adalah untuk mengatasi gangguan yang timbul diluar dari pada
perbedaan dalam hal ratio terhadap nilai arus hubung singkat external yang tinggi.
Relay differensial dengan persentase memiliki Coil (belitan) peredam tambahan
yang dihubungkan dengan pilot wire seperti gambar 3.18 berikut ini :

liv
Gambar 3.21 Relay Differensial Persentase (Relay Differensial Bias). [3]

Didalam relay ini kumparan kerjanya dihubungkan dengan titik tengah


kumparan penahan (peredam), total jumlah impedansi belitan didalam kumparan
peredam sama dengan jumlah ampere belitan yang ada pada kedua bagian
kumparan yaitu I1N/2 + I2N/2, yang memberikan rata-rata arus peredam sebesar

(I1 + I2)/2 didalam belitan N. untuk gangguan luar I1 dan I2 semakin besar dan
karenanya kopel peredam bertambah besar yang bisa mencegah kesalahan operasi.
Karakteristik operasi dari relay yang demikian diberikan pada gambar 3.22. di
bawah ini :

Gambar 3.22 Karakteristik Operasi Dari Sebuah Relay Differensial [3]

Ratio arus perendaman rata-rata dari arus operasi differensial persentasenya


bisa ditetapkan, maka relay tersebut dinamakan relay differensial dengan
persentase. Relay tersebut juga disebut relay differensial bias, sebab relay ini
dilengkapi dengan flux tambahan. Persentase relay differensial bias memiliki
karakteristik pick-up yang semakin tinggi. Karena besarnya arus yang lewat
semakin bertambah, maka arus peredamannya semakin bertambah. Kebanyakan
relay differensial adalah tipe differensial arus. Tipe relay differensial ini

lv
mungkin bekerja kurang akurat dengan gangguan eksternal seperti CT yang sama
tidak memiliki arus sekunder yang sama terhadap kesalahan konstruksional atau
di bawah kondisi gangguan dapat menyebabkan terjadinya saturasi pada CT,
adanya arus sekunder yang tidak sama dan perbedaan arus sekunder dapat
menyebabkan pendekatan nilai pickup relay. Kekurangan ini ditanggulangi dalam
relay differensial tipe persentase (percentage differential relay). Gambar 3.23.
menunjukkan hubungan rangkaian sederhana untuk relay.
Arus differensial dalam operating coil Iop adalah IAe - IBe, sementara arus dalam
restraint coil R adalah (IAe + IBe)/2, karena operating coil dihubungkan ke restraint
coil. Dengan kata lain jumlah lilitan pada restraint coil adalah N, total ampere
turn IRT adalah IAeN/2 + IBeN/2 atau sama dengan jika (IAe + IBe)/2 mengalir melalui
seluruh kumparan.
Karakteristik kerja relay tipe ini ditunjukkan pada Gambar 3.24, kecuali pada
arus rendah, rasio dari arus operasi differensial terhadap arus restraint rata-rata
adalah persentase yang sesuai.

Gambar 3.23 Rangkaian Ekivalen Relay Differensial [3]

Gambar 3.24. Karakteristik Kerja Relay Differensial [3]

lvi
Gambar 3.25 Simbol Relay Differensial Tipe Bias Percentage. [3]

Gambar 3.26 Kurva Karakteristik Relay Differensial Tipe Bias Percentage. [3]

3.9 Unit Service Transformator(UST)

1 Pengertian UST

UST adalah transformator tenaga yang berkapasitas kecil yang digunakan

untuk mencatu kebutuhan daya sendiri unit pembangkit.Biasanya UST

menggunakan system on load tap changer yang berfungsi untuk

mempertahankan tegangan atau menjaga kestabilan system,dengan cara

merubah atau memidah rasio atau perbandingan transformator dalam

keadaan berbeban untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder yang

diinginkan pada transformator tersebut.

2 Konstruksi UST

Konstruksi dari UST pada dasarnya adalah sama dengan konstruksi

transformator utama hanya saja ada perbedaan antara ukuran fisik dan system

pendingin dari transformator UST dan transformator utama.

lvii
Pendinginan UST adalah menggunakan system ONAN(OIL Natural Air

Natural) yaitu inti transformator dan lilian transformator didinginkan oleh

minyak secara alami atau minyak yang tidak di pompa sedangkan minyak itu

sendiri didinginkan oleh udara secara alami atau udara bersirkulasi secara

alami tanpa dihembuskan oleh fan.Minyak pendingin didinginkan oleh udara

melalui pendingin elemen.Pendingin elemen ini tersusun dari lembara-

lembaran logam.

3 Proteksi UST

Sistem proteksi pada UST adalah sama halnya dengan system proteksi

pada transformator utama yang telah di uraikan secara jelas pada bagian

sebelumnya.

4.0 Penggunaan Beban Pada UST

Beban UST adalah beban pada unit pembangkit yang digunakan untuk

pemakian sendiri unit pembangkit tersebut.beban biasanya terdiri dari dua

jenis yaitu beban medium voltage dan beban low voltage.

Beban medium voltage adalah beban-beban teganagan menengah biasanya

berupa motor-motor pengerak peralatan utama unit pembangkit,sedangkan

beban low voltage adalah beban-beban teganga rendah biasanya berupa

peralatan atau system kendali pada unit pembangkit,perlatan emergency unit

pembangkit dan baterai charging.

4.0.1 Motor Listrik

Motor listrik merupakan sebuah peralatan elektromagnetis yang mengubah

energy listrik menjadi energy mekanik.Energi mekanik ini digunakan untuk

lviii
mengerakan pompa,fan atau blower,menggerakan kompresor,,mengangkat

bahan dan sebagainya.Motor listrik yang sering digunakan adalah motor

listrik 3 fasa.Motor ini merupakan jenis motor yang banyak digunakan baik

tenaga pengerak dari peralatan mekanis maupun dalam pemindahan material

dari suatu tempat ke tempat lain.Motor induksi terbagi menjadi dua bagian

utama yaitu bagian yang bergerak(berputar) dan bagian yang diam.Bagian

yang berputar pada motor disebut rotor sedangkan bagian yang diam disebut

stator.Rotor terdiri dari dua jenis yaitu rotor lilit dan rotor sangkar.Motor

listrik dalam beban termasuk dalam beban pemakian sendiri unit pembangkit.

4.0.2 Sistem Kendali

System kendali merupakan suatu kesatuan atau kumpulan dari komponen-

komponen yang berkerja secara bersamaan untuk membentuk suatu

konfigurasi system dan memiliki tujuan tertentu baik itu

mengatur,memberikan perintah sesuai objek yang dikendali.

Fungsi dari system kendali adalah untuk mengurutkan system opersi

komponen utama pada pembangkit pada saat starting,running,shutdown dan

untuk medapatkan kebutuhan keamanan selama semua bagian

beroperasi.Sistem kendali yang baik sangatlah diperlukan untuk

meningkatkan efisiensi kerja dari pembangkit dan proses-proses yang ada di

lapangan.Karena semuanya bergantung dari pembangkit,dengan system

kendali yang baik,disamping meningkatkan kerja mesin juga dapat

digunakan sebagai pengaman mesin itu sendiri sehingga efisiensi dari mesin

lix
dapat ditingkatkan.sistem kendali juga termasuk sebagai beban pemakaian

sendiri unit pembangkit.

4.0.3 Baterai

Baterai adalah alat ayng digunakan menghasilkan sumber tenaga listrik

arus searah yang diperoleh dari hasil proses kimia.Baterai digunakan sebagai

catu daya alternative untuk mengerakan peralatan kendali,rele

pengaman,peralatan emergency dan lain lain.Baterai ini di lengkapi

rectifier untuk merubah arus bolak balik dari sumber awal menjadi arus

searah,sesuai dengan kapasitas baterai yang diperlukan.pengecekan kondisi

air,kebersihan dan berat jenisnya serta rectifier harus di periksa secara

rutin.Baterai ini juga termasuk beban pemakaian sendiri yang bisa charging.

4.0.4 Peralatan Emergency

Peralatan emergency adalah peralatan keadaan darurat yang berfungsi

untuk pengendalian,peringatan dan keamanan apabila system terjadi

gangguan pada unit pembangkit.

lx

Anda mungkin juga menyukai