I. PENDAHULUAN
Pekerjaan Operation and maintenance merupakan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi beserta fasilitas pendukungnya, salah satu fasilitas pendukung utama adalah perangkat rectifier dan batere, pekerjaan ini guna menyangkut masalah pemeliharaan disertai dengan uji umur dan unjuk kerja maksimum. Sedangkan uji pembebanan batere. Pekerjaan pemeliharaan catu daya disini dimaksudkan memperoleh pembebanan batere disamping untuk mengetahui kapasitas batere saat itu, juga berfungsi untuk memberikan pelatihan kepada batere agar dapat mengisi (charging-rate I5/C5) dan membuang (discharging-rate I5/C5) muatan listriknya dengan arus yang konstan menurut standar waktu tertentu (mis, C5 = 5 jam). Uji pembebanan batere dapat dilakukan secara berkala 6 bulanan atau 1 tahun sekali, sedangkan pemeliharaan dapat dilakukan secara berkala dengan periode triwulanan maupun semesteran. I. Prosedur Pemeliharaan Catu Daya 48 VDC. Sebelum melangkah pada pelaksanaan pekerjaan, petugas pemeliharaan harus mengkoordinasikan Telekomunikasi) di pekerjaannya ruang kontrol dengan DIVOP petugas sesuai DATEL form (Pengendali SOP pedoman
Pemeliharaan Rectifier dan Batere 48 VDC terlampir. I.1. Pelaksanaan Pemeliharaan Rectifier 48 VDC. Pembersihan kotoran debu. Pembersihan kontak korosi dan pengencangan baut-baut kontak. Pengukuran tegangan "Ripple Voltage Charging" ( 200 mV dengan milivolt AC Digital//RP=1k, 5W). Pengukuran tegangan dan Pengujian Auto-Floating, High Rate dan Manual.
Penambahan aquades hingga mencapai level 85 %. Pemeriksaan kondisi penghantar dan pengencangan baut inter cell batere. Gunakan Form Pemeliharaan batere : Pengukuran tegangan tiap sel dan tegangan total batere. Pengukuran berat jenis dan level elektrolit tiap sel, serta suhu ruang dan suhu batere. Jika dijumpai perbedaan tegangan persel 0,1V dari rata-rata (VAV = VTOTAL / Sel), lakukanlah
pemberian tegangan equalizing / boosting (High rate 1,5 V / Cell x 38 Cell = 57 V) pada batere. Jika diperoleh beberapa batere tegangan perselnya dan Rekondisi (Uji Kapasitas Batere) pada 1,45 Volt batere pada saat akhir charging (High rate), lakukanlah Proses Pelatihan seluruh tersebut.
setelah 5 jam pembebanan ( I5 / C5 ; ref. IEC - 623), atau minimalnya 80% (untuk batere yang telah dipergunakan) dari kapasitas nominal yang dimilikinya (ref. Vendor Batere).
A.
Charging Manual, untuk memaksimumkan muatan listrik yang tersimpan 1. Padamkan Rectifier-1 (rect-1 = OFF), maka otomatis beban akan dipikul oleh rectifier-2. 2. Buka F3 (F3 = OFF) pada Rectifier-1, untuk memisahkan beban dengan rectifier & batere-1. 3. Pindahkan sakelar S-2 dari posisi 1 (AUTO) ke posisi 3 ( S-2 = MANUAL), aktifkan kembali rectifier-1 (rect-1 = ON). Maka batere-1 akan termuati muatan listrik (charging-manual). 4. Jika lampu LED monitor indikasi upper level telah menyala (umumnya batere yang telah mencapai tegangan floating = 53,2 V maka setelah dilakukan pemberian cahrging manual 10 s/d 30 menit, LED protection maxi V akan menyala), padamkan Rectifier-1 (rect-1 = OFF). 5. Diamkan batere-1 selama beberapa saat, agar suhunya turun pada standar normal (20
o
dalam batere.
C hingga 30
C).
standar, sebaiknya jangan dipaksa untuk uji pembebanan batere. B. Discharging DC Dummy Load , proses ini dilaksanakan setelah batere telah mencapai suhu standar yaitu untuk uji pembebanan batere selama 5 jam (standar C5) dengan arus beban konstan sebesar I5 . Atau jika waktunya sempit, lakukan dengan kurva C3 dengan I3 (lihat form spesifikasi batere-nya). 1. Ukur tegangan total batere dan tegangan per-Cellnya sebelum dilaksanakan uji pembebanan. 2. Periksa nilai F4, jika lebih kecil dari arus I5 gantilah F4 dengan nilai 1,4 x I5. Jika F4 lebih besar dari arus I5 maka uji pembebanan batere dapat dilakukan uji pembebanan batere, ukur tegangan total konstan, agar ketelitian uji kapasitas batere dapat dimulai. 3. Pada jam awal dipertahankan batere dan tegangan per-Cellnya. Arus pembebanan batere harus selalu dipertanggung-jawabkan. 4. Pada 10 hingga 15 menit kemudian, catat kembali tegangan total batere dan tegangan per-Cellnya. Data ini diperlukan untuk memperoleh besaran kurva "STEADY STATE" arus pembebanan batere. Lakukan kembali pengukuran tegangan total batere dan tegangan per-Cellnya pada tiap 1/2 jam untuk standar C3 (3 jam), maupun untuk standar C5 (5 jam). 5. Jika standar waktu pembebanan belum usai, tapi diperoleh per-Cell batere bertegangan = 0,2 s/d 0,3 Volt, maka batere tersebut harus segera di "SHORT CIRCUIT" dengan kabel khusus "JUMPER CELL" agar polaritas batere-nya tidak terbalik , sehingga batere menjadi cepat rusak. Jika
standar waktu pembebanan belum usai, tapi 50% dari total cell batere telah di "SHORT CIRCUIT", maka uji pembebanan batere boleh dihentikan. Karena batere dapat dipastikan berkapasitas sangat buruk dan harus segera dilakukan serangkaian pelatihan dan rekondisi yang lebih "INTENSIF" untuk mempertimbangkan ganti elektrolit ataupun ganti cell batere dengan yang baru. 6. Pada saat standar waktu (nominal) pembebanan batere telah usai, maka "DISCHARGING" harus dihentikan dan kumpulan data-data pengukuran batere diolah untuk memperoleh kurva grafik per-Cell dari total batere dengan standar tegangan akhir (end voltage) sebesar = 1 Volt. Selanjutnya dari kurva grafik ini dapat diperoleh kapasitas rata-rata, yaitu kemampuan rata-rata dalam menyimpan dan membuang muatan listrik dari total cell-batere yang diuji, yaitu: 7. Kapasitas Aktual = [Waktu aktual (1V End Voltage Discharge) / Waktu nominal] x AH (nominal batere).
C. Recharging Batere & Normal Load, untuk memaksimumkan kembali penyimpanan suhu standar. 1. Pindahkan sakelar S-2 dari posisi 3 (MANUAL) ke posisi 2 (HIGH RATE). Sekering F4 sesuai standar. 2. Aktifkan Rectifier-1 (rect-1 = ON), maka batere mulai terisi muatan listrik dari rect-1 (HIGH RATE). Amati besaran arus awal (initial current), tidak boleh melampaui batas kemampuan meter panel rect-1. Jika terjadi ketidak-normalan periksalah sebabnya (biasanya kondisi MANUAL tidak mau reset ditandai dengan slalu bekerjanya relay pembatas thermal F6), matikan rect-1 dan lepaskan modul A1, A4 dan A14). Pengisian secara "HIGH RATE" dilakukan maksimal selama 5 jam atau dapat dipindahkan sakelar S-2 dari posisi 2 (HIGH RATE) ke posisi 1 (AUTO) jika waktu dinas tidak mencukupi. Umumnya pengisisan batere dengan AUTO tanpa beban apapun, maka kapasitas maksimal batere akan terpenuhi (LED hijau, FLOATING menyala) pada ke-esokan harinya. 3. Setelah dapat dipastikan bahwa batere telah mencapai kapasitas maksimalnya dengan pengisian AUTO, sekering F3 dimasukkan kembali (F3 = ON). Maka sistem catu daya redundant (rect-1 & rect-2 = interkoneksi ) otomatis "NORMAL LOAD" yaitu pendistribusian arus DC pada beban 48 Vdc telah terpenuhi. muatan listrik dalam batere setelah dilaksanakan uji pembebanan. Proses recharging dilaksanakan setelah suhu batere kembali ke
CATU DAYA TUNGGAL (Single Mode Rectifier & Batere). Pelaksanaan proses charging manual, discharging DC dummy load, recharging batere dan normal load (FOT-JWOTS) adalah sama seperti yang telah diuraikan pada catu daya ganda (redundant). Namun ada konsekuensi yang harus ditangani pada pekerjaan uji kapasitas batere, yaitu diperlukannnya alat bantu guna mengantisipasi dampak terputusnya sistem komunikasi selama pekerjaan berlangsung. seperti gambar berikut. Alat bantu tersebut terdiri dari satu unit BLOCKING DIODE & FILTER dan BENCH SUPPLY 48 Vdc ,
PLN
AUTO
BENCH SUPPLY-1
MCB1
BENCH SUPPLY-2
MCB2
RECTIFIER
S2
D1
D2 1/2 L
F4 F3
C
MCB3
1/2 L
LOAD FOT-JWOTS
(20 - 70 Vdc)
battery 48 Vdc
Gambar 1. Diagram piranti uji kapasitas battery 48 Vdc - catu daya tunggal. Bench Supply dipergunakan sebagai pengganti catu daya selama pekerjaan pemeliharaan berlangsung.
3. Periksa tegangan keluaran pada terminal output alat BLOCKING DIODE & FILTER 53,2 Volt. Tegangan ini adalah sama besar dengan tegangan
operasi CATU DAYA 48 Vdc ( 53,2 Volt). 4. Interkoneksikan CATU DAYA 48 Vdc (53,2 V) pada salah satu terminal beban cadangannya (misal terminal rectifier No. 81, sedangkan F12 = OFF / kondisi terbuka) dengan BENCH SUPPLY + BLOCKING DIODE & FILTER (53,2 V). 5. Masukkan sekering F12 (F12 = ON), maka terminal dicatu dengan catu daya redundant buatan. 6. Buka sekering F3 (F3 = OFF), guna mengisolir CATU DAYA 48 Vdc dengan peralatan. Maka sistem komunikasi tidak akan terputus, karena dicatu dari BENCH SUPPLY + BLOCKING DIODE. 7. Lakukan pekerjaan CHARGING MANUAL, DISCHARGING DC DUMMY LOAD dan RECHARGING BATERE seperti yang telah diuraikan pada Catu Daya Ganda (double mode / redundant Power Supply). 8. Setelah dilakukan pekerjaan recharging batere, masukkan kembali sekering F3 (F3 = ON). Maka catu daya redundant buatan terbentuk kembali. 9. Buka sekering F12 (F12 = OFF) untuk memisahkan CATU DAYA 48 Vdc dengan BENCH SUPPLY + BLOCKING DIODE (sistem komunikasi tidak boleh terputus). 10. Matikan BENCH SUPPLY (Power = OFF) dan yang terakhir adalah melepaskan kabel-kabel koneksi pada rectifier. III. Perhitungan Kapasitas Batere. Perhitungan kapasitas batere dimaksudkan guna mengetahui kapasitas sebenarnya dari batere yang diuji, yaitu kemampuan dalam menyimpan dan meluahkan muatan listriknya menurut standar waktu tertentu. Dengan diketahuinya kapasitas sebenarnya itu, maka dapat diketahui pula kapasitas operasi dari batere tersebut, yaitu melalui analisa aliran arus beban dengan interval waktu tertentu hingga batere tersebut mencapai batas tegangan kritis minimum peluahan (Nicad = 1V ; Lead Acid = 1,7 V minimum discharge voltage or end voltage of discharge). Dari uraian di atas, kapasitas batere dapat dinyatakan sebagai jumlah arus (konstan) yang mengalir pada beban hingga batere tersebut mencapai tegangan kritis minimum menurut interval waktu tertentu. Kapasitas batere dinyatakan dalam satuan Amper Jam (AH). Misal : Sebuah batere jenis Nicad (type, SBL 131). Dimana pada lembaran data teknis tertulis, End Voltage 1 V; C5 = 131 AH. Maksudnya adalah bahwa batere tersebut berkapasitas nominal (rated) = 131 AH menurut standar
waktu selama 5 jam (waktu nominal adalah indeks subscript pada C = capacity, dikodekan angka 5 pada C5). Maka jumlah arus nominal ( I5 ) yang mampu dikeluarkan oleh batere tersebut kepada bebannya dapat dihitung sebagai berikut : I5 = 131 AH / 5 Hour = 26,2 Amper. Jika, batere tersebut hanya mengeluarkan arus sebesar 13,1 Amper kepada bebannya, maka lamanya waktu untuk mencapai tegangan kritis minimum 1 V / cell, adalah: H = 131 AH / 13,1 A = 10 Jam. Akan tetapi jika batere tersebut dipaksa untuk mengalirkan arus kepada bebannya sebesar 131 Amper, maka lamanya waktu untuk mencapai tegangan kritis minimum 1 V / cell menurut perhitungan adalah : H = 131 AH / 131 A = 1 Jam = 60 menit. Sedangkan dalam lembaran data teknis tertulis bahwa, jika SBL 131 mengalirkan arus 127 Amper, maka lamanya waktu untuk mencapai tegangan kritis minimum 1 V / cell adalah jam (=30 menit). Sehingga dalam prakteknya untuk mengalirkan arus 131 Amper, maka lamanya waktu untuk mencapai tegangan kritis minimum 1 V / cell, niscaya lebih kecil dari 30 menit. Hal tersebut terutama disebabkan bahwa pada batere terdapat tahanan dalam (internal resistance) yang menimbulkan kerugian (losses), jika nilai tahanan beban mendekati nilai tahanan dalam tersebut, maka batere akan mengeluarkan arus listrik sangat besar dan menimbulkan panas yang berlebihan di dalam elektroda-batere sehingga proses netralisasi elektrolyte semakin cepat dan kapasitas batere menurun drastis. Oleh karena itu pada aliran arus 131 Amper, maka waktu yang ditempuh batere untuk mencapai tegangan kritis minimum 1 V / cell adalah sangat cepat, kurang dari 30 menit. Uraian di atas 131 AH). Pada kasus dimana batere telah lama dipergunakan dan kurang pemeliharaan, pelatihan dan rekondisi maka kapasitas batere tersebut akan adalah perlakuan pada batere baru yang prosentasi kapasitasnya masih 100% sesuai dengan nilai standar nominalnya (SBL 131 = = C5 / 131 A = C5 / 13,1 A = C5 / 5 H
sangat menurun. Sebagai misal adalah Batere-1, di lokasi PT. PLN (Persero) PPE, type SBL 131 topik utama kurva grafiknya dilukiskan dibawah ini :
V/Cell (volt)
Tegangan awal (no load) Initial drop-short voltage a few minutes first
Tegangan berbeban
0,5
1,5
2,5
t (jam)
Grafik uji tegangan peluahan battery (arus beban I3 = 42,3 A) hingga mencapai tegangan kritis minimum (1V end voltage)
Arus pembebanan konstan (I3) Waktu nominal (standar C3) batere-1; kurva C3, PLN PPE).
Rata-rata waktu sebenarnya (1V end voltage, 38 cell) = 0,925 jam (lihat Maka prosentasi kapasitas = [Waktu sebenarnya / Waktu nominal] x 100 % = [ 0,925 / 3] x 100 % = 30,83 % Jadi, kapasitas batere (SBL 131 = 131 AH) yang sebenarnya, adalah = [ 30,83 / 100 ] x 131 40,4 AH. IV. Diagram Alir Diagram alir untuk pemeliharaan rectifier dan batere ini adalah sbb:
Mulai Perlengkapan K3 pelaksana: Masker anti uap H2 Pakaian anti elektrolit. Sarung tangan karet (berisolasi) Sepatu karet (berisolasi)
Lengkapi diri dengan perlengkapan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3) Hubungi SPT bahwa pekerjaan akan dimulai
Periksa level cairan elektrolit battery cukup Pasang Bench Power Supply dan dioda blocking. Vbench = V rect single Apakah Rect. redundant atau single
kurang
ya
Ganti Battery
redundant Lepaskan beban rectifier ke beban (FOT) Rect & Batt #1 / #2 off B Beban dipikul rect dan batt #1 / #2 Rect & Batt #1 / #2 siap dipelihara Pembersihan kotoran/debu. Pembersihan kontak-kontak teroksidasi (korosi)
off
Arus <70A Pertahankan arus discharge konstan sesuai tabel spesifikasi battery. Maks. discharge 5 jam (sesuai tabel spek battery). Gunakan form Pengukuran Pembebanan Battery.
REV
DATE
10
ya
ya
tidak Ukur end voltage pada akhir waktu discharge yang ditetapkan
ya
tidak
ya Reset rectifier Rect. trip? B tidak ya Rectifier normal? Rect #1/#2 interkoneksi ke sistem Lanjutkan ke rectifier berikutnya
tidak Isi status pemeliharaan pada kartu gantung Periksa kondisi rectifier.
Selesai
REV
DATE
11
HASIL REKAP DATA DALAM RANGKA PEMELIHARAAN RECTIFIER DAN BATTERY DIV OPERASI DAN PEMELIHARAAN PERIODE BULAN JUNI TAHUN 2004
12
1.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Lokasi GI Bekasi GI Duri Kosambi GI Serang Batt. II Diklat Suralaya Cab. Cianjur GI Bogor Baru Cab. Majalaya Pikitdro Proring Timur GI Padalarang UPD Bandung ACC cigereleng Batt. 1 PLTA parakan Kondang
Jml 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2
No 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Lokasi GI Arjawinangun GI sunyaragi, batt. II GI Kebasen GI Pekalongan, batt. II GI Weleri PLTGU Tambak Lorok Cab. Semarang UPJ Semarang Disjateng GI Krapyak Sektor Surabaya PJB Surabaya
AH 59 59 59 59 59 70 70 37 59 269 59 59
Jml 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1
Rekap :
SBL 37 AH SBL 59 AH NAL 205 AH : 5 set : 19 set : 1 set SBL 70 AH SBL 131 AH SBL 269 AH : 3 set : 2 set : 6 set SBL 366 AH : 1 set
13
2.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lokasi Cab. Kebayoran UPB Cawang PPE GI Priok Timur Cab. Serang Banten Sektor Bogor Cab. Bandung ACC Cigereleng Cab. Cirebon
Jml 1 2 1 2 1 1 1 1 1
No 10 11
AH 37 37
Jml 1 1
Rekap : SBL
37 AH : 4 set SBL 59 AH : 3 set SBL 131 AH : 1 set SBL 470 AH : 2 set SBL 70 AH : 2 set SBL 366 AHH : 1 set
3.
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Lokasi
Cab. Kramat Jati Cab. Bekasi Cab. Kota Cab. Priok Timur Pusdiklat JL Wijaya LMK Duren Tiga Cab. Depok GI Mampang Gandul TNC Training Gandul TNC System P3B Gandul PLN Pusat PPE Battery II PLTU Muara Karang PLTGU Muara Karang GI Tangerang
AH
37 37 37 37 70 70 37 70 131 366 131 269 131 269 70 59
Jml No
1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Lokasi
Cab. Tangerang Repeater Tenjo Saguling Sektor Cab. Sukabumi Cab. Cibogo Cab. Cimahi Ktr. Distribusi Bandung Cab. Bogor Cab. Purwakarta Sektor Priangan Udiklat Semarang Pikitring Semarang Ungaran
AH
37 205 37 37 37 37 90 37 37 37 37 70 269
Jml
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Rekap : SBL 37 AH : 14 set SBL 70 AH : 5 set SBL 59 AH : 1 set SBL 131 AH : 5 set SBL 90 AH : 1 set SBL 269 AH : 6 set SBL 366 AH : 2 set SBL 205 AH : 1 set
14
perhatian dalam rangka menjaga kehandalan system komunikasi yang diselenggarakan oleh PT Indonesia Comnets Plus,
15