Anda di halaman 1dari 7

Fire Alarm

Donny Indra Kusuma


Dosen pembimbing: Hery Setijasa, S.T, M.T
donny.indrakusuma97@gmail.com
Jurusan Teknik Elektro Polines
Jln. Prof. Sudarto Tembalang Semarang INDONESIA

Intisari tidak menggunakan lift. Bunyi alarm kebakaran dapat diatur


Kebakaran menurut KBBI berarti peristiwa terbakarnya untuk frekuensi tertentu dan nada yang berbeda termasuk
sesuatu (rumah, hutan, dan sebagainya)[1]. Sedangkan rendah, sedang dan tinggi, tergantung pada negara dan
pemadaman artinya proses, cara, perbuatan memadamkan [2]. produsen perangkat. Kebanyakan sistem alarm kebakaran di
Dalam perecanaan pembangunan suatu gedung, sering kali
direncanakan pula sistem antisipasi apabila suatu saat nanti
Eropa terdengar seperti sirene dengan frekuensi bolak-balik.
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya kebakaran sounders alarm kebakaran di Amerika Serikat dan Kanada
tersebut. Hal ini dimaksudkan, agar tidak terjadi kerugian besar dapat berupa terus menerus atau set ke kode yang berbeda
akibat adanya api baik dari segi Materiil, ataupun korban jiwa. seperti Code 3. Perangkat peringatan juga dapat diatur untuk
Oleh karena itu, diperlukan sistem pencegahan dan tingkat volume yang berbeda. bangunan yang lebih kecil
penanggulangan api yang andal. Andal dalam artian mampu mungkin memiliki alarm diatur ke volume yang lebih rendah
dipercaya dengan respon yang cepat, tepat, dan akurat. Dengan dan bangunan yang lebih besar mungkin memiliki alarm
teknologi saat ini, telah marak pemanfaatan listrik dan air diatur ke tingkat yang lebih tinggi.
sebagai preventif action pada kebakaran. Hal ini dikarenakan
respon listrik yang cepat dan keandalannya dalam medeteksi api. A. Perencanaan
Dengan demikian, akhirnya sang penuis membuat makalah
tentang electric Fire alarm agar dapat menjadi sedikit tambahan Setelah taraf proteksi kebakaran ditetapkan, (biasanya
pengetahuan mengenai Fire alarm. dengan memperhitungkan tingkat minimum perlindungan
sesuai yang disyaratkan oleh kode model bangunan, lembaga
Keywords— Fire alarm, Keamanan, Api, Sensor, asap. asuransi, dan pihak berwenang lainnya) desainer alarm
kebakaran menyanggupi untuk melakukan pemasangan
I. PENDAHULUAN komponen tertentu, pengaturan, dan interface yang
Pengetahuan mengenai fire alarm dirasa cukup penting, diperlukan. Pada perencanaan pula, akan ditetapkan jenis
terutamma untuk teknisi listrik/pun elektronik. Hal ini sistem yang akan dipilih.
dikarenakan terkadan pada kelistrikan, seorang teknisi juga
akan dituntuk untuk bisa membuat sistem keamanan terpadu B. Standard Keamanan Api
yang dapat mencegah terjadinya kebakaran. Akan sangat fatal
Dalam hal Standarisasi pada sebuah instalasi fire alarm di
jika seorang teknisi listrik tidak tahu sama sekali tentang fire
seluruh dunia adalah mengacu pada standarisasi NFPA 72
alarm, atau bahkan tidak tahu fungsi sensor-sensor pada fire
(National Fire Protection Association), namun sebagian
alarm. Padahal setidaknya, dengan mengetahui kegunaan
negara juga ada yang mengacu pada IPS E-SF-260
suatu alat, maka tekknisi itu dapat selanjutnya mempelajari
Engineering Standard for Automatic Detectors and Fire
diagram kerja, hingga melakukan instalasi.
alarm Systems dari Iranian Petroleum Standard, selain itu
Pada dokumen ini akan dibahas mengenai hal-hal yang
masih banyak standardarisasi dunia yang bisa diakui[4].
sekiranya perlu diketahui oleh seorang teknisi listrik. Mulai
Di Indonesia sendiri juga memiliki standarisasi fire alarm
dari pertimbangan perencanaan, standard keamanan,macam
yaitu Standart Nasional Indonesia (SNI). SNI membahas
fire alarm, jenis sensor yang sering digunakan, dll.
tentang instalasi fire alarm dan dikeluarkan dalam SNI 03-
II. PEMBAHASAN 3986-1995 yakni membahas berkaitan “Instalasi alarm
kebakaran automatik”. Selanjutnya, pada SNI 03-3985-2000
Fire alarm system adalah sejumlah perangkat yang bekerja
membahas tentang “Tata cara perencanaan, pemasangan dan
sama untuk mendeteksi dan memperingatkan orang-orang
pengujian sistem deteksi pada fire alarm untuk mencegah
melalui peralatan visual dan audio ketika asap, api, karbon
bahaya kebakaran pada bangunan”. Namun secara garis besar
monoksida atau keadaan darurat lainnya terjadi. Alarm ini
isinya mengadopsi dari NFPA 72. Sehingga acuan utama
dapat diaktifkan secara otomatis dari detektor asap, dan
untuk standarisasi instalasi fire alarm di Indonesia adalah SNI
detektor panas atau bisa juga diaktifkan melalui perangkat
dan NFPA 72.
aktivasi alarm kebakaran manual seperti titik tombol
Pemerintah Indonesia juga menerbitkan KEPMEN PU No.
panggilan petugas atau tuas tarikan. Alarm dapat berupa sirine
10/KPTS/2000 bagian 2 yaitu Sistem Deteksi kebakaran dan
bermotor ataupun bel yang ditempel di dinding. Alarm juga
Alarm Kebakaran, yang membahas masalah “standard
dapat berupa kedipan lampu yang diikuti dengan suara
minimum tempat yang disarankan untuk memasang fire alarm
evakuasi pesan yang memperingatkan orang di dalam gedung
dan detector adalah disesuaikan dengan fungsi bangunan & pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop). Pada detector
luas area”. terakhir ini dipasang satu buah EoL Resistor atau EoL
Instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis yang Capacitor. Jadi EoL Resistor ini dipasang di ujung loop, bukan
diatur dalam peraturan instalasi fire alarm adalah untuk di dalam control Panel dan jumlahnyapun hanya satu EoL
memberikan peringatan kepada penghuni akan adanya bahaya Resistor pada setiap loop. Oleh sebab itu bisa dikatakan 1
kebakaran. Kemudian penghuni dapat melakukan tindakan Loop = 1 Zone yang ditutup dengan Resistor End of Line
proteksi dan penyelamatan jika kondisi darurat tersebut hadir. (EoL Resistor).
Selain itu, adanya sistem alarm ini bertujuan memudahkan Adapun tentang istilah konvensional, maka istilah ini
petugas pemadam kebakaran dalam mengidentifikasi titik untuk membedakannya dengan sistem Addressable. Pada
awal terjadinya kebakaran. sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak
listrik biasa, tidak mengirimkan ID Alamat yang khusus.
C. Macam Sistem Fire alarm 3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap
Fire alarm dikenal memiliki 2 (dua) system[3], yaitu: detector memiliki output masing-masing yang berupa lampu.
1. Sistem Konvensional: Yaitu di mana alarm akan Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar hotel dan
berbunyi untuk seluruh bagian bangunan ketika ada api/ asap rumah sakit. Sebuah lampu indicator -yang disebut Remote
di salah-satu bagian bangunan. Indicating Lamp- dipasang di atas pintu bagian luar setiap
2. Sistem Addressable.: Yaitu sistem di mana alarm hanya kamar dan akan menyala pada saat detector mendeteksi.
akkan menyala pada bagian yang mendeteksi titik api. Dengan begitu, maka lokasi kebakaran dapat diketahui orang
luar melalui nyala lampu. Wiring diagram serta bentuk lampu
1) Sistem Konvensional: yaitu yang menggunakan kabel isi
dua untuk hubungan antar detector ke detector dan ke Panel. indicatornya adalah seperti ini:
Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1.5mm
atau NYMHY 2x1.5mm yang ditarik di dalam pipa conduit
semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup kritis
kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire Resistance Cable)
dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk kabel-kabel yang
menuju ke Panel dan sumber listrik 220V. Oleh karena
memakai kabel isi dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-
Wire Type. Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire
seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.

Gbr 2 Tarikan 3 wire type

4-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan Smoke


Detector 12V agar bisa dihubungkan dengan Panel Alarm
Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah menggunakan
sumber 12VDC untuk menyuplai tegangan ke sensor yang
salah satunya bisa berupa Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di
sini, ada 2 kabel yang dipakai sebagai supply +12V dan -12V,
sedangkan dua sisanya adalah relay NO - C yang dihubungkan
dengan terminal bertanda ZONE dan COM pada panel alarm.
Selain itu tipe 4-wire ini bisa juga dipakai apabila ada satu
atau beberapa Detector "ditugaskan" untuk men-trigger
peralatan lain saat terjadi kebakaran, seperti: mematikan
saklar mesin pabrik, menghidupkan mesin pompa air,
mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler system
ataureleasing agent) dan sebagainya. Biasanya detector 4-wire
Gbr 1 Penapang tarikan kabel 2, 3, & 4 Wire type
memiliki rentang tegangan antara 12VDC sampai dengan
Pada 2-Wire Type nama terminal pada detectornya adalah 24VDC.
L(+) dan Lc(-). Kabel ini dihubungkan dengan Panel Fire
alarm pada terminal yang berlabel L dan Lc pula. Hubungan 2) Sistem addressable: kebanyakan digunakan untuk instalasi
antar detector satu dengan lainnya dilakukan secara paralel Fire alarm di gedung bertingkat, semisal hotel, perkantoran,
dengan syarat tidak boleh bercabang yang berarti harus ada mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan
titik awal dan ada titik akhir seperti gambar di atas sistem konvensional adalah dalam hal Address (Alamat). Pada
Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri
(EoL). Di titik inilah detector fire terakhir dipasang dan di sini untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran
sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa Fire alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh
menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana. mungkin dari lokasi yang berpotensial menimbulkan
Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak
deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan berhak. Perlu diingat, kendati bukan merupakan alat
detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa keselamatan, namun sistem Fire alarm sangat bersangkutan
terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih. jiwa manusia, sehingga kekeliruan sekecil apapun sebaiknya
Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diantisipasi sejak dini.
diperlukan sebuah module yang disebut dengan Monitor Panel Fire alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1
Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu, Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya. Pemilihan kapasitas panel
sehingga diperoleh sistem yang benar-benar addressable disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi,
(istilahnya fully addressable). Sedangkan addressable detector selain tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya
adalah detector konvensional yang memiliki module yang tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan aktivitas
built-in. sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel
Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C, ini, diantaranya:
melainkan yang ada adalah terminal Loop.Dalam satu tarikan a. Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran
loop bisa dipasang sampai dengan 125 - 127 module. Apa (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
artinya? Artinya jumlah detector-nya bisa sampai 127 titik b. Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya
alias 127 zone fully addressable hanya dalam satu tarikan saja. pasokan listrik pada sistem.
Jadi untuk model panel addressable berkapasitas 1-Loop c. Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai
sudah bisa menampung 127 titik detector (=127 zone). Jenis masih penuh atau sudah lemah.
panel addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 d. Indikator Attention untuk mengingatkan operator
module atau sama dengan 254 zone dan seterusnya. akan adanya posisi switch yang salah.
Apabila detector konvensional akan dijadikan addressable, e. Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa
maka dia harus dihubungkan dulu ke modul yang terpisah sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan
agar mampu mengalamatkan titik api. Namun ini artinya akan indikator lainnya.
menaikkan biaya investasi pada instalasi fire alarm ini. Oleh Panel Fire alarm tidak memerlukan pengoperasian manual
karena itu, sistem yang fully addressable krang diminati secara rutin, karena secara teknis ia sudah beroperasi selama
dibandingkan yang konvensional, sistem addressable lebih 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan
sering digunakan pada fasilitas yang mementingkan adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh pekerja yang
kenyamanan semisal hotel bintang 5. memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu.
Setiap kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera
D. Bagian pada Sistem Fire alarm dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah tahu
kapan terjadinya bahaya kebakaran.
1) Panel: Dibagi atas 2 macam panel seperti pada subbab
sebelumnya: 2) Sensor
a. Conventional fire alarm control panel Sensor diperlukan sebagai pengingat otomatis yang akan
b. Addressale fire alarm control panel bekerja meskipun ketika manusia tidak menyadari keberadaan
api di sekitarnya.
3) Manual call point

Gbr 3 Addressable control panel


Tampak luar Panel Fire alarm umumnya berupa metal
kabinet dari bahan yang kokoh seperti terlihat pada gambar di
samping. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, Gbr 4 MCP yang biasanya dipasang di dinding
mungkin dengan maksud agar bisa dibedakan dengan panel Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda
listrik ataupun panel instrumentasi lainnya[6]. kebakaran (Fire Bell) secara manual dengan cara
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat memecahkankaca atau plastik transparan di bagian tengahnya.
pengendali semua sistem dan merupakaninti dari semua Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. Di
sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch
harus direncanakan dengan baik, terlebih lagi pada sistem atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan
adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini a. Stand alone Fire Detector: detektor api yang berdiri
diletakkan di lokasi yang: sendiri, yaitu bekerja mendeteksi potensi kebakaran
a. sering terlihat oleh banyak orang, dan memberikan peringatan baik alarm suara atau
b. terlewati oleh orang saat berlarian ke luar lamp. Biasanya catu daya atau power supply
bangunan, menggunakan batere.
c. mudah dijangkau. 2) Integrated Fire Detector: detektor api yang terhubung ke
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan panel kontrol sistem pemadam api atau fire system. Begitu
memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci terdapat potensi kebakaran, sensor akan memberikan alert
khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus pada fire system, dan akan membuat sistem siaga atau
memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa menjalankan fungsi pemadaman kebakaran. Sistem integrasi
diganti dengan yang baru. ke fire system dapat menggunakan metode koneksi
Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi konvensional (wire connections) dan Addressable . Lebih
intercom (TEL). Petugas penguji dapat melakukan lanjut akan kita bahas dalam artikel selanjutnya.
komunikasi dengan penjaga di Panel Control Room dengan 3) Sensor asap: Sebuah smoke detector akan mendeteksi
memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP. intensitas asap pada suatu ruangan. Smoke detector bekerja
Seketika itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua menggunakan beberapa metode deteksi diantaranya:
orang ini bisa saling berkomunikasi. a. Optical Smoke Detector: Mendeteksi asap berdasarkan
kerapatan cahaya. Penggunaan LED dan Photo
4) Indikator
Transistor cukup umum digunakan pada jenis ini
Indikator dapat berupa lampu, bel, sirine, atau lampu b. Ionization Smoke Detector: Mendeteksi asap
tulisan yang berisi peringatan yang akan menyala nantinya. berdasarkan proses ionisasi pada radioisotop
(radioisotope). Asap akan terbawa di udara dan
menyebabkan isotop terionisasi sehingga memicu
alarm. Jenis isotop yang biasa digunakan adalah
americium 421.
c. Carbon monoxide dan carbon dioxide Smoke Detector:
Jenis sesor asap yang mendeteksi konsentrasi CO atau
CO2 di udara. Sensor ini lebih fokus pada asap tidak
kasat mata/ tidak terlihat yang dapat membahayakan
manusia akibat kebakaran yang mungkin tidak terlihat
namun berakibat sangat fatal pada kesehatan.
4) Sensor panas: Sensor panas akan mendeteksi perubahan
panas di suatu ruangan dengan perubahan bentuk atau
konduktivitas benda pada sensor karena perubahan panas
Gbr 5 Indikator lamp yang biasanya dibuat berkedip ketika terjadi kebakaran
tersebut. Ada dua (2) klasifikasi sistem kerja sensor panas:
E. Jenis Sensor pada Fire alarm a. Rate-of-Rise (RoR) heat detectors: bekerja berdasarkan
Peran sensor api (fire sensor) pada sistem pemadam efek perubahan bentuk yang cepat pada benda,
kebakaran merupakan suatu integrasi sistem dalam mendeksi biasanya logam. Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya
potensi terjadinya risiko kebakaran besar serta memberikan saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat
peringatan atau alert system ketika risiko kebakaran tersebut mendeteksi panas yang cukup. Bimetal yang berubah
muncul. bentuk dapat dijadikan saklar yang memberikan
Beberapa hal yang dianggap potensi terjadinya kebakaran tegangan listrik ke alarm.
diantaranya munculnya asap, terjadinya kenaikan suhu/panas,
timbulnya percikan api, perubahan warna permukaan, dan
adanya gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya
kebakaran[5].
Dari beberapa potensi kebakaran diatas maka jenis
pengindera atau sensor yang biasa digunakan dalam Fire
alarm system dikelompokan dalam:
1. Sensor Api(Fire sensor)
2. Sensor asap (Smoke Detector)
3. Sensor panas (Heat Detector) Gbr 6 ROR Heat Sensor
4. Sensor percikan api (Flame Detector) Jenis ROR adalah yang paling banyak digunakan saat
5. Sensor gas (Gas Detector) ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area
6. Sensor warna/citra (Images sensor) deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian
plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area
1) Sensor api: secara sistem kerja memiliki 2 jenis:
deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa
pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open)
banyak digunakan karena detector ini bekerja
berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu
ruangan kendati masih berupa hembusan panas.
5) Sensor percikan api (Flame/ Spark Detector): Flame
Umumnya pada titik 55oC - 63oC sensor ini sudah
detektor akan bekerja untuk mendeteksi bila terjadi percikan
aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan
api di suatu area pantauannya. Biasanya bekerja berdasarkan
begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat
perubahan warna atau cahaya (optical sensor) dan ionisasi di
meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan
suatu area yang berpengaruh pada sensor.
kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server, ruang
arsip, gudang pabrik dan lainnya.

Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka


RoR bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah.
Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada
panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire alarm,
maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya
boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-
minus. Sedangkan sifat kontaknya adalah NO
(Normally Open).

b. Fixed temperature heat detectors: Bekerja berdasarkan Gbr 8 Flame/ Spark Detector
perubahan bentuk komponen sensor dari padat menjadi Jenis Flame Detector yang bekerja dengan sistem optical
cair. Pada jenis sensor ini digunakan heat sensitive sensor:
eutectic alloy, yaitu campuran zat kimia yang akan a. Ultraviolet (UV) Flame Detector: bekerja dengan
berubah bentuk pada suhu tertentu atau eutectic point. panjang gelombang lebih pendek dari 300 nm.
heat sensitive eutectic alloy secara mudah dapat Detektor ini mendeteksi kebakaran dan ledakan dalam
dicontohkan seperti timah atau Tin (Sb) yang akan waktu 3-4 milidetik karena radiasi UV yang
mencair pada suhu penyolderan. Begitu pencairan ini dipancarkan pada saat terjadi percikan api.
terjadi maka sensor akan bekerja untuk menggerakan b. Near Infrared Array Flame Detectors: juga dikenal
alarm. sebagai detektor api visual, menggunakan teknologi
pengenalan api untuk mengkonfirmasi timbulnya api
dengan menganalisis dekat radiasi IR melalui array
pixel dari sebuah charge-coupled device (CCD).
c. Infrared (IR) Flame Detectors: detektor api yang
bekerja dalam spektrum pita inframerah. Gas panas
memancarkan pola spektrum tertentu di wilayah
inframerah, yang dapat dirasakan dengan kamera
thermal imaging khusus (TIC), jenis kamera ini dikenal
juga sebagai kamera thermographic
d. IR3 flame detectors: bekerja dengan membandingkan
Gbr 7 ROR Fixed temperature heat detector tiga band panjang gelombang tertentu dalam IR
Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature baru wilayah spektrum dan rasio mereka satu sama lain.
mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. 6) Ionization current flame detection: Jenis flame detection
Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang yang menggunakan ionisasi dikenal sebagai Ionization current
lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", flame detection. Sistem ini bekerja dengan mengukur
seperti: ruang genset, basement, dapur-dapur intensitas ionisasi dalam api. Jenis sesor ini biasanya
foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan digunakan dalam proses pemanas gas di industri besar yang
sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu dipasang terhubung ke sistem kontrol api dan bertindak baik sebagai
ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm monitor kualitas api dan perangkat fire system.
Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa
menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor 7) Thermocouple flame detection: Termokopel digunakan
jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau secara ekstensif untuk memantau keberadaan api dalam sistem
15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 - 8m). Seperti pembakaran pemanas dan kompor gas. Umumnya digunakan
halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini sebagai pencegahan bahaya untuk memotong pasokan bahan
cuma 2, yaitu L dan LC, boleh terbalik dan bisa bakar bila nyala api tidak dapat dikendalikan. Hal ini untuk
mencegah bahaya ledakan dan kebakaran atau bahaya sesak
napas di ruang tertutup karena tipisnya oksigen.
8) Sensor Gas (Gas Detector): Gas Detector akan untuk
mendeteksi kehadiran sebuah gas dalam area tertentu yang
berpotensi menimbulkan kebakaran atau pun menyebabkan
gangguan keselamatan bagi manusia.

Gbr 9 Gas detector


Karbon monoksida (CO) adalah gas yang sangat berbahaya
dan mengikat oksigen di paru-paru, menewaskan ratusan
orang di seluruh dunia setiap tahunnya. CO tidak berbau, tidak
Gbr 11 Skema rangkaian fire alarm
berwarna, sehingga mustahil bagi manusia untuk mendeteksi
Dari Skema diatas, dapat dilihat bahwa semua sensor
itu. Detektor karbon monoksida dapat dibeli dengan harga
terhubung ke suatu panel pusat, pada panel inilah, seluruh
sekitar US $ 20-60 atau sekitar Rp 200.000 hingga Rp
kerja indikasi akan terpuusat. Ketika salah satu aalt
600.000 tergantung merek.
mendeteksi gangguan, alat akan secara membunyikan bel
Selain CO dan CO2, jenis sensor gas lain yang biasa
untuk memperingatkan orang-orang di gedung tersebut.
digunakan adalah sensor gas propane/propana, gas
Namun untuk menjaga reliabilitasnya, pengujian berkala
butane/butana dan gas lain yang mudah memicu ledakan api.
perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna
9) Sensor warna/citra (Images sensor): Sersor warna/citra memastikan keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk
menganalisa spektrum warna yang dihasilkan dari suatu objek menguji sistem diperlukan satu standar operasi yang benar,
yang berpotensi menghasilkan ledakan kebakara. Sensor jangan sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang-
warna sebagian besar bekerja dalam rentang spektrum warna orang di sekitarnya disebabkan oleh bunyi bell alarm dari
Ultraviolet, cahaya terlihat, Infrared, Infrared pita lebar dan sistem yang kita uji.
CO2. Pengujian tersebut terutama dilakukan pada:
Berikut rentang spektrum yang umum dideteksi: 1. Manual Call Point.
2. Indicator Lamp.
3. Fire Bell.

Gbr 10 Spektrum warna yang dideteksi

F. Contoh Skema Instalasi


III. KESIMPULAN (PENUTUP) 2. Tombol MCP Sebaiknya diletakkan di tempat yang
1. Alarm kebakaran sangat penting karena sebagai tidak terhalang apapn, sehingga ketika terjadi situasi
pencegahan terjadinya kebakaran yang merugikan secara darurat, orang bisa segera menekan tombol tersebut.
materiil, maupun korban jiwa 3. Kabel tarikan lebih baik ditaruh di selubung pipa agar
2. Ada 2 jenis sistem fire alarm, yaitu adressable dan aman dari tikus, air, dll.
konvensional.
3. Sistem addressable memerlukan biaya yang lebih tinggi
dibanding konvensional karena memerlukn panel
REFERENSI
khusus, dan modul yang berbeda.
[1] KBBI. (2000)Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Available:
4. Ada berbagai macam sensor yang digunakan pada fire http://kbbi.com/padam
alarm mulai dari sensor api, sensor gas, hingga sensor [2] KBBI. (2000)Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Available:
warna. http://kbbi.com/bakar
5. Manual call point diperlukan untuk ketika terjadi api [3] PT. Daya Cipta Mandiri Solusi. (2014) Fire Alarm System. [Online].
Available: http://mandiri9.rssing.com/chan-23030116/all_p6.html
yang tidak dideteksi sensor, sehingga pengguna dapat [4] Patigeni. (2011) Peraturan Instalasi Fire Alarm. [Online]. Available:
dengan sigap memperingatkan seluruh orang di http://patigeni.com/peraturan-instalasi-fire-alarm/
sekitarnya. [5] Anak Api. (2000) Mengenal Jenis Sensor Pemadam Kebakaran
6. Pemilihan sensor harus disesuaikan jenis tempat dan Available:
http://anakapi.blogspot.co.id/2014/06/mengenal-jenis-sensor-
peralatan yang akan terpasang di ruangan. pemadam-kebakaran.html
[6] Engineering Building. (2011) Tentang Fire Alarm System. [Online].
IV. SARAN Available: http://engineeringbuilding.blogspot.com/2011/06/tentang-
1. Untuk pemasangan Fire alarm sebaiknya fire-alarm-sistem.html
mempertimbangkan posisi yang mudah didengar/
dilihat agar mudah dalam perawatan/ pun monitoring.

Anda mungkin juga menyukai