12
13
14
zone alarm
kebakaran
Batterey test
away
Voltmeter
Ac Power
Source indicator
Fire Reset
SW
Fire Test SW
Test Reset
SW
15
16
heat detector dengan dinding pembatas paling jauh 3 meter pada ruang
efektif dan 6 meter pada ruang sirkulasi serta paling dekat 30 cm
c. Flame Detector ( Pengindera Nyala Api )
1) Setiap kelompok atau setiap zone detector harus di batasi maksimum 20
buah flame detector yang dapat melindungi ruangan dengan luas
maksimum 2000 m
2) Pemasangan flame detector untuk daerah yang sering mengalami
gangguan sambaran petir , detector tersebut harus dilindungi supaya
tidak terjadi kemungkinan timbulnya alarm palsu.
3) Detector harus direncanakan dan dipasang cukup menjamin dapat
mendeteksi daerah kebakaran spesifik yang akan di proteksi.
4) Detector tidak boleh dipasang terhalang oleh sesuatu pada daerah yang
akan di proteksi
5) Detector harus dilindungi terhadap gangguan sinar yang tidak
dikehendaki (yang mungkin dapat menyebabkan alarm palsu).
B. SISTEM ALARM KEBAKARAN
1. Penggolongan Sistem Alarm Kebakaran
Sistem Alarm kebakaran dapat digolongkan menjadi beberapa golongan
seperti yang akan di bahas di bawah ini.
a. Sistem Alarm Kebakaran Kota
Sistem Alarm Kebakaran Kota adalah suatu cara atau alat komunikasi dari
penduduk/ warga masyarakat Kepada Dinas Kebakaran Kota untuk
menginformasikan tentang adanya bahaya kebakaran guna mendapatkan
pertolongan pemadaman. Sistem Tanda Bahaya Kebakaran seperti ini pada
kebanyakan kota di Indonesia mengunakan peasawat telepon dgn nomor panggil
113.
Terdapat 2 sistem alarm kebakaran Kota sbb :
1) Sistem Lokal
Alarm kebakaran sistem lokal mengunakan titik panggil (Box circuits)
yang di pasang di beberapa tempat tertentu di dalam wilayah kota. Box
tersebut dilengkapi dengan saklar berupa tombol tekan, tombol tarik atau
handle tarik
Prinsip kerja alarm sistem lokal :
Apabila di suatu tempat di wilayah kota terjadi kebakaran, maka
penduduk/warga kota yang ingin mendapatkan bantuan pertolongan
pemadaman kebakaran dapat segera mencari Box Circuits terdekat dan
mengaktifkan saklar yang ada sesuai dengan petujuk yang ada. Dengan
demikian panel kontrol yang ada pada Pos Dinas Kebakaran terdekat
berbunyi alarm dan papan petunjuk menyala menunjukkan lokasi dimana
saklar box circuits diaktifkan.
Hal demikian juga dapat di realy pada panel kontrol ke Pusat tetapi pospos Dinas Kebakaran yang lain tidak monitor, hanya apabila diperlukan
17
18
19
b. Pompa-pompa
Pompa-pompa yang terpasang dalam sistem hidran kebakaran
merupakan perangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak
penampungan (resevoir) ke ujung pengeluaran (pipa pemancar/nozzle).
Pompa-pompa pada sistem hidran ini sekurang-kurangnya terdiri atas 1 unit
Pompa Jokey, 1 unit Pompa Utama dengan sumber daya listrik dan generator
serta 1 unit pompa cadangan dengan sumber daya motor diesel. Fungsi dan
operasi kerja masing-masing pompa :
1) Pompa Jokey :
Pompa ini berfungsi untuk memepertahankan tekanan statis di dalam
jaringan sistem hidran. Pada saat terjadi pengeluaran kecil sejumlah air di
dalam jaringan, pompa Jokey ini akan bekerja guna mengembalikan
tekanan ke posisi semula. Karenanya, sekaligus pompa Jokey juga dapat
berfungsi untuk memantau kebocoran-kebocoran pada jaringan sistem
hidran. Operasi kerja pompa Jokey didesain untuk hidup (start) secara
otomatis pada saat salah satu katup pengeluaran dibuka atau terjadi
kebocoran pada jaringan, dan akan berhenti bekerja (stop) secara otomatis
pada saat katup bukaan ditutup
2) Pompa Utama
Pompa ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya sistem
hidran. Pompa Utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal pompa
Jokey terlampui.
Operasi kerja pompa Utama didesain untuk Start secara otomatis dan
berhenti (stop) secara manual, melalui tombol reset pada panel Pompa
Kebakaran.
3) Pompa Cadangan
Pompa ini berfungsi sebagai penggerak cadangan dari sistem hidran,
yang titik start bekerjanya setelah pompa Utama. Pompa ini, meskipun
berfungsi sebagai cadangan namun tetap dalam kondisi siaga operasi.
Dalam kondisi seperti ini berarti bahwa setiap saat pompa ini akan bekerja
secara otomatis pada saat kapasitas Pompa Utama, pompa
Utamamengalami kerusakan atau pada saat sumber daya utama (PLN)
padam.
Sama halnya dengan pompa utama, operasi kerja pompa cadangan
didesain untuk start secara otomatis dan berhenti secara manual.
c. Pemipaan dan komponen-komponen lain :
1) Pemipaan
Rangkaian jaringan pemipaan pada sistem hidran terdiri atas pipa hisap,
header, penyalur, tegak (riser) dan pipa cabang. Untuk memperoleh
pengertian yang lebih jelas berikut ini diuraikan masing-masing pipa
tersebut .
a) Pipa Hisap (Suction )
20
b)
c)
d)
e)
f)
g)
21
22
23
3.
Persyaratan Sprinkler
24
JENIS BANGUNAN
KAPAN SPRINKLER
DIPERLUKAN
lantai
3500 m2
2. Volume ruangan lebih
dari 21.000m3
Bangunan rumah sakit
pertunjukan, teater
Konstruksi atrium
terpisah
dengan
luas
maks.
volume 108.000
m3
Ruang parkir, selain ruang parkir
Bila
menampung
terbuka
kendaraan
lebih
dari
lantai
melebihi
1. Luas
2000 m2
2. Volume
12.000 m3
lebih
40
dari
25
E. APAR
1. Jenis APAR
a. Air
Air sampai sekarang masih dianggap sebagai bahan pemadam api yang
utama karena keberadaanya yang melimpah serta kemampuannya dalam
menyerap panas. Dan hampir pada setiap peristiwa kebakaran air selalu
digunakan, kecuali untuk kebakaran-kebakaran tertentu, yang akan dibahas
pada bagian selanjutnya. Apar jenis air biasanya untuk pemadaman kelas A ,
yaitu untuk benda padat selain logam seperti kayu ,kertas, kain atau karet.
APAR jenis air berfungsi untuk memutuskan sumber panas.
b. Busa (FOAM)
Bahan pemadam busa yang yang pertama adalah busa bahan kimia yang
dihasilkan dari pencampuran garam basa dengan garam asam dalam air.
Reaksi tersebut menghasilkan busa yang berasal dari karbondioksida yang
terbentuk. Pada APAR kedua bahan kimia tadi ( garam basa dan garam asam)
dalam bentuk larutannya dipisahkan dalam dua tabung. Dan ketika akan
digunakan kedua larutan tadi dapat bercampur yang menghasilkan busa.
Prinsip pemadaman dari busa adalah mengisolasi bahan bakar dari oksigen
26
(udara) dan pendinginan karena mengandung air. Oleh karena itu untuk
kebakaran yang masih terdapat bahaya aliran listrik busa tidak dapat
digunakan. Apar jenis ini biasanya digunakan untuk memadamkan api kelas A
dan B .
c. Serbuk kimia kering ( dry chemical powder)
Dry Chemical adalah berbagai campuran dari partikel-partikel benda
padat halus yang kadang diberi tambahan perlakuan khusus, agar tahan pada
pak-nya, tahan lembab (mencegah efek ceking), dan untuk mendapat
karakteristik aliran yang dikehendaki. Bahan-bahan ini dirancang untuk
pemadaman kebakaran kelas A dan B. Bila bahan ini tidak menghantar listrik,
dapat digunakan untuk situasi kebakaran kelas C. Prinsip pemadamannya,
karena komponen pembentuknya yaitu gas inert dan padatan, adalah
penurunan konsentrasi oksigen di titik nyala dan penutupan permukaan bahan
bakar oleh serbuk kimianya, sedangkan efek pendinginannya dianggap kurang
signifikan untuk padamnya api. Sedangakan bahan dasar dari serbuk kimia
kering tadi dapat berupa bahan kimia seperti dibawah ini:
- ABC ( ammonium phospate base )
- PURPLEK ( potassium bicarbonate base)
- ORDINARY ( sodium bicarbonate base )
- MONEX ( urea potassium bicarbonate base )
Untuk gas pendorongnya biasa digunakan gas nitrogen karena sifatnya inert
( tidak bereaksi). Kelebihan dari kimia kering ini adalah kemampuannya untuk
pemadaman kelas A, B dan
27
kepori-pori benda yang terbakar, dengan dasar ini dapatlah dimengerti bahwa
CO2 tidak efektif untuk pemadaman kebakaran kelas A .
Kelebihan pemakaian CO2 antara lain :
Efektif untuk pemadaman pada tangki cairan yang mudah terbakar, baik
yang terbuka ataupun tertutup.
e. Halon
Halon adalah sebutan untuk hidrokarbon terhalogenisasi dan juga untuk
senyawa kimia yang mengandung unsur karbon plus satu atau lebih unsur dari
golongan halogen (florine, chlorine, bromine tau lodine). Walau banyak yang
termasuk golongan hidrokarbon terhalogenisasi, akan tetapi hanya beberapa
jenis halon yang sesuai untuk bahan pemadam api. Halon tidak mengahantar
arus listrik dan efektif untuk memadamkan kebakaran permukaan seperti pada
cairan yang mudah terbakar, sebagian besar material padat mudah terbakar dan
kebakaran listrik. Prinsip pemadamannya adalah secara kimiawi. Yaitu
menghentikan proses pembakaran itu sendiri dengan memutuskan rantai
kimianya, mencegah perkembangan lebih jauh dari api. Aksi kimia
penghentian terbentuknya api ini dapat terjadi hanya dengan sedikit
konsentrasi halon untuk kebakaran yang relatif besar.
Bahan pemadam api tipe ini efektif untuk mengontrol atau memadamkan
api permukaan yang menyangkut pada cairan mudah terbakar, padatan, atau
gas-gas. Kekurangannya adalah harganya yang relatif mahal dan efeknya
merusak lingkungan (Ozon)
Halon yang biasa digunakan untuk pemadaman api adalah :
1) Halon 1301 ( Bromotriflouromethane )
2) Halon 1211 ( Bromochlorodiflouromethane )
-
Catatan :
28
Jenis : bahan pemadam halon 1301 (fixed system) dan halon 1211 untuk
streaming (pemadam tabung) . Kedua jenis bahan sangat efektif untuk
pemadam di ruang komputer, electronic dan data processing.
Bahan Pengganti :
kecuali untuk
critical uses, terdapat bahan pengganti seperti FM-200, NAFS-III,
Inergen, water mist (Hi-fog), AF11e, CO 2 system (pengganti halon 1301)
dan dry-chemical, CO2 , AF1-11e, dan halotron untuk pengganti halon
1211.
Fixed system terdiri atas total flooding system dan local application.
2.
Penempatan APAR
a. Kelas Bahaya ringan jarak jangkau : 25 meter
b.
c.
29
Unit penanggulangan kebakaran adalah unit kerja yang dbentuk dan ditugasi untuk
menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi kegiatan
administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan
perbaikan sistem proteksi kebakaran. Unit penanggulangan kebakaran telah diatur
secara detail dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. Selanjutnya di bawah ini akan
diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja.
1.
Kewajiban Pengurus
Seperti yang tertuang dalam pasal 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI
No.186/MEN/1999, dinyatakan bahwa Pengurus atau Pengusaha wajib
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan
kebakaran di tempat kerja. Kewajiban mencegah, mengurangi, dan
memadamkan kebakaran di tempat kerja tersebut meliputi :
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. Penyediaan saran deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana
evakuasi;
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
e. Penyelenggaraan latihan dan glad penanggulangan kebakaran secara
berkala;
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi
tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga
kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
Pengendalian setiap bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm,
pemadam kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian penyebaran
asap,panas dan gas dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Sedangkan buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran
harus memuat antara lain :
a. Informasi tentang sumber
potensi
bahaya
kebakaran
dan
cara
pencegahannya;
b. Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di
tempat kerja;
c. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya
kebakaran;
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya
kebakaran;
e. Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran.
30
2.
K3
spesialis
31
sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau
lebih, atau setiap tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II,
sedang III dan berat.
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran; ditetapkan sebagai
berikut :
i.
Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan
sedang I, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah
ii.
3.
iv.
v.
vi.
vii.
tahap awal;
Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat kebakaran;
Memadamkan kebakaran;
Mengarahkan evakuasi orang dan barang;
Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait;
32
viii.
Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan;
ix.
Mengamankan lokasi tempat kerja;
x.
Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran.
Selanjutnya, untuk dapat ditunjuk menjadi regu penanggulangan kebakaran
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
i.
Sehat jasmani dan rohani;
ii. Usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun;
iii.
Pendidikan minimal SLTA;
iv. Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat
dasar II.
c. Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran. Seperti yang tertuang
dalam Pasal 9 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999,
dinyatakan
bahwa
koordinator
unit
penanggulangan
kebakaran
mempunyai tugas :
i.
Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan
ii.
iii.
kebakaran;
Mengusulkan
anggaran,
sarana
dan
fasilitas
penanggulangan
iv.
minimal 5 tahun;
Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat
iii.
iv.
33
v.
vi.
iv.
minimal 5 tahun;
Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat
dasar I, tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama dan tingkat Ahli
Madya.
Dalam melaksanakan tugasnya ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
mempunyai wewenang, yaitu :
i.
Memerintahkan menghentikan dan menolak pelaksanaan pekerjaan
ii.
kebakaran,menyediakan
sarana
jalan
untuk
menyelamatkan
diri,mengendalikan asap, panas dan gas serta melakukan latihan bagi semua karyawan.
Selanjutnya ,yang berkaitan dengan pengawasan penanggulangan kebakaran ditempat
kerja, pemerintah mengeluarkan peraturan melalui Instruksi Mentri Tenaga Kerja No :
Ins.11/M/BW/1997 tentang pengawasan khusus K3 Penanggulangan Kebakaran. Dalam
lampiran instruksi mentri tersebut diatur tentang petunjuk teknis pengawasan sistem
proteksi kebakaran.
1. Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran
Setiap tempat kerja harus mempertimbangkan syarat-syarat dan ketentuan upaya
penanggulangan kebakaran baik perlindungan secara pasif maupun aktif.
a. Perlindungan Atau Proteksi Kebakaran Pasif (Passive Fire Protection [PFP])
adalah suatu teknik desain tempat kerja untuk membatasi atau menghambat
penyebaran api , anas, asap, dan gas. Baik secara vertikal maupun horizontal
34
ditunjuk,
b. Semua perlengkapan-perlengkapan instalasi yang dipasang harus sesuai dengan
spesifikasi teknik yang telah disetujui.
c. Setelah pekerjaan pemasangan instalasi selesai dilaksanakan , maka harus
diadakan pemeriksaan dan pengujian setempat yang diikuti oleh semua pihak
yang terkait yaitu : kontraktor , desainer, pemilik, pengelola dan pegawai
spesialisasi penanggulangan kebakaran.
d. Setelah pemeriksaan dan pengujian sacara keseluruhan selesai dilaksanakan ,
maka harus dilakukan evalusai.
e. Gambar purna bangun selanjutnya harus di buat secara lengkap beserta berita
acara hasil pemeriksaan dan pengujian dan dikirim untuk mendapatkan
pengesahan dari Direktur Binawas Depnaker.
3. Pemeriksaan dan pengujian sistem
Pemeriksaan dan pengujian sistem proteksi kebakaran dapat dilakukan dengan
menggunakan checklist dan formulir seperti contoh : 1 s/d 5 dibawah . secara umum
objek-objek pemeriksaan dan pengujian sistem proteksi kabakaran dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Sumber penyalaan
Perlu diperhatikan potensi sumber pemicu kebakaran maupun alat pengaman
yang diperlukan ditempat kerja serta reomendasi hasil pemeriksaan terakhir
yang dilakukan.
35
setiap
zona
alarm
dengan
mencocokkan
gambar
dengan
pelaksanaannya.
6) Tes open sirkuit dengan membuka resistor pada rangkaian detektor terakhir.
g. Instalasi hydran dan springkler
Hal-hal yang harus diperiksa berkaitan dengan instalasi hydran dan springkler
adalah sebagai berikut ;
1) Pemeriksaan tentang pengesahan (dokumen teknis, seperti : gambar
pemasangan , katalog dan petunjuk pemeliharaan )
2) Implementasi rekomendasi hasil pemeriksaan terakhir.
3)Status indikator panel kontrol harus selalu pada posisi stand by
4) Runag pompa, data-data teknik pompa, motor penggerak dan perlengkapa n
hydran dan springkler serta panel kontrolnya.
5) Sistem persediaan air untuk mencukupi kebutuhan pemadaman kebakaran.
6) Tes kerja pompa dengan membuka keterangan uji yang ada di dalam ruangan
pompa dengan mengamati tekanan pompa.
7) Evaluasi pompa dimana pompa hydran harus mempunyai karakteristik
tekanan minimum 4,5 kg/cm2 dan laju aliran minimum adalah 500 US GPM.
Perlu mencoockkan spesifikasi pompa berdasarkan katalog dengan hasil uji
36