Kelompok 3
Nama :
Kelas : 4 – TPPG
Pendahuluan
Detektor asap (smoke detektor) Alat ini berfungsi untuk pengindera adanya produk hasil
pembakaran yang berupa asap sebagai akibat terjadinya kebakaran. Asap adalah keseluruhan
partikel yang melayang-layang baik kelihatan maupun tidak kelihatan dari suatu pembakaran.
Sesuai dengan cara kerjanya smoke detektor dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Ionisation Detektor
Alat ini berfungsi untuk penginderaan akan adanya produk hasil pembakaran yaitu
semenjak asap mulai timbul. Pendeteksian cara ionisasi lebih bereaksi terhadap partikel yang
tidak kelihatan (ukuran lebih kecil dari 1 mikron) yang diproduksi oleh kebanyakan nyala
kebakaran. Reaksinya agak lebih rendah terhadap partikel yang lebih besar dari kebanyakan api
tanpa nyala. Secara umum gambaran prinsip pendeteksian ionization detektor adalah sebagai
berikut :
Prosedur Perencanaan
a. Kriteria Desain Detektor
Dalam pemasangan detektor tidak bisa dilakukan secara sembarangan namun memiliki
aturan-aturan yang harus dilakukan. Aturan-aturan tersebut dilaksanakan guna mendapatkan
keefektifan kerja dari detektor itu sendiri. Pemasangan komponen-komponen detektor harus
memiliki merk dagang, terdaftar sebagai pengesahan kualitas standart, memperoleh
rekomendasi dari instansi yang berwenang, dan harus dilengkapi dengan sertifikat dari
laboratorium. Pemilihan jenis detektor juga harus sesuai dengan fungsi ruangan dan juga luas
lantai bangunan.
Tabel Detektor Sesuai Dungsi Ruang
Keterangan:
BT = Detektor bertemperatur tetap
KNT = Detektor berdasarkan kecepatan naiknya temperature
ROR = Rate-of Rise Detektor
Kriteria desain dalam pemasangan smoke detektor (detektor asap) adalah harus
memenuhi aturan-aturan sebagai berikut :
1. Detektor asap optic digunakan untuk mendeteksi kebakaran yang menghasilkan asap
tebal, seperti kebakaran PVC.
2. Detektor asap ionisasi digunakan untuk mendeteksi asap kebakaran yang terdiri dari
partikel-partikel kecil yang biasanya berupa pembakaran sempurna.
3. Penempatan detektor asap harus sesuai dengan fungsi ruangan.
4. Pada atap datar, detektor asap tidak boleh dipasang pada jarak kurang dari 10 cm dari
dinding dan tidak boleh lebih dari 30 cm dari langit-langit.
5. Balok-balok pada langit-langit dengan tebal dan tingginya sama atau kurang dari 20 cm
maka dapat dianggap sebagai langit-langit rata.
6. Untuk atap pelana, deretan detektor dipasang didaerah atap yang berjarak 90 cm dari
puncak atap yang diukur mendatar. Deretan detektor asap yang lain dipasang sesuai
dengan jarak yang diperbolehkan.
Penempatan Detektor Asap pada Atap Pelana
(Sumber: SNI 03-3985-2000)
7. Penempatan dan jarak pemasangan detektor asap harus disesuaikan dengan bentuk dan
pemukaan langit-langit, tinggi langit-langit, dan sistem ventilasi ruangan.
8. Detektor asap tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 meter dari lubang udara
masuk.
9. Detektor asap harus dipasang pada daerah dekat lubang udara balik, dengan jarak kurang
dari 1,5 meter.
Penempatan Detektor dari lubang udara balik
(Sumber: SNI 03-3985-2000)
10. Pada setiap luas lantai 92 m2 dengan tinggi langit-langit 3 m, harus dipasang sebuah alat
detektor.
11. Untuk langit-langit yang terbagi-bagi dalam balok-balok, pemasangan detektor sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut :
12. Zona detektor harus dibatasi maksimal 20 detektor asap yang dapat melindung area seluas
1000 m2 luas lantai.
13. Zona detektor harus dibatasi maksimal 20 detektor asap yang dapat melindung area seluas
1000 m2 luas lantai.
Untuk menghitung jumlah detektor dalam satu ruangan dilakukan dua kali yaitu
menghitung secara memanjang dan melintang dengan menggunakan rumus :