Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REVIEW

Disusun Oleh:

Nama : Debarnel Liberius Jaulien

NIM :5183250017

Mata Kuliah : Teknik Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Rachmat Mulyana, M.Si.

Ir. Meuthia Fadila, M.Eng.,Sc

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

FALKUTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review. Adapun tugas ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Tekni Lingkungan. Selama penyusunan makalah CBR ini,
saya banyak mengalami berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, makalah CBR ini dapat terselesaikan. Saya juga menyadari bahwa dalam
pembuatan CBR ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar berguna untuk kedepannya. Akhir kata, saya mengucapkan terima
kasih kepada para pembaca semoga tugas ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, December2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................2

DAFTAR ISI .....................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................4

a. Identitas buku .........................................................................................................4

BAB 2 RINGKASAN ISI BUKU .....................................................................................5

a) Pendahuluan ............................................................................................................5
b) Prinsip dan parameter ukuran green .......................................................................7

c) Parameter, metode, dan alat ukur........................................................................?

BAB 3 PENUTUP .............................................................................................................13

a. Kesimpulan .............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAN

a. Informasi Bibliografi
❖ IDENTITAS BUKU

• Judul Buku : Menelusuri Jejak Implementasi Onsep Bangunan Hijau


Dan Pintar Di Kampus
• Penulis : 1 .Sentagi Sesotya Budiarto
2. Randi Frans Fela
3. Ressy Jaya Yanti
4. Dian Dianti Avoressi
• Penerbit : 1. Gadja Mada Universitas Press
2. Anggota IKAPI
3. Anggota APPTI
• Tahun Terbit : 2018
• Kota Terbit : Yogyakarta
• Halaman : 268
• ISBN : Bahasa indonesia
BAB II

RINGAKASAN BUKU

A. Pendahuluan

ISU GLOBAL MENGENAI GREEN BUILDING


Fenomena pemanasan global (global warming) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang
beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming
adalah peningkatan suhu rata-rata harian yaitu setidaknya 0,74oC per tahun selama dua dekade
terakhir dengan dampak yang paling terasa adalah di daratan (UNEP, 2007). Selain itu, krisis
energi juga menjadi topik yang menarik perhatian mengingat kondisi persediaan nonrenewable
resource (energi tak terbaharui) yang semakin lama semakin menipis. Berdasarkan data dari
World Green Building Council, di seluruh dunia, bangunan gedung setidaknya
menyumbangkan 3396 emisi CO2 mengonsumsi 179 air bersih, 2596 produk kayu, 30-40
penggunaan bahan mentah, dan 40-504 penggunaan energi untuk pembangunan dan
operasionalnya (Yuliatna, 2014).
Konsep efisiensi energi pada bangunan berwujud dalam proses konstruksi yang disebut
green construction dengan produk utamanya yang disebut dengan green building. Kedua hal
tersebut tidak dapat dipisahkan dan merupakan perwujudan satu kesatuan sistem hemat energi
yang berlandaskan pada wacana optimasi dan efisiensi penggunaan energi tanpa membatasi
atau mengubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas penggunanya. Konsep
green butlding yang lazim diangkat adalah optimalisasi tingkat konsumsi energi yang terwujud
dalam tata kelola energi listrik, sistem penghawaan, sistem tata cahaya, pengelolaan sumber
daya air, pemilihan material daur ulang yang ramah lingkungan, serta sinergi antara metode
pasif dan aktif pada aplikasi instrumen hemat energi. Konsep green building dianggap sebagai
salah satu solusi untuk mengurangi kerusakan lingkungan, meminimalkan emisi karbon
sebagai penyebab utama global warming, serta meminimalkan dan mengatasi krisis energi
yang muncul sebagai dampak dari pesatnya industrialisasi pada berbagai bidang, termasuk
pada sektor konstruksi (Yuliatna, 2014).

Sebuah bangunan gedung yang menerapkan konsep green building akan berdampak
positif. Keuntungan yang bisa ditawarkan oleh green building adalah menciptakan bangunan
yang sehat untuk menyehatkan penghuni di dalamnya. Selain itu, keuntungan lain dari green
building terbagi dalam manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan manfaat lingkungan.

PERKEMBANGAN KEBIJAKAN GREEN BUILDING DI INDONESIA


Salah satu aspek dalam kehidupan masyarakat yang dapat dikaitkan dengan perubahan iklim
dan pemanasan global adalah hunian atau bangunan yang merupakan salah satu penyumbang
karbon emisi terbesar, yang mencapai 3396 dari keseluruhan emisi sehingga bangunan
menjadi faktor penting atas percepatan pemanasan global di dunia. Inisiatif untuk menerapkan
green building yang telah dikembangkan di Eropa dan AS kini telah masuk di Indonesia dan
bukan hanya sekadar wacana. Pelaku industri properti tanah air dan pengembang bangunan
turut menyikapi kondisi tersebut untuk memberikan peran kepada inisiatif green building
dikarenakan adanya tuntutan dari pasar global (Ekonomi Hijau, 2016).
Langkah awal diberlakukannya green building yaitu menganut gerakan green construction
sebagai gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi dari tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien
dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah (Ekonomi Hijau, 2016).

SISTEM PENILAIAN (RATING SYSTEM) BANGUNAN HIJAU


Sistem penilaian (rating system) adalah suatu alat berisi butir-butir dari aspek penilaian yang
disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai (credit point/poin nilai). Apabila suatu
bangunan berhasil melaksanakan butir rating maka bangunan tersebut akan mendapatkan poin
nilai dari butir tersebut. Bila jumlah semua poin nilai yang berhasil dikumpulkan mencapai
suatu jumlah tertentu maka bangunan tersebut dapat disertifikasi untuk tingkat sertifikasi
tertentu. Namun, sebelum mencapai tahap penilaian rating terlebih dahulu dilakukan
pengkajian bangunan untuk pemenuhan persyaratan awal penilaian (eligibihty) (GBCI, 2016).

B. Prinsip dan parameter ukuran green


Pengembangan Lahan
Tata letak dan pembangunan yang efisien meliputi arah bangunan terhadap sinar matahari,
adanya manajemen tadah hujan atau rain harvesting, dan memaksimalkan penggunaan
tumbuhan dan penyediaan ruang terbuka hijau. Selain itu, pengembangan lahan perlu
mempertimbangkan pergerakan manusia (Laila, 2014). Hal ini menjadi penting untuk
mendorong terselenggaranya kehidupan dan penghidupan dalam beraktivitas. Beberapa hal
yang ditekankan adalah menjadikan pejalan kaki sebagai prioritas, membuka akses keluar
kawasan bangunan, memberikan kemudahan pencapaian bagi semua orang, penyediaan
berbagai prasarana dan sarana, serta berbagai fasilitas umum lainnya yang memadai serta
mendukung mobilitas masyarakat sekitar. Keterhubungan dengan semua fasilitas dan
infrastruktur tersebut memberikan kemudahan dan fleksibilitas agar efisiensi energi dan biaya
dapat tercapai serta mendorong pola hidup sehat bagi masyarakat serta mengurangi
ketergantungan penggunaan kendaraan pribadi (OJK dan GBCI, 2013).

Efisiensi Energi
Efisiensi energi meliputi segala aspek elemen bangunan yang mengonsumsi banyak energi
secara langsung maupun tidak langsung seperti pemilihan selubung bangunan, penggunaan
peralatan listrik, perkondisian udara, dan lain-lain. Praktik-praktik inovatif dapat diterapkan
sejak tahap desain hingga pengoperasian gedung untuk menciptakan efisiensi dalam
penggunaan energi.

Efisiensi Air
Meningkatnya penggunaan air bersih dan adanya pencemaran merupakan bagian dari
penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas air bersih. Kualitas air dapat diperbaharui secara
alami melalui siklus hidrologi tetapi penggunaan air oleh manusia untuk aktivitasnya merusak
kualitas air lebih cepat daripada kemampuan alam untuk memulihkan kualitas air. Buruknya
kualitas air dan pemakaian air bersih yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya krisis air
bersih.

Siklus material

Kriteria material yang ramah lingkungan bisa dengan penggunaan material lokal,
menggunakan material bekas, daur ulang, prefabrikasi, atau material yang memiliki fitur
ramah lingkungan (seperti hemat air, hemat energi, mudah pemeliharaan). Dapat juga
memilih material yang industrinya telah menerapkan ramah lingkungan pada proses
produksinya (OJK dan GBCI, 2013).

Kualitas Udara dalam Lingkungan


Hal-hal yang dapat dilakukan seperti memastikan adanya pertukaran udara segar ke dalam
ruangan, larangan merokok di dalam gedung, pencahayaan yang cukup, pengondisian udara
yang nyaman, adanya akses pemandangan keluar serta menggunakan bahan pembersih
ruangan yang aman dan ramah lingkungan yang dapat mengurangi penyebaran polutan
melalui gas dan udara di dalam ruangan (OJK dan GBCI, 2013).

Manajemen Bangunan Gedung Hijau


Merencanakan operasional gedung yang ramah lingkungan dimulai sejak tahap
perencanaan desain. Dalam pengoperasian suatu bangunan hijau, sangat diperlukan suatu
standar manajemen yang terencana dan baku untuk mengarahkan tindakan dari pelaku
operasional bangunan dalam melakukan pengelolaan gedung agar dapat menunjukkan hasil
yang ramah lingkungan (green performance).
Yang perlu diperhatikan termasuk pengelolaan sumber daya melalui rencana
operasional yang berkelanjutan, kejelasan informasi, dan penanganan dini dalam pemecahan
masalah, serta manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau
(OJK dan GBCI, 2013).

C.Parameter, metode, dan alat ukur


PENCAHAYAAN
Kenyamanan visual merupakan kondisi di mana hak pribadi orang dalam melaksanakan
kegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu bangunan gedung lain di
sekitarnya (UU, 2002). Kenyamanan visual dapat diwujudkan melalui gubahan massa
bangunan, rancangan bukaan, tata ruang dalam dan ruang luar bangunan, serta dengan
memanfaatkan potensi ruang luar bangunan, ruang terbuka hijau alami atau buatan,
termasuk pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar. Kenyamanan visual
erat hubungannya dengan pencahayaan (Laila, 2014).

Dasar-Dasar Pencahayaan
Menurut sumbernya, sistem pencahayaan di bangunan dapat dikategorikan menjadi 2
macam, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pencahayaan
alami (dayhghting) adalah pencahayaan yang berasal dari matahari, yang masuk dan
terkontrol ke dalam gedung, baik secara langsung maupun menyebar (diffuse) melalui
lubang cahaya.

Istilah-istilah dasar tentang pencahayaan ditunjukan pada tabel berikut.

Istilah Definisi Satuan


Intensitas Kuat cahaya yang dipencarkan Candela
Cahaya sumber cahaya kea rah tertentu
Luminasi Intensitas cahaya yang dipancarkan Candela/m2
pada 1 m2 permukaan objek
Iluminasi Banyaknya arus cahaya yang Lux=lumen/m2
diterima atau dating pada suatau
luasan bidang objek
Arus cahaya Banyaknya cahaya persatuan waktu Lumen

1 lilin Sama dengan cahya yang dihasilkan Candela


(candela) oleh sebuah lilin
1 fc Sama dengan 10,79 lux Fc=lumen/ft2
(footcandela)

Sedangkan pencahayaan buatan (artificial hght) adalah pencahayaan yang berasal dari
sumber selain sumber cahaya alami, yang biasa dijumpai adalah lampu atau luminer.
Pencahayaan buatan sangat diperlukan untuk posisi ruangan yang sulit dicapai oleh
pencahayaan alami atau pencahayaan alami tidak mencukupi.

Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun
yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah menciptakan lingkungan yang
memungkinkan penghuni melihat secara detail untuk melakukan kegiatan visual secara
mudah, memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman, tidak
menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja, serta
memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak
menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang. Untuk mendapatkan pencahayaan
yang sesuai dalam suatu ruang diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan
kebutuhannya.
Standart pencahayaan
Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung diatur
dalam SNI 03-6575-2001. Dengan mengacu pada standar perancangan pencahayaan
alami dan buatan, lahirlah SNI 03-6197-2000 mengenai Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan. Berdasarkan standart tersebut, tingkat pencahayaan minimum yang
direkomendasikan tidak boleh kurang dari nilia yang tetera pada tabel berikut.
ENERGI
Energi adalah daya yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan
termasuk bahan bakar, listrik, energi mekanik, dan panas. Sumber energi adalah sebagian
sumber daya alam, antara lain berupa minyak dan gas bumi, batu bara air, panas bumi,
gambut, biomassa, dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
dimanfaatkan sebagai energi. Kini, ketersediaan sumber energi kian terbatas serta
meningkatnya kebutuhan energi yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energi
yang disebabkan oleh meningkatnya industri maupun pertambahan jumlah penduduk
serta adanya peningkatan kesejahteraan. Terjadi ketidakseimbangan antara sisi supply dan
sisi demand. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah mengambil langkah kebijakan
energi, salah satunya adalah konservasi energi (Prihandita, 2012).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manusia, alam dan lingkungan memang merupakan satu kesatuan yang tak
boleh kita pisahkan. Begitupula, bangunan dan lingkungan juga. Green & smart
building merupakan konsep yang harus dimiliki dalam pembangunan demi
menciptakan bangunan yang modrn dan ramah lingkungan. Konsep Green &
smart building menciptakan kenyaman pada tempat tinggal dan lingkungan.

Dalam penerapan Green & smart building haruslah memeperhatikan


undang – undang yang berlaku dan Standart Nasional Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Sesotya Budiarto, Sentagi, dkk.2018. Menelusuri Jejak Implementasi Onsep


Bangunan Hijau Dan Pintar Di Kampus Biru. Yogyakarta: Gadja Mada
Universitas Press

Anda mungkin juga menyukai